Gedung Perpustakaan USU Kesimpulan

26

3.2 Gedung Perpustakaan USU

Gedung Perpustakaan USU sudah menerapkan sebagian dari unsur-unsur gedung perpustakaan yang mudah digunakan oleh pengguna seperti: lokasi harus di tempat yang mudah dikunjungi dan luas gedung yang memadai. 1. Lokasi harus di tempat yang mudah dikunjungi Lokasi dari gedung perpustakaan sudah berada di tempat yang mudah dikunjungi, karena sudah berada di tengah-tengah Universitas dan akan memudahkan pengguna menjangkau lokasi perpustakaan dengan mudah. 2. Luas gedung yang cukup menampung ruang koleksi bahan pustaka Luas gedung perpustakaan belum memadai sebab gedung perpustakaan sudah tidak mampu menampung koleksi. Hal ini dikarenakan jumlahkoleksi sudah mencapai ±600.000 eksemplar, sedangkan luas gedung hanya 6.090 m 2 sehingga menimbulkan tata letak rak koleksi dengan jarak yang rapat dan menyulitkan pengguna untuk mencari koleksi yang dibutuhkan dan menyulitkan pegawai untuk melakukan penataan koleksi.

3.3 Lingkungan Perpustakaan USU

Dari hasil data observasi yang penulis dapat lingkungan perpustakaan USU sudah memenuhi aspek-aspek dari lingkungan perpustakaan yang nyaman, sehingga menarik minat pengguna untuk berkunjung ke Perpustakaan USU.

3.3.1 Sistem Penerangan

Perpustakaan USU menerapkan sistem pencahayaan alami dan buatan. Sistem penerangan buatan, Perpustakaan USU menyediakan lampu jenis TL sebanyak ±300 Lumens dan untuk sistem penerangan alami, Perpustakaan USU membuat lubang cahaya yang efektif dan jendela kaca yang kurang lebar. Universitas Sumatera Utara 27 Menurut prinsip Perpustakaan USU tujuan digunakannya pencahayaan alami yaitu untuk menghasilkan cahaya berkualitas dan efisien serta meminimalkan silau dan berlebihnya rasio tingkat terang. Dan apabila pencahayaan alami tidak mendukung seperti keadaan cuaca di luar penerangan dapat dibantu dengan pencahayaan buatan. Untuk ruangan koleksi lebih banyak menggunakan cahaya buatan karena apabila ruangan koleksi menggunakan cahaya alami, hal ini dapat menimbulkan koleksi cepat rusak karena terkena sinar matahari langsung. Untuk area ruang baca diletakkan cahaya buatan. Intensitas cahaya pada ruang perpustakaan diukur dengan alat Lux meter. Lux meter terdiri dari tombol kisaran dan alat sensor cahaya. Sensor cahaya dari Lux meter diarahkan pada titik permukaan daerah yang akan diukur kuat penerangannya. Ruang Perpustakaan USU mempunyai kadar intensitas cahaya yang memenuhi syarat Kepmenkes yaitu 103 Lux. Penerangan perpustakaan USU sudah baik dan memadai karena intensitas cahaya pada ruang perpustakaan sudah memenuhi standar kadar cahaya yaitu minimal 100 Lux. Jumlah lampu yang ada di Perpustakaan USU 1. Ruang baca : ±200 Lumen 2. Ruang koleksi : ±150 Lumen 3. Ruang sirkulasi : 28 Lumen

3.3.2 Sistem Sirkulasi Udara

Perpustakaan USU sebelumnya tidak dirancang untuk ruangan ber AC sehingga masih menggunakan sistem sirkulasi pasif. Sistem sirkulasi pasif adalah sistem sirkulasi yang memanfaatkan alam. Di Perpustakaan USU menggunakan sistem void. Sistem void merupakan sistem ventilasi yang menghubungkan antara lantai 2, 3, dan 4 pada satu sirkulasi terbuka. Untuk ventilasi aktif atau sistem penghawaan buatan, perpustakaan USU memiliki jumlah penyejuk rungan yang minim Jumlah keseluruhan penyejuk ruangan yang tersedia di perpustakaan USU Universitas Sumatera Utara 28 1. AC air conditioner : 18 buah 2. Kipas angin : 50 buah Dengan minimnya jumlah penghawaan buatan atau penyejuk ruangan dapat mempengaruhi temperatur suhu dan kelembapan di dalam ruangan perpustakaan. Tingkat suhu kelembaban yang tidak sesuai akan sangat berpengaruh dengan keamanan koleksi. Suhu ruangan di Perpustakaan USU diukur dengan menggunakan alat pengukur suhu Termo-Hydrometer dengan cara meletakkan alat tersebut di tengah ruangan. Masing-masing ruangan memiliki suhu udara dan kelembapan yang berbeda. Begitu juga denga kelembapan relatif pada ruangan diukur dengan alat Termo-Hydrometer. Alat tersebut diletakkan di atas meja pada tengah ruangan, dan ditunggu sampai 15 – 30 menit. Tabel-3 Data hasil pengukuran kualitas fisik udara ruang perpustakaan RuangLantai Kualitas Fisik Udara Suhu udara o C Kelembapan Relatif Rh 1. Ruang baca lantai II 24 o C 45 2. Ruang baca lantai III 26 o C 43 3. Ruang baca lantai IV 26 o C 44 4. Ruang deposit lantai IV 26 o C 44 5. Ruang Layanan Digital 22 o C 63 Untuk hasil dari pengukuran kualitas fisik udara pada ruang baca di Perpustakaan USU memiliki temperatur sekitar 24-26 o C dengan kelembaban relatif yang baik antara 43 dan 45 karena tingkat suhu dan kelembaban tersebut akan mempengaruhi koleksi. Untuk ruang layanan digital pada lantai 1 memiliki temperatur 22 o C dengan tingkat kelembaban relatif sekitar 63. Tingkat temperatur dan kelembaban relatif pada lantai 1 berguna karena ruang layanan digital merupakan ruangan dimana pengguna melakukan kegiatan dengan menggunakan komputer. Mesin komputer sangat berpengaruh dengan suhu yang Universitas Sumatera Utara 29 rendah. Apabila ruangan dengan suhu yang rendah, maka mesin komputer tidak berjalan dengan baik, maka itu ruang layanan digital diberi temperatur yang sesuai yaitu sekitar 22 o C. Sistem sirkulasi pada Perpustakaan USU sudah baik begitu juga dengan pengaturan temperatur pada setiap ruangan di Perpustakaan USU. Gambar-2 Sistem Ventilasi Void pada Perpustakaan USU 3.3.3 Kenyamanan Ruangan Ruangan yang bersih dan nyaman dapat mempengaruhi minat pengguna untuk mengunjungi perpustakaan dan menjadi penilaian terhadap perpustakaan USU. Ruangan yang bersih dan nyaman juga dipengaruhi oleh warna dinding yang mendominasi ruangan. Di perpustakaan USU menggunakan warna yang soft yaitu White putih Salmon blewah Ivory muda krem. Perpustakaan memilih warna dinding yang soft agar mendukung dan memberikan suasana yang nyaman. Perpustakaan USU memiliki ruangan yang cukup bersih dan nyaman serta warna dinding yang sesuai karena dari pihak perpustakaan sangat memperhatikan kebersihan dan kenyamanan pengunjung namun, di setiap ruangan perpustakaan Universitas Sumatera Utara 30 tidak terdapat tanaman yang dapat tumbuh di dalam ruangan seperti tumbuhan lidah mertua, aloe vera lidah buaya, dan sirih gading yang dapat menetralisir polusi yang terdapat disetiap ruangan.

3.3.4 Pengaturan Suara Akustik Di Perpustakaan USU

Perpustakaan USU tidak menerapkan sistem kompartemenisasi penyekatan ruang sumber suara. Karena dilihat dari penataan dan bentuk setiap ruangan tidak terisolasi dari sumber suara. Hal ini juga disebabkan perpustakaan USU menggunakan sistem ventilasi void atau sistem ventilasi terbuka sehingga dapat menimbulkan deru suara dari pengguna yang berada di lantai 2, 3, dan 4 sehingga untuk pengaturan suara di Perpustakaan USU memiliki pengaturan suara yang kurang sesuai sehingga dapat menimbulkan terganggunya kosentrasi pengguna yang sedang melakukan kegiatannya Universitas Sumatera Utara 31 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Lingkungan perpustakaan yang menarik minat berkunjung ke Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang dilakukan penulis serta membandingkan dengan tinjauan teoritis, maka penulis mengambil kesimpulan serta memberikan saran yang mungkin bermanfaat bagi perpustakaan untuk mengembangkan sistem perpustakaannya agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mahasiswa yang merupakan pengguna Perpustakaan USU. 1. Lingkungan perpustakaan USU memiliki tingkat kenyamanan yang sesuai dilihat dari gedung perpustakaan yang meliputi ruang perpustakaan yang terdapat pencahayaan, ruangan yang bersih serta warna dinding yang sesuai sehingga membuat pengguna merasakan suasana yang nyaman, dan manjadi suatu minat untuk berkunjung ke perpustakaan. 2. Sistem sirkulasi udara, dan temperatur ruangan sudah diatur sestrategis mungkin agar memberikan kenyamanan pengguna yang berkunjung, baik dari lingkungan luar atau mahasiswa sekitar. 3. Sarana dan prasarana perpustakaan juga sudah memadai baik dari segi perlengkapan dan perabot atau dari segi gedung dan ruangan. Universitas Sumatera Utara 32 4. Luas gedung perpustakaan belum memadai, karena gedung tidak bisa menampung semua koleksi yang ada di perpustakaan USU, sehingga tidak ada lagi ruang untuk penempatan koleksi. Dan karena luas gedung yang kurang memadai membuat jarak rak koleksi satu ke rak koleksi lainnya sangat rapat.

4.2 Saran