Perbedaan Paradigma Ekonomi Islam Secara Filosofis

survei diketahui bahwa hanya 5 saja sistem keuangan yang disalurkan di sektor riil. 42 Dalam Islam, keadilan diartikan dengan suka sama suka ‗an taraadhiin minkum dan satu pihak tidak menzalimi pihak lain latazlimuna wala tuzlamun. Islam menganut sistem mekanisme pasar, namun tidak semuanya diserahkan pada mekanisme harga. Karena segala distorsi yang muncul dalam perekonomian tidak sepenuhnya dapat diselesaikan, maka islam membolehkan adanya beberapa intervensi, baik intervensi harga maupun pasar. Selain itu, Islam juga melengkapi perangkat berupa instrumen kebijakan yang difungsikan untuk mengatasi segala distorsi yang muncul. 43

3. Perbedaan Paradigma Ekonomi Islam Secara Filosofis

Sejauh ini kita telah mengetahui perbedaan-perbedaan yang diametral antara paradigma yang mendasari ekonomi konvensional dengan paradigma yang mendasari ekonomi islami. Keduanya tidak mungkin dan tidak akan pernah mungkin untuk dikompromikan, karena masing-masingnya didasarkan atas pandangan dunia weltanschauung yang berbeda. Ekonomi konvensional melihat ilmu sebagai sesuatu yang sekuler berorientasi hanya pada kehidupan duniawi — kini dan di sini, dan sama sekali tidak memasukkan Tuhan serta tanggung jawab 42 Sebagaimana dikutip dari Justice Muhammad Taqi Usmani, Judgement on Riba Perspectives, Boston: Kluwe Academic Publishers, 2001, h. 304. Oleh Prof. John Gray Oxford U i ersit dikataka ah a Most sig ifi a tl , perhaps tra sa tio s o foreig e ha ge market have now reached the astonishing sum of around 1,2 trillion a day, over fifty time the level of the world trade. Around 95 of this transactions are speculative in nature, many using o ple e deri ati e’s fi a ial i stru e ts ased o futures a d optio s . 43 Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Prakteknya di Beberapa Negara Jakarta: Bank Indonesia, 2006, h.8-11. manusia kepada Tuhan di akhirat dalam bangun pemikirannya. Oleh karena itu, ilmu ekonomi konvensional menjadi bebas nilai positivistik. Sementara itu, ekonomi islami justru dibangun atas, atau paling tidak diwarnai oleh prinsip- prinsip relijius berorientasi pada kehidupan dunia —kini dan di sini—dan sekaligus kehidupan akhirat —nanti dan di sana. Dalam tataran paradigma seperti ini, ekonom-ekonom muslim tidak menghadapi masalah perbedaan pendapat yang berarti. Namun, ketika mereka diminta untuk menjelaskan apa dan bagaimanakah konsep ekonomi islam itu, mulai muncullah perbedaan pendapat. 44 Sampai saat ini, ekonom-ekonom muslim kontemporer dapat kita klasifikasikan setidaknya menjadi tiga mazhab, yakni: Mazhab Baqir as Sadr, Mazhab Mainstream dan Mazhab Alternatif-Kritis. Di dalam filosofinya Ekonomi Islam terkandung tiga hal yaitu Ontologi Ekonomi Islam, Epistemologi Ekonomi Islam, dan Aksologi Ekonomi Islam Mochamad Aziz, 2009. 45 Latar belakang keilmuan Ekonomi Islam disebut sebagai Ontologi Ekonomi Islam yaitu berupa alasan mendasar adanya Ekonomi Islam. Sesuai dengan sistem kehidupan yang ada pada diri manusia, keluarga, lingkungan, dan alam semesta maka elemen dasar penciptaan terdiri dari 3 unsur yaitu manusia, Allah, dan ibadah. Kemudian perpaduan 3 hal ini membentuk alasan besar penciptaan yaitu Islam, sehingga ontology dari Ekonomi Islam adalah Islam. 44 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami Jakarta: Rajawali Pers, 2012, h.29-30. 45 Adiyatna, Filosofi Ekonomi Isla , artikel diakses pada Dese er dari https:adiyatnapages.wordpress.com20110501filosofi-ekonomi-islam-by-dr-ir-h-roikhan-m- aziz-mm. QS. Ali-Imran [3]: 19. “Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian yang ada di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab- Nya.” [Q.S 3:19] Sesuai dengan firman Allah tersebut bahwa sistem atau Din yang diciptakan Allah itu hanya Islam. Sehingga sistem ekonomi yang ada seharusnya juga mengikuti aturan dalam sistem Islam. Mochamad Aziz, 2009. Islam dalam Ekonomi Islam merupakan konsep besar sebagai suatu sistem yang menyeluruh. Kemudian Islam yang menyeluruh inilah yang menjadi epistemology dari keilmuan Ekonomi Islam yang sedang berkembang yaitu kafah. Ekonomi Islam yang kafah muncul sebagai konsep dasar ekonomi dengan batasan Islam sebagai suatu sistem. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah [2]: 208. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” [Q.S 2:208] Konsep Ekonomi Islam yang kafah didukung oleh Quran Surat Al- Baqarah [2] ayat 208 bahwa tujuan dari Ekonomi Islam dapat dijalankan oleh orang-orang yang beriman dan dilakukan secara sistematis dan menyeluruh atau kafah yang berarti dimulai dari Islam sebagai kerangka dasar kehidupan yang di dalamnya mengandung makna bahwa manusia diciptakan Allah untuk ibadah. Kemudian dikembangkan ke berbahai aspek termasuk ekonomi Mochamad Aziz, 2010. Kerangka dasar Islam dari konsep yang menyeluruh berupa kaafah ini perlu diterjemahkan ke dalam penerapan berekonomi secara makro dan mikro ekonomi. Implementasi dari kedua hal tersebut dijabarkan dalam bentuk aksiologi yaitu keseimbangan sistem ekonomi yang terdiri dari 2 hal misalnya antara penawaran dan permintaan. Secara analogis, gambaran tentang keseimbangan antara 2 hal dalam Al-Quran disebutkan sebagai hubungan antara hal yang baik dan hal yang buruk Mochamada Aziz, 2010. QS. Saba [34]: 28. “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. ” [Q.S 34:28]

C. Pengertian Umum tentang Konsep Tauhid sebagai Landasan Sistem

Ekonomi Islam 1. Pengertian Konsep Tauhid Secara Umum Islam dalam ajarannya telah menawarkan suatu sistem yang sangat paripurna bagi keberlangsungan hidup manusia di dunia juga bahkan kehidupan setelahnya di akhirat. Adanya doktrin akan keyakinan manusia terhadap adanya Allah SWT sebagai tuhan manusia yang satu harus senantiasa tertanam dalam hati sanubari untuk kemudian dapat meresap dalam jiwa masing-masing individu untuk dapat terus taat dan patuh terhadap aturan-aturan baik perintah maupun larangan-Nya sehingga tumbuh rasa takut dalam diri manusia terhadap keesaan tuhannya yang kemudian istilah ini dalam islam dikenal dengan istilah tauhid. Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tauhid merupakan kata benda yang berarti keesaan Allah, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada-yuwahhidu. Secara etimologis, tauhid berarti keesaan, maksudnya keyakinan bahwa Allah SWT adalah esa, tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu ―keesaan Allah‖ mentauhidkan berarti ―mengakui akan keesaan Allah, mengesakan Allah‖. 46 Menurut Syeikh Muhammad Abduh tauhid ialah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib 46 Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993, h.1.