6. Kelompok refrigeran senyawa organik tak jenuh. Kelompok refrigeran ini mempunyai nomor empat digit, dengan
menambahkan angka keempat yang menunjukkan jumlah ikatan rangkap di depan ketiga angka yang sudah dibahas dalam sistem penomoran refrigeran
halokarbon.
2.7.1 Metanol
Untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya.
Gambar 2.6 Metanol CH
3
OH Adapun sifat Metanol dapat dilihat seperti tabel berikut ini.
Tabel 2.2 Sifat Metanol
Sifat Metanol
Massa jenis Titik lebur
Titik didih Klasifikasi EU
Panas Laten Penguapan L
e
787 kgm³, cair -97,7
o
C 64,5
o
C Flammable F, Toxic T
1100 kJkg sumber :
www.id.wikipedia.orgwikiMetanol
Universitas Sumatera Utara
Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus. Metanol merupakan bentuk
alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer,
metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar dan beracun dengan bau yang khas berbau lebih ringan dari pada
etanol .
Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan aditif bagi etanol industri
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik
oleh bakteri
. Hasil proses tersebut adalah uap metanol dalam jumlah kecil di udara.
Setelah beberapa hari uap metanol akan teroksidasi
oleh oksigen
dengan bantuan sinar
matahari menjadi
karbon dioksida dan
air .
2.7.2 Keamanan Refrigeran
Refrigeran dirancang untuk digunakan pada ruangan tertutup atau tidak bercampur dengan udara luar. Jika ada kebocoran karena sesuatu hal yang tidak
diinginkan, maka refrigeran ini akan keluar sistem dan bisa saja terhirup oleh manusia. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka refrigeran
harus dikategorikan aman atau tidak aman. Ada dua faktor yang digunakan untuk mengklasifikasikan refrigeran berdasarkan keamanan, yaitu bersifat
racun dan mudah terbakar. Berdasarkan toxicity, refrigeran dapat dibagi dua kelas, yaitu kelas A
bersifat tidak beracun pada konsentrasi yang ditetapkan dan kelas B jika bersifat racun. Batas yang digunakan untuk mendefinisikan sifat racun atau
tidak adalah sebagai berikut. Refrigeran dikategorikan tipe A jika pekerja tidak mengalami gejala keracunan meskipun bekerja lebih dari 8 jamhari 40
jamminggu di lingkungan yang mengandung konsentrasi refrigeran sama atau kurang dari 400 ppm part per million by mass. Sementara kategori B
sebaliknya. Berdasarkan sifat mudah terbakar, refrigeran dapat dibagi atas 3 kelas,
kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Yang disebut kelas 1 jika mudah terbakar jika diuji pada tekanan 1 atm 101 kPa temperatur 18,3
o
C. Kelas 2 jika menunjukkan keterbakaran yang rendah saat konsentrasinya lebih dari 0,1
kgm
3
pada 1 atm dan temperatur 21,1
o
C atau kalor pembakarannya kurang
Universitas Sumatera Utara
dari 19 MJkg. Kelas 3 sangat mudah terbakar. Refrigeran ini akan terbakar jika konsentrasinya kurang dari 0,1 kgm
3
ataun kalor pembakarannya lebih dari 19 MJkg.
Berdasarkan defenisi ini, sesuai dengan standar 34-1997. Refrigeran diklasifikasikan menjadi 6 kategori.
1. A1 : sifat racun rendah dan tidak terbakar.
2. A2 : Sifat racun rendah dan sifat terbakar rendah.
3. A3 : Sifat racun rendah dan mudah terbakar.
4. B1 : sifat racunlebih tinggi dan tidak terbakar.
5. B2 : sifat racun lebih tinggi dan sifat terbakar rendah.
B3 : sifat racun lebih tinggi dan mudah terbakar
2.8. Siklus Adsorpsi 2.8.1. Teori Umum Adsorpsi