Konsiliasi Jalur Penyelesaian Sengketa Nonlitigasi

D. Perjanjian Perdamaian 1. Pengertian Perjanjian

Definisi perjanjian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal KUH Perdata 1313, yaitu bahwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Kata persetujuan tersebut merupakan terjemahan dari perkataan overeekomst dalam bahasa Belanda. Menurut Pasal 1320 KUH Perdata, suatu perjanjian itu harus terpenuhi 4 syarat , yaitu : 1 Adanya kata sepakat. Kata sepakat berarti kesesuaian kehendak, maksudnya memberikan persetujuan atau kesepakatan, jadi sepakat merupakan pertemuan dua kehendak dimana kehendak pihak yang satu saling mengisi dengan apa dikehendaki pihak lain dan kehendak saling bertemu. Menurut Subekti, yang dimaksud dengan kata sepakat adalah penyesuaian kehendak antara dua pihak yaitu apa yang dikehendaki oleh pihak ke satu juga dikehendaki oleh pihak lain dan kedua kehendak tersebut menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik. 32 2 Kecakapan untuk membuat perjanjian. Dalam Pasal 1329 KUH Perdata menyebutkan bahwa setiap orang adalah cakap untuk membuat suatu perjanjian dengan ketentuan oleh undang-undang tidak ditentukan lain yaitu ditentukan sebagai orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian. Pada Pasal 1330 KUH Perdata menyebutkan bahwa orang yang tidak cakap membuat perjanjian yaitu orang yang belum dewasa, orang yang dalam pengampuan atau perwalian, dan orang perempuanisteri dalam hal telah ditetapkan oleh undang-undang dan semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang perjanjian- perjanjian tertentu. Mengenai orang yang belum dewasa diatur dalam Pasal 1330 KUH Perdata dinyatakan bahwa mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan sebelumnya belum kawin. 3 Adanya suatu hal tertentu. Yang dimaksud dengan suatu hal tertentu dalam perjanjian ialah objek perjanjian, objek perjanjian adalah prestasi yang menjadi pokok perjanjian yang bersangkutan. Prestasi itu sendiri bisa berupa perbuatan untuk memberikan suatu, melakukan sesuatu atau 32 Subekti, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Bandung : Alumni,1992, hlm 4.

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 (Studi...

0 18 5

Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000

0 24 2

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK DESAIN INDUSTRI MENURUT UNDANG-UNDANG NO.31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI (Studi Kasus Sengketa antara PT BAM dan Honda Motor Co.Ltd)

4 22 57

ANALISA KASUS PEMBATALAN PENDAFTARAN HAK DESAIN INDUSTRI PENGGARIS NOMOR ID 0 004 475 MENURUT UNDANG-UNDANG NO.31 TAHUN 2000.

0 0 10

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENDESAIN YANG TIDAK MELAKUKAN PENDAFTARAN DESAIN INDUSTRI DIHUBUNGKAN DENGAN PRODUK FAST MOVING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI.

0 1 2

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK HAK DESAIN INDUSTRI PAKAIAN TERKAIT PENGGUNAAN DESAIN INDUSTRI TANPA PERJANJIAN LISENSI OLEH PRODUSEN PAKAIAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTAN.

0 0 1

APLIKASI DESAIN INDUSTRI PADA PRODUK YANG SAMA DENGAN MEREK BERBEDA DARI PERSFEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI (Analisa kasus PT Astra Motor dan PT Daihatsu Motor).

0 0 37

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

0 0 47

A. Pendahuluan - TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENGGUNAAN KESAN ESTETIS TERHADAP PERLINDUNGAN SUATU DESAIN INDUSTRI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

0 0 14

ANALISIS YURIDIS UNSUR KEBARUAN DALAM MEMPEROLEH HAK DESAIN INDUSTRI BERDASAR UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI - UNS Institutional Repository

0 0 10