Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengiriman Barang Menurut

kecepatan waktu pengantaran atau pengirimannya. 18 Dipenuhinya ketentuan mengenai penempelan resi tersebut, maka pihak pengirim dipandang telah membayar ongkos pengiriman atau dengan kata lain telah memenuhi kewajibannya. Pihak JNE sebagai sarana pengiriman berhak atas ongkos kirim, berupa pembayaran perangko dari pihak pengirim. Dan sebagai imbalan atas haknya itu pihak JNE berkewajiban untuk mengankut dan melakukan pengiriman barang dengan selamat sampai ke tempat tujuan.

D. Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengiriman Barang Menurut

Peraturannya. Perusahaan jasa memiliki tanggung jawab dalam arti liability yang dapat diartikan sebagai tanggung gugat dan merupakan bentuk spesifik dari tanggung jawab hukum menurut hukum perdata. Tanggung gugat merujuk pada posisi seseorang atau badan hukum yang dipandang harus membayar suatu kompensasi atau ganti rugi setelah adanya peristiwa hukum. 19 Tanggung jawab itu timbul akibat Perjanjian yang dilakukan para pihak dan harus memenuhi beberapa syarat seperti harus ada barang tertentu dan ada pihak- pihak yang mengadakan perjanjian itu, karena tanpa adanya pihak-pihak tersebut maka perjanjian itu tidak mungkin ada. Demikian pula halnya pada perjanjian pengangkutan, karena tanpa adanya yang mengadakan perjanjian pengangkutan tidaklah akan ada lahir. Kewajiban ganti rugi bagi pelaku usaha yang didasari oleh undang- undang menyatakan bahwa pelaku usaha harus terlebih dahulu 18 http:www.bisniskurir.com201407beda-layanan-beda-ongkirnya.html, diakses tanggal 1 September 2016. 19 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hlm. 258 Universitas Sumatera Utara dinyatakan berada dalam keadaan lalai ingebrekestelling. Lembaga “pernyataan lalai ” ini adalah merupakan upaya hukum untuk sampai kepada suatu fase, dimana pelaku usaha dinyatakan ingkar janji atau telah melakukan wanprestasi. Pasal 1234 KUHPerdata menyatakan bahwa perikatan ditujukan untuk: 1. Memberikan sesuatu; 2. Berbuat sesuatu; 3. Tidak berbuat sesuatu. Ridwan Syahrani, berpendapat bahwa perjanjian dimana prestasinya berupa memberi sesuatu atau untuk berbuat sesuatu, apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka untuk pemenuhan prestasi tersebut debitur harus lebih dahulu diberi teguran agar ia memenuhi kewajibannya, debitur yang tidak memenuhi prestasi setelah diberi teguran maka ia dianggap telah wanprestasi. 20 Pada mulanya pengaturan mengenai bagaimana caranya memberikan teguran terhadap pelaku usaha untuk memenuhi prestasi diatur di dalam Pasal 1238 KUHPerdata, namun setelah dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung SEMA nomor 3 tahun 1963 tertanggal 5 september 1963, maka ketentuan dalam pasal 1238 tersebut menjadi tidak berlaku lagi. Ganti rugi adalah sanksi yang dapat dibebankan kepada pelaku usaha yang tidak memenuhi prestasi dalam suatu perikatan untuk memberikan penggantian kerugian berupa biaya dan rugi. Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata telah dikeluarkan oleh konsumen, sedangkan rugi adalah segala kerugian karena musnahnya atau rusaknya barang-barang milik konsumen akibat kelalaian pelaku usaha. 21 Pelaku usaha yang dianggap telah melakukan wanprestasi dapat dituntut untuk membayar ganti kerugian, 20 Ibid,hal.229 21 Ibid, hal Universitas Sumatera Utara namun jumlah besarnya ganti kerugian yang dapat dituntut pemenuhannya kepada pelaku usaha dengan dibatasi oleh undang-undang. Beberapa alasan yang dapat menjadikan pelaku usaha melakukan wanprestasi yaitu: 1. Overmacht 2. Alasan timbal balik 3. Pelepasan Hak Pelaku usaha pengiriman barang dalam melakukan wanprestasi dapat mempunyai alas an overmachtrelative yaitu suatu keadaan memaksa yang dapat dicari jalan keluarnya. 22 Perjanjian pengangkutan dapat di definisikan sebagai perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim barang, dimana pengangkut mengikatkan dirinya untuk memberikan pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan tepat pada waktunya, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar ongkos uang angkutan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, menurut ketentuan Pasal 186 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Perusahaan angkutan umum yang dalam hal ini perusahaan pengiriman barang wajib mengankut barang yang akan dikirim setelah disepakatinya perjanjian angkutan danatau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh pengirim barang. Pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan dibagi atas dua, yaitu pihak pengangkut dan pihak pemilik barang adalah pengangkut dan pengirim. Dengan 22 Subekti. R, Op.Cit, hal 25 Universitas Sumatera Utara kata lain bahwa, pengangkut dan pengirimlah yang mengadakan perjanjian pengangkutan. 23 Setelah para pihak mengikatkan diri maka akan muncul suatu tanggung jawab pengangkut dapat didefinisikan sebagai kewajiban perusahaan angkutan untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim barang serta pihak ketiga. 24 Pertanggung jawaban yang harus ditanggung Perusahaan jasa pengiriman barang muncul akibat kelalaian saat pengangkutan, kelalian tersebut dapat berupa rusaknya barang saat pengiriman, hilangnya barang saat pengiriman, atau barang yang dikirim sudah sampai akan tetapi tidak tepat waktu. Setiap kelalaian tersebut akan ditanggulangi dengan cara yang berbeda seperti ganti rugi sepenuhnya atas barang yang hilang, dan upaya lainnya. Perusahaan jasa pengiriman barang dapat ditemukan dalam ketentuan KUHD diatur dalam: a. Pasal 468 KUHD Ayat 1 “Persetujuan pengangkutan untuk menjaga keselamatan barang yang harus diangkutnya mulai saat diterimanya hingga saat diserahkannya barang tersebut”. Ayat 2 a “Pengangkut wajib mengganti kerugian pengirim, apabila barang yang diangkutnya tidak diserahkan atau rusak”. Ayat 2 b “Tetapi pengangkut tidak berkewajiban mengganti kerugian pengirim, bila tidak dapat diserahkan atau rusaknya barang itu disebabkan karena: 1. Suatu malapetaka yang tidak dapat dihindari terjadinya. 2. Sifat, keadaan atau cacat dari barang itu sendiri. 23 Abdul Kadir Muhammad, Op. Cit, hal. 17 24 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Pasal 1 ayat 3 Universitas Sumatera Utara 3. Suatu kelalaian atau kesalahan si pengirim sendiri.” Ayat 3 : “Pengangkut juga bertanggung jawab kepada : 1. segala perbuatan mereka yang dipekerjakan bagi kepentingan pengangkut itu. 2. sifat, keadaan atau cacat dari barang itu sendiri. 3. segala barang alat-alat yang dipakainya untuk menyelenggarakan pengangkutan itu.” b. Pasal 477 KUHD Ketentuan Pasal 447 KUHD merumuskan “pengangkut bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena terlambat diserahkannya barang yang diangkut kecuali apabila dibuktikan keterlambatan itu disebabkan karena suatu malapetaka yang tidak dap at dicegah atau dihindarinya”. c. Khusus untuk rusaknya barang, pengangkut bebas dari tanggung jawab apabila dapat membuktikan rusaknya barang itu karena cacat barang atau karena kesalahan pengirim. Prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting dalam melindungi pemilik barang, dalam kasus-kasus pelanggaran hak konsumen, diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggung jawab dan seberapa tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak terkait. 25 Prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Prinsip Tanggung Jawab karena kesalahan liability based on fault. Prinsip ini sudah cukup lama berlaku, baik dalam hukum pudana maupun 25 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta: PT Grasindo, 2005, hal. 72 Universitas Sumatera Utara hukum perdata. Dalam sistem hukum perdata kita misalnya, ada prinsip perbuatan melawan hukum onrechtmatige daad sebagaimana terdapat dalam Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Tanggung jawab seperti ini kemudian diperluas dengan vicarious liability, yakni tanggung jawab majikan, pimpinan perusahaan terhadap pegawainya atau orang tua terhadap anaknya, sebagimana diatur dalam pasal 1367 KUH Perdata. b. Prinsip Praduga Bertanggung Jawab presumption of liability principle. Seseorang atau tergugat dianggap bertanggung jawab sampai ia dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Dengan demikian beban pembuktian ada padanya. Asas ini lazim pula disebut sebagai pembuktian ada padanya, asas ini lazim pula disebut sebagi pembuktian terbalik omkering van bewijslast. c. Prinsip Praduga Tidak Selalu Bertanggung Jawab Presumption of Nonliability Principle. Prinsip ini menggariskan bahwa tergugat tidak selamanya bertanggung jawab. d. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak Strict Liability. Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip pertama. Dengan prinsip ini tergugat harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen tanpa harus membuktikan ada tidaknya kesalahan pada dirinya. e. Prinsip Tanggung Jawab Terbatas limitation of liability. Prinsip ini menguntungkan para pelaku usaha karena mencantumkan klausul eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Universitas Sumatera Utara Prinsip tanggung jawab terbatas ini sangat merugikan konsumen bila ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha, seharusnya pelaku usaha tidak boleh secara sepihak menentukan klausula yang merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal tanggung jawab. Jika ada pembatasan mutlak harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan. 26 Sebagaimana diketahui bahwa peraturan perundang-undangan mengatur beberapa kewajiban yang harus dipatuhi oleh perusahaan pengangkutan dalam menjalankan usahanya. Apabila dalam melaksanakan kewajibannya itu terjadi pelanggaran maka tentu saja tanggung jawab sepenuhnya menjadi milik pihak Perusahaan Pengangkut, yaitu: 1. Bertanggung jawab atas barang yang hilangdicuri dan memberikan Ganti kerugian yang diderita pemilik barang 2. Bertanggung Jawab Terhadap Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan SopirPekerjanya 27 Adapun penjabaran dari kewajiban itu, yaitu: 1. Bertanggung jawab atas barang yang hilangdicuri dan memberikan Ganti kerugian yang diderita pemilik barang Jika barang yang diangkut hilangdicuri atau mengalami kerusakan yang disebabkan oleh kesalahan atau keteledoran perusahaan pengirim, maka harus bertanggung jawab atas hal tersebut. Adapun posisi pengangkut di sini terkait dengan terjadinya hilangnya barang karena lalai atau kekurang hati-hatian 26 Shidarta. Op. Cit, hal 50 27 http:www.Gultomlawconsultants.comtanggung-jawab-perusahaan-jasa-pengangkutan- dalam pengangkutan-barang-di-darat-dalam-hal-terjadinya-hilang-dicurinya-barang. Diakses pada tanggal 21 juni 2016 pada pukul 13:15 WIB. Universitas Sumatera Utara Pengangkut dalam memverifikasi identitas asli sang sopir, terbukti dengan fakta di lapangan bahwa KTP, SIM dan SKCK milik sang Supir adalah palsu, disamping itu Pengangkut gagal memonitorisasi dan melakukan pengawasan terhadap kinerja sang sopir yang menyebabkan hilangnya barang. Tindakan ini berdampak kerugian kepada Pemilik Barang sehingga Pengangkut wajib bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1366 KUHPerdata yang berbunyi: “Setiap orang bertanggung-jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati- hatiannya” Tanggung Jawab mengganti kerugian ini diperjelas kembali dalam Pasal 188 UU No.22 Tahun 2009, yang berbunyi: “Perusahaan Angkutan Umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh Penumpang atau pengirim barang karena lalai dalam me laksanakan pelayanan angkutan.” Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa Perusahaan pengiriman barang memiliki kewajiban untuk melakukan ganti rugi akibat kelalaian yang ditimbulkan oleh perusahaan itu sendiri. Perihal ganti kerugian atas barang yang hilang tersebut diperjelas dalam Pasal 193 UU No. 22 Tahun 2009 bersangkutan yang berbunyi: “Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim barang karena barang musnah, hilang, atau rusak akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali terbukti bahwa musnah, hilang, atau rusaknya barang disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau kesalahan pengirim.” Universitas Sumatera Utara Adapun yang menjadi peringan bagi Perusahaan Jasa Pengangkut Barang untuk menghindari ganti kerugian ini tentunya jika mereka dapat membuktikan bahwa musnah atau hilangnya barang yang diangkut tersebut merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat dicegahdihindari overmacht atau kesalahan pengirim. 2. Bertanggung Jawab Terhadap Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan SopirPekerjanya Perusahaan Pengangkut juga harus bertanggung jawab atas perbuatan sopir yang dipekerjakannya. Pasal 1367 KUHPerdata adalah landasan utama bagi pertanggung jawaban tersebut, dimana seorang majikan employer bertanggung jawab secara tidak langsung terhadap perbuatan melawan hukum yang dilakukan pekerjanya sejauh hal tersebut terjadi dalam konteks pekerjaan. Adapun bunyi pasal tersebut sebagai berikut: “Seseorang tidak hanya bertanggung jawab, atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah pengawasannya. ” “Majikan dan orang yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan urusan mereka, bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh pelayan atau bawahan mereka dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepada orang- orang itu.” Aturan hukum mengenai pertanggung jawaban suatu perusahaan jasa pengangkutan barang terhadap perbuatan pekerjanya diperkuat kembali dalam Pasal 191 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Jalan yang berbunyi: Universitas Sumatera Utara “Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggaraan angkutan.” Berdasarkan Pasal 1367 KUHPerdata dan Pasal 191 UU No. 22 Tahun 2009 tersebut di atas dapat dikaitkan atau timbul dua bentuk pertanggung jawaban terkait adanya kehilangan barang yang dilakukan oleh pekerja dalam suatu perusahaan yaitu antara lain: 1 Tanggung jawab terhadap perbuatan orang lain Tentunya ini terkait dengan timbulnya tanggung jawab Perusahaan Pengangkut terhadap setiap perbuatan yang dilakukan oleh Pekerjanya yang dalam hal ini sang Supir. Dalam Paragraf pertama Pasal 1367 KUHPerdata menjelaskan tanggung jawab ini secara jelas, dimana ditentukan terciptanya suatu tanggung jawab ketika seorang yang merupakan tanggungan lainnya melakukan suatu perbuatan yang menyebabkan kerugian terhadap pihak lain. 2 Tanggung jawab majikan perusahaan terhadap pekerjanya sopir Bentuk pertanggung jawaban ini tercantum dalam paragraf ketiga Pasal 1367 KUHPerdata, dimana ditentukan bahwa pada dasarnya majikan atau suatu perusahaan dibebankan suatu pertanggung jawaban terhadap setiap kerugian yang disebabkan atau ditimbulkan oleh para pekerjanya dalam setiap pelaksanaan tugas mereka. 3 Tanggung jawab yang terdapat dalam izin usahanya, yaitu terdiri dari: a. Bertanggung jawab atas apa yang diperjanjikannya dan menyelesaikan segala tuntutan yang sah; Universitas Sumatera Utara b. Bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkan dari pengiriman barang yang menggunakan dokumen-dokumen yang diterbitkannya; c. Bertanggung jawab menyerahkan barang-barang yang diurusnya dan menutup asuransi terhadapnya Perusahaan jasa pengangkutan juga bertanggung jawab atas penyerahan barang-barang yang diurusnya sesuai syarat-syarat umum yang berlaku bagi perusahaan jasa Pengurusan transportasi dan harus menutup asuransi usaha jasa pengurusan transportasi yang memadai. Sanksi terhadap pelanggaran tanggung jawab ini adalah pencabutan izin usahanya.

E. Pengaturan Hukum Tentang Pengiriman Barang

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengiriman Barang Terhadap Kelalaian yang Menyebabkan Rusak atau Hilangnya Barang Pengiriman Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus PT. Tiki Cabang Gelugur Medan)

22 172 102

Kualitas Pelayanan Jasa Pengiriman Pada PT. Tiki Indonesia (Cabang Medan)

16 177 58

Sikap Pelanggan Terhadap Jasa Pengiriman Barang (Studi Deskriptif Tentang Sikap Pelanggan Terhadap Produk Jasa Pengiriman Barang TIKI di CV. Titipan Kilat Jl. Brigjen Katamso No. 27 C Medan)

1 32 98

Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi (Freight Forwarder) Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut (Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan)

24 292 106

Tanggung Jawab Perusahaan Pengiriman Barang dalam Pengiriman Barang Paket Dengan Klausul...

0 27 3

Analisis Perbedaan Prestasi Kerja Berdasarkan Kepuasan Kerja Dan Tingkat Pendidikan Karyawan Pada Divisi Umum dan Logistik PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Medan

2 43 125

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Laporan Keuangan Arus Kas Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung Dengan Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000 Berbasis Client Server

32 174 203

Taufiq Hidayat Program Studi Usaha Perjalanan Wisata STIEPAR YAPARI – AKTRIPA Bandung Email: taufiqhi7912yahoo.co.id Abstract - Pengaruh Marketing Public Relation Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada PT. Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Bandung

0 0 14

Analisis Pengaruh Kualitas Website Pt Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (Jne) Terhadap Kepuasan Pengguna Dengan Metode Webqem

3 11 9

Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Dan Barang Pada Angkutan Darat (Studi Kasus Pada PO. Medan Jaya Medan)

0 0 89