Studi Pengendalian Kualitas Air PDAM Tirtanadi pada Reservoar Tuasan dan Sambungan Pelanggan

Jurnal Teknologi Proses
Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia

6(1) Januari 2007: 45 – 48 ISSN 1412-7814
Studi Pengendalian Kualitas Air PDAM Tirtanadi pada Reservoar Tuasan dan Sambungan Pelanggan

Hamidah Harahap Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan 20155

Abstrak Untuk meningkatkan kualitas air yang dihasilkan dan untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan, berbagai upaya telah dilakukan oleh PDAM Tirtanadi. Berdasarkan hasil analisa kualitas air olahan pada tangki reservoar yang secara rutin dilakukan oleh PDAM Tirtanadi, maka air olahan IPA PDAM Tirtanadi telah memenuhi baku mutu air minum yang disyaratkan. Pengendalian kualitas air pada reservoar Tuasan dan sambungan meliputi analisa warna, padatan terlarut, kekeruhan, kandungan besi, dan kesadahan sampel. Hasil dari studi yang telah dijalankan bahwa terjadi perubahan-perubahan pada kualitas air. Walaupun demikian kualitas air pada reservoar Tuasan serta sambungan pelanggan adalah baik dan telah memenuhi baku air minum.
Kata kunci: reservoar, padatan terlarut, kekeruhan, kandungan besi, kesadahan.

Pendahuluan
Air merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sedang air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Kebutuhan air bersih di kota Medan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi dengan menggunakan 4 (empat) Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang terletak di Sunggal, Desa Pamah Deli Tua, Desa Limau Manis-Tanjung Morawa, dan Sibolangit. Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang dibangun oleh Tirtanadi merupakan perwujudan dari upaya peningkatan kualitas air bersih atau air minum. Tahapan pengolahan pada IPA secara

garis besar dimulai dari unit sedimentasi pertama yang berfungsi untuk mendapatkan partikel-partikel kasar secara gravitasi, unit klarifikasi yang berfungsi untuk menggumpalkan padatan tersuspensi dalam air dengan menggunakan koagulan sehingga terbentuk flok. Unit filtrasi yang berfungsi untuk memisahkan flok dan koagulan yang masih terikut dan unit klorinasi untuk membunuh kuman (desinfektan) agar syarat air minum terpenuhi.
Eksperimental
Pada studi ini dilakukan beberapa tahap:
Survai data sekunder
Survai data sekunder dimaksudkan untuk mengidentifikasikan daerah percontohan studi.


46 Hamidah Harahap / Jurnal Teknologi Proses 6(1) Januari 2007: 45 – 48

Sebagaimana diketahui bahwa jaringan distribusi air merupakan perangkat penting yang sangat menentukan perubahan kualitas air dari instalasi pengolahan air ke sambungan pelanggan. Pada studi ini penentuan daerah percontohan studi diambil dari reservoar Tuasan dan dilanjutkan ke sambungan pelanggan dengan bantuan booster pump.
Survai data primer
Survai perubahan kualitas air pada daerah percontohan studi dilakukan dengan cara mengambil sampel sepanjang jalur distribusi pada titik yang dianggap dapat mewakili berdasarkan pertimbangan setelah melakukan survai data sekunder untuk melihat tempat kemungkinan terjadinya perubahan kualitas air.
Data kualitas air
Data kualitas air dari berbagai daerah percontohan yang diuji di laboratorium.
Hasil dan Pembahasan
Reservoar Tuasan merupakan salah satu fasilitas penampung air olahan yang berasal dari IPA Deli Tua. Hasil analisa parameter utama kualitas air pada sambungan pelanggan yang menggunakan air dari reservoar Tuasan dapat dilihat pada Gambar 1 sampai 5. Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) titik yaitu IPA Deli Tua (DT), Resorvoar Tuasan (RT), sambungan pelanggan di jalan Tuasan (RT-1), jalan Williem Iskandar (RT-2) serta jalan Sido Rukun (RT-5). Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa warna air dari IPA Deli Tua yang diukur dalam true colour unit (TCU) mengalami peningkatan pada reservoar Tuasan dari 2 TCU menjadi 2,8 TCU. Untuk sampel sambungan pelanggan, dua sampel (RT-1 dan RT-2) mengalami peningkatan warna yang signifikan dibandingkan dengan sampel dari reservoar. Sedangkan sampel lainnya (RT-5) mengalami penurunan warna. Hal ini menunjukkan bahwa

secara umum dari pengukuran parameter warna, air mengalami penurunan kualitas dan perjalanannya dari IPA ke reservoar dan sambungan pelanggan.
Berbeda dengan parameter warna, kandungan padatan terlarut pada sampel air dari IPA Deli Tua cenderung menurun pada reservoar Tuasan (Gambar 2). Selanjutnya pada sampel pelanggan tidak ditemukan perubahan yang signifikan dari padatan terlarut dalam air. Hal ini diperkirakan terjadi karena pada dasarnya padatan terlarut yang masih tersisa dalam sampel dari IPA Deli Tua mengalami penggumpalan lanjutan (pembentukan padatan) dalam perjalanannya ke reservoar. Pembentukan padatan ini diduga berakibat pada peningkatan warna pada sampel reservoar (RT) dan sambungan pelanggan (RT-1 dan RT-2).
Kekeruhan air untuk sampel yang berasal dari reservoar Tuasan dapat dilihat pada Gambar 3. Pola perubahan kekeruhan mempunyai karakteristik yang agak berbeda dari warna dan padatan terlarut. Kekeruhan sampel dari IPA Deli Tua hampir sama dengan kekeruhan sampel reservoar Tuasan. Sedangkan kekeruhan sampel pada sambungan pelanggan mengalami peningkatan pada dua titik sampel yaitu RT-1 dan RT-2. Untuk parameter kadar besi (Gambar 4), perubahan yang signifikan hanya terjadi pada sampel RT-5, di mana kadar besi pada sampel ini mencapai 0.3 mg/l. Kesadahan air cenderung menurun dari sampel IPA ke reservoar dan sambungan pelanggan. Tren perubahan kualitas air, yang diwakili oleh perubahan lima parameter utama kualitas air pada sampel dari reservoar Tuasan secara umum menunjukkan perubahan yang sangat spesifik dari masing-masing sampel. Hal ini diduga terjadi karena frekuensi pengambilan sampel yang sangat minim, sehingga faktor lainnya yang menentukan perubahan kualitas air seperti perubahan suhu, cuaca maupun kondisi operasi pada saat pengambilan sampel tidak diperhitungkan.

Hamidah Harahap / Jurnal Teknologi Proses 6(1) Januari 2007: 45 – 48

TCU

16


14

12

10

8

6

4

2

0

NA RS-1

RG


RG-1

RG-2 RG-3

Warna

GAMBAR 1: Warna sampel pada reservoar Tuasan dan sambungan pelanggan

mg l-1

1200 1000
800 600 400 200
0 NA RS-1 RG RG-1 RG-2 RG-3 Padatan Terlarut
GAMBAR 2: Padatan Terlarut sampel pada reservoar Tuasan dan sambungan pelanggan

6

5

4


NTU

3

2

1

0

Na RS-1 RG

RG-1 RG-2 RG-3

Kekeruhan

GAMBAR 3: Kekeruhan sampel pada reservoar Tuasan dan sambungan pelanggan

47


48 Hamidah Harahap / Jurnal Teknologi Proses 6(1) Januari 2007: 45 – 48

mg l-1

0.35

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0


NA RS-1

RG

RG-1

RG-2

RG-3

Besi

GAMBAR 4: Kandungan besi sampel pada reservoar Tuasan dan sambungan pelanggan

mg l-1

600

500


400

300

200

100

0

NA RS-1

RG

RG-1

RG-2 RG-3

Kesadahan

GAMBAR 5: Kesadahan besi sampel pada reservoar Tuasan dan sambungan pelanggan

Kesimpulan
Perubahan kualitas air pada sambungan pelanggan tidak dipengaruhi oleh sistem transmisi air dari IPA ke sambungan pelanggan. Masalah perubahan kualitas air baru timbul apabila terjadi akumulasi air misalnya di bak pelanggan atau bakbak penampung lainnya dan tidak terlihat perubahan yang signifikan pada reservoar Tuasan sampai ke sambungan pelanggan.

Daftar Pustaka
Fardiaz, F., 1992, Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Jakarta.
Kemmer, F., 1988, The Nalco Water Handbook, McGraw Hill, New York.
Linsley, R.K. dan Franzini, JB., 1979, Water Recources Engineering, 3 ed, McGraw Hill, New York.