HASIL ANALISIS BIOARANG PELEPAH AREN KESIMPULAN SARAN

21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL ANALISIS BIOARANG PELEPAH AREN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bahan baku berupa pelepah aren yang diambil langsung dari pohon aren. Berikut adalah hasil analisis yang menunjukkan karakterisasi dari bioarang pelepah aren Tabel 4.1 Hasil Analisis Karbonisasi Bioarang Pelepah Aren Suhu C Waktu menit Nilai Kalor kalg Kadar Air Kadar Abu Kadar Zat Volatil Kadar Karbon Terikat 300 60 3163,3193 6,80 5,6 31,4 56,2 90 4393,4990 6,32 6,8 28,4 58,5 120 6150,8986 6,21 7,0 23,4 63,4 350 60 5096,4588 6,11 7,2 20,6 66,1 90 7029,5984 6,03 8,2 18,4 67,4 120 8611,2581 5,87 8,6 17,4 68,1 400 60 5447,9388 5,73 11,4 17,0 65,9 90 6150,8986 5,65 12,0 16,2 66,1 120 6502,3785 5,53 12,2 15,4 66,9 450 60 4569,2390 5,51 12,4 14,8 67,3 90 4217,7590 5,45 13,6 14,6 66,3 120 4042,0191 5,31 14,8 14,2 65,7 500 60 4569,2390 5,27 15,2 14,0 65,5 90 4042,0191 5,01 17,2 13,0 64,8 120 3690,5391 4,89 19,8 11,8 63,5 22

4.2 PENGARUH SUHU DAN WAKTU KARBONISASI TERHADAP

KARAKTERISTIK BIOARANG PELEPAH AREN 4.2.1 Pengaruh Suhu dan Waktu Karbonisasi terhadap Kadar Air Berikut merupakan grafik pengaruh suhu dan waktu karbonisasi terhadap kadar air yang merupakan hasil daripada penelitian ini. Gambar 4.1 Pengaruh Suhu dan Waktu Karbonisasi terhadap Kadar Air pada Bioarang Pelepah Aren Kadar air adalah jumlah air yang terkandung didalam suatu material [31]. Kadar air berbanding terbalik dengan nilai kalor sehingga penurunan kadar air akan menyebabkan kenaikan nilai kalor [32]. Namun hal ini tidak berarti bahwa terdapat hubungan linear karena ada faktor lain yang menentukan nilai kalor yaitu kadar abu, kadar bahan volatil dan kadar karbon terikat [30]. Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa kadar air cenderung berkurang seiring dengan bertambahnya waktu karbonisasi untuk suhu 300, 350, 400, 450 dan 500 C. Hal ini sesuai dengan teori dimana semakin lama waktu karbonisasi maka kadar air akan semakin berkurang [11]. Semakin lama waktu karbonisasi maka pori - pori dari arang akan semakin terbuka mengakibatkan lepasnya kadar air yang terdapat didalam bahan [33] 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 45 60 75 90 105 120 135 150 K adar A ir Waktu menit T = 300 C T = 350 C T = 400 C T = 450 C T = 500 C 23 Menurut Smisek dan Cerny 1970, kadar air yang terkandung didalam arang adalah tidak lebih dari 15 [27]. Hasil percobaan yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar air yang diperoleh telah sesuai dengan standar untuk setiap run percobaan.

4.2.2 Pengaruh Suhu dan Waktu Karbonisasi terhadap Kadar Abu

Berikut merupakan grafik pengaruh suhu dan waktu karbonisasi terhadap kadar abu yang merupakan hasil daripada penelitian ini. Gambar 4.2 Pengaruh Waktu dan Suhu Karbonisasi terhadap Kadar Abu pada Bioarang Pelepah Aren Abu adalah zat - zat anorganik yang berupa logam ataupun mineral yang merupakan sisa hasil pembakaran [34]. Semakin rendah kadar abu maka kualitas arang yang dihasilkan semakin bagus [26]. Namun hal ini tidak berarti bahwa terdapat hubungan linear karena ada faktor lain yang menentukan nilai kalor yaitu kadar air, kadar bahan volatil dan kadar karbon terikat [30]. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 45 60 75 90 105 120 135 150 K ad ar Abu Waktu menit T = 300 C T = 350 C T = 400 C T = 450 C T = 500 C 24 Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa kadar abu bertambah seiring dengan bertambahnya waktu karbonisasi untuk suhu 300, 350, 400, 450 dan 500 C. Hal ini sesuai dengan teori dimana semakin lama waktu karbonisasi maka kadar abu akan semakin meningkat karena karbon akan habis terbakar dan menyisakan abu yang merupakan hasil sisa pembakaran [23]. Keberadaan abu yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pori - pori pada arang sehingga luas permukaan arang menjadi berkurang [35]. Menurut Smisek dan Cerny 1970, kadar abu yang terkandung didalam arang adalah tidak lebih dari 5 [27]. Hasil percobaan yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar abu yang diperoleh tidak sesuai dengan standar untuk semua run percobaan. 25

4.2.3 Pengaruh Suhu dan Waktu Karbonisasi terhadap Kadar Zat Mudah Menguap

Berikut merupakan grafik pengaruh suhu dan waktu karbonisasi terhadap kadar zat mudah menguap yang merupakan hasil daripada penelitian ini. Gambar 4.3 Pengaruh Waktu dan Suhu Karbonisasi terhadap Kadar Zat Mudah Menguap pada Bioarang Pelepah Aren Kadar zat mudah menguap atau volatile matter berhubungan dengan kecepatan pembakaran dimana benda tersebut akan lebih mudah terbakar dan cepat terbakar habis [36]. Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa kadar zat mudah menguap berkurang seiring dengan bertambahnya waktu karbonisasi untuk suhu 300, 350, 400, 450 dan 500 C. Hal ini sesuai dengan teori dimana semakin lama waktu karbonisasi maka kadar zat mudah menguap akan semakin berkurang [11]. Kadar zat mudah menguap berhubungan terbalik dengan pembakaran dimana bila kadar zat mudah menguap semakin besar maka lama pembakaran akan semakin kecil namun waktu penyalaan api akan semakin singkat [36]. 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 45 60 75 90 105 120 135 150 K ad ar Z at M u d ah M e n gu ap Waktu menit T = 300 C T = 350 C T = 400 C T = 450 C T = 500 C 26 Berdasarkan Ensiklopedia Nasional Indonesia, kadar abu yang terkandung didalam arang adalah 10 - 18 [20]. Hasil percobaan yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar zat mudah menguap yang diperoleh tidak sesuai untuk run percobaan 1 - 5 dimana kadar zat mudah menguap yang diperoleh melebihi standar maksimum yaitu 18. Hal ini bukanlah sebuah masalah karena menurut Wahyu, dkk. 2013 kadar zat mudah menguap berhubungan dengan laju pembakaran dimana apabila semakin besar maka akan lebih mudah terbakar namun akan berpengaruh pada kadar karbon terikat [36]

4.2.4 Pengaruh Suhu dan Waktu Karbonisasi terhadap Kadar Karbon Terikat

Berikut merupakan grafik pengaruh suhu dan waktu karbonisasi terhadap kadar karbon terikat yang merupakan hasil daripada penelitian ini. Gambar 4.4 Pengaruh Waktu dan Suhu Karbonisasi terhadap Kadar Karbon Terikat pada Bioarang Pelepah Aren Kadar karbon merupakan jumlah karbon murni yang terkandung di dalam arang. Suhu yang semakin tinggi pada proses karbonisasi sangat berpengaruh pada kualitas dari arang, termasuk kadar karbon [11]. Pada suhu tinggi, kadar air dan 50 52 54 56 58 60 62 64 66 68 70 45 60 75 90 105 120 135 150 K ad ar K ar b o n T e r ik at Waktu menit T = 300 C T = 350 C T = 400 C T = 450 C T = 500 C 27 kadar volatil cenderung akan turun sehingga kadar karbon akan semakin tinggi dan kualitas arang yang dihasilkan semakin baik. Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa kadar karbon bertambah seiring dengan bertambahnya waktu karbonisasi untuk suhu 300, 350 dan 400 C. Hal ini sesuai dengan teori dimana pada suhu tinggi , kadar air dan kadar volatil cenderung berkurang sehingga kadar fixed carbon akan semakin tinggi yang merupakan penghasil panas utama [11] [36]. Pada suhu 450 dan 500 C, kadar karbon mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pada suhu yang terlalu tinggi, proses karbonisasi cenderung merusak dinding - dinding pori karbon sehingga karbon yang terbentuk semakin sedikit [37]. Berdasarkan Ensiklopedia Nasional Indonesia, kadar karbon yang terkandung didalam arang adalah 80 - 90 [20]. Hasil percobaan yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar karbon yang diperoleh tidak sesuai untuk semua run percobaan karena memiliki kadar karbon dibawah 80 . Hal ini disebabkan karena kadar zat volatil dan kadar zat abu yang terlalu tinggi sehingga kadar karbon terikat semakin turun jumlahnya, dimana terdapat hubungan antara kadar air, kadar abu, kadar zat volatil dan kadar karbon terikat yang dijelaskan dengan persamaan : Kadar Karbon = 100 - Kadar Volatil – Kadar Air – Kadar Abu [30] Berdasarkan persamaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kadar volatil, kadar air dan kadar abu , maka kadar karbon akan semakin tinggi 28

4.2.5 Pengaruh Suhu dan Waktu Karbonisasi terhadap Nilai Kalor Bioarang Pelepah Aren

Berikut merupakan grafik pengaruh suhu dan waktu karbonisasi terhadap kadar karbon terikat yang merupakan hasil daripada penelitian ini Gambar 4.5 Pengaruh Suhu Karbonisasi terhadap Nilai Kalor pada Bioarang Pelepah Aren Nilai kalor adalah nilai yang menyatakan jumlah panas yang terkandung pada suatu bahan bakar. Nilai kalor merupakan kualitas utama untuk sebuah bahan bakar [38]. Analisa nilai kalor dilakukan dengan menggunakan bomb calorimeter Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa nilai kalor bertambah seiring dengan bertambahnya waktu karbonisasi untuk suhu 300, 350 dan 400 C. Hal ini sesuai dengan teori dimana pada suhu tinggi dan waktu pemanasan yang lama proses karbonisasi cenderung merusak dinding - dinding pori karbon sehingga karbon yang terbentuk semakin sedikit [37]. Jika karbon rusak maka nilai kalor juga akan semakin menurun karena kadar karbon berbanding lurus dengan nilai kalor yang dihasilkan [38]. 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 5,500 6,000 6,500 7,000 7,500 8,000 8,500 9,000 250 350 450 550 N il ai K al o r k al g Suhu Celcius t = 60 menit t = 90 menit t = 120 menit 29 Berdasarkan Ensiklopedia Nasional Indonesia, nilai kalor minimum yang disarankan terkandung didalam arang adalah 6926,53 kalg C [20]. Hasil percobaan yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai kalor yang sesuai dengan kriteria hanya terdapat pada suhu 350 C dengan waktu karbonisasi 90 dan 120 menit yang memiliki nilai kalor 7029, 5984 dan 8611,2581 kalg C.

4.3 PENGARUH KARAKTERISTIK BIOARANG TERHADAP NILAI

KALOR BIOARANG PELEPAH AREN 4.3.1 Pengaruh Kadar Air Terhadap Kadar Karbon Terikat Berikut merupakan grafik pengaruh kadar air terhadap kadar karbon terikat yang merupakan hasil daripada penelitian ini Gambar 4.6 Pengaruh Kadar Air terhadap Kadar Karbon Terikat pada Bioarang Pelepah Aren Kadar air adalah jumlah air yang terkandung didalam suatu material [31]. Kadar air berbanding terbalik dengan nilai kalor sehingga penurunan kadar air akan menyebabkan kenaikan nilai kalor [32]. Dari gambar 4.7 dapat dilihat bahwa pada semakin rendah kadar air maka kadar karbon yang dihasilkan akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori 50.0 52.0 54.0 56.0 58.0 60.0 62.0 64.0 66.0 68.0 70.0 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 Kadar air K ad ar K ar b on Kadar Air 30 dimana Kadar karbon merupakan pengurangan jumlah terhadap kadar air, kadar abu dan kadar volatil yang terkandung didalam arang [30]. Penurunan yang terlihat pada grafik disebabkan karena pertambahan kadar air yang juga seiring dengan pertambahan kadar abu maupun kadar volatil pada bahan yang saling berhubungan satu sama lain tergantung pada suhu maupun waktu karbonisasi bahan tersebut.

4.3.2 Pengaruh Kadar Abu Terhadap Kadar Karbon Terikat

Berikut merupakan grafik pengaruh kadar abu terhadap kadar karbon terikat yang merupakan hasil daripada penelitian ini Gambar 4.7 Pengaruh Kadar Abu terhadap Kadar Karbon Terikat pada Bioarang Pelepah Aren Abu adalah zat - zat anorganik yang berupa logam ataupun mineral yang merupakan sisa hasil pembakaran [34]. Semakin rendah kadar abu maka kualitas briket yang dihasilkan semakin bagus [26]. Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa pada semakin rendah kadar abu maka kadar karbon yang dihasilkan akan semakin rendah dan semakin tinggi kadar abu maka kecenderungan kadar karbon untuk meningkat. Hal ini tidak sesuai dengan 50.0 52.0 54.0 56.0 58.0 60.0 62.0 64.0 66.0 68.0 70.0 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Kadar abu K ad ar K ar b on Kadar Abu 31 teori dimana Kadar karbon akan menurun jika terjadi penambahan kadar abu karena kadar karbon merupakan pengurangan jumlah terhadap kadar air, kadar abu dan kadar volatil yang terkandung didalam arang [30]. Penyimpangan ini terjadi karena pada saat karbonisasi dengan suhu dan waktu yang lebih tinggi, terjadi penurunan kadar air dan kadar volatil yang menyebabkan penambahan daripada kadar karbon itu sendiri sehingga jika diliat secara terpisah melalu hubungan antara kadar abu dan kadar karbon, maka hal ini terlihat seperti penyimpangan dimana seharusnya semakin kekanan atau semakin besar kadar abu, kadar karbon seharusnya menurun .

4.3.3 Pengaruh Kadar Bahan Volatil Terhadap Kadar Karbon Terikat

Berikut merupakan grafik pengaruh kadar Bahan Volatil terhadap kadar karbon terikat yang merupakan hasil daripada penelitian ini Gambar 4.8 Pengaruh Kadar Bahan Volatil terhadap Kadar Karbon Terikat pada Bioarang Pelepah Aren Kadar zat mudah menguap atau volatile matter berhubungan dengan kecepatan pembakaran dimana benda tersebut akan lebih mudah terbakar dan cepat terbakar habis [36] 50.0 52.0 54.0 56.0 58.0 60.0 62.0 64.0 66.0 68.0 70.0 10 15 20 25 30 35 Kadar volatil K ad ar K ar b on Kadar Bahan Volatil 32 Dari gambar 4.9 dapat dilihat bahwa pada semakin rendah kadar bahan volatil maka kadar karbon akan semakin tinggi dan semakin tinggi kadar bahan volatil maka kadar karbon akan semakin rendah, hal ini memunculkan kecenderungan penuruan pada grafik yang didapat. Hal ini sesuai dengan teori dimana kadar karbon merupakan pengurangan jumlah terhadap kadar air, kadar abu dan kadar volatil yang terkandung didalam arang [30]. Jadi semakin rendah kadar bahan volatil maka kadar karbon akan semakin bertambah dan juga sebaliknya.

4.3.4 Pengaruh Kadar Karbon Terikat Terhadap Nilai Kalor

Berikut merupakan grafik pengaruh kadar karbon terikat terhadap kadar nilai kalor yang merupakan hasil daripada penelitian ini Gambar 4.9 Pengaruh Kadar Karbon Terikat terhadap Nilai Kalor Bioarang Pelepah Aren Nilai kalor adalah nilai yang menyatakan jumlah panas yang terkandung pada suatu bahan bakar. Nilai kalor merupakan kualitas utama untuk sebuah bahan bakar [38]. Analisa nilai kalor dilakukan dengan menggunakan bomb calorimeter 2500 3500 4500 5500 6500 7500 8500 9500 50.0 55.0 60.0 65.0 70.0 75.0 80.0 T = 300 C T = 350 C T = 400 C T = 450 C T = 500 C N il ai K al o r K al g Kadar Karbon Terikat 33 Pada gambar 4.9 dapat dilihat bahwa hubungan kadar karbon terhadap nilai kalor berbanding lurus dimana bila kadar karbon mengalami kenaikan maka nilai kador juga akan semakin tinggi dan juga sebaliknya. Menurut teori Jika karbon rusak maka nilai kalor juga akan semakin menurun karena kadar karbon berbanding lurus dengan nilai kalor yang dihasilkan [38]. Pada suhu 450 dan 500 C terdapat penyimpangan dimana nilai karbon justru mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya suhu dan waktu karbonisasi, hal ini disebabkan karena pada suhu tinggi dan waktu pemanasan yang lama proses karbonisasi cenderung merusak dinding - dinding pori karbon sehingga karbon yang terbentuk semakin sedikit [37]. 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah : 1. Semakin lama waktu karbonisasi dan semakin tinggi suhu maka kadar air dan kadar zat volatil akan semakin berkurang, namun hal ini akan berlaku sebaliknya untuk kadar abu. 2. Nilai kalor berbanding lurus dengan kadar karbon terikat, semakin besar kadar karbon terikat maka nilai kalor akan semakin tinggi dan sebaliknya 3. Kadar karbon dipengaruhi oleh kadar air, kadar abu dan kadar zat mudah menguap , apabila ketiganya terdapat dalam jumlah yang kecil maka kadar karbon akan semakin besar dan sebaliknya 4. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan maka kondisi dengan nilai kalor tertinggi adalah pada suhu 350 C dengan waktu 120 menit dimana didapat rendemen sebesar 67,9 kadar air sebesar 5,87 , kadar abu sebesar 8,6 , kadar zat volatil sebesar 17,4 , kadar karbon terikat 68,1 dan nilai kalor sebesar 8611,2581 kalg

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian yang telah dilakukan adalah untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dirubah variabel waktu dengan interval yang lebih kecil yaitu pada suhu 350 C dengan waktu antara 90-150 menit dengan interval 10 menit karena pada percobaan ini didapat kondisi dengan nilai kalor tertinggi berada diantara waktu tersebut 35 DAFTAR PUSTAKA [1] Murniati, Rini. “Karakterisasi Biodiesel dari Minyak Jelantah Hasil Fisisorpsi Zeolit Alam Teraktivasi”. Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. 2011 [2] Darmawan, Ferry Indra dan I Wayan Susila. “Proses Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan Metode Pencucian Dry - Wash System ”. Jurnal Teknik Mesin, Vol 2, No. 1,: 80 - 87. 2013. [3] Karno, Waryono., Ego Syahrial., Atena Falahti., Aang Darmawan dan Arifin Togar Napitupulu. “Kajian Indonesia Energy Outlook”. Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2012. [4] Suryamin, Armida S. Alisjahbana dan Jose Ferraris. “Proyeksi Penduduk Indonesia” 2010-2035. ISBN : 978-979-064-606-3. Badan Pusat Statistik Indonesia. 2013 [5] Effendy, Dedi Soleh. “Prospek Pengembangan Tanaman Aren Arenga pinnata Merr Mendukung Kebutuhan Bioetanol Indonesia”. Perspektif, Vol 9, No. 1,: 36 - 46, ISSN : 1412 - 8004. 2010. [6] Lempang, Mody. “Pohon Aren dan Manfaat Produksinya”. Info Teknis EBONI, Vol. 9, No. 1,: 37-54. 2012. [7] Iswanto, Apri Heri. “Aren Arenga pinnata”. Karya Tulis Ilmiah, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 2009 [8] Badan Koordinasi Penanaman Modal . “Komoditi Aren ”. http:regionalinvestment.bkpm.go.idnewsipidcommodity.php?ic=441. Diakses pada 16 April 2015 [9] Yudanto, Angga dan Kartika Kusumaning rum. “Pembuatan Briket Bioarang dari Arang Serbuk Gergaji Kayu Jati”. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. 2009. [10] Fachry, A. Rasyidi., Sari, Tuti Indah., Dipura, Arco Yudha dan Jasril Najamudin. “Teknik Pembuatan Briket Campuran Eceng Gondok dan Batubara sebagai Bahan Bakar Alternatif bagi Masyarakat Pedesaan”. ISBN:978-979-95620-6-7. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya. 2010 [11] Siahaan Satriyani, Melvha Hutapea dan Rosdanelli Hasibuan, “Penentuan Kondisi Optimum Suhu dan Waktu Karbonisasi pada Pembuatan Arang dari Sekam Padi, Jurnal Teknik Kimia USU, 21 2013 : hal. 26-30. 36 [12] Tirono, M. dan Ali Sabit. “Efek Suhu pada Proses Pengarangan terhadap Nilai Kalor Arang Tempurung Kelapa Coconut Shell Charcoal ”. Jurnal Neutrino. No. 2, Vol. 2. 2011 [13] Fauziah, Nailul. “Pembuatan Arang Aktif secara Langsung dari Kulit Acacia mangium Wild dengan Aktivasi Fisika dan Aplikasinya Sebagai Adsorben”.Skripsi.Departemen Hasil Kehutanan. Fakultas Kehutanan. Insitut Pertanian Bogor. 2011 [14] Hartanto, Feri Puji dan Fathul Alim. “Optimasi Kondisi Pirolisis Sekam padi Untuk Menghasilkan Bahan Bakar Briket Bioarang Sebagai Bahan Bakar Alternatif”. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Diponegor. 2011 [15] Murhayani, Reesi., Pratiwi Dina dan Faisol Asip . “Pengaruh Suhu serta Komposisi Campuran Arang Jerami Padi dan Batubara Subbituminus pada Pembuatan Briket Biorang ”. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 1, No. 18 : 47-53. 2012 [16] Pribadi, Ning. “Aren, Sumber Energi Alternatif”. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol. 31 No. 2, ISSN 0216-4427. 2009. [17] Sembiring , Meilita Tryana dan Tuti Sarma Sinaga, “Arang Aktif Pengenalan dan Proses Pembuatannya, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara, 2003. [18] Pari, Gustan, Mahfudin dan Jajuli, “Teknologi Pembuatan Arang, Briket Arang dan Arang Aktif serta Pemanfaatannya”, Gelar Teknologi Tepat Guna oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2012. [19] Indraha, Nodali, “Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu yang Dihasilkan”, Skripsi, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, 2009. [20] Ensiklopedia Nasional Indonesia, Sifat Fisika dan Kimia Arang, Jil.2. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 1995. [21] Rahadian, Randy, “Rancang Bangun Alat Pembuat Arang Kayu Skala Laboratorium Kapasitas 20 kg”, Program Studi Diploma III Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang, 2012. [22] Menendez, R. dan Alvarez, R. . “Coal Carbonization : Current and Future Applications ”. Instituto Nacional Del Carbon y sus Derivados. 2003. [23] Yudanto, Angga dan Kartika Kusumaningrum. . “Pembuatan Briket Bioarang dari Arang Serbuk Gergaji Kayu Jati ”. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. 2009. 37 [24] Thoha, M. Yusuf dan Diana Ekawati Fajrin. “Pembuatan Briket Arang dari Daun Jati dengan Sagu Aren sebagai Pengikat”. Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 17. 2010. [25] Borman, G.L. and Ragland K.W. Combustion Engineering. McGraw-Hill Book Co. Singapore. 1998. [26] Hendra dan Darmawan. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat dan Tekanan Kempa Terhadap Kualitas Briket Arang. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor. 2000 [27] Smisek, M., S. Cerny. Active Carbon Manufacture, Properties and Applications, Elsevier, New York. 1997. [28] Wikipedia. Kayu Bakar. http:id.wikipedia.orgwikiKayu_bakar. Diakses pada tanggal 2 April 2015 [29] Indo Trading. Arang Kayu. http:www.indotrading.comarangkayu_844. Diakses pada tanggal 2 April 2015 [30] ASTM D 5142-02. Standards Test Methods for Proximate Analysis of The Analysis Sample of Coal and Coke by Instrumental Procedures. 2010 [31] Robert Govett, Terry Mace dan Scott Bowe. A Practical Guide for the Determination of Moisture Content of Woody Biomass, University of Wisconsin. 2010. [32] Daniel Romatua, Kajian Eksperimental Pengaruh Pengurangan Kadar Air terhadap Nilai Kalor pada Bahan Bakar Padat, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. 2007. [33] Hartanto, Singgih dan Ratnawati, Pembuatan Karbon aktif dari Tempurung Kelapa Sawit dengan Metode Aktivasi Kimia, Jurnal Sains Materi Indonesia Vol. 12, No. 1, ISSN : 1411-1098. 2010 [34] Vanessa, Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu dari Gliserin yang Diproduksi PT. Sinar OleoChemical International Medan, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. 2008. [35] Scroder Eliabeth , “Experiment on the Generation of activated carbon from Biomass”, Institute for Nuclear and energy Technologies Forschungs Karlsruhe, Germany, 2006 38 [36] Wahyu Kusuma A.,Sarwono d an Ronny Dwi Noriyati, “Kajian Eksperimental Terhadap Karakteristik Pembakaran Briket Limbah Ampas Kopi Instan dan Kulit Kopi Studi kasus di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia”, Jurnal Teknik Pomits, Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Insitut Teknologi Sepuluh November. 2013 [37] Hartoyo dan Nurhayati, Pengaruh Berat Jenis Kayu Daun Lebar terhadap Sifat Arang. Lembaga Penelitian Hasil Hutan Bogor. Bogor. 1976 [38] Sari, Optimasi Nilai Kalor Pembakaran Biobriket Campuran Batubara dengan Arang Tempurung Kelapa. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret. 2011. 39 LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN 1.1 Hasil Analisis Nilai Kalor Tabel L1.1 Data Hasil Analisis Nilai Kalor