Rekonseptualisasi atas tafsir asas praduga tidak bersalah presumption of

di Indonesia terdapat kekurangan yang menimbulkan kerugaian bagi korban, sehingga perlu adanya rekonseptualisasi seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

B. Relevansi Rekonseptualisasi atas Tafsir Asas Praduga Tidak Bersalah

Presumption of Innocence dalam Kerangka Prinsip Peradilan yang Jujur dan Adil Fair and Impartial Trial dalam Memberikan Keadilan Restoratif bagi Korban Kejahatan dalam Perspektif KUHAP

1. Rekonseptualisasi atas tafsir asas praduga tidak bersalah presumption of

innocence Pada pembahasan sebelumnya dapat dilihat adanya tiga penyebab pentingnya rekonseptialisasi terhadap asas praduga tidak bersalah presumption of innocence yaitu: a. Asas praduga tidak bersalah presumption of innocence pada dasarnya berkembang dari pemikiran individulistik yang kurang sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia. b. Penafsiran yang terlalu berlebihan dalam penerapan asas praduga tidak bersalah mempersulit pengusutan terhadap kejahatan yang berdampak luas dan sistematik extraordinary crime. c. Ada penerapan asas praduga tidak bersalah presumption of innocence menimbulkan kerugian bagi korban terutama dari kejahatan yang berdampak luas dan sistematik extraordinary crime. Dari ketiga penyebab tersebut ditarik kesimpulan bahwa penting untuk mengkonsep kembali asas praduga tidak bersalah yang dianut dalam sistem beracara pidana Indonesia yang secara umum tertuang dalam KUHAP. Rekonseptualisasi tersebut lebih mengarah kepada penyempitanpembatasan dari pemahaman atas asas praduga tidak bersalah dan bukan pada perubahan dari asas praduga tidak bersalah menjadi asas praduga bersalah. Ada 2 hal yang menjadi perhatian terhadap perubahan konsep dari asas praduga tidak bersalah presumption of innocence yang ditarik kesimpulan dari 3 penyebab yang menjadi urgensi terhadap rekonseptualisasi asas praduga tidak bersalah presumption of innocence yaitu: a. Setiap orang yang menjadi tersangka atau terdakwa, apabila ia ditangkap, ditahan, dan dilakukan penyidikan, kemudian dituntut di depan sidang, proses pemeriksaannya harus sesuai dengan prosedur dan undang-undang yang mengaturnya, sehingga hak asasinya selalu terjamin dan terlindungi. b. Dianggap tidak bersalah sampai dibuktikan berdasarkan undang-undang, tanpa harus menunggu sampai putusan in kracht mempunyai kekuatan hukum tetap. Konsep yang pertama yaitu “setiap orang yang menjadi tersangka atau terdakwa, apabila ia ditangkap, ditahan, dan dilakukan penyidikan, kemudian dituntut di depan sidang, proses pemeriksaannya harus sesuai dengan prosedur dan undang-undang yang mengaturnya, sehingga hak asasinya selalu terjamin dan terlindungi” , konsep ini ditujukan untuk lebih melindungi tersangka atau terdakwa dari penyimpangan Hak asasi tersangkaterdakwa sebagai manusia disetiap tingkat pemeriksaan. Walaupun setiap pemeriksaan merupakan bentuk pelanggaran terhadapa HAM seperti penangkapan, penahanan, penggeledahan atau penyitaan, tetapi selama sesuai dengan prosedur yang telah diatur dan tidak melakukan pelanggaran atas prosedur tersebut, maka telah merupakan upaya untuk menjamin hak tersangka atau terdakwa. Sama seperti diberlakukannya peradilan in absentia dan pembuktian yang terbalik, walaupun hal tersebut merupakan penyimpangan atas asas praduga tidak bersalah yang juga merupakan hak terdakwa tetapi selama telah memenuhi prosedur yang telah ditentukan dalam undang-undang maka pelanggaran tersebut tetap dapat dilakukan dengan jaminan dari undang-undang, karena adanya penyimpangan semacam itu diberlakukan dalam keadaan yang mendesak dengan alasan yang dapat diterima secara yuridis atau hukum. Sehingga dalam hal ini diperlukan pengaturan dan prosedur yang jelas dalam penerapan asas praduga tidak bersalah yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan agar tidak terjadi penyimpangan dan penafsiran yang terlalu berlebihan terhadap asas praduga yang tidak bersalah yang dapat mempersulit pengusutan kejahatan dan juga dapat merugikan berbagai pihak, terutama dalam hal ini adalah korban kejahatan. Untuk konsep yang kedua yaitu ”dianggap tidak bersalah sampai dibuktikan berdasarkan undang-undang, tanpa harus menunggu sampai putusan in kracht mempunyai kekuatan hukum tetap”, konsep semacam ini diharapkan dapat memberikan keadilan dan kedudukan yang seimbang antara tersangkaterdakwa dan korban di dalam proses hukum, terutama dalam memberikan keadilan restoratif bagi korban kejahatan

2. Perwujudan keadilan restoratif dengan pemenuhan hak dan kedudukan