Dasar dan Tujuan Konsep Tauhid dalam Islam

c. Prinsip Kemerdekaan atau Kebebasan al-hurriyah

Dalam prinsip kebebasan ini menghendaki adanya agar dalam melaksanakan muamalat tidak berdasarkan paksaan. Seperti dalam pernikahan tidak adanya paksaan akan tetapi setiap orang berhak dan bebas memilih calon untuk pasangan hidupnya.

d. Prinsip persamaan al-musawah

Dalam al- qur‘an surat ke-49, al-hujurat ayat 13, ditujukan kepada seluruh umat manusia, tidak terbatas bagi kaum muslim saja. Ayat ini menghendaki tidak ada perbedaan antar sesama manusia dengan alasan apapun. Begitupun manusia dalam muamalat.

e. Prinsip tolong-menolong al- ta’awun

Prinsip ta‘awun dalam mu‘amalat berarti bantu membantu antar sesama anggota masyarakat. Seperti adanya jual beli, pinjam-meminjam ataupun yang lainnya.

f. Prinsip Toleransi tasamuh

Toleransi yang dikehendaki oleh islam ialah toleransi yang menjamin tidak terlanggarnya hak-hak islam dan umatnya. Hukum islam mengharuskan umatnya hidup rukun dan damai di muka bumi ini tanpa memandang ras, dan warna kulit.

3. Dasar dan Tujuan Konsep Tauhid dalam Islam

Pada dasarnya inti pokok ajaran al- Qur‘an adalah tauhid. Nabi Muhammad SAW adalah tauhid. Nabi Muhammad SAW diutus Allah kepada umat manusia adalah juga untuk mengajarkan ketauhidan tersebut . karena itu, ajaran tauhid yang terdapat dalam al- Qur‘an dipertegas dan diperjelas oleh Rasulullah SAW sebagaimana tercermin dalam hadits-haditsnya. Sebagaimana dikatakan terdahulu, inti dari tauhid adalah keyakinan bahwa Allah SWT Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Penegasan Allah SWT dalam al- Qur‘an yang menyatakan bahwa Allah SWT itu Maha Esa antara lain: a Surat Al-Ikhlas ayat 1 sampai dengan 4: ―Katakanlah, ―Dialah Allah, Yang Maha Esa‖. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Ia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tak ada seorang pun yang setara dengan- Nya‖. Ayat di atas tegas sekali menyatakan bahwa Allah itu Esa; Satu Tunggal. Allah bahkan memberi penegasan khusus bahwa Allah tidak beranak, tidak pula diperanakkan. Pernyataan ini secara tegas menolak anggapan bahwa Tuhan punya anak, apalagi kalau Tuhan dilahirkan oleh yang lain. b Surat al-Zumar ayat 4: ―Mahasuci Tuhan. Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa‖. c Surat al-Baqarah ayat 163: ―Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang‖. d Surat an-nisaa ayat 171: ―..Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Janganlah kamu mengatakan, ―Tuhan itu tiga‖. Berhentilah dari ucapan itu. Itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa. Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan- Nya. Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara‖ e Surat al-Maidah ayat 73: ―Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, ―Allah adalah salah satu dari yang tiga‖. Padahal, sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Allah Yang Maha Esa...‖ f Surat al-Anbiya ayat 22: ―Seandainya pada langit dan bumi itu ada Tuhan selain Allahh, pasti keduanya akan rusak binasa...‖ Di samping ayat-ayat di atas masih ada beberapa ayat lagi baik secara eksplisit maupun implisit yang menyebutkan bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tidak ada Tuhan selain Dia. Keesaan Allah SWT tidak hanya keesaan pada zat-Nya, tapi juga esa pada sifat dan af‘al perbuatan-Nya. Yang dimaksud dengan esa pada zat ialah zat Allah itu tidak tersusun dari beberapa juzu‘ bagian. Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam memerintah dan menguasai kerajaan-Nya. Esa pada sifat berarti sifat Allah tidak sama dengan sifat-sifat yang lain dan tak seorangpun yang mempunyai sifat sebagaimana sifat Allah SWT. Esa pada af‘al perbuatan berarti tidak ada seorang pun yang memiliki perbuatan sebagaimana perbuatan Allah. Ia Maha Esa dan menyendiri dalam hal menciptakan, membuat, mewujudkan, dan membentuk sesuatu. 53 Ajaran ketauhidan yang tercantum di dalam al- Qur‘an ditanamkan dalam- dalam oleh Rasulullah SAW kepada para sahabat dan pengikutnya, baik melalui ucapan maupun sikap dan kepribadian beliau. Hal-hal yang membawa kepada syirik atau kekafiran sangat ditentang beliau. Demikian pula hal-hal yang dapat merusak akidah. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan: ها لوسر ا :هنع ها ىضر ريره ىبا ع لوسراي ليق ,تا بو لا ع سلا بنتجا :لاق سو هي ع ها ي ص ها ,ابرلا لكاو , يتيلا لا لكاو ,قحلاب اا ها رح يتلا سفنلا لتقو ,رحسلاو ,هاب رشلا لاق ؟ ها و, تان ؤ لا تافاغلا تانصح لا فدقو فحزلا وي يلوت لاو . ﻪﺠ ﺨ ﺨﺑ ﻓ ׃ ٥٥ ـ ﮐ ﻴ ﺻ ׃ ٣٢ ـ ﺑ ﷲ ﻗ ﻌ ׃ ﻴ ﻛﺄﻴ ﻴ ﻈ . Arti Hadits: Hadits Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. dimana beliau bersabda: “ Jauhilah tujuh macam dosa yang membinasakan.”Para sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, apakah ketujuh macam dosa itu?” Beliau menjawab: “Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa manusia yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari pada saat pertempuran dalam jihad dan menuduh berbuat zina kepada wanita-wanita yang selalu menjaga diri, mukminat dan tidak pernah berfikir untuk berzina. ‖HR. Bukhari-Muslim. 54 Ada dua hal yang menarik dari hadits di atas dalam hubungannya dengan tauhid. Pertama, syirik dinyatakan sebagai salah satu dari tujuh hal yang membinasakan manusia. Ini wajar karena syirik menghancurkan iman seseorang dan menjerumuskannya ke dalam jurang api neraka. Kedua, syirik ditempatkan pada urutan pertama. Penempatan ini dapat diartikan bahwa masalah syirik 53 Sayyid Sabiq, Aqidah Islam, terjemahan Moh. Abdai Rathomy Bandung: CV.Diponegoro, 1978, h.98 54 Bukhori, Shahih al-Bukhari Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987, pasal 55 ͞Kitab Wasiat͟ bab. 32 te ta g fir a Allah “WT a g arti a : Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan aniaya . idealnya mendapat perhatian serius dari setiap muslim, melebihi dari tindakan- tindakan membinasakan lainnya. Hal ini juga wajar karena syirik adalah dosa yang tidak bisa diampuni Tuhan, sementara dosa-dosa yang lain masih mungkin diampuni. Sejarah mencatat, selama Rasulullah SAW berada di Mekkah, di awal masa kenabiannya, masalah pokok yang diajarkan beliau adalah tauhid atau keimanan kepada Allah. Beliau sangat giat dan gigih menyeru umat meninggalkan berhala-berhala dan penyembahan terhadap selain Allah. Beliau mengajak umat agar hanya menyembah kepada Allah yang Maha Esa. Kegiatan ini beliau lakukan dengan berbagai cara. Mula-mula dilaksanakan secara diam-diam, kemudian secara terang-terangan. Dan selama masa itu banyak halangan dan rintangan yang beliau hadapi. Tekanan, intimidasi, ancaman, bahkan siksaan fisik yang berat banyak diderita oleh kaum muslimin. Namun karena tauhid yang ditanamkan nabi ke dalam hati mereka demikian kuat, sekalipun siksaan bertubi-tubi datang, mereka tak goyah. Mereka tetap beriman kepada Allah SWT. Buah dari keteguhan iman mereka akhirnya memang dirasakan. Islam berhasil menang dan Mekkah dapat ditaklukkan. Bahkan, sebelum Nabi wafat, boleh dikata, seluruh jazirah Arabia sudah berada di bawah kekuasaan Islam. 55 Tauhid tidak hanya sekedar diketahui dan dimiliki oleh seseorang, tetapi lebih dari itu, ia harus dihayati dengan baik dan benar. Apabila tauhid telah dimiliki, dimengerti, dan dihayati dengan baik dan benar, kesadaran seseorang akan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah akan muncul dengan 55 Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, cet.1, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, h.15-19. sendirinya. Hal ini nampak dalam pelaksanaan ibadat, tingkah laku, sikap, perbuatan, dan perkataannya sehari-hari. Dengan demikian, kepercayaan atau akidah merupakan pokok dan landasan berpikir bagi umat Islam. Alam pikiran yang dilandasi akidah akan menimbulkan cita-cita dan kemauan yang pada gilirannya melahirkan aktivitas-aktivitas positif dalam kehidupan manusia yang bersangkutan. 56 Keyakinan seorang muslim akan eksistensi Tuhan Yang Maha Esa Allah melahirkan keyakinan bahwa semua yang ada di alam ini adalah ciptaan Tuhan; semuanya akan kembali kepada-Nya, dan segala sesuatu berada dalam urusan Yang Maha Esa itu. Dengan demikian, segala perbuatan sikap, tingkah laku, atau perkataan seseorang selalu berpokok pada modus ini. Allah SWT berfirman pada surat al-Dzariyat ayat 56, Al-fatihah ayat 5 dan 6, dan surat al-ikhlas ayat 1-2. Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa ketauhidan tidak hanya menyangkut hal- hal batin, tetapi juga meliputi sikap, tingkah laku, perbuatan dan perkataan. Kalau tauhid cuma diketahui, tapi tidak dimiliki dan dihayati, ia hanya menghasilkan keahlian dalam seluk beluk ketuhanan; namun tidak berpengaruh apa-apa terhadap seseorang. Dirinya akan berada diluar ketauhidan yang sebenarnya; bahkan mungkin ia berada diluar Islam seperti Prof. Snouck Hourgronje dan Carlyle. Keduanya ahli dalam soal tauhid, tetapi tidak beriman kepada Allah SWT. Sebaliknya, jika seseorang hanya memiliki jiwa tauhid, ia akan menjadi sangat fanatik; bahkan mungkin terlempar ke luar dari ketauhidan yang sebenarnya. Dengan demikian, maksud dan tujuan tauhid bukanlah sekedar 56 Ibid., h. 5. mengaku bertauhid saja, tetapi lebih jauh dari itu, sebab tauhid mengandung sifat- sifat: a. Sebagai sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan. b. Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan ibadat dengan penuh keikhlasan. c. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan. d. Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin. Dengan demikian, tauhid sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Ia tidak hanya sekedar memberikan ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan, tetapi juga berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap dan perilaku keseharian seseorang. Ia tidak hanya berfungsi sebagai akidah, tetapi berfungsi pula sebagai falsafah hidup. Apabila tauhid tertanam kuat dalam jiwa seseorang, ia akan menjadi suatu kekuatan batin yang tangguh. Kekuatan itu akan melahirkan sikap positif dalam realitas kehidupannya sehari-hari. Ia akan selalu optimis menghadapi masa depan, tidak takut terhadap apapun dan siapapun kecuali kepada Tuhan, selalu senang dan gembira sebab merasa dekat dengan Tuhan dan yakin Tuhan selalu bersamanya dalam setiap hal, rajin melakukan ibadah dan perbuatan baik, dan sikap-sikap positif lainnya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri, tetapi bermanfaat pula untuk masyarakat dan lingkungannya.

D. Review Kajian Terdahulu

Jurnal Ekonomi Islam ―Tauhid Its Philosophy And Application In Islamic Banking ‖ karya Muhammad M. Said dan Jurnal Ilmiah ―Pendekatan Tauhid Dalam Ekonomi‖ Oleh Zamri bin Rajab. Kedua jurnal tersebut diterbitkan di Malaysia dan menggunakan metode kualitatif yang melakukan kajian pendekatan ekonomi dan kegiatan perbankan berdasarkan dalil-dalil Al- qur‘an dan Hadits dan prinsip-prinsip nilai yang dikandungnya. Di dalam membahas dasar-dasar prinsip nilai ekonomi Islam penelitian tersebut mengandung beberapa persamaan dengan penelitian ini. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah pada fokus objek penelitiannya yang mana penulis lebih menekankan kepada konsep keberlanjutan ekonomi ditinjau dari pemikiran Choudhury. Skripsi berjudul ―Konsep Pembangunan Ekonomi: Studi Komparatif Pemikiran Mubyarto Dan Umer Chapra‖ karya Arif Soleh, Skripsi Ekonomi Islam yang berjudul ―Pandangan M. Abdul Mannan tentang Sistem Ekonomi Islam Berdasarkan Konsep Persaudaraan‖ karya M. Sabiq Nairozi. Persamaan kedua skripsi tersebut dengan penelitian ini adalah dalam hal tema pembahasan yang mengangkat konsep pembangunan ekonomi menurut tinjauan sistem ekonomi Islam. Dari penelitian yang ada tersebut belum ada yang mengambil konsep pemikiran Choudhury terkait landasan prinsip tauhid, khususnya keterkaitan dan implikasinya terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Maka hal ini