EFISIENSI PENGOLAHAN INSTALASI AIR LIMBAH BERDASARKAN KUALITAS AIR DI IPAL SEWON, BANTUL

(1)

TUGAS AKHIR

EFISIENSI PENGOLAHAN INSTALASI AIR LIMBAH

BERDASARKAN KUALITAS AIR DI IPAL SEWON,

BANTUL

Disusun Oleh :

AGUNG SATRIYA SEMBAGA 20120110292

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

I

TUGAS AKHIR

EFISIENSI PENGOLAHAN INSTALASI AIR LIMBAH

BERDASARKAN KUALITAS AIR DI IPAL SEWON,

BANTUL

Disusun Oleh :

AGUNG SATRIYA SEMBAGA 20120110292

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

II

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Agung Satriya Sembaga

NIM : 20120110292

Judul : EFISIENSI PENGOLAHAN INSTALASI AIR LIMBAH BERDASARKAN KUALITAS AIR DI IPAL SEWON, BANTUL

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dicantumkan dalam daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan saya bersedia menerima sanksi apabila dikemudian hari diketahui tidak benar.

Yogyakarta, 25 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan


(4)

III

MOTO

Selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa

dan selalu ada jalan bagi mereka yang

berusaha

.

“Seseorang yang sukses itu adalah orang yang

mampu membahagiakan orang tua dan

keluarganya”

Selalu jadi diri sendiri dan jangan pernah

menjadi orang lain meskipun mereka tampak

lebih baik dari Anda”.

Do your be

st at any moment that you have”

(Lakukan yang terbaik pada setiap saat yang


(5)

IV

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan kepada : Pertama Trimakasih Allah Subhanahu wa Ta’ala atas karunia dan

Rahmat-Nya serta Junjungan Nabi BesarMuhammad Shallahu’alaihi wasallam atas perjuangan menegakkan Ajaran Islam.

Kedua orang tua, Kepada Bapak dan Ibu tercinta, Marmin Sutedjo dan Sulastatik, atas doa, semangat, motivasi dan kasih sayang yang diberikan

kepada ku selama ini.

Trimakasih banyak juga kepada Nor Khasanah karena dia yang selalu memberi banyak solusi untuk membuat saya menjadi lebih baik dan selalu

memberi semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Kepada kakak dan adek, Wiwid Wijayanti dan Dian Panji W. atas doa dan dukungan yang kalian berikan, sekaligus sebagai motivasi dalam hidupku

dan selalu menyemangati ku dalam menyelesaikan studi dan skripsi.

Trimakasih juga kepada anak-anak Sipil UMY angkatan 2012 semoga ilmu kita dapat bermanfaat nantinya dan anak-anak kos Suradi semoga semakin


(6)

V

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dengan judul ” EFISIENSI PENGOLAHAN INSTALASI AIR LIMBAH BERDASARKAN KUALITAS AIR DI IPAL SEWON, BANTUL”. Terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil dari awal sampai akhir penyelesaian Tugas Akhir ini,

terutama kepada :

1. Bapak Burhan Barid S.T., M.T. selaku dosen pembimbing I yang dengan kerelaan dan kesabarannya memberikan banyak arahan dan bimbingan kepada penulis.

2. Bapak Jazaul Ikhsan, S.T. M.T. selaku dosen pembimbing II dan ketuan Dekan Fakultas Teknik yang telah memberikan arahan dan bimbingan. 3. Nursetiawan, ST.,MT.,Ph.D. selaku dosen penguji memberikan arahan dan

bimbingan.

4. Bapak Ir. Zakky Kepala Dinas baian Ksi-OP IPAL DIY,

5. Bapak Sarjani. S.T selaku kepala unit IPAL Sewon Bantul, Yogyakarta. 6. Ibu Endah Eniati selaku pembimbing lapangan di IPAL Sewon Bantul. 7. Segenap staf dan karyawan IPAL Sewon Bantul yang telah membantu

dalam pelaksanan penelitian Tugas Akhir di IPAL Sewon Bantul. 8. Segerombolan TS ’12 yang masih tiarap di UMY

9. Kedua Orang Tua penulis, Bapak Marmin dan Ibu Sulastatik yang selalu memberikan nasehat tiap harinya.

10.Nor khasanah selaku wanita yang paling dekat dan selalu memberikan semangat tak henti-hentinya. Thanks for everything.


(7)

VI 11.Dosen, Karyaman dan Staff Teknik Sipil

12.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu hingga terselesainya TA ini

Disadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan, semoa penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia Teknik Sipil. oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca semua sangat diharapkan demi kesempurnaan di masa depan.

Wassalamu’alaikum wr.wb Alhamdulillahirobbil’alamin.

Yogyakarta, Juni 2016


(8)

VII DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

INTISARI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Batasan Masalah... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kualitas Air ... 6


(9)

VIII

2.3 Air Limbah ... 9

2.4 Sifat dan Komposisi air Limbah ... 9

BAB III LANDASAN TEORI ... 12

3.1 Indeks Kualitas Air ... 12

3.2 Proses pengolahan Air ... 16

3.3Koefisien korelasi ... 19

3.4 Baku Mutu Air ... 21

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 24

4.1 Tahap Penelitian ... 24

4.2 Metode Penumpulan Data ... 25

4.3 Data yang Dikumpulkan ... 26

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN... 27

5.1 Analisa Parameter Kualitas Air Limbah BOD ... 27

5.1.1 Parameter BOD ... 27

5.1.2 Efektifitas Penurunan Parameter BOD ... 27

5.1.3 Hubungan Volume dengan Parameter BOD ... 29

5.1.4 Pembahasan BOD ... 31

5.2 Analisa Parameter Kualitas Air Limbah DO ... 32

5.2.1 Parameter DO... 32


(10)

IX

5.2.3 Hubungan Volume dengan Parameter DO ... 34

5.2.4 Pembahasan DO ... 35

5.3 Analisa Parameter Kualitas Air Limbah COD ... 36

5.3.1 Parameter COD ... 36

5.3.2 Efektifitas Penurunan Parameter COD ... 36

5.3.3 Hubungan Volume dengan Parameter COD ... 37

5.3.4 Pembahasan COD ... 38

5.4 Analisa Parameter Kualitas Air Limbah pH ... 39

5.4.1 Parameter pH ... 39

5.4.2 Efektifitas Penurunan Parameter pH ... 40

5.4.3 Hubungan Volume dengan Parameter pH ... 41

5.4.4 Pembahasan pH ... 42

5.5 Analisa Parameter Kualitas Air Limbah Suhu ... 43

5.5.1 Parameter Suhu ... 43

5.5.2 Efektifitas Penurunan Parameter Suhu ... 43

5.5.3 Hubungan Volume dengan Parameter Suhu ... 44


(11)

X

5.6 Analisa Parameter Kualitas Air Limbah SS ... 46

5.6.1 Parameter SS ... 46

5.6.2 Efektifitas Penurunan Parameter SS ... 47

5.6.3 Hubungan Volume dengan Parameter SS ... 48

5.6.4 Pembahasan SS ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

6.1 Kesimpulan ... 50

6.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA


(12)

XI

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Rata-rata aliran air limbah dari daerah perumahan ... 11

Tabel 3.1 Kriteria Mutu Air ... 22

Tabel 3.2. Kriteria Baku Mutu Limbah Cair ... 23

Tabel 5.1 Efektifitas Penurunan Parameter BOD ... 28

Tabel 5.2 Perhitungan Regresi untuk nilai BOD dengan Volume ... 30

Tabel 5.3 Efektifitas Penurunan DO ... 33

Tabel 5.4 Efektifitas Penurunan COD ... 37

Tabel 5.5 Efektifitas Kenaikan pH ... 40

Tabel 5.6 Efektifitas Kenaikan Suhu ... 44


(13)

XII

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Komposisi Air Limbah ... 11

Gambar 4.1 Bagan Alir Penelitian ... 24

Gambar 5.1 Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014 ... 27

Gambar 5.2 Grafik Penurunan Efektifitas BOD dari Tahun 2007-2014 ... 29

Gambar 5.3 Pengaruh Hubungan BOD dengan Volume ... 29

Gambar 5.4 Nilai DO dari tahun 2007 sampai 2014 ... 33

Gambar 5.5 Grafik Penurunan Efektifitas DO dari Tahun 2007-2014 ... 34

Gambar 5.6 Pengaruh Hubungan DO dengan Volume ... 34

Gambar 5.7 Nilai CODdari tahun 2007 sampai 2014 ... 36

Gambar 5.8 Grafik Penurunan Efektifitas COD dari Tahun 2007-2014 ... 37

Gambar 5.9 Pengaruh Hubungan COD dengan Volume ... 38

Gambar 5.10 Nilai pH dari Tahun 2007 sampai 2014 ... 40

Gambar 5.11 Grafik Efektifitas penurunan nilai pH dari Tahun 2007-2014 ... 41

Gambar 5.12 Pengaruh Hubungan pH dengan Volume ... 41

Gambar 5.13 Nilai Suhu dari tahun 2007 sampai 2014 ... 43

Gambar 5.14 Grafik Kenaikan Efektifitas Suhu dari Tahun 2007-2014 ... 44

Gambar 5.15 Pengaruh Hubungan Suhu dengan Volume ... 45

Gambar 5.16 Nilai SS dari tahun 2007 sampai 2014 ... 46

Gambar 5.17 Grafik Kenaikan Efektifitas BOD dari Tahun 2007-2014 ... 47


(14)

XIII

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Data Kualitas Air Limbah IPAL Bantul Selama 8 Tahun

Lampiran II. Data Volume Air IPAL Limbah Bantul Selama 8 Tahun

Lampian III. Data Spesifikasi Alat Operasional di IPAL

Lampiran IV. Diagram Alir Proses Air limbah

Lampiran V. Standart Operasional Pekerjaan

Lampiran VI. Surat Perizinan Pengambilan Data


(15)

HALAMAI\{ PENGESAIIAN

Laporan Tugas

Akhir

EFISIENSI PENGOLAHAN

INSTALASI

AIR

LIMBAH

BERDASARKAN KUALITAS

AIR

DI

IPAL

SEWON,

BANTUL

Disusun oleh :

AGUNG SATRTYA SEMBAGA ZAQU1A292

Telah disetuiui dan disahkan oleh :

Burhan Barid, S.T., M.T. Pernbirnbing I

,Iazaul lkhsano S.T., M.T., ph.

Yogyakarla,

Pembimbing

II

Nu rsetiawan, S.T.rM.T.,ph.I)

Yogvakarta,

ii

Penguji


(16)

xiv INTISARI

Air merupakan salah satu sumber utama bagi kehidupan mahluk hidup baik di darat, laut maupun di udara. Dengan semakin meningkatnya perkembangan industri, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan yang disebabkan oleh industri (limbah). Di kota Yogyakarta mengalir tiga sungai besar, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code, dan Sungai Gajahwong. Di sepanjang sungai ini dipadati oleh permukiman penduduk yang sebagian warga tinggal masih membuang limbah cair tanpa proses pengolahan ke sungai. Hal ini mengakibatkan pencemaran sungai yang berbahaya bagi kondisi ekologis perairan sungai tersebut. Oleh karena itu, masyarakat di sekitar sungai tersebut berinisiatif melakukan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dibangunnya instalasi pengolahan air limbah di Jalan Bantul Km. 8 Sewon, Bantul, setidaknya dapat mengurangi pencemaran tersebut. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah rumah tangga di desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul ini merupakan tindak lanjut Program Jangka Menengah Pembangunan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) periode 1993/1994 – 1997/1998 yang meliputi seluruh wilayah Kodya Yogyakarta, sebagian wilayah Kab.Sleman (3 Kecamatan) dan sebagian wilayah Kab.Bantul (3 Kecamatan) Dalam Tugas Akhir ini Hasilnya Kualitas air dari hasil pengolahan air limbah rumah tangga di IPAL Bantul Yogyakarta selama tahun 2007-2014 menurut PP RI No.82 Tahun 2001 terhadap parameter BOD outlet 15,06 mg/l belum aman dan nilai COD inlet sebesar 390,8 mg/lt juga relatif tidak aman, sedang terhadap parameter lainnya aman, dan menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No. 214/KPTSI/1991 terhadap parameter BOD, DO, COD, pH,Suhu, SS seluruhnya aman


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Air merupakan salah satu sumber utama bagi kehidupan mahluk hidup baik di darat, laut maupun di udara. Dengan semakin meningkatnya perkembangan industri, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan yang disebabkan oleh industri (limbah). Di kota Yogyakarta mengalir tiga sungai besar, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code, dan Sungai Gajahwong. Di sepanjang sungai ini dipadati oleh permukiman penduduk yang sebagian warga tinggal masih membuang limbah cair tanpa proses pengolahan ke sungai. Hal ini mengakibatkan pencemaran sungai yang berbahaya bagi kondisi ekologis perairan sungai tersebut. Oleh karena itu, masyarakat di sekitar sungai tersebut berinisiatif melakukan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Dibangunnya instalasi pengolahan air limbah di Jalan Bantul Km. 8 Sewon, Bantul, setidaknya dapat mengurangi pencemaran tersebut. Instalasi pengolahan air limbah tersebut dibangun pada tahun 1994, sedangkan pengoperasiannya pada tahun 1996 dan diresmikan pada 9 Desember 1998. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah rumah tangga di desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul ini merupakan tindak lanjut Program Jangka Menengah Pembangunan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) periode 1993/1994 – 1997/1998 yang meliputi seluruh


(18)

2

wilayah Kodya Yogyakarta, sebagian wilayah Kab.Sleman (3 Kecamatan) dan sebagian wilayah Kab.Bantul (3 Kecamatan).

Tapi sistem penyaluran air limbah ini belum dapat bekerja secara baik, karena sampai saat ini limbah cair tersebut masih dibuang secara langsung ke sungai Code, Gajah Wong dan Winongo. Pelayanan air limbah secara bertahap akan ditingkatkan. Sampai dengan Tahun 2002 telah melayani 29% wilayah perkotaan (110.000 penduduk). Sehingga pada tahun 2012 ditargetkan 59% wilayah perkotaan (237.000 penduduk) telah terlayani. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah merupakan upaya untuk mendukung Program Kali Bersih (Prokasih) oleh D.I.Yogyakarta. Diharapkan dengan adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah ini dapat meningkatka kualitas air sungai serta estetika lingkungan di sekitar daerah aliran sungai termasuk pula penurunan pencemaran air tanah.

Dengan dilakukannya percobaan ini diharapkan kita dapat memperoleh masukan dan gambaran tentang pencemaran air sungai yang disebabkan oleh limbah rumah tangga, limbah pabrik, sampah, dan pencemar air lainnya Dengan pengamatan ini pula kita dapat mengetahui keadaan lingkungan instalasi, baik limbah yang masuk serta limbah yang keluar dari instalasi dan analisa kualitas air limbah di laboratorium sehingga akan diperoleh korelasi antara lingkungan instalasi dan kualitas air limbahnya dengan kemampuan instalasi air itu sendiri dalam mengolah limbah yang ramah lingkungan, serta untuk mengetahui kadar BOD (Biologycal Oxygen Demand),DO (Dissolve


(19)

3 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana nilai parameter BOD, DO, COD, pH, suhu, dan SS dari

input air limbah masuk dan setelah output air limbah keluar selama

kurun waktu tahun 2007sampai 2014 di Sewon, Bantul?

2. Bagaimana Efisiensi berdasarkan parameter tersebut untuk pengolahan instalasi air limbah selama kurun waktu tahun 2007sampai 2014 di Sewon, Bantul?

3. Mengetauhi hubungkan debit volume air masuk dengan nilai parameter tersebut untuk melihat mempengaruhi kualitas air dalam Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui nilai parameter BOD, DO, COD, pH, suhu, dan SS dari

input air limbah masuk dan output air limbah keluar selama kurun

waktu Tahun 2007 sampai 2014 di Sewon, Bantul.

2. Mengetahui seberapa efektif proses tahapan pengolahan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dalam kurun waktu tujuh Tahun.

3. Mengetahui hubungkan debit volume air masuk dengan nilai parameter tersebut, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air dalam pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).


(20)

4

4. Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi ilmu Teknik Sipil jenjang Strata 1 di Universitas Muhammadyah Yogyakarta.

1.4 Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Manfaat teoritis:

1. Dari segi teoritis diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang Teknik Sipil khususnya pada pembanggunan infrastuktur seperti IPAL.

2. Diharapkan juga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang Biologi dan Teknik Lingkungan khususnya meneliti tentang kualitas air dengan resiko limbah yang semakin hari semakin banyak.

3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan dan menekankan proses analisis pembangunan yang ramah lingkungan dan tidak merusak alam.

b. Manfaat praktis:

1. Dari segi praktis diharapkan dapat sebagai pertimbangan bagi pemerintah, khususnya yang menangani IPAL dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan prosedur yang benar dan tidak mengganggu lingkungan di kawasan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Sewon.


(21)

5

2. Selalu memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan dapat menguranggi produksi limbah yang mencemari lingkungan.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah pada Tugas Akhir ini sebagai berikut : 1. Penelitian Dilakukan pada IPAL Bantul.

2. Penelitian ini difokuskan pada hasil pengolahan air limbah yang meliputi enam parameter yaitu BOD (Biologycal Oxygen

Demand),DO (Dissolve Oxyge), SS (Suspended solid),Suhu dan nilai

pH.

3. Data yang digunakan adalah data kualitas air IPAL dari mulai Tahun 2007 sampai Tahun 2014.


(22)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kualitas Air

Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur dengan air khususnya pada air tanah dangkal. Mikroba yang paling berbahaya adalah mikroba yang berasal dari tinja yaitu bakteri Coli, mikroba yang datang dari tinja ini tidak baik bagi kesehatan apabila digunakan untuk kepentingan kehidupan manusia terutama kebutuhan rumah tangga (Sri Wahyuni,2012).

Air yang sehat adalah air yang mempengaruhi persyaratan kualitas air yang mencakup parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika adalah parameter yang dapat ditetapkan dengan cara pengukuran secara fisis seperti kekeruhan, bau, lumpur, dan lain-lain. Parameter kimia merupakan parameter yang dominan yaitu mengukur kondisi air akibat buangan industri. Parameter yang banyak menciptakan pencemaran dan bahaya terhadap lingkungan meliputi kimia organik (minyak, lemak, peptisida hidrokarbon, protein, fenol) dan kimia anorganik (pH, BOD, COD, nitrat,nitrit, ohosphat, air raksa dll). Parameter Biologi merupakan parameter yang berhubungan dengan kehadiran jasad renik seperti bakteri yang bersifat patogen, parasit maupun sebagai sebagai penghasil racun terutama yang berasal dari limbah domestik dan rumah sakit yang menimbulkan gangguan terhadap kesehatan.


(23)

7

2.2 Pencemaran Air

Semakin banyak populasi manusia dan perkembangan industri akan semakin banyak masalah yang timbul, seperti masalah pencemaran tanah, air, udara, dan suara, munculnya daerah pemukiman kumuh, masalah sosial, ekonomi, dan kesehatan, terutama di kota-kota besar. Pencemaran yang mengakibatkan penurunan kualitas air dapat berasal dari limbah terpusat seperti limbah industri, limbah usaha peternakan, limbah perhotelan dan limbah rumah sakit.

Suatu perairan yang tercemar biasanya mengalami perubahan. Perubahan itu berupa perubahan fisik, kimia dan biologis yang dapat mempe9 ngaruhi ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan pertanian, industri, rekreasi, dan keperluan manusia maupun manfaat air lainnya. Oleh karena itu perlu terlebih dahulu ditentukan status kualitas airnya (baku mutu air). Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan. Perubahan yang terjadi tersebut adalah sebagai berikut (Harianto, 2007,dalam Heri,2008) :

1. Adanya perubahan pH atau ion hydrogen,

2. Adanya perubahan warna, suhu, bau, dan rasa, 3. Adanya endapan dan bahan terlarut,

4. Adanya mikroorganisme serta meningkatnya zat radio aktif air.

Air perlu terus dilestarikan secara berkelanjutan dan dicegah dari pencemaran sehingga dapat bertahan tingkat mutu dan kualitasnya. Oleh karena itu diperlukan pengendalian terhadap pencemaran air dengan menetapkan baku mutu air. Dampak negatif dari pencemaran air memiliki nilai ekologi, sosial


(24)

8

budaya dan nilai (biaya) ekonomis, air yang tercemar akan menghabiskan biaya yang besar. Untuk mencegah pencemaran air, pemerintah mengeluarkan.

peraturan melalui PP No. 82 Tahun 2001 yang berisi tentang aturan pengendalian pencemaran air. Menurut Peraturan Pemeintah No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan. Kualitas air dan pengendalian pencemaran air, air dibagi menurut peruntukkannya yaitu:

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.


(25)

9

2.3 Air Limbah

Air limbah (waste water) adalah kotoran dari masyarakat dan kotoran

rumah tangga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan dan buangan air lainnya (Sugiharto, 1987).

Air limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama dari air yang telah dipergunakan dengan hampir 0,1 % dari padanya berupa benda-benda padat ynag terdiri dari zat organik dan non organik (Mahida, 1984)

Sumber air limbah berasal dari (Sastrawijaya, 1991) :

1. Air limbah domestikAir limbah domestik adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotek, rumah sakit, rumah makan dan sebagainya yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri dari zat organik baik berupa padat atau cair, bahkan berbahaya, dan beracun (B3), garam terlarut, lemak dan bakteri terutama golongan fecal coli, jasad patogen dan parasit.

2. Air limbah non domestik Air limbah non domestik adalah semua buangan yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi dan sumbersumber lainnya.

2.4 Sifat dan Komposisi Air Limbah

Adapun sifat dan komposisi yang terkandung dalam air limbah yaitu :

1. Sifat air limbah Menurut Narmiyati, 2007, Sifat air limbah dapat di golongkan seperti dibawah ini :


(26)

10

a. Sifat fisikAir limbah terdiri dari 99,9 % air dan 0,1 % zat padat. Zat padat berupa zat organik dan anorganik (sebagai larutan). Air limbah rumah tangga sedikit berbau, berwarna gelap, dan agak berbusa, sering mengandung kotoran manusia dan sampah dapur. Temperaturnya lebih tinggi dari temperatur air bersih dan udara sekitarnya.

b. Sifat kimiaSifat kimia ini disebabkan oleh adanya zat-zat organik dan anorganik di dalam air limbah, yang berasal dari limbah manusia maupun kegiatan lain manusia. Zat organik dapat mengandung nitrogen seperti lemak, sedangkan zat anorganik dapat mengandung logam, fosfat, klor dan gas-gas.

c. Sifat bakteriologiSifat bakteriologi air limbah disebabkan oleh adanya kehidupan biologis atau mikrobiologis di dalamnya. Dalam proses metabolisme, mikroba menguraikan zat-zat terlarut maupun suspensi yang digunakan untuk pertumbuhan, pembentukan dinding sel dan sumber tenaga.

2. Komposisi air limbah

Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat. Akan tetapi dalam hal ini, secara garis besar zat-zat yang terdapat di dalam air limbah dan aliran rata-ratanya dapat dikelompokkan seperti pada skema berikut ini :


(27)

11

Tabel 2.1. Rata-rata aliran air limbah dari daerah perumahan.

Sumber Unit Unit

Jumlah Aliran (lt/unit/hari) Antara Rata-rata

Apartemen Orang 200-300 260

Hotel, penghuni tetap Orang 150-220 190

Tempat tinggal keluarga

Rumah pada umumnya Orang 190-350 280 Rumah yang lebih baik Orang 250-400 310

Rumah mewah Orang 300-550 380

Rumah agak modern Orang 100-250 200

Rumah pondok Orang 100-240 190

Rumah gandengan Orang 120-200 150 Sumber : Sugiharto, 1987

Gambar 2.1 Skema Komposisi Air Limbah (Sugiharto, 1987) Air Limbah

Air (99,9 %) Bahan Padat (0,1 %)


(28)

12 BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Indeks Kualitas Air

Pada kondisi normal, sangatlah penting untuk memeriksa kondisi mesin-mesin, tetapi juga selalu memeriksa air agar kualitas selalu terjaga. Jika pengendalian kualitas air selalu difungsikan sebagaimana mestinya. Metode indeks kualitas air merupakan metode yang digunakan untuk memenuhi kualitas air pada parameter tertentu. Parameter tersebut antara lain:

1.BOD (Biologycal Oxygen Demand)

BOD atau yang disebut Kubutuhan biologi akan osigen yaitu banyaknya oksigen yang dibutuhkan pada mikroorganisme pada waktu melakukan proses dekomposisi bahan organik yang ada diperairan (Sutrisno, 1991). BOD merupakan parameter yang umum dipakai untuk menentukan besarnya pencemaran oleh bahan-bahan organik air buangan.

Nilai BOD dipengaruhi oleh suhu, densitas plankton keberadaan mikroba, seta kandungan jenis bahan organik. Semakin banyak zat organik semakin besar kebutuhan oksigen maka semakin besar pula nilai BOD-nya. Nilai BOD dapat diperoleh dengan sistem pencemaran 5 hari atau dengan pendekatan dari nilai COD yang diperoleh.


(29)

13 a. Sistem pencemaran 5 hari

BOD (mg/l)=(DO campuran segera – DO lima hari ) x30 x faktor angka faktor adalah bilangan penggali yang merupakan fungsi lama pengeraman, suhu inkubator,beberapa kali pengeceran 3x suhu inkubator

b. sistem pendekatan dari nilai COD yang diperoleh (menurut Metclaf dan Eddy, 1991)

BOD (mg/l) = (0,3 hingga 0,6) COD ± c

Artinya nilai BOD dapat diperoleh dengan mengalikan COD dengan faktor penggali, dimana faktor pengali tersebut mempunyai nilai antara 0,3 sampai 0,6 dengan suku pengurang atau jumlah tertentu.

Penentuan faktor pengali dengan suku pengurang atau penjumlah.  Catat nilai COD dari sistem pengeraman 5 hari selama satu

bulan

 Catat nilai COD selama 1 bulan yang sama

 Dekati hubungan atara keduanya dengan pendekatan regresi linier sehingga diperoleh persamaan garis lurus berupa : BOD = m COD ± c

Dengan, m: kemiringan garis lurus atau faktor pengali c: suku pengurang atau penjumlah

kemudian persamaan tersebut yang diperoleh dapat digunakan untuk menchek BOD hasil pengeraman lima


(30)

14

hari untuk satu bulan didepan atau dengan langsung mengambil faktor pengali dari nilai tengah antara 0,3 sampai 0,6 adalah 0,45 sehingga persamaan nilai COD yang diperoleh berupa : BOD (mg/l) = 0,45 x COD.

2. DO (Dissolved Oxygen)

DO menunjukan besarnya Oksigen terlarut dalam air. Dissolve Oxygen (DO), merupakan unsur terpenting dalam kandungan air dalam menghidupi makhluk hidup yang ada didalamnya. Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara alamiah sangat tergantung pada cukup tidaknya kadar oksigen terlarut. Oksigen terlarut dalam air berasal dari udara dan proses fotosintesis tumbuhan air. Terlarutnya oksigen didalam air tergantung pada temperatur, tekanan hidrometik udara, dan kadar udara dalam air. Pada umumnya semakin besar nilai DO maka kondisi air semakin baik, ssebaliknya jika semakin rendah nilai DO maka kondisi air semakin jelek (tercemar). Rendahnya kadar DO tentunya akan mengakibatkan turunnya kenyamanan ikan dan makhluk hidup lain yang menggantungkan hidupnya pada kadar DO.

3. COD (Chemical Oxygen Demand )

COD atau kebutuhan kimiawi akan oksigen adalah banyaknya Oksidator kuat yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik dalam air, dihitung sebagai mg/l O2. COD digunakan untuk mengukur banyaknya oksigen yang setara dengan bahan organik dalam sampel air, yang mudah dioksidasi senyawa oksidator kuat.


(31)

15

Penentuan nilsi COD dapat ditentukan menggunakan rumus :

4.pH

pH (derajat keasaman) menunjukan kadar asam atau basa pada larutan melalui konsentrasi ino H+. Nilai pH biasanya berkisar antara 1-14,Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu pH = 7, sedangkan pH air yang terpolusi, seperti air buangan nilai pH-nya berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya. pH yang kurang dari 7 bersifat asam dan yang lebih dari 7 bersifat basa. Dalam pengukuran pH dapat menggunakan pH meter, kertas lakmus, dan cara kalori meter. Dalam penyediaan air, pH merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa drajat keasaman air akan sangat mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misal dalam pencegahan korosi.

5.Suhu

Pengukuran suhu yaitu untuk perhitungan indeks kualitas air dan indentifikasi sumber air. Pengukuran dapat menggunakan termometer air raksa dari celsius. Prubahan suhu dipengaruhi oleh musim, lintang, waktu dalam hari, sirkulasi udara dan aliran kedalaman badan air. Kenaikan suhu akan menimbulkan beberapa akibat terhadap kualitas air, sebagai berikut :

a. Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun, b. Kecepatan reaksi kimia meningkat,


(32)

16

c. Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu,

d. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan, dan hewan lainnya mungkin akan mati.

6. SS (Suspended Solid)

Zat padat suspensi (SS) merupakan zat padat organik maupun anorganik yang bersifat koloid yang melayang-layang dalam air dan zat padat yang akan mengendap dalam keadaan diam karena pengaruh gravitasi. Jika suatu limbah padatan dibuang didalam air maka akan terdapat dua kemungkinan, jika limbah padatan itu tidak dapat larut secara sempurna dalam air limbah maka padatan tersebut akan mengendap didalam kolam atau sungai, tetapi jika limbah padatan itu dapat larut sempurna dalam air limbah maka akan menjadi koloidal dan melayang-layang dalam kolam atau sungai.

3.2 Proses Pengolahan Air Limbah

Limbah kota yang termasuk adalah limbah rumah tangga (perumahan, perdagangan, perkantoran, tempat wisata, dll) yang termasuk jalur pelayanan pipa jaringan instalasi Pengolahan Air Limbah Bantul Yogyakarta. Maka jika sudah termasuk pelanggan akan dengan sendirinya limbah yang dihasilkan akan dibuang kemudian akan menuju pada instalasi Pengolahan Air iLmbah Bantul Yogyakarta.

Limbah kota dengan tingakt pencemaran bervariasi akan masuk pada Pengolahan Air Lmbah Bantul Yogyakarta dengan tahapan sebagai


(33)

17

berikut. Limbah dipompakan kedalam Grit Chamber dengan

menggunakan pompa angkat. Sebelum pompa angakat tersebut dipasang saringa jeruji untuk melindunggi pompa dari kerusakan akibat limbah besar (padat). Pompa angkat tersebut jenis ulir (screw) dengan pola

angkatan yang membentuk sudut 45o itu maka pompa angkat dapat bekerja secara sinambungan tanpa tersumbat oleh kotoran-kotoran padat yang terbawa oleh aliran limbah. Pada pengolah ini dipasang tiga buah pompa angakat, dimana dalam satu buah pompa digunakan sebagai cadangan. Pompa jenis screw dikendalikan secara otomatis berdasarkan kuantitas

limbah yang mengalir, artinya kerja pompa bergantung pada kuantitas limbah.

Dengan pompa angkat, limbah akan dituangkan kedalam grit

Chamber dimana hasilnya akan dialirkan disaringan kasar (Bar Screen)

untuk menangkap kotoran-kotoran seperti kantong plastik, ranting-ranting kayu, dan kotaran ringan lainya. Tanah, pasir dan kotoran lainya akan mengendap dan berkumpul didasar grit Chamber kemudian dikeluarkan

melalui pompa celup (submersible pump) dan akan dipisahkan menjadi

limbah cair dan padat dengan menggunakan siklon pemisah (cyclon

separator). Padatan itu akan ditampung dalam hopper yang berada

dibawah siklon dan dibuang secara berkala, sedang limbah cair dikembalikan kedalam Grit Chamber.

Limbah yang diolah secara fisik tersebut diumpankan melalui tangki distribusi ke laguna aerasi fakultatif. Laguna aerasi fakultatif dibagi


(34)

18

dalam dua jalur dan tiap jalur terdiri dari dua kolam yang dirangkai seri (dapat dilihat pada lampiran IV). Didalam laguna aerasi fakultatif, kotoran-kotoran organik yang terkandung dalam limbah akan diuraikan dan dihilangakan secara bio kimiawi dengan bantuan bakteri aerobik dan anaerobik. Pada permukaan laguna aerasi fakultatif, aerator mekanis dipasang untuk memasok oksigen, kemudian kotoran organik diuraikan oleh bakteri aerobik, dan secara bersamaan pada bagian dasar atau bawah laguna yang tidak mengandung oksigen terjadi penguraian kotoran organik oleh bakteri anaerobik.

Penghilangan kotoran organik dilaguna aerasi, limbah olahan tersebut dialirkan kekolam pertumbuhan. Seperti halnya laguna aerasi fakultatif, kolam pertumbuhan juga terdiri dari dua sistem yang dirangkai secara pararel. Penghilangan kotoran organik dan bakteri Collon bacilli, limbah olahan selanjutnya dialirkan kesungai bedong melalui pipa beton dengan saluran terbuka.

Lumpur yang megendap didasar laguna aerasi fakultatif, diuraikan oleh bakteri anaerobik dan lumpur tersebut harus dikuras atau dihisap setiap satu atau dua tahun sekali, secara vakum dengan menggunakan ejektor udara bertekanan, lumpur yang terkumpul didasar kolam dihisap dan kemudian ditampung dalam bak-bak pengeringan. Pada bak-bak pengeringan, lumpur dikeringkan sebagai pupuk pertanian. Untuk proses Instalasi Pengolahan Air Lmbah Bantul Yogyakarta (dapat dilihat pada lampiran V)


(35)

19 3.3 Koefisien korelasi

Koefisien korelasi adalah nilai yang menunjukan kuat/tidaknya hubungan linier antar dua variabel. Koefisien korelasi biasa dilambangkan dengan huruf r dimana nilai r dapat bervariasi dari -1 sampai +1. Nilai r yang mendekati -1 atau +1 menunjukan hubungan yang kuat antara dua variabel tersebut dan nilai r yang mendekati 0 mengindikasikan lemahnya hubungan antara dua variabel tersebut. Sedangkan tanda + (positif) dan – (negatif) memberikan informasi mengenai arah hubungan antara dua variabel tersebut. Jika bernilai + (positif) maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang searah. Dalam arti lain peningkatan X akan bersamaan dengan peningkatan Y dan begitu juga sebaliknya. Jika bernilai – (negatif) artinya korelasi antara kedua variabel tersebut bersifat berlawanan. Peningkatan nilai X akan dibarengi dengan penurunan Y. Koefisien korelasi

pearson atau Product Moment Coefficient of Correlation adalah nilai yang

menunjukan keeratan hubungan linier dua variabel dengan skala data interval atau rasio. Rumus yang digunakan adalah:

Koefisien korelasi rangking Spearman atau Spearman rank correlation coeficient

merupakan nilai yang menunjukan keeratan hubungan linier antara dua variabel dengan skala data ordinal.


(36)

20

Koefisien Spearman biasa dilambangkan dengan . Rumusnya yang

digunakan adalah:

Dimana di = selisih dari pasangan ke-i atau Xi – Yi ; n = banyaknya pasangan rank

Jika variabel X dan Y independen maka nilai r = 0, akan tetapi jika nilai r=0, X dan Y tidak selalu independen. Variabel X dan Y hanya tidak berasosiasi. Perlu diketahui bahwa hasil dari koefisien koefisien korelasi hanya bisa digunakan sebagai indikasi awal dalam analisa. Nilai dari koefisien korelasi tidak dapat menggambarkan hubungan sebab akibat antara variabel X dan Y. Untuk sampai pada adanya hubungnan sebab dan akibat diperlukan penelitian yang lebih intensif atau dapat didasarkan pada teori yang ada dimana X mempengaruhi Y atau Y yang mempengaruhi X.

Selain itu, dalam menganalisa hubungan antara X dan Y, tentunya harus didasarkan adanya hubungan yang logis antara kedua variabel tersebut. Kita tidak bisa sembarangan mengukur koefisien korelasi antara dua variabel. Misalnya, variabel Y merupakan data mengenai banyaknya angka kecelakan yang terjadi di Jakarta pada tahun 2013 dan variabel X adalah jumlah kasus pencurian di Jakarta pada tahun 2013. Kemudian dihitung koefisien korelasi antara variabel X dan Y, diperoleh hubunganya yang kuat antara kedua variabel tersebut.


(37)

21 3.4 Baku mutu air

Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaanya dalam air (PP RI No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air).

Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas,menurut PP RI No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air sebagai berikut:

1. Kelas I, air yang peruntukanya dapat digunakan untuk air baku minum, dan atau peruntukanya lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas II, air yang peruntukanya dapat digunakan untuk prasaran/sarana rekreasi air, pembudidaya ikan tawar. peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas III, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.


(38)

22

Pembagian kelas ini didasarkan pada peringkat (gradasi) tingkatan baiknya mutu air, dan kemungkinan kegunaanya. Tingkat mutu air Kelas satu merupakan tingkatan terbaik. Secara relatif, tingkatan mutu air kelas satu lebih baik dari kelas dua dan seterusnya.

Air baku air minum adalah air yang dapat diolah menjadi air yang layak sebagai air minum dengan pengolahan secara sederhana dengan cara filtrasi, disinfeksi, dan dididihkan.

Tabel 3.1 Kriteria Mutu Air PARA

SAT KELAS KETERANGAN

METER I II III IV

SUHU OC deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5

Deviasi suhu dari keadaan alamiahnya

Ph 6-9 6-9 6-9 6-9

SS mg/L 50 50 400 400

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0

Angka Batas Minimum (Sumber : PP RI No. 82 Tahun 2001)

Baku mutu yang digunakan pihak IPAL sendiri menggunakan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan untuk Wilayah Provinsi Yogyakarta.

Nilai DO yang digunakan sebagai parameter hasil pengolahan berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang Baku mutu Air (Golongan C > 3 mg/l)


(39)

23

Tabel 3.2. Kriteria Baku Mutu Limbah Cair

No. PARAMETER SATUAN

KADAR MAKSIMUM GOLONGAN MUTU LIMBAH

CAIR

I II III IV

I FISIKA

1 Suhu 0C 35 40 45 45

II KIMIA

1 BOD 5 mg/L 30 50 150 300

2 COD mg/L 60 100 300 600

3 SS mg/L 100 200 300 400

4 pH 6-9 6-9 6-9 6-9

(Sumber : Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor. 214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan untuk Wilayah Provinsi Yogyakarta.)


(40)

24 BAB IV

METEDOLOGI PENELITIAN 4.1 Tahap Penelitian

dalam melakukan penelitian sampai dengan menyusun laporan terdapat tahapan-tahapan yang dilakukan untuk selanjutnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Tidak Ya

Gambar 4.1 Bagan Alir Penelitian Mulai

Persiapan

1. Perizinan Pengambilan Data 2. Observasi Lapangan

3. Peraturan Pemerintah PP no. 82 tahun 2001

Pengumpulan Data

Rekapitulasi Data

Data Lengkap

Analisis Data 1. Grafik

2. Perhitungan Efektifitas

Pembahasan dan Kesimpulan


(41)

25 4.2 Metode Pengumpulan Data

1. Metode Observasi

Observasi yang peneliti lakukan terkait dengan pengambilan data dengan cara melakukan pengamatan secara sistematis terhadap gejala kualitas yang diteliti dalam pelaksanaan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah ditinjau selama kurun waktu tahun 2007 sampai tahun 2008 di IPAL Sewon.

2. Studi Pustaka

Metode Studi Pustaka yaitu metode untuk mendapatkan landasan teori terhadap masalah yang membahas dengan cara membaca dan memahami buku-buku atau media lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

3. Metode Interview atau Wawancara

Metode interview yaitu metode pengambilan data dengan cara tanya jawab sepihak dengan pihak-pihak yang bersangkutan seperti pada pihak kepala bagian engineering atau tekniksi bidang sipil dan juga kepada pihak kepala

bagian Laboratorium. 4. Metode Dokumentasi

Untuk melengkapi kedua teknik pengumpulan data sebelumnya, teknik dokumentasi digunakan untuk mengkorelasi data-data sekunder yang berasal dari dokumen-dokumen berupa keterangan mengenai peristiwa yang menjadi fokus penelitian pada instalasi yang diteliti.


(42)

26 4.3 Data Yang dikumpulkan

Pada umumnya penelitian ada dua macam data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dilapangan yang diperoleh pada waktu survei. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pengambilan data yang sudah ada, baik itu dari survey sebelumnya atau dari instansi terkait.

Data yang menjadi dasar penulis melakukan analisa merupakan data sekunder. Data sekunder yang didapat dari IPAL Bantul adalah sebagai berikut:

1. Data Kualitas Inlet dan Outlet Air Limbah IPAL Bantul Yogyakarta selama tahun 2007 Sampai tahun 2014, (dapat dilihat pada Lampiran I).

2. Data Volume Air masuk IPAL Bantul selama tahun 2007 Sampai tahun 2014, (dapat dilihat pada Lampiran II).

3. Jenis item dan Alat oprasional Air Limbah IPAL Bantul Yogyakarta selama tahun 2007 Sampai tahun 2014, (dapat dilihat pada Lampiran III).

4. Baku mutu Air menurut PP RI No. 82 Tahun 2001 tenntang Pengolahan Kualitas air dan Pengendalian pencemaran dan Menurut keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang baku mutu lingkungan Daerah untuk Wilayah provinsi DIY, bagi Baku Mutu Air Limbah Cair , (dapat dilihat pada Lampiran IV).

5. Data unit Istalasi Pengolahan Air Limbah Bantul Yogyakarta, dan Gambar macam-macam alat oprasional di IPAL


(43)

27 BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah BOD 5.1.1. Parameter BOD

Analisa terhadap nilai BOD pada instalasi pengolahan air limbah pada tahun 2007-2014 dilakukan dengan menganalisa data kualitas air limbah, rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

Data kualitas air limbah pada waktu inlet maupun pada waktuOutlet, sampel air limbah dijadikan bahan analisa BOD adalah air limbah pada saringan jeruji untuk BOD inlet sedang BOD outlet dianalisa berdasarkan sampel air yang diambil pada kolam pematangan (maturation pond).

5.1.2. Efektifitas Penurunan Parameter BOD

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata BOD inlet dan BOD outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata BOD inlet 127,5 mg/lt sebesar sedang nilai rata-rata BOD outlet sebesar 15,6 mg/lt.


(44)

28

Perhitungan efisiensi penggolahan air limbah rumah tangga di Instalasi pengelolaan air limbah Yogyakarta. Yang meliputi efisien penurunan nilai BOD, COD, SS dari air limbah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Dan efisiensi peningkata nilai DO, Suhu, pH dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan : Ki = Nilai rata- rata Parameter Inlet Ke = Nilai rata- rata Parameter Onlet

Perhitungan efisiensi pengelolaan air limbah rumah tangga di Instalasi pengelolaan air Limbah Yogyakarta. Menggunakan rumus efisiensi penurunan maka dapat diuraikan sebagai berikut

Efisiensi = 87,7 %

Tabel 5.1 Efektifitas Penurunan Parameter BOD

Tahun BOD

inlet

BOD outlet

Efektifitas Penurunan 2007 153.79 15.06 90.20 2008 109.10 12.83 88.24 2009 116.75 12.83 89.01 2010 112.40 17.13 84.76 2011 130.82 14.43 88.97 2012 154.17 16.50 89.30 2013 111.77 15.62 86.02 2014 131.28 20.38 84.47 rata-rata 127.5 15.597 87.77 (sumber: Perhitungan)


(45)

29

Untuk Grafik nilai penurunan Efektifitas BOD dapat dilihat pa Gambar 5.2 di bawah ini:

Gambar 5.2 Grafik Penurunan Efektifitas BOD dari Tahun 2007-2014 5.1.3. Hubungan Volume dengan Parameter BOD

Analisa pengaruh BOD dengan volume dari tahun 2007-2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Gambar 5.3 Pengaruh Hubungan BOD dengan Volume

Dari gambar diatas nilai BOD tidak berpengaruh sangat besar terlihat bahwa titik-titik grafik tidak beraturan tetapi cenderung menurun secara tidak beraturan akibat debit volume yang masuk.


(46)

30

Perhitungan regresi untuk hubungan volume debit yang masuk dengan nilai BOD dapat dilihat pada tabel:

Tabel 5.2 Perhitungan regresi untuk nilai BOD dengan Volume Tahun BOD inlet

(X)

Volume (Y)

XY

2007 153.79 5852.7 23649.83 34254097.29 900,057.47 2008 109.10 7314.4 11902.99 53500447.36 798,007.14 2009 116.75 8164.63 13631.15 66661183.04 953,240.96 2010 112.40 9776.3 12633.76 95576041.69 1,098,856.12 2011 130.82 11080.92 17113.00 122786788 1,449,569.02 2012 154.17 12250.56 23767.36 150076220.3 1,888,628.00 2013 111.77 15121.98 12492.68 228674279.1 1,690,193.79 2014 131.28 11415.65 17233.91 130317064.9 1,498,623.70 Total 1020.07 80977.14 132424.68 881846121.8 82602378,19 (sumber: Perhitungan)

Dapat dihitung metode regresi dengan koefisien korelasi (r) dengan rumus seperti berikut :


(47)

31

Jadi, terdapat hubungan linier antara nilai rata-rata BOD inlet dan dan volume debit air limbah yang masuk dimana hubungan linier yang terjadi dapat dikatakan kuat dan positif. Dengan demikian, kenaikan nilai rata-rata BOD terjadi bersama – sama dengan volume debit air limbah. Begitu juga sebaliknya, penurunan nilai ratarata BOD terjadi berasama -sama dengan penurunan volume debit air limbah yang masuk.

5.1.4. Pembahasan BOD

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata BOD inlet dan BOD outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata BOD inlet 127,5 mg/lt sedang nilai rata-rata BODoutlet sebesar 15,6 mg/lt.

Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

 nilai rata-rata BOD inlet : 127,5 mg/lt.  nilai rata-rata BOD outlet : 15,6 mg/lt.

BODinlet dan BODoutlet relatif tidak aman karena kadar BOD maksimal Kelas IV kualitas air adalah 12 mg/l, sehingga untuk mencapai kualitas air Kelas III sampai dengan Kelas I diharuskan diolah terlebih dahulu.

Menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan


(48)

32

Daerah Untuk Wilayah Propinsi DIY, BODoutlet (15,6 mg/lt.) relatif aman karena kadar BOD maksimal Kelas I kualitas air adalah 30 mg/l.

Untuk Efektifitas BOD terjadi penurunan secara linier selama tahun 2007 sampai tahun 2014 terjadi dikarenakan proses aerasi dengan alat aerator mengalami mengalami penurunan kinerja aerator sehingga efektifitas penurunan BOD dapat terjadi tiap tahun secara terus menerus. Penurunan nilai BOD juga dipengaruhi oleh Volume yang masuk seperti pada Gambar 5.4

5.2. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah DO 5.2.1. Parameter DO

Oksigen terlarut diperlukan untuk pemurnian air dan pengolahan air limbah, yaitu menguranggi bahan pencemar sebelum masuk kesungai. Proses pengolahan dilakukan oleh jasad renik aerob dan anaerob. Jasa renik aerob memerlukan oksigen bebas untuk mengoksidsi bahan organik dan anorganik sehingga diperoleh hasil yang tidak membahayakan.

Data kualitas air limbah berdasarkan kualitas parameter DO, yang meliputi rata-rata DO inlet dan DO outlet selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 5.4 berikut ini.


(49)

33

Gambar 5.4 Nilai DO dari tahun 2007 sampai 2014. 5.2.2. Efektifitas Penurunan DO

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata DO inlet dan DO outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata DO inlet sebesar 2,19 mg/lt sedang nilai rata-rata DO outlet sebesar 4,62 mg/lt.dapat dilihat pada table berikut ini.

Menggunakan rumus efisiensi kenaikan maka dapat diuraikan sebagai berikut:

Efisiensi = x 100% = 52,4 %

Tabel 5.3 Efektifitas Penurunan DO

Tahun DO

inlet

DO outlet

Efektifitas Penurunan

2007 1.66 5.72 70.96

2008 3.55 6.32 43.88

2009 3.13 6.51 51.86

2010 2.68 5.06 46.95

2011 1.84 4.13 55.35

2012 1.26 3.46 63.67

2013 1.83 3.00 38.92

2014 1.63 2.78 41.42

rata-rata 2.19 4.62 52.44


(50)

34

Untuk Grafik nilai penurunan Efektifitas DO dapat dilihat pa Gambar 5.5 di bawah ini:

Gambar 5.5 Grafik Penurunan Efektifitas DO dari Tahun 2007-2014 5.2.3. Hubungan Volume dengan Parameter DO

Analisa pengaruh DO dengan volume dari tahun 2007- 2014 dapat dilihat pada Gambar 5.6 di bawah ini:

Gambar 5.6 Pengaruh Hubungan DO dengan Volume

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin turun volume debit yang masuk maka semakin naik nilai DO pada air limbah.


(51)

35

5.2.4. Pembahasan DO

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata DO inlet dan DO outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata DO inlet 2,19 mg/lt sedang nilai rata-rata DO outlet sebesar 4,62 mg/lt.

Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

 nilai rata-rata DO inlet : 2,19 mg/lt  nilai rata-rata DO outlet : 4,62 mg/lt

DOinlet tergolong antara Kelas III-IV, Kelas III (3 mg/l) dan Kelas IV (0 mg/l) sedangkan DOoutlet aman tergolong Kelas II (4 mg/l) - Kelas I (6 mg/l).

Menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan Daerah Untuk Wilayah Propinsi DIY bagi Baku Mutu Limbah Cair, DOoutlet (5,69 mg/lt) aman karena kadar DO untuk Kualitas air Golongan C ( > 3 mg/l ).

Untuk Efektifitas DO terjadi secara tidak beraturan tetapi cenderung menurun selama tahun 2007 sampai tahun 2014 terjadi selain dikarenakan proses aerasi dengan alat aerator mengalami penurunan kinerja aerator juga terjadi karena curah hujan yang tunggi pada tahun 2012 yang mempengaruhi kolam fakultatif sehingga efektifitas DO dapat terjadi penurunan tiap tahun secara terus menerus. Pada gambar diatas Penurunan nilai DO juga dipengaruhi oleh Volume debit yang masuk.


(52)

36

5.3 Analisa Parameter Kualitas Air Limbah COD 5.3.1. Parameter COD

COD (mg/lt) adalah banyaknya oksidator yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dalam air. Jadi dengan semakin tinggi nilai COD maka oksigen yang terlarut DO di dalam air akan semakin sedikit sehingga kualitas kehidupan didalam air limbah semakin rendah.

Data kualita air limbah terhadap parameter COD yang meliputi rata-rata COD inlet dan COD outlet dapat dilihat pada Gambar 5.7 berikut ini.

Gambar 5.7 Nilai CODdari tahun 2007 sampai 2014 5.3.2. Efektifitas Penurunan Parameter COD

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata COD inlet dan COD outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata COD inlet sebesar 390,8 mg/lt sedang nilai rata-rata COD outlet sebesar 59,4 mg/lt

Menggunakan rumus efisiensi penurunan maka dapat diuraikan sebagai berikut


(53)

37

Tabel 5.4 Efektifitas Penurunan COD Tahun 2007 sampai Tahun 2014 Tahun COD

inlet

COD outlet

Efektifitas Penurunan

2007 461.3 44.1 90.43 2008 315.4 53.2 83.12 2009 317.2 54.4 82.84 2010 299.5 57.4 80.83 2011 386.0 58.6 84.83 2012 502.7 62.3 87.62 2013 359.9 64.4 82.10 2014 484.30 81.0 83.27 rata-rata 391,4 59,1 84.79

(sumber: Perhitungan)

Untuk Grafik nilai penurunan Efektifitas COD dapat dilihat pa Gambar 5.8 di bawah ini:

Gambar 5.8 Grafik Penurunan Efektifitas COD dari Tahun 2007-2014 5.3.3. Hubungan Volume dengan Parameter COD

Analisa pengaruh COD dengan volume dari Tahun 2007- 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(54)

38

Gambar 5.9 Pengaruh Hubungan COD dengan Volume

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa garis antara nilai dan volume naik seiring tingginya volume debit yang masuk semakin naik nilai COD pada air limbah.

5.3.4. Pembahasan COD

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata COD inlet dan COD outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata COD inlet 390,8 mg/lt sedang nilai rata-rata CODoutlet sebesar 41,83 mg/lt.

Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

 nilai rata-rata COD inlet : 390,8 mg/lt  nilai rata-rata COD outlet : 59,4 mg/lt

COD inlet sebesar 390,8 mg/lt relatif tidak aman karena tidak tergolong dalam Kelas Air, karena maksimal kadar Kelas IV (100 mg/l) sedang CODoutlet sebesar 59,4 mg/lt relatif aman dan tergolong pada Kelas III (50 mg/l).


(55)

39

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan Daerah Untuk Wilayah Propinsi DIY, CODoutle (59,4 mg/lt) relatif aman karena kadar COD maksimal Kelas I kualitas air adalah 60 mg/l.

Untuk Efektifitas COD hamper mirip dengan DO terjadi secara tidak beraturan tetapi cenderung menurun selama tahun 2007 sampai tahun 2014 terjadi selain dikarenakan proses aerasi dengan alat aerator mengalami penurunan kinerja aerator juga terjadi karena curah hujan yang tunggi pada tahun 2012 sehingga efektifitas COD dapat terjadi penurunan tiap tahun secara terus menerus. Tidak terjadi pengaruh yang besar antara nilai COD dengan volume.

5.4. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah pH 5.4.1. Parameter pH

Parameter pH menunjukan konsentrasi ion hidrogen dala air. Air yang masih segar dari pegunungan memiliki pH yang tinggi, kemudian menjadi asam karena pertambahan bahan-bahan organik yang kemudian membebaskan CO2 jika mengurai, karna pada dasarnya kandungan ion hidrogen sangat berpengaruh terhadap kandungan CO2.

Data kualita air limbah terhadap parameter pH inlet dan pH outlet dapat dilihat pada Gambar 5.10.


(56)

40

Gambar 5.10 Nilai pH dari Tahun 2007 sampai 2014. 5.4.2 Efektifitas Kenaikan Parameter pH

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata pH inlet dan pH outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata pH inlet 6,75 sebesar sedang nilai rata-rata pH outlet sebesar 7,28

Menggunakan rumus efisiensi kenaikan maka dapat diuraikan sebagai berikut:

Efisiensi = x 100% = 7,3 %

Tabel 5.5 Efektifitas Kenaikan pH

Tahun pH

inlet

pH outlet

Efektifitas Penurunan (%)

2007 6,21 7,56 16,53

2008 6,95 7,69 9,62

2009 7,10 7,35 3,40

2010 6,87 6,98 1,58

2011 6,84 7,12 3,93

2012 6,89 7,39 6,64

2013 6,76 7,26 6,89

2014 6,24 6,89 9,4

rata-rata 6,75 7,28 7,33


(57)

41

Untuk Grafik nilai penurunan Efektifitas pH dapat dilihat pada Gambar 5.11 di bawah ini

Gambar 5.11 Grafik Efektifitas penurunan nilai pH 5.4.3. Hubungan Volume dengan Parameter pH

Analisa pengaruh pH dengan volume dari Tahun 2007- 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Gambar 5.12 Pengaruh Hubungan pH dengan Volume.

Dari gambar diatas dapat dilihat garis linier bahwa semakin tinggi volume debit yang masuk maka semakin naik nilai pH walau kenaikanya sangat sedikit pada air limbah.


(58)

42

5.4.4. Pembahasan pH

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata pH inlet dan pH outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata pH inlet sebesar 6,75 sedang nilai rata-rata pHoutlet sebesar 7,28.

Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

 nilai rata-rata pHinlet : 6,75  nilai rata-rata pHoutlet : 7,28

pHinlet sebesar 6,75dan pHoutlet sebesar 7,28 relatif aman tergolong dalam Kelas Air I-III, karena nilai pH untuk Kelas I-III (6-9).

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan Daerah Untuk Wilayah Propinsi DIY., pHinlet sebesar 6,75 dan pHoutlet sebesar 7,28 relatif aman tergoloKelas Air I-IV, karenanilai Suhu untuk Kelas I-IV (deviasi 3 sampai deviasi 5).

Untuk Efektifitas pH terjadi penurunan dari tahun 2007-2010 mengalami curah hujan yang menurun tetapi dari tahun 2011-2014 terjadi kenaikan secara linier dengan seiringnya curah hujan yang semakin tinggi pada tahun 2014.


(59)

43

5.5. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah Suhu 5.5.1. Parameter suhu (Co)

Perubahan suhu dalam air berpengaruh terhadap peningkatan laju metabolisme, pada saat kenaikan suhu dalam air maka suhu hewan berdarah dingin akan naik sehingga terjadi peningkatan kebutuhan oksigen dari hewan tersebut.kenaikan suhu pada dasarnya akan menurunkan jumlah kandungan oksigen terlarut dalam air serta meningkatkan kecepatan reaksi-reaksi kimia dalam air termasuk juga meningkatkan keracunan pencemaran kimia dalam air.

Data kualita air limbah terhadap parameter suhu yang meliputi rata-rata suhu inlet dan suhu outlet dapat dilihat pada Gambar 5.13

Gambar 5.13 Nilai Suhu in dan Suhu out dari tahun 2007 sampai 2014.

5.5.2. Efektifitas Penurunan Parameter Suhu

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata Suhu inlet dan Suhu outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata Suhu inlet sebesar 28,32 sedang nilai rata-rata Suhu outlet sebesar 29,25


(60)

44

Menggunakan rumus efisiensi penurunan maka dapat diuraikan sebagai berikut:

Efisiensi = x 100% = 3,2 %

Tabel 5.6 Efektifitas Kenaikan Suhu

Tahun Suhu

inlet

Suhu outlet

Efektifitas Kenaikan (%)

2007 27,8 28,6 2,79

2008 27,7 28,7 3,31

2009 28,5 29,4 3,09

2010 28,7 29.4 1,58

2011 27.8 28.7 3.02

2012 27.6 28.5 3.02

2013 28.5 29.7 4.13

2014 29.5 30.5 3.33

rata-rata 28.32 29.25 3.21

(sumber: Perhitungan)

Untuk Grafik nilai penurunan Efektifitas DO dapat dilihat pada Gambar 5.14 di bawah ini

Gambar 5.14 Grafik Kenaikan Efektifitas Suhu dari Tahun 2007-2014 5.5.3. Hubungan Volume dengan Parameter Suhu

Analisa pengaruh suhu dengan volume dari Tahun 2007-2014 dapatdilihat pada Gambar 5.15 di bawah ini:


(61)

45

Gambar 5.15 Pengaruh Hubungan Suhu dengan Volume

Dari gambar diatas dapat kita simpulkan bahwa semakin tinggi volume debit yang masuk maka semakin naik nilai suhu pada air limbah. 5.5.4. Pembahasan Suhu

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata inlet dan Suhu outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata Suhu inlet sebesar sebesar 28,32 °C sedang nilai rata-rata Suhuoutlet tahun 2007 sebesar 29,25°C. Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

 nilai rata-rata Suhuinlet : 28,32 °C  nilai rata-rata Suhuoutlet : 29,25°C

Suhu inlet dan Suhuoutlet relatif aman tergolong dalam Kelas Air I-IV, karena nilai Suhu untuk Kelas I-IV (deviasi 3 sampai deviasi 5).

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan Daerah Untuk Wilayah Propinsi DIY, Suhuinlet sebesar 28,32 °C dan Suhuoutlet sebesar 29,25°C relatif aman tergolong dalam Kelas Air I, dengan nilai Suhu (35°C).


(62)

46

Untuk Efektifitas kenaikan Suhu terjadi secara linier selama tahun 2007 sampai tahun 2014 terjadi dikarenakan pemanasan global kerena proses aerasi dilapangan terbuka pada kolam fakultatif dan bersentuhan langsung sengan sinar matahariyang mempengaruhi suhu air limbah sehingga nilai suhu dapat terjadi kenaikan tiap tahun secara terus menerus seiring dengan meningkatnya pemanasan global.

5.6. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah SS 5.6.1. Parameter SS

Tingginya kandungan SS pada air limbah akan berpengaruh terhadap proses fotosintesis didalam air limbah, sehinga kualitas kehidupan organisme di dalam air limbah ikut terpengaruh. Penurunan kandungan SS pada instalasi Pengelolaan Air Limbah Yogyakarta diakibatkan oleh proses pengolahan yang terjadi, dimulai dengan saringan teruji hingga kolam pematangan.

Data kualita air limbah terhadap parameter SS yang meliputi rata-rata SS inlet dan SS outlet dapat dilihat pada Gambar 5.16


(63)

47

5.6.2. Efektifitas Penurunan Parameter SS

Pada gambar Tahun 2007 sampai Tahun 2014 dan nilai rata-rata SS inlet 229,1 mg/lt sedang nilai rata-rata SS outlet sebesar 15,29 mg/lt.

Menggunakan rumus efisiensi penurunan maka dapat diuraikan sebagai berikut:

Efisiensi = 93,3 %

Tabel 5.7 Efektifitas Penurunan SS

Tahun SS

inlet

SS outlet

Efektifitas Penurunan

2007 204.29 15.24 92.54

2008 153.42 9.87 93.57

2009 142.55 13.95 90.21

2010 168.29 16.20 90.37

2011 227.72 15.81 93.06

2012 418.14 17.34 95.85

2013 209.33 16.46 92.14

2014 309.26 17.49 94.34

rata-rata 229.12 15.29 93.32

(sumber: Perhitungan)

Untuk Grafik nilai penurunan Efektifitas DO dapat dilihat pada Gambar 5.17 di bawah ini:


(64)

48

5.6.3. Hubungan Volume dengan Parameter SS

Analisa pengaruh SS dengan volume dari tahun 2007- 2014 dapat dilihat pada Gambar 5.17 di bawah ini:

Gambar 5.17 Pengaruh Hubungan SS dengan Volume

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi volume debit yang masuk maka semakin naik nilai SS pada air limbah.

5.6.4. Pembahasan SS

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata SS inlet dan SS outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata SS inlet 15,29 mg/lt. Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

 nilai rata-rata SSnlet : 229,1 mg/lt  nilai rata-rata SSoutlet : 15,29 mg/lt

SS inlet dan SS outlet relatif aman tergolong dalam Kelas Air I-III, karena nilai SS (mg/l) untuk Kelas I-III (50-400).

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan Daerah Untuk Wilayah


(65)

49

Propinsi DIY, SSinlet aman tergolong dalam Kelas Air III (200 mg/l), dan Ssoutlet aman tergolong Kelas air I dengan kadar maksimal 100 mg/l.

Data hasil pengolahan air limbah rumah tangga pada IPAL Bantul Yogyakarta selama tahun 2007 sampai tahun 2014 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.7. Data Hasil Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga pada Instalasi Pengolahan Air Limbah Bantul Yogyakarta selama tahun 2007 berikut analisa untuk tiap parameter.

Untuk Efektifitas SS terjadi secara tidak beraturan pada tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan tetapi masuk tahun 2009 dan 2010 cenderung menurun karena curah hujan yang tinggi dan kembali naik saat curah hujan berkurang selain dikarenakan proses aerasi dengan alat aerator mengalami penurunan kinerja aerator juga terjadi karena Debit volume pembuangan air limbah yang semakin kotor juga mempengaruhi Efektifitas nilai SS.


(66)

50 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari perhitungan dan pembahasan yang telah diuraikan, hasil analisa pengolahan air limbah rumah tangga di IPAL Bantul Yogyakarta, dapat disimpulkan sebagai berukut : 1. Kualitas air hasil pengolahan air limbah rumah tangga di IPAL Bantul Yogyakarta selama tahun 2007-2014 menurut PP RI No.82 Tahun 2001 terhadap parameter BOD

outlet 15,06 mg/l belum aman dan nilai COD inlet sebesar 390,8 mg/lt juga relatif

tidak aman, sedang terhadap parameter lainnya aman, dan menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No. 214/KPTSI/1991 terhadap parameter BOD, DO, COD, pH,Suhu, SS seluruhnya aman.

2. Efisiensi hasil pengolahan air limbah rumah tangga selama tahun 2007-2014 didasarkan pada enam parameter kualitas air, pada parameter BOD (mg/l) dengan efisiensi penurunan sebesar 87,7 % (BOD inlet 127,5 mg/lt - BOD outlet sebesar 15,6 mg/lt), untuk parameter DO (mg/l) dengan efisiensi peningkatan sebesar 52,4 % (DO inlet sebesar 2,19 mg/lt - DO outlet sebesar 4,62 mg/lt), pada parameter COD (mg/l) dengan efisiensi penurunan sebesar 84,79 % (COD inlet sebesar 390,8 mg/lt - COD outlet sebesar 59,4 mg/lt), pada parameter pH dengan efisiensi peningkatan sebesar 7,3 % (pH inlet 6,75 - pH outlet sebesar 7,28), untuk parameter Suhu terjadi efisiensi peningkatan yang cukup kecil dibanding parameter lainnya yakni sebesar 3,2 % (Suhu inlet sebesar 28,32 - Suhu outlet sebesar 29,25), sedang untuk parameter SS (mg/l) terjadi efisiensi peningkatan sebesar 93,3 % (SS inlet sebesar 229,1 mg/lt -SS outlet sebesar 15,29 mg/lt)


(67)

51

3. Analisa Parameter kualitas air dengan Volume hasil pengolahan air limbah rumah tangga di IPAL Bantul Yogyakarta selama tahun 2007-2014 adalah

Untuk parameter BOD simpulkan bahwa semakin turun volume debit yang masuk maka semakin naik nilai BOD pada air limbah. Parameter volume dengan suhu bahwa semakin tinggi volume debit yang masuk maka semakin naik nilai suhu pada air limbah. Untuk parameter pH simpulkan bahwa semakin tinggi volume debit yang masuk maka semakin naik nilai pH walau kenaikanya sangat sedikit pada air limbah. Untuk parameter COD simpulkan bahwa semakin tinggi volume debit yang masuk maka semakin naik nilai COD pada air limbah. Untuk parameter DO simpulkan bahwa semakin turun volume debit yang masuk maka semakin naik nilai DO pada air limbah. Untuk parameter SS simpulkan bahwa semakin tinggi volume debit yang masuk maka semakin naik nilai SS pada air limbah

6.2. Saran

Berdasarkan hasil analisa pengolahan air limbah rumah tangga di IPAL Bantul Yogyakarta, kiranya penulis ingin memberikan beberapa saran agar untuk penulisan analisa yang hampir sama tema besarnya dapat lebih baik :

1. Perlu adanya perawatan alat-alat yang dapat menunjang kinerja proses pengolahan air limbah yang di ikuti dengan meningkatnya volume air limbah yang semakin banyak.

2. Untuk kepentingan bersama, terkait masalah air limbah sebagai pertimbangkan Rencana Aksi Daerah untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Yogyakarta. untuk itu rangka pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Harus mewujudkan kota yang nyaman dan ramah lingkungan maka optimalisasi IPAL menjadi salah satu solusi masalah air limbah.


(1)

C. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah COD

1. Parameter COD

COD (mg/lt) adalah banyaknya oksidator yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dalam air. Jadi dengan semakin tinggi nilai COD maka oksigen yang terlarut DO di dalam air akan semakin sedikit sehingga kualitas kehidupan didalam air limbah semakin rendah.

Data kualita air limbah terhadap parameter COD yang meliputi rata-rata COD inlet dan COD outlet dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

2. Efektifitas Penurunan Parameter COD

3. Hubungan Volume dengan Parameter COD Analisa pengaruh COD dengan volume dari tahun 2007- 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

4. Pembahasan COD

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata COD inlet dan COD outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata COD inlet 390,8 mg/lt sedang nilai rata-rata CODoutlet sebesar 41,83 mg/lt.

Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

CODinlet sebesar 390,8 mg/lt relatif tidak aman karena tidak tergolong dalam Kelas Air, karena maksimal kadar Kelas IV (100 mg/l) sedang CODoutlet sebesar 59,4 mg/lt relatif aman dan tergolong pada Kelas III (50 mg/l).

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan Daerah Untuk Wilayah Propinsi DIY, CODoutle (59,4 mg/lt) relatif aman karena kadar COD maksimal Kelas I kualitas air adalah 60 mg/l.

Tahun COD inlet

COD outlet

Efektifitas Penurunan 2007 461.3 44.1 90.43 2008 315.4 53.2 83.12 2009 317.2 54.4 82.84 2010 299.5 57.4 80.83 2011 386.0 58.6 84.83 2012 502.7 62.3 87.62 2013 359.9 64.4 82.10 2014 484.30 81.0 83.27 rata-rata 391 59 84.79


(2)

Untuk Efektifitas COD hamper mirip dengan DO terjadi secara tidak beraturan tetapi cenderung menurun selama tahun 2007 sampai tahun 2014 terjadi selain dikarenakan proses aerasi dengan alat aerator mengalami penurunan kinerja aerator juga terjadi karena curah hujan yang tunggi pada tahun 2012 sehingga efektifitas COD dapat terjadi penurunan tiap tahun secara terus menerus. Tidak terjadi pengaruh yang besar antara nilai COD dengan volume.

D. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah pH

1. Parameter pH

Parameter pH menunjukan konsentrasi ion hidrogen dala air. Air yang masih segar dari pegunungan memiliki pH yang tinggi.

Data kualita air limbah terhadap parameter pH inlet dan pH outlet dapat dilihat gambar dibawah ini

2.Efektifitas Kenaikan Parameter pH

Tahun pH inlet

pH outlet

Efektifitas Penurunan

2007 6,21 7,56 16,53

2008 6,95 7,69 9,62

2009 7,10 7,35 3,40

2010 6,87 6,98 1,58

2011 6,84 7,12 3,93

2012 6,89 7,39 6,64

2013 6,76 7,26 6,89

2014 6,24 6,89 9,4

rata-rata 6,75 7,28 7,33

3. Hubungan Volume dengan Parameter pH Analisa pengaruh pH dengan volume dari tahun 2007- 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

4. Pembahasan pH

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata pH inlet dan pH outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata pH inlet sebesar 6,75 sedang nilai rata-rata pHoutlet sebesar 7,28.

Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

pHinlet sebesar 6,75dan pHoutlet sebesar 7,28 relatif aman tergolong dalam Kelas Air I-III, karena nilai pH untuk Kelas I-III (6-9).

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan Daerah Untuk Wilayah Propinsi DIY., pHinlet sebesar 6,75 dan pHoutlet sebesar 7,28 relatif aman tergoloKelas Air I-IV, karenanilai Suhu untuk Kelas I-IV (deviasi 3 sampai deviasi 5).


(3)

Untuk Efektifitas pH terjadi penurunan dari tahun 2007-2010 mengalami curah hujan yang menurun tetapi dari tahun 2011-2014 terjadi kenaikan secara linier dengan seiringnya curah hujan yang semakin tinggi pada tahun 2014.

E. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah Suhu

1. Parameter suhu (Co)

Perubahan suhu dalam air berpengaruh terhadap peningkatan laju metabolisme, jumlah kandungan oksigen terlarut dalam air serta meningkatkan kecepatan reaksi-reaksi kimia dalam air termasuk juga meningkatkan keracunan pencemaran kimia dalam air

Data kualita air limbah terhadap parameter suhu yang meliputi rata-rata suhu inlet dan suhu outlet dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

2. Efektifitas Kenaikan Parameter Suhu

Tahun Suhu inlet

Suhu outlet

Efektifitas Kenaikan (%)

2007 27,8 28,6 2,79

2008 27,7 28,7 3,31

2009 28,5 29,4 3,09

2010 28,7 29.4 1,58

2011 27.8 28.7 3.02

2012 27.6 28.5 3.02

2013 28.5 29.7 4.13

2014 29.5 30.5 3.33

rata-rata 28.32 29.25 3.21

3. Hubungan Volume dengan Parameter Suhu dengan Volume

Analisa pengaruh suhu dengan volume dari tahun 2007- 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

4. Pembahasan Suhu

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata inlet dan Suhu outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata Suhu inlet sebesar sebesar 28,32 °C sedang nilai rata-rata Suhuoutlet tahun 2007 sebesar 29,25°C. Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Suhu inlet dan Suhuoutlet relatif aman tergolong dalam Kelas Air I-IV, karena nilai Suhu untuk Kelas I-IV (deviasi 3 sampai deviasi 5).

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan Daerah Untuk Wilayah Propinsi DIY, Suhuinlet sebesar 28,32 °C dan Suhuoutlet sebesar 29,25°C relatif aman tergolong dalam Kelas Air I, dengan nilai Suhu (35°C)

Untuk Efektifitas kenaikan Suhu terjadi secara linier selama tahun 2007 sampai tahun


(4)

2014 terjadi dikarenakan pemanasan global kerena proses aerasi dilapangan terbuka pada kolam fakultatif dan bersentuhan langsung sengan sinar matahariyang mempengaruhi suhu air limbah sehingga nilai suhu dapat terjadi kenaikan tiap tahun secara terus menerus seiring dengan meningkatnya pemanasan global.

F. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah SS 1. Parameter SS

Tingginya kandungan SS pada air limbah akan berpengaruh terhadap proses fotosintesis didalam air limbah, sehinga kualitas kehidupan organisme di dalam air limbah ikut terpengaruh.

Data kualita air limbah terhadap parameter SS yang meliputi rata-rata SS inlet dan SS outlet dapat dilihat pada gambar dibawah ini

2.Efektifitas Penurunan Parameter SS

Tahun SS inlet

SS outlet

Efektifitas Penurunan 2007 204.29 15.24 92.54 2008 153.42 9.87 93.57 2009 142.55 13.95 90.21 2010 168.29 16.20 90.37 2011 227.72 15.81 93.06 2012 418.14 17.34 95.85 2013 209.33 16.46 92.14 2014 309.26 17.49 94.34 rata-rata 229.12 15.29 93.32

3. Hubungan Volume dengan Parameter SS Analisa pengaruh SS dengan volume dari tahun 2007- 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

4. Pembahasan SS

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata SS inlet dan SS outlet dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata SS inlet 15,29 mg/lt. Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

SS inlet dan SS outlet relatif aman tergolong dalam Kelas Air I-III, karena nilai SS (mg/l) untuk Kelas I-III (50-400).

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan Daerah Untuk Wilayah Propinsi DIY, SSinlet aman tergolong dalam Kelas Air III (200 mg/l), dan Ssoutlet aman tergolong Kelas air I dengan kadar maksimal 100 mg/l.

Untuk Efektifitas SS terjadi secara tidak beraturan pada tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan tetapi masuk tahun 2009 dan 2010


(5)

cenderung menurun karena curah hujan yang tinggi dan kembali naik saat curah hujan berkurang selain dikarenakan proses aerasi dengan alat aerator mengalami penurunan kinerja aerator juga terjadi karena Debit volume pembuangan air limbah yang semakin kotor juga mempengaruhi Efektifitas nilai SS.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari perhitungan dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berukut :

1. Kualitas air hasil pengolahan air limbah rumah tangga di IPAL Bantul Yogyakarta selama tahun 2007-2014 menurut PP RI No.82 Tahun 2001 terhadap parameter BODoutlet 15,06 mg/l belum aman, sedang terhadap parameter lainnya aman, dan menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No. 214/KPTSI/1991 terhadap parameter BOD, DO, COD, pH,Suhu, SS seluruhnya aman. 2. Efisiensi hasil pengolahan air limbah rumah

tangga selama tahun 2007-2014 didasarkan pada enam parameter kualitas air, pada parameter BOD (mg/l) dengan efisiensi penurunan sebesar 87,7 % (BOD inlet 127,5 mg/lt - BOD outlet sebesar 15,6 mg/lt), untuk parameter DO (mg/l) dengan efisiensi peningkatan sebesar 52,4 % (DO inlet sebesar 2,19 mg/lt - DO outlet sebesar 4,62 mg/lt), pada parameter COD (mg/l) dengan efisiensi penurunan sebesar 84,79 % (COD inlet sebesar 390,8 mg/lt - COD outlet sebesar 59,4 mg/lt), pada parameter pH dengan efisiensi peningkatan sebesar 7,3 % (pH inlet 6,75 - pH outlet sebesar 7,28), untuk parameter Suhu terjadi efisiensi peningkatan yang cukup kecil dibanding parameter lainnya yakni sebesar 3,2 % (Suhu inlet sebesar 28,32 - Suhu outlet sebesar 29,25), sedang untuk parameter SS (mg/l) terjadi efisiensi peningkatan sebesar 93,3 % (SS inlet sebesar 229,1 mg/lt -SS outlet sebesar 15,29 mg/lt)

3. Analisa Parameter kualitas air dengan Volume hasil pengolahan air limbah rumah tangga di IPAL Bantul Yogyakarta selama tahun 2007-2014 adalah

Untuk parameter BOD simpulkan bahwa semakin turun volume debit yang masuk maka semakin naik nilai BOD pada air limbah. Parameter volume dengan suhu bahwa semakin tinggi volume debit yang masuk maka semakin naik nilai suhu pada air limbah. Untuk parameter pH simpulkan bahwa semakin tinggi volume debit yang masuk maka semakin naik nilai pH walau kenaikanya sangat sedikit pada air limbah. Untuk parameter COD simpulkan bahwa semakin tinggi volume debit yang masuk maka semakin naik nilai COD pada air limbah. Untuk parameter DO simpulkan bahwa semakin turun volume debit yang masuk maka semakin naik nilai DO pada air limbah. Untuk parameter SS simpulkan bahwa semakin tinggi volume debit yang masuk maka semakin naik nilai SS pada air limbah

B. Saran

Berdasarkan hasil analisa pengolahan air limbah rumah tangga di IPAL Bantul Yogyakarta

1. Untuk kepentingan bersama, terkait masalah air limbah serta mempertimbangkan Rencana Aksi Daerah Peningkatan Kualitas Lingkungan Yogyakarta 2007-2014 dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan dalam mewujudkan kota yang nyaman dan ramah lingkungan maka Optimalisasi IPAL komunal menjadi salah satu solusi masalah air limbah.

2. Untuk penelitian yang berbasis analisa efisiensi kualitas air rumah tangga di IPAL Bantul Yogyakarta perlu ditambahkan kajian tentang peran masyarakat serta berkaitan retribusi air limbah untuk kepentingan bersama dalam mewujudkan kota yang nyaman dan ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Apriliany, 2013. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Air Limbah Domestik dengan Sistem ON SITE. Yogyakarta Kantor Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta,

2012. Pembangunan IPAL Komunal. Diakses dari Error! Hyperlink reference not valid. tanggal 1 Juli 2016.


(6)

Mawardi, 1999. Analisis Efisiensi Sistem Operasional Instalasi Air limbah IPAL di Pabrik Susu PT Sari Husada. Universitas Muhammadyah Yogyakarta

Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mujahid, Ahmad. 2004. Alalisis Terhadap Faktor yang Berpengaruh Dalam Perubaham Kualitas Air Limbah. Tugas Akhir Universitas Muhammadyah Yogyakarta

Pokja AMPL, 2012. Program Percepatan

Pembangunan Sanitasi Permukiman. Jakarta: Pokja AMPL

Priyanto, Eko. 2004. Analisis perubahan Kualitas Air Limbah di IPAL Sewon. Tugas Akhir UMY. Yogyakarta

Rhomaidi. 2008. Pengelolaan Sanitasi secara terpadu Sungai Widuri: Studi Kasus Kampung Nitiprayan Yogyakarta: Skripsi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia.

Rois, Khusumantoro. 2009. Efisiensi pengolahan air limbah Rumah Tangga di Instalasi Pengolahan Air Limbah Bantul Yogyakarta. Tugas Akhir UMY. Yogyakarta

Siradz Syamsul, Endra Setyo Harsono dan Ismi Purba. 2008. Kualitas Air Sungai Code Winongo Dan Gajah Wong Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM, 2008.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Utami, Silvia. 2008. Evaluasi Sistem

Pengelolaan Air Buangan Terdesentralisasi (IPAL Komunal) di Kota Yogyakarta. Tugas akhir, tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia.

Wahyuni, Sri. 2012. Implementasi Kebijakan Pembangunan dan Penataan Sanitasi Perkotaan Melalui Program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) di Kabupaten Tulungagung. Abstrak tesis, Program Magister Ilmu Lingkungan Undip.

YUDP Jogjakarta, 1996, Rencana Induk Air Limbah dan Sanitasi, Departemen Pekerjaan Umum Yogyakarta.

INTERNET

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sanitasi,04/5/2016, :17:00 pm). diakses pada tanggal 30 Juli 2014

(www.iptek.net.id/ind/warintek/Pengelolaan_san

itasi.php.04/01/2010) penulis Riani.

diakses pada tanggal 26 Juli 2014

(www.kepala-dinas-permukiman-danprasarana.html

23/2/2016,10:11:49 am). penulis Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana kota Yogyakarta. di akses pada tanggal 27 Juli 2014