Teori tentang fitrah beragama di sini dimaksudkan agar sebagai suatu konsep berfikir para ilmuan dalam menjelaskan fitrah beragama.
Berikut ini ada dua macam teori tentang fitrah beragama :
1. Teori Psikologi
Teori ini menerangkan bahwa tiap pribadi memiliki kemampuan dasar untuk beragama Tauhid. Dalam kaitannya dengan kemampuan dasar tersebut,
teori ini menyatakan bahwa manusia telah dibentuk oleh Allah dalam dua aspek dan suasana kehidupan yang berbeda. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Abul A’la Al Maududi : Pertama, ia berada di dalam suasana dimana dirinya secara menyeluruh
diatur oleh hukum Tuhannya. Dia sedikitpun tidak dapat beringsut dan tak mampu menghindari sama sekali dari aturan Tuhannya.
Kedua, manusia telah dianugrahi kemampuan akal dan kecerdasan. Dia dapat berfikir dan membuat pertimbangan dengan akalnya untuk memilih
dan menolak serta mengambil atau membuangnya.
65
Dari ungkapan di atas, dapat dipahami bahwa pada hakekatnya manusia dilahirkan sebagai seorang muslim, dalam arti; segala gerak dan
tingkah lakunya cenderung untuk berserah diri kepada Khaliknya. Namun mengingat bahwa manusia pun diberi kemampuan potensial untuk berfikir,
berkehendak bebas dan memilih, maka dapat juga ia memilih menjadi orang non muslim. Hal tersebut dikarenakan didalam diri manusia terdapat potensi
psikologi yang dapat berinteraksi dengan pengaruh luar atau lingkungan sekitarnya.
65
Imam Bawani, Ilmu Jiwa Perkembangan …. hal. 159
Potensi psikologis yang terdapat di dalam setiap pribadi seperti itu adalah bersifat alami atau manusiawi yang mengandung kebijaksanaan dan
keadilan Khaliknya. Karena Allah menjadikan alam dan manusia dalam proses bertumbuh dan berkembang sesuai dengan hukum alam yang dikenal dengan
sunnatullah. Mengenai hal tersebut, Al Qur’an telah menjelaskan bahwa sejak
masih dalam alam arwah dulu, yaitu saat roh manusia belum ditiupkan Allah ke dalam jasmaninya, fitrah beragama telah tertanam di dalam jiwa manusia.
Pada saat itu, Allah bertanya kepada roh manusia :
أ ﺮ
ﻮ ﺎ ﻜ ﺂ ﺪﻬ ﻰ ا
Artinya : “…Bukankah Aku ini Tuhanmu? mereka menjawab; Benar, kami menjadi saksi…”
Q.S. Al-A’raf : 172.
66
Potensi-potensi dalam fitrah adalah sebagai berikut: gharizah insting iman
67
, yakni kemampuan jiwa seseorang tanpa belajar. Di sini insting tidak berkembang, sebaliknya: bakat dapat berkembang karena harus dipelajari.
Suara Tuhan terekam dalam jiwa manusia berupa suara hati nurani manusia, namun sebaliknya, karena manusia diberi satu kemampuan ‘free will’ yakni
bebas berkehendak dan dapat memilih dalam menetapkan arah perbuatannya sendiri.
66
Sunaryo dkk, Al-Quran dan Terjemahannya . hal.250
67
Muhammad Rasyid Ridha, Asyahrir Bit Tafsir Al Manar, Litaba’ah wan Nasar, Beirut, t.t., juz.9, hal.387
Firman Allah :
ﺎهاﻮ ﺎ و و
.
ﻮ ﺎﻬ ﻬ ﺄ ﺎهاﻮ و ﺎهر
.
أ ﺪ ﺎهﺎآز
.
ﺪ و بﺎ
ﺎهﺎ د
Artinya: “Dan demi jiwanya serta kesempurnaannya, maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwanya dan sesungguhnya merugilah orang- orang yang mengotorinya
”. Q.S.Asy-Syams : 7-10.
68
2. Teori Kependidikan