48
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan teknik :
a. Studi Kepustakaan library research Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder melalui
serangkaian kegiatan membaca, mencatat, mengutip, dan menganalisis buku- buku yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas pada literatur,
perundang-undangan dan bahan tertulis lainnya.
b. Studi Lapangan field research Studi lapangan dilakukan sebagai usaha mengumpulkan data dengan cara
mengajukan tanya jawab kepada responden penelitian, yaitu pada Penyidik Polresta Bandar Lampung, Dosen Bidang Akademik Fakultas Hukum
Universitas Lampung, pelaku serta korban perkara pidana anak dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya.
c. Prosedur Pengolahan Data Setelah data terkumpul maka kemudian diproses melalui pengolahan dan
peninjauan data dengan melakukan : 1 Seleksi data untuk mengetahui kelengkapan data selanjutnya dipilih
sesuai dengan permasalahan yang diteliti; 2 Klasifikasi, yaitu mengelompokkan data yang diperoleh menurut
kelompok-kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh
49
data yang benar-benar diperlukan dan akurat untuk kepentingan penelitian;
3 Sistematisasi data, yaitu menyusun dan menetapkan data pada tiap-tiap pokok bahasan secara sistematis sehingga mempermudah interpretasi
data dan tercipta keteraturan dalam menjawab permasalahan.
E. Analisis Data
Sebagai tindak lanjut dari pengolahan data, dilanjutkan dengan analisis data.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis kualitatif, yakni suatu analisis yang berasal dari hasil penelitian yang merupakan rangkaian data
yang tersusun secara sistematis dan dianalisis dengan cara pikir yang deskriptif, selanjutnya data tersebut diuraikan secara kalimat per kalimat sehingga
merupakan gambaran secara umum jawaban permasalahan berdasarkan hasil penelitian. Penganalisaan deskriptif ini bertitik tolak dari analisis yuridis normatif.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan metode induktif, yaitu penarikan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat khusus ke suatu yang bersifat
umum. Bentuk kesimpulan akan didapat dari pernyataan-pernyataan spesifik
berupa contoh konkrit dan fakta yang ditemukan untuk selanjutnya digeneralisasikan menjadi suatu kesimpulan yang bersifat umum dengan
penalaran yang logis.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan seperti yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil
suatu kesimpulan dan saran sebagai berikut : 1. Perlunya penerapan keadilan restoratif dalam proses penyidikan perkara
pidana anak dimaknai sebagai suatu proses penyelesaian dimana semua pihak yang terlibat dalam pelanggaran hukum tertentu berkumpul bersama untuk
memutuskan secara kolektif cara mengatasi konsekwensi pelanggaran dan implikasinya dimasa mendatang. Dalam konteks ini upaya penyelesaian lebih
difokuskan pada pemulihan atas kerugian yang ditimbulkan akibat pelanggaran tersebut, bukan pembalasan bagi pelaku. Selain itu, keadilan
restoratif dapat memberikan kesempatan untuk rekonsiliasi hubungan antar individu dalam masyarakat yang dirugikan oleh tindak pidana.
2. Kepolisian Resor Kota Polresta Bandar Lampung menerapkan keadilan restoratif dalam penyelesaian perkara pidana yang dilakukan anak di Bandar
Lampung salah satunya dengan diversi. Diversi dan Restorative Justice adalah suatu perkembangan terhadap penyelesaian perkara anak dengan jalan
mengalihkan suatu proses peradilan formal menjadi proses yang tidak formal untuk menghindari trauma dan stigmatisasi bagi anak selam dalam sistem
84
peradilan. Tindakan ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap semua pihak sehingga tercapai keadilan.
3. Hambatan penerapan keadilan restoratif dalam proses penyidikan perkara pidana anak di Polresta Bandar Lampung meliputi :
a. Tidak adanya payung hukum yang mengatur dan menjadi landasan
legitimasi serta tidak adanya prosedur atau mekanisme yang formal- prosedural dalam mengambil keputusan pada proses penyidikan apakah
berdasarkan konsep keadilan restoratif atau konseppendekatan lain yang bersesuaian dengan aliran sociological jurisprudence.
b. Kekhawatiran atau ketakutan penyidik akan dipersalahkan oleh pimpinan atau atasan penyidik dan dipermasalahkan pada pengawasan dan
pemeriksaan oleh institusi pengawas dan pemeriksa internal Polri yang menggunakan parameter formal prosedural.
c. Tidak semua pihak yang bersengketa memiliki itikad baik untuk menyelesaikan masalah di luar pengadilan melalui proses mediasi. Hal
ini disebabkan adanya motifunsur tertentu seperti balas dendam, kebencian, dan keinginan melihat pihak lain menderita sehingga
menyulitkan proses damai.
B. Saran 1. Hendaknya semua pihak yang bersengketa pada perkara pidana anak
memiliki itikad baik yang sama untuk menyelesaikan masalah di luar pengadilan melalui penerapan keadilan restoratif demi menjamin masa depan
anak sebagai generasi penerus bangsa.