2.3.3 Metabolisme Kolesterol
Kolesterol diabsorpsi di usus dan ditransport dalam bentuk kilomikron menuju hati. Dari hati, kolesterol dibawa oleh VLDL untuk membentuk LDL
melalui perantara IDL Intermediate Density Lipoprotein. LDL akan membawa kolesterol ke seluruh jaringan perifer sesuai dengan kebutuhan. Sisa kolesterol di
perifer akan berikatan dengan HDL dan dibawa kembali ke hati agar tidak terjadi penumpukan di jaringan. Kolesterol yang ada di hati akan diekskresikan menjadi
asam empedu yang sebagian dikeluarkan melalui feses, sebagian asam empedu diabsorbsi oleh usus melalui vena porta hepatik yang disebut dengan siklus
enterohepatik.
2.3.4 Lipoprotein
Lipid plasma yang utama adalah kolesterol, trigliserida, fofolipid, dan asam lemak bebas yang tidak larut dalam cairan plasma. Agar lipid plasma dapat
diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid tersebut perlu di modifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut dalam dalam air.
Zat-zat lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju tempat penggunaanya.
Lipoprotein dapat dibedakan menjadi:
a. Kilomikron
Bentuk awal lipoprotein adalah kilomikron, partikel ini diproduksi oleh sel usus halus yang berasal dari lemak dan ptotein yang dimakan. Kilomikron
membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, dan juga ke hati.
b. VLDL very low density lipoprotein
Universitas Sumatera Utara
Lipoprotein ini terdiri dari 60 trigliserida dan 10-15 kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk mengangkut kolesterol ke jaringan perifer.
c. IDL intermdiate density lipoprotein
IDL ini mengandung trigliserida 30 dan kolesterol 20. IDL adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL di katabolisme menjadi LDL.
d. LDL low density lipoprotein
LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia. Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10 dan kolesterol 50. LDL
merupakan metabolit VLDL, fungsinya membawa kolesterol ke jaringan perifer untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid. Kadar LDL plasma
tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL.
e. HDL high density lipoprotin
Komponen HDL ialah 13 kolesterol, kurang dari 5 trigliserida dan 50 protein. HDL penting untuk bersihan trigliserida dan kolesterol dalam
plasma. Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol Suyatna, 1995.
Ada dua jenis lipoprotein yang penting dalam distribusi kolesterol, yakni HDL dan LDL. HDL mengangkat kolesterol ke hati untuk dimetabolisme,
selanjutnya LDL membawa kolesterol ke sel-sel yang memiliki molekul reseptor untuk LDL, dan dengan bantuan reseptor ini LDL dapat memasuki sel untuk
dimanfaatkan oleh sel tersebut. Semua jenis kolesterol ini sangat penting keberadaanya dalam tubuh. Akan
tetapi, bila kadar yang dimiliki melebihi kadar normalnya dapat menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
gangguan dalam tubuh. Penggolongan kadar kolesterol tubuh dapat dilihat pada
tabel 2.1. Tabel 2.1 Variasi kadar total kolesterol, LDL, dan HDL
Karakter Level Kolesterol Total Kolesterol mgdl
200 Excellent
200-240 Borderline high
240 High
LDL mgdl 100
Excellent 100-129
Pretty good 130-159
Borderline high 160-190
High 190
Very high HDL mgdl
40 Low
60 High
Rinzler, 2002 Kadar kolesterol dalam darah tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan
jumlah kolesterol dalam diet. Diet dengan kadar kolesterol yang lebih rendah dari normal tidak akan mempengaruhi jumlah kolesterol dalam darah, ini disebabkan
karena tubuh dapat mensintesis kolesterol sendiri. Selain itu, dalam keadaan reseptor LDL tidak mencukupi atau kurang berfungsi, akan dapat menyebabkan
peningkatan kadar koleterol dalam darah yang dapa Silalahi, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.3.5 Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan tingkat kolesterol yang sangat tinggi dalam darah. Peningkatan kolesterol dalam darah
disebabkan kelainan pada tingkat lipoprotein.
Hiperkolestrolemia dapat diklasifikasikan menjadi : Tingginya kadar kolestrol dalam
tubuh menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit.
a. Hiperkolesterolemia Primer
Hiperkolsterolmia primer adalah gangguan lipid yang terbagi menjadi 2 bagian, yakni hiperkolesterol poligenik dan hiperkolesterol familial.
Hiperkolesterol poligelik disebabkan oleh berkurangnya daya metabolisme kolestrol, dan meningkatnya penyerapan lemak.
Hiperkolesterolemia familial adalah meningkatnya kadar kolesterol yang sangat dominan banyak akibat ketidakmampuan reseptor LDL. Penderita
biasanya akan mengalami gangguan penyakit jantung koroner PJK dengan kadar kolesterol mencapai 1.000 mgdl.
b. Hiperkolesterolemia Sekunder Hiperkolesterolemia Sekunder terjadi akibat penderita mengidap suatu
penyakit tertentu, stress, atau kurang gerak olahraga. Berbagai macam obat juga dapat meningkatkan kadar kolesterol. Wanita yang telah masuk masa menopause
berhenti haid jika diberi terapi estrogen akan mengalami peningkatan kadar kolesterol Wiryowidagdo, 2002.
c. Hiperkolesterolemia Turunan Hiperkolesterolemia ini terjadi akibat kelainan genetis atau mutasi gen
pada tempat kerja reseptor LDL, sehingga menyebabkan pembentukan jumlah
Universitas Sumatera Utara
LDL yang tinggi atau berkurangnya kemampuan reseptor LDL. Kejadian ini biasanya ditandai dengan kadar kolesterol yang mencapai 400 mgdl dan kadar
HDL dibawah 35 mgdl, meskipun penderita sering berolahraga, memakan makanan berserat, jarang mengkonsumsi lemak hewani dan tidak merokok
Suharti, 2006.
2.3.6 Ekskresi Kolesterol
Sekitar setengah dari kolesterol yang dikeluarkan dari tubuh dieksresi dalam feses setelah diubah menjadi garam empedu. Selebihnya diekskresi sebagai
steroid netral. Sebagian besar kolesterol yang disekresi melalui empedu diserap kembali, dan dianggap sebagai kolesterol yang berperan sebagai prazat untuk
sterol yang berasal dari mukosa usus. Sebagian besar ekskresi garam-garam empedu diserap kembali ke dalam
sirkulasi vena porta, kemudian dibawa kembali ke hati, dan diekskresi kembali melalui empedu. Ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Garam-garam
empedu yang tidak diserap akan diekskresi dalam feses.
2.3.7 Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penumpukan endapan jaringan lemak atheroma dalam nadi. Zat-zat yang merangsang terbentuknya aterosklerosis disebut
aterogenik Pengendapan lemak seperti ini disebut plak, terutama terdiri dari kolesterol dan esternya, dan cenderung terjadi di titik-titik percabangan nadi
sehingga mengganggu alairan darah di tempat-tempat yang memiliki aliran darah tidak begitu deras. Nadi-nadi tertentu rentan terhadap plak, termasuk nadi-nadi
koroner yang memasok darah ke otot-otot jantung, nadi-nadi yang memasok darah ke otak, dan nadi-nadi pada kaki Silalahi, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Aterosklerosis terbagi atas tiga tahap yaitu tahap pembentukan sel busa, pembentukan plak pada jaringan, dan lesi majemuk. Tahap awal aterosklerosis
disebabkan oleh adanya kadar LDL yang tinggi pada sirkulasi, LDL ini dapat terjebak di dalam intima dan akan mengalami oksidasi. Peristiwa oksidasi ini akan
merangsang permukaan sel untuk menarik monosit ke dalam intima. Di dalam intima monosit akan berubah menjadi makrofag yang akan memakan LDL
teroksidasi. Makin banyak LDL yang dimakan menyebabkan makrofag penuh sehingga makrofag akan berbentuk seperti busa. Pada tahap berikutnya terjadi
pertumbuhan sel otot polos pada pembuluh darah dari lapisan tengah menuju bagian dalam dinding pembuluh. Pertumbuhan ini akan menyebabkan
terbentuknya plak dan mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah. Makin lama pertumbuhan sel akan makin besar dan akan memeperkecil lumen.
Selanjutnya plak makin majemuk dengan terjadinya penambahan kalsium dan unsur-unsur lain yang dibawa oleh darah. Ini dapat mengakibatkan sobekan dan
perdarahan, ini merupakan tahap lesi majemuk. Proses terjadinya penyumbatan pembuluh darah dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Proses penyumbatan pembuluh darah
Pembentukan sel busa
Arteri normal
Pembentukan plak
Lesi
Tunika adventis Tunika media
Tunika intima Lumen
Universitas Sumatera Utara
2.3.8 Penurunan Kadar Kolesterol
Prinsip utama pengobatan hiperkolesterolemia ialah mengatur diet yang mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar lipid plasma
Suyatna, 1995. Langkah pengaturan diet selalu dilakukan agar dapat menghindari perlunya penggunaan obat Katzung, 2002.
Pencegahan untuk penyakit hiperkolesterolemia sebagai berikut : a.
Berhenti merokok. b.
Tidak meminum alkohol. c.
Mengatur pola makan seimbang dan rendah lemak. d.
Perbanyak konsumsi makanan berserat, seperti sayur-sayuran dan buah- buahan.
e. Lakukan olahraga yang memadai sesuai dengan umur. Usahakan untuk
berolahraga setiap hari. f.
Menjaga berat badan ideal yang sesuai dengan tinggi badan. g.
Hindari stres Wiryowidagdo, 2002. Bila pengobatan secara non-farmakolgi tidak memberikan pengaruh,
diperlukan pemberian obat-obatan. Pemakaian obat hendaklah setepat mungkin. Banyak obat-obat hiperkolesterolemia yang beredar di pasaran, dan obat-obat ini
hanya dapat dipakai apabila dengan diet yang ketat, olahraga teratur, dan pengendalian faktor-faktor resiko lain yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol
dalam darah Baaras, 1993. Klasifikasi penggolongan obat untuk mengobati hiperkolesterolemia
adalah sebagai berikut: a. Penghambat Reduktase HMG-CoA
Universitas Sumatera Utara
Contohnya: Atorvastatin, lovastatin, pravastatin, rosuvastatin, Simvastatin. b. Resin Pengikat Asam Empedu
Contohnya: Cholestyramine, colestipol, colesevalam. c Derivat Asam Fibrat
Contohnya: Fenofibrate, gemfibrozil d. Penghambat Absorpsi Kolesterol
Contohnya: Ezetimibe. e. Nicotinic Acid
Contohnya: Niacin. f. Agen hipolipidemia lain
Contohnya: Minyak ikan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian ini adalah metode eksperimental berdasarkan rancangan acak lengkap. Penelitian meliputi pemilihan obat, penyiapan hewan
percobaan dan pengujian efek penurun kadar kolesterol pada hewan percobaan. Data hasil penelitian dianalisis secara Anava analisis variansi meggunakan
program SPSS Statistical Product and Service Solution versi 16. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Penelitian Fakultas
Farmasi USU Medan.
3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan adalah Vitros Ortho-Clinical Diagnostics, sentrifuge swing type model CD-50 SR Tomy Seiko, neraca kasar, neraca
analitis Metler Toledo, mikropipet Clinicon, termos es , syringe 1 mL, politube, silet dan alat-alat lain yang dibutuhkan.
3.1.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Simvastatin generik 10 mg Kimia Farma, Valemia
®
10 mg Sanbe Farma, Vidastat
®
3.2 Pengambilan Sampel
10 mg Darya- Varia, slide reagensia kolesterol Ortho-Clinical Diagnostics, minyak kelapa,
lemak kambing, kuning telur ayam Eropa.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposif pada salah satu apotik yang ada di daerah Peringgan Medan. Sampel yang digunakan adalah
Universitas Sumatera Utara
tablet salut Simvastatin generik 10 mg Kimia Farma, Valemia
®
10 mg Sanbe Farma, dan Vidastat
®
a. Sediaan suspensi yang dibuat dengan mencampur minyak kelapa,
lemak kambing, dan kuning telur ayam dengan perbandingan 5 : 2 :3 Anonim, 1993. Suspensi tersebut diberikan 1 kali sehari secara oral
dengan dosis 1 kg berat badan selama 14 hari. 10 mg Darya-Varia.
3.3 Hewan Percobaan