II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Akuntabilitas
Membangun good governance desa adalah dengan mengubah cara kerja desa dan
membuat pemerintah desa accountable. Dalam konteks ini, tidak ada satu tujuan pembangunan yang dapat diwujudkan dengan baik hanya dengan mengubah
karakteristik dan cara kerja pemerintah desa. Harus diingat, untuk mengakomodasi keragaman, good governance desa juga harus menjangkau
berbagai tingkat wilayah politik. Karena itu, membangun good governance desa adalah proyek sosial yang besar. Agar realistis, usaha tersebut harus dilakukan
secara bertahap. Untuk Indonesia, fleksibilitas dalam memahami konsep ini diperlukan agar dapat menangani realitas yang ada.
UNDP merekomendasikan beberapa karakteristik governance, yaitu legitimasi
politik, kerjasama dengan institusi masyarakat sipil, kebebasan berasosiasi dan berpartisipasi, akuntabilitas birokratis dan keuangan financial, manajemen
sektor publik yang efisien, kebebasan informasi dan ekspresi, sistem yudisial yang adil dan dapat dipercaya.
Sedangkan World Bank mengungkapkan sejumlah karakteristik good governance
adalah masyarakat sispil yang kuat dan partisipatoris, terbuka, pembuatan kebijakan yang dapat diprediksi, eksekutif yang bertanggung jawab, birokrasi
yang profesional dan aturan hukum. Masyarakat Transparansi Indonesia menyebutkan sejumlah indikator seperti : transparansi, akuntabilitas, kewajaran
dan kesetaraan, serta kesinambungan. Asian Development Bank sendiri menegaskan adanya konsensus umum bahwa
good governance dilandasi oleh 4 empat pilar yaitu 1 accountability, 2 transparency, 3 predictability, dan 4 participation. Jelas bahwa jumlah
komponen atau pun prinsip yang melandasi tata pemerintahan yang baik sangat bervariasi dari satu institusi ke institusi lain, dari satu pakar ke pakar lainnya.
Namun paling tidak ada sejumlah prinsip yang dianggap sebagai prinsip-prinsip utama yang melandasi good governance, yaitu 1 Akuntabilitas, 2 Transparansi,
dan 3 Partisipasi Masyarakat. Ketiga prinsip tersebut di atas tidaklah dapat berjalan sendiri-sendiri, ada
hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi, masing-masing adalah instrumen yang diperlukan untuk mencapai prinsip yang lainnya, dan ketiganya
adalah instrumen yang diperlukan untuk mencapai manajemen publik yang baik. Walaupun begitu, akuntabilitas menjadi kunci dari semua prinsip ini. Prinsip ini
menuntut dua hal yaitu 1 kemampuan menjawab answerability, dan 2 konsekuensi consequences. Komponen pertama istilah yang bermula dari
responsibilitas adalah berhubungan dengan tuntutan bagi para aparat untuk menjawab secara periodik setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan bagaimana mereka menggunakan wewenang mereka, kemana sumber daya telah dipergunakan, dan apa yang telah dicapai dengan menggunakan sumber
daya tersebut.
Akuntabilitas bermakna pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga
mengurangi penumpukkan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi checks and balances system. Peranan pers yang semakin penting
dalam fungsi pengawasan ini menempatkannya sebagai pilar keempat Guy Peter menyebutkan adanya 3 tiga tipe akuntabilitas yaitu : 1 akuntabilitas keuangan,
2 akuntabilitas administratif, dan 3 akuntabilitas kebijakan publik. Paparan ini tidak bermaksud untuk membahas tentang akuntabilitas keuangan, sehingga
berbagai ukuran dan indikator yang digunakan berhubungan dengan akuntabilitas dalam bidang pelayanan publik maupun administrasi publik.
Akuntabilitas publik adalah prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan.
Pengambilan keputusan didalam organisasi-organisasi publik melibatkan banyak pihak. Oleh sebab itu wajar apabila rumusan kebijakan merupakan hasil
kesepakatan antara warga pemilih constituency para pemimpin politik, teknokrat, birokrat atau administrator, serta para pelaksana dilapangan.
Sedangkan dalam bidang politik, yang juga berhubungan dengan masyarakat
secara umum, akuntabilitas didefinisikan sebagai mekanisme penggantian pejabat atau penguasa, tidak ada usaha untuk membangun monoloyalitas secara
sistematis, serta ada definisi dan penanganan yang jelas terhadap pelanggaran kekuasaan dibawah rule of law. Sedangkan public accountability didefinisikan
sebagai adanya pembatasan tugas yang jelas dan efisien.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas berhubungan dengan kewajiban dari institusi pemerintahan maupun para aparat yang bekerja di
dalamnya untuk membuat kebijakan maupun melakukan aksi yang sesuai dengan nilai yang berlaku maupun kebutuhan masyarakat. Akuntabilitas publik menuntut
adanya pembatasan tugas yang jelas dan efisien dari para aparat birokrasi. Karena pemerintah bertanggung gugat baik dari segi penggunaan keuangan maupun
sumber daya publik dan juga akan hasil, akuntabilitas internal harus dilengkapi dengan akuntabilitas eksternal, melalui umpan balik dari para pemakai jasa
pelayanan maupun dari masyarakat. Prinsip akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa
besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau norma-norma eksternal yang dimiliki oleh para stakeholders yang
berkepentingan dengan pelayanan tersebut. Pada konteks penelitian ini definisi implementasi diarahkan pada tindakan atau
proses penerapan pelaksanaan Laporan Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Bogorejo oleh Pemerintah Desa.
Menurut Suskasmanto 2004:73, dalam proses implementasi Anggaran desa
dipenggaruhi oleh bebeeapa faktor yaitu: 1.
Transparansi menyangkut
keterbukaan pemerintah
desa kepada
masyarakat mengenai berbagai kebijkan atau program yang ditetapkan dalam rangka pembangunan desa
2. Akuntabilitas
menyangkut kemampuan
pemerintah desa
mampertanggungjawabkan kegiatan yang dilaksanakan, dalam kaitannya dengan
masalah pembangunan
dan pemerintahan
desa. Pertanggungjawaban yang dimaksud terutama menyangkut masalah
financial atau keuangan.
3. Partisipasi masyarakat, menyangkut kemampuan pemerintah desa untuk
membuka peluang seluruh komponen masyarakat untuk terlibat dan berperan serta dalam proses pembangunan desa. Hal ini sesuai dengan
prinsip otonomi daerah yang menitikberatkan pada peran serta masyarakat.
4. Penyelengaraan
pemerintahan yang
efektif dimana
penyusunan APBDESA didasarkan pada partisipasi masyrakat.
5. Pemerintah tanggap terhadap aspirasi yang berkembang di masyarakat.
Yaitu menyangkut kepekaan pemerintah desa terhadap permasalahan yang ada dalam kehidupan masyarakat dan apa yang menjadi kebutuhan serta
keinginan masyarakat. 6.
Profesional, yaitu keahlian yang harus dimiliki oleh seorang aparatur sesuai dengan jabatannya.
B. Tinjauan Tentang Laporan Pertanggungjawaban