Kontribusi budaya beragama dalam pembelajaran pendidikan agama islam : PAI di Smk Triguna Utama Skripsi

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh:

ISMA RAHMAHWATI

1110011000122

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M


(2)

Skripsi

Diajukan kepa<ia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Me.menuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. pd. I)

Oleh:

ISMA RAHMAHWATI

1110011000122

Dra. Hi. Zikri Neni Iska. M. Psi

NIP. 19690206 199503 2 001

JURUSAN

PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM

FAKULTAS

ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

t43s

Ht20t4 M


(3)

Rahmahwati, NIM. 1110017000122, Jurusan Pendidikan Agama Islam F-akultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang elitetapkan oleh fakultas.

J akarta, 3 0 Desemb er 201 4

Yang mengesahkan,

Pembimbing

Dra. Hi.

Zikri

Neni Iska. M. Psi NIP. 19690206 199503 2 001


(4)

Keguruan

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarla, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada 19 Januari 2015 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pdl) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, Januari 2015 Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program StLrdi) Dr. H. Abdul Majid Khon. M. Ag

NIP: 19580707 195703 1 005

Sekretaris (Sekretaris JurLrsan/Prodi) Marhamah Saleh. Lc. MA

NIP: I 9720313 200801 2 010

Penguji I

Prof. Dr. Ahmad Syafi'l Noor. MA NIP: 19470902 196712

|

001

Penguji II

NIP: 19580918 198701 2 001

Mengetahui

fq -;n,,ruaiu

?arr

.1r--0\i

-da Tangan

-'Lol

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Nurlena

'1. MA. Ph.D. NIP: 19591020 198603 2 001


(5)

Tempat/tgl. Lahir NIM

Jurusan Angkatan

Alamat

Dosen Pembimbing

Jakarta, l3 April 1992

I I 100 11000"22

Pendiclikan Agama Islam

20t0

Jln. Lorong T no. 9b RT 009/005 Koja- Koja- Jakarta Utara

Dra. Hj. Zikri Neni Iska M.Psi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjuduI Kontribusi Budaya Beragama

Dalam Pcmbelajaran Pendiclikan Agama Islam di SMK Triguna Utama adalah benar hasil karl,a sendiri dan saya bertanggLrng jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta,

,'-)/tr^a

Rah nr ahrvat i


(6)

i

Skripsi. Jakarta : jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014.

Pendidkan Agama Islam di sekolah tidak selamanya berhasil dalam mendidik siswa dalam upaya membentuk akhlak yang baik, faktanya masih banyak siswa yang kurang berakhlak baik. Oleh karena itu, latar belakang dari penelitian ini adalah kurang terinternalisasi budaya-budaya beragama di sekolah yang mengakibatkan rusaknya akhlaksiswa. Pembelajaran Pendididkan Agama Islam tidak terbatas pada teori di dalam kelas saja tetapi mencakup praktek di luar. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas saja belum cukup menjadikan siswa beraklak baik. Oleh karenanya, perlu adanya kontribusi budaya beragama guna mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. Adanya budaya beragama di sekolah bertujuan untuk menjadikan siswa berakhlak mulia.

Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islamterhadap penerapanbudaya beragama di SMK Triguna Utama. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini dengan teknik: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi. Dan untuk analisis data peneliti menggunakan data deskriptif dengan langkah reduksi data, data display, dan pengambilan kesimpulan.

Hasil penelitian ini memunjukkan bahwa pembelajaran Pendidian Agama Islam di sekolah membutuhkan kontribusi budaya beragama untuk sarana pengaplikasian pembelajaran siswa di dalam kelas. Adapun budaya beragama di SMK Triguna Utama terdiri dari: membaca shalawat dan do’a sebelum dan sesudah pembelajaran, senyum, sapa, salam, dan shalat zuhur berjama’ah, marawis, muhadharah, tilawah al-Qur’an, membaca surat Yasin pada hari Jum’at pagi sebelum memulai pembelajaran, tadarus sebelum mulai shalat Jum’at, keputrian, dan infak setiap Jum’at, pengajian bulanan di masjid, pelaksanaan

PHBI (Perayaan Hari Besar Islam) seperti, Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, sedekah


(7)

ii

Islamic Religious Education at Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Islamic Religious Education in school is not always successful in educating students in an effort to establish good morals, in fact there are many students who lack good moral. The background of this research is less internalized religious cultures in schools which resulted in adolescent moral deterioration. Learning Islamic Religious Education is not limited to theory in the classroom but includes practice outside. Learning Islamic Religious Education in the classroom is not enough to make students good morals. Therefore, the need for contribution of religious culture to achieve the goal Islamic Religious Education. The religious culture in school aims to make a student be a good morals.

This study is a qualitative study aimed to describe the implementation of Learning Islamic Religious Education on the application of religious culture in Triguna Utama. Data collection techniques in this study with the technique of observation, interviews, and documentation. For the validity of the data the researchers used a technique of triangulation. And for data analysis researchers used desciption analysis with the step data reduction, display the data, and making conclusions.

The results of this study indicate that Islamic Religious Education needs contribution of religious culture for the means of the aplication of student learning in the class. As for the religious culture in Triguna Utama consist of: reading sholawat and prayer before and after learning, smiles, greetings, greetings, and the zuhur prayer in congregation, marawis, muhadharah, recitations of the Qur'an, read a surah Yasin on Friday morning before the start of learning, tadarus before the start of Friday prayers, keputrian, and donation every Friday, monthly lectures in mosques, implementation PHBI (Celebration of the Great Islamic) like, Isras' Mi'raj, Birth of the Prophet , alms for qurban animals and pesantren kilat during Ramadan.


(8)

iii

Alhamdulillah segala syukur saya panjatkan kehadirat ilahi robbi yang mana

selalu memberikan saya segala rahmat, taufiq, dan hidayat serta ni’matnya

sehingga saya bisa bernafas dan terus belajar hingga detik ini.

Shalawat beriring salam saya curahkan kehadirat baginda Nabi Muhammad Saw. Nabi segala zaman yang membawa umatnya menuju cahaya. Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang Pelekasanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) terhadap Budaya Beragama di SMK Triguna Utama. Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bimbingan,

bantuan , dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan

hati saya berterimakasih kepada :

1. Ibu Nurlaena Rifa’i, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bpk. Abdul Majid Khon MA dan Ibu Marhamah Saleh, Lc., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dra. Zikri Neni Iska M.Psi, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktunya untuk selalu memotivasi dan membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bpk. Masan AF M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan dan motivasi kepada saya.

5. Segenap jajaran dosen dan staff karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Bpk. Nirachmat S.Pd. dan Bpk. Drs. Robani AR selaku Kepala Sekolah dan Guru PAI (Pendidikan Agama Islam) SMK Triguna Utama.

7. Kepala Yayasan, segenap jajaran guru dan staff karyawan SMK Triguna Utama.


(9)

iv

Kepompong saya: Ismi, Ebot, dan Iqi. Teman kosan Aya dan Safa. Sahabat Molose PAI C 2010 yang sangat luar biasa. Saudara PSR 12 dan teman-teman di KSR PMI unit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Untuk dia, yang selalu memberi semangat dan memberikan segalanya kepada saya. Semoga Allah memberikan kemudahan untuk urusan kita. Terimakasih Muhammad Akhirudinku.

Atas semua kontribusi yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih saya

haturkan. Saya hanya bisa berdo’a semoga kita semua selalu di beri rahmat,

hidayah, dan keberkahan hidup dunia dan akhirat. Dan untuk semua yang membantu saya, saya amat berterimakasih atas kebaikan kalian semoga Allah memberikan pahala yang setimpal.

Jakarta, 08 Desember 2014 Penyusun

Isma Rahmahwati NIM. 1110011000122


(10)

v

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 7

1. Pembelajaran ... 7

2. Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 10

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 10

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 12

c. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 13

B. Budaya Beragama ... 15

1. Budaya ... 15

2. Agama ... 17

a. Pengertian Agama ... 17

b. Unsur-unsur Agama ... 24

3. Budaya Beragama ... 25


(11)

vi

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 34

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 35

F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 35

G. Analisis Data ... 36

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Gambaran Umum Tentang Sekolah ... 38

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 49

C. Deskripsi Data ... 50

1. Pelaksanaan Pemnelajaran PAI di SMK Triguna Utama ... 50

2. Pelaksanaan Budaya Beragama di SMK Triguna Utama ... 52

D. Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Implikasi ... 62

C. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(12)

vii

Gambar 4.2 Program Studi Mekanik Industri ... 43

Gambar 4.3 Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan ... 44

Gambar 4.4 Program Keahlian Administrasi Perkantoran ... 45

Gambar 4.5 Program Keahlian Bisnis dan Manajemen ... 46

Gambar 4.6 Tampak depan gedung SMK dan SMA Triguna Utama ... 48

Gambar 4.7 Tampak dalam gedung SMK Triguna Utama ... 48


(13)

viii

Lampiran II Instrumen Penelitian ... 68

Lampiran III Catatan Lapangan ... 69

Lampiran IV Hasil Wawancara ... 77

Lampiran V Data Siswa dan Tenaga Kependidikan ... 90

Lampiran VI Sarana dan Prasarana Sekolah ... 95

Lampiran VII Struktur Organisasi SMK Triguna Utama ... 100

Lampiran VIIIContoh RPP Pendidikan Agama Islam ... 101


(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia dan penting untuk kehidupan manusiakarena, dengan pendidikan manusia dapat meningkatkan kualitas dan taraf hidupnya. Seperti yang tertera dalam surat al- Mujadillah ayat 11 :



....

































“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan AllahMaha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Dari ayat diatas dapat peneliti simpulkan betapa seriusnya Allah menjajikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang berilmu.Manusia yang berpendidikan itu derajatnya akan lebih tinggi dari manusia biasa.

Pendidikan terdengar selama ini hanya terbatas pada proses kegiatan belajar mengajar dan segala aspek yang ada di dalamnya.Pendidikan dapat dilihat dari dua segi yaitu, Pertama dilihat dari sudut masyarakat, diakui manusia memiliki kemampuan asal atau potensi, disini ditekankan pada mencari apa yang ingin dicanya. Kedua dilihat dari segi pandang individu, jadi di sini pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menemukan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan seseorang.1 Oleh karenanya pendidikan memiliki fungsi juga tujuan agar pembelajaran dapat dilakukan secara optimal dan peserta didik dapat meraih prestasi yang baik. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan

1

Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka


(15)

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dan fungsi dari pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan pada peserta didik agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, menjadi warga negara yang baik, serta mampu memberi bekal yang diperlukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat.

Pendidikan agama yang ada di Indonesia diterapkan di sekolah karena memiliki tujuan. Salah satu tujuan pendidikan agama bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.3

Manusia hidup harus memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, bukan hanya kebutuhan jasmani saja yang harus dipenuhi oleh manusia, akan tetapi kebutuhan rohani pun harus dipenuhi. Menurut Zakiah Darajat yang dikutip oleh Henry Narendrany Hidayati dan Andi Yudiantoro “disamping manusia berusaha memenuhi kebutuhan fisik jasmaniahnya, ia juga harus memenuhi kebutuhan mental ruhaniyahnya. Kebutuhan mental ruhaniyah inilah yang membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya.”4

Pendidikan agama haruslah mulai ditanamkan kepada anak sejak dini. Pendidikan tersebut diajarkan dalam lingkungan keluarga dan sekolah.

2

Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2009), h. 64.

3Muhaimin, Suti‟ah, Nur Ali,

Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004),h, 78.

4

Henry Narendrany Hidayati dan Andi Yudiantoro, Psikologi Agama, ( Jakarta: UIN


(16)

Anak dikenalkan agama pertama kali yaitu di lingkungan keluarganya, oleh karenannya pendidikan agama harus di mulai sejak tahap pertama perkembangan psikologi pada manusia, yaitu dari umur 0 sama 7 tahun.Tahap pertama ini bisa disebut juga golden age, karena masa ini merupakan masa dimana seorang anak dapat menyerap segala informasi yang ada di sekelilingnya dengan sempurna. Orang tua menjadi pendidik yang pertama bagi pendidikan anak terutama dalam penanaman keimanan, yanng manapenanaman keimanan tersebut sangat diperlukan oleh anak sebagai landasan bagi akhlak mulia. Pendidikan agama sejak dini pula akan menjadi bekal untuk pendidikan anak selanjutnya.

Pendidikan agama tidak berhenti di lingkunngan keluarga saja, sekolah juaga memiliki peranan penting terhadap penenaman pendidikan agama anak. Sekolah mampu mempengaruhi rasa keagamaan, akhlak dan aspek lainnya melalui proses pembelajaran di dalam kelas maupun bimbingan di luar kelas. Sekolah juga berfungsi memberikan kemampuan kepada anak agar mampu membudidayakan nilai-nilai agama dalam kehidupannya. Faktanya, Pendidikan Agama Islam di sekolah tidak selalu berhasil dalam mendidik peserta didik dalam upaya membangun etika dan moral bangsa. Contohnya saja pada tanggal 27 Januari 2013 seorang siswa di SMAN 1 Jatibarang Brebes tewas karena berkelahi dengan teman sekelasnya.

Adanya contoh kenakalan pelajar di atas menunjukkan bahwasanya internalisasi nilai-nilai agama pada anak masih belum berhasil, padah dari pihak sekolah terutama dari guru Pendidikan Agama Islam senantiasa berusaha untuk menanamkan akhlak mulia serta budi pekerti yang baik pada siswa melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. Kenyataannya tidak jarang siswa dalam mengikuti mata pelajaran tersebut masih terbatas pada formalitas, sehingga nilai-nilai agama yang diterapkan di sekolah tersebut belum mampu menginternalisasi di dalam diri anak.

Dalam upaya menginternalisasi nilai-nilai agama pada diri anak sehingga mampu tercermin pada perilaku mereka, maka diperlukan suatu penciptaan budaya beragama di sekolah. Hal ini mengingat porsi waktu yang diberikan


(17)

pada mata pelajaran di sekolah hanya relatif sedikit pada setiap minggunya, sehingga kesempatan guru untuk memberikan bimbingan serta arahan juga relatif kecil. Selain itu, nilai-nilai agama yang ada pada diri anak seringkali terkalahkan oleh budaya-budaya negatif di sekitarnya. Oleh karena itu perlu adanya suatu budaya beragama yang dilakukan melalui proses pembelajaran dengan pembiasaan-pembiasaan hidup disiplin, tertib, rapi, bersikap ramah, sopan santun, rendah hati, mengucapkan salam ketika bertemu sesama, saling menghargai, tolong menolong, rajin shadaqah, cinta terhadap lingkungan, taat menjalankan ibadah, membaca Al-Quran, menghadiri kajian agama Islam, dan lain-lain.

Budaya beragama yang terdapat di SMK Triguna Utama, seperti:

membaca do‟a sebelum memulai pelajaran, sopan santun, disiplin, rapi berpakaian, solat zuhur berjama‟ah, dan lain-lain. Di SMK Triguna Utama terdapat pula buku poin, yang mencakup tata tertib di sekolah.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang hal itu dan mengangkat judul: “Kontribusi Budaya Beragama dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Triguna Utama

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah:

1. Rusaknya akhlak siswa.

2. Kurangnya perhatian terhadap pendidikan agama siswa. 3. Masih adanya perilaku yang menyimpang dari siswa. 4. Siswa kurang memahami budaya positif di sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan operasional, maka masalah pokok yang akan diteliti dibatasi pada:


(18)

1. Budaya beragama di SMK Triguna Utama

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X Ob

3. Kontribusi budaya beragama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah yang dipaparkan di atas maka rumusan masalah yang diajukan penelitiantara lain:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X Otomotif B?

2. Bagaimana budaya beragama di SMK Triguna Utama?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Triguna Utama

b. Untuk mengetahui pelaksanaan budaya beragama siswa SMK Triguna Utama

c. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi budaya beragma dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana evaluasi dalam rangka pelaksanaan pengembangan budaya beragama lingkungan sekolah.

b. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui budaya-budaya agama yang dapat ditanamkan dan dikembangkan pada peserta didik dalam rangka menciptakan generasi bangsa yang berakhlak mulia.


(19)

c. Bagi penulis, untuk menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan tentang kontribusi budaya beragama dalam pembelajaran budaya beragama di SMK TrigunaUtama.


(20)

7

1. Pembelajaran

Sebelum mengungkap pengertian pembelajaraan, kita ulas dahulu tentang definisi belajar, karena pembelajaran berasal dari kata belajar. Teori belajar banyak dikemukakan, dianntaranya:

a. Teori Belajar Behavioristik sebagaimana yang di tuliskan oleh Asri Budiningsih

Pengertian belajar menurut pandangan teori behavioristik adalah tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.1 b. Teori Belajar Menurut Thorndike sebagaimana yang di tuliskan oleh

Asri Budiningsih

Belajar menurut teori Thorndike adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti, pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkapmelalu alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berubah pikiran, perasaan, atau gerak/tindakan.2

c. Teori Belajar Menurut Waston sebagaimana yang di tuliskan oleh Asri Budiningsih

Belajar menurut teori Wastonn adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus

1

Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h,

20-23. 2


(21)

berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur.3

d. Teori Belajar Menurut Clark Hull sebagaimana yang di tuliskan oleh Asri Budiningsih

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar.4

e. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie sebagaimana yang di tuliskan oleh Asri Budiningsih

Demikian juga dengan Edwin Guthrie, ia juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Ia menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cendrung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap.5 Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah interaksi antara stimulus dengan respon. Dapat dikatakan bahwa stimulus adalah input guru kepada siswa, sedangkan respon adalah outputnya. Stimulus adalah sesuatu pemahaman yang diberikan guru untuk merangsang peserta didik berfikir, sedangkan respon adalah hasil berfikir peserta didik tersebut.

Belajar sebagaimana yang dikatakan oleh Dimyati merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari lingkungan. Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.6

Definisi belajar menurut Anthony Robbins dalam buku Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif karya Trianto, adalah belajar

3

Ibid, h, 20-23

4

Ibid, h, 20-23

5

Ibid, h, 20-23

6

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),


(22)

sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari dimensi ini belajar memuat beberapa unsur, yaitu: penciptaan hubungan, sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan sesuatu pengetahuan yang baru.7 Dengan demikian definisi di atas dapat dipahami bahwa belajar bukan berawal dari sama sekali tidak mengetahui apapun, akan tetapi menghubungkan antara satu pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengetahuan yang baru diketahui.

Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya.8

Belajar bisa terjadi kapanpun di manapun. Belajar bisa terjadi baik secara terancang ataupun tidak terancang, dan tidak ada pula batasan waktu untuk belajar. Belajar dapat berlangsung sepanjang hayat. Sebagai umat muslim wajib bagi kita untuk menuntut ilmu, sesuai hadis Nabi:

اق ك ام نْب سنأ ْنع

اْ ب ْطأ مَس هْي ع ها ىَص ها ْ سر اق

ْ مْع ا

ب

ة ئآم ا َّإ م ْسم ِ ك ى ع ةضْيرف مْع ا ب ط َّإف نْيِّ ا

ا تحنْجأ عضت

)رب ا دبع نبإ هجرخأ( ب ْطي امب اضر مْع ا ب اط

Artinya: “dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

“carilah ilmu walaupun di ngeri China. Sesungguhnya mencari ilmu itu

wajib atas setiap Muslim. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya bagi pencari ilmu karena rida dengan apa yang dicari”.9

Bila di atas saya sudah memaparkan definisi belajar, sekarang saya akan memaparka definisi pembelajaran.

7

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h, 15.

8

ibid, h, 16-17.

9

Abdul Majid Khan, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,


(23)

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Trianto bahwa pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang sepenuhnya tidak dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarah interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkai mencapai tujuan yang diharapkan.10

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.11

Dengan demikian pembelajaran adalah interaksi yang terjadi antara guru dengan murid, yang mana interaksi ini menjadi sebuah komunikasi atau transfer ilmu antara guru dengan murid, dengan tujuan yang sudah ditetapkan.

2. PAI (Pendidikan Agama Islam)

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul Majid adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari al-Qur‟an dan Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan, serta penggunaan pengalaman.12

Di dalam UUSPN No. 2/1989 pasal 39 ayat (2) ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat, antara lainpendidikan agama. Dan dalam penjelasannya dinyatakan bahwa pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan

10

Trianto, op.cit., h. 17.

11

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h,

57. 12

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT


(24)

terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat dalam mewujudkan persatuan nasional.

Di dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama laindalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkanpersatuan nasional.

Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu berikut ini: 1) Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan

bimbingan, pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

2) Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti ada yang dibimbing, diajari, dan dilatih dalampeningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam. 3) Pendidik atau guru Pendidikan Agama Islam yang melakukan kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.

4) Kegiatan (pembelajan) Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakkinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman ajaran agama Islam dari peserta didik, yang di samping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam arti, kualitas atau kesalehan pribadi itu diharapkan mampu memancar ke luar dalam hubungan keseharian dengan manusia lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama (sesama muslim), ataupun yang tidak seagama (hubungan dengan non muslim), serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat terwujud persatuan


(25)

dan kesatuan nasional (ukhuwah wathaniyah) dan bahkan ukhuwah insaniyah (persatuan dan kesatuan antar sesama manusia).13

Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah Usaha sadar seorang guru untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Agama Islam peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan latihan yang telah direncanakan gun amnecapai tujuan yang tujuan yang telah ditetapkan.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di sekolah atau di madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang Pendidikan yamg lebih tinggi.14

Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa diemensi yang hendak ditingkakan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu:

1) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam

2) Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam

3) Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam

4) Dimensi pengalamnya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami, dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu

13Muhaimin, Suti‟ah, Nur Ali,

Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), h, 75-76.

14

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT


(26)

mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.15

Tujuan Pendidikan Agama Islam yang di sebutkan di atas dapat di tarik kseimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan peserta didik, pemahaman tentang Islam, penghayatan, dan pengalaman peserta didik dalam menjalankan perintah ajaran agama, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Tujuan pendidikan Islam berlandaskan tujuan hidup manusia. Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Jadi tujuan hidup ini tidak lain untuk mengabdi kepada Allah Swt., menjaga dan melestarikan

bumi, dan menjalankan kehidupan sesuai syari‟at yang Allah berikan.

Jika tugas manusia dalam kehidupan ini demikian penting, pendidikan harus memiliki tujuan yang sama dengan tujuan penciptaan manusia. Bagaimana pun, pendidikan Islam sarat dengan pengembanagan nalar dan penataan perilaku serta emosi manusia dengan landasan dinul Islam. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara sosial.16

c. Model Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam)

Guru Pendidikan Agama Islam harus mengaplikasikan model-model pembelajaran yang kreatif agar tercapai tujuan pembelajaran, seperti yang

15Muhaimin, Suti‟ah, Nur Ali,

Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), h, 78.

16

Abdurrahman dan An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan


(27)

ditulis oleh Abdul Majid model pembelajaran Tadzkirah sesuai untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Makna Tadzkirah secara etimologis diambil dari kata dzakara yang artinya ingat dan tadzkirah artinya peringatan. Adapun makna Tadzkirah yang dimaksud oleh Abdul Majid adalah sebuah model pembelajaran yang mempunyai makna sebagai berikut:

1) T = Tunjukan Teladan

Guru harus menjadi teladan bagi siswanya. Siswa lebih mudah mengambil pelajaran dari apa yang ia lihat.

2) A = Arahkan (Berikan Bimbingan)

Bimbingan seorang guru kepada siswanya dilakukan dengan cara memberikan alasan, penjelasan, pengarahan, diskusi-diskusi, teguran, mencari tahu penyebab masalah, dan kritikan sehingga perilaku anak berubah.

3) D = Dorongan (Motivasi)

Memotivasi anak adalah suatu kegiatan memberi dorongan agar anak bersedia dan mau mengerjakan kegiatan atau perilaku yang diharapkan oleh orang tua atau guru. Anak yang termotivasi akan memungkinkan ia untuk mengembangkan dirinya.

4) Z = Zakiyah (Murni-Suci-Bersih)

Kata murni disini bermaksud ikhlas, rasa keikhlasan harus ditanamkan kepada anak baik dalam belajar, bersikap, dan berbuat sekecil apapun. Jika rasa ikhlas sudah tumbuh, maka keihklasan akan menjadi kekuatan dalam hidup.

5) K = Kontinuitas

Ajaran-ajaran yang diberikan haruslah bersifat kontiyu atau terus menerus agar anak terbiasa dan akan menjadi kebiasaan. Pembiasaan ini harus dimulai sejak dini kepada anak agar akhirnya anak menjadi terbiasa dan menjadi sebuah kebiasaan (habit)

6) I = Ingatkan

Dalam proses pembelajaran PAI (Pendidkan Agama Islam), guru harus berusaha mengingatkan kepada siswa bahwa mereka diawasi oleh Allah


(28)

Swt. Disini juga guru harus mengingatkan kepada siswa akan ajaran-ajaran yang telah diajarkan.

7) R = Repetition (Pengulangan)

Pendidikan yang efektif dilakukan dengan berulang-ulang sehingga anak menjadi mengerti. Pelajaran atau nasihat apa pun perlu dilakukan secara berulang-ulang sehingga mudah dipahami oleh anak.

8) A = Aplikasikan atau Organisasikan

Puncaknya ilmu adalah amal. Dengan demikian, maka dalam mengajar hendaknya guru mampu memvisualisasikan ilmu pengetahuan pada dunia praktis.

9) H = Heart Hepar

Hati adalah sumber keimanan manusia. Oleh karena itu guru harus menyentuh hati siswanya agar dapat dekat dengan Sang Khaliq.17

B. Budaya Beragama 1. Budaya

Budaya menurut Sarlito adalah “suatu set dari sikap, perilaku, dan simbol-simbol yang dimiliki bersama oleh manusia dan biasanya dikomunikasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya”.18

Kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau kekal.19 Kata

asing culture yang berasal dari kata latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan dan terutama berhubungan dengan pengolahan tanah, memiliki makna yang sama dengan kebudayaan. Arti culture berkembang sebagai segala daya dan usaha manusisa untuk mengubah alam. Jika diingat sebagai konsep kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang

17

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2012), h, 135-156. 18

Sarlito W Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, (Depok: PT RajaGrafindo Persada,

2014), h, 3. 19


(29)

harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.20

Menurut HAR Tillar yang dikutip dari Primitive Culture karya Edward

B Taylor “budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia

sebagai anggota masyarakat”. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara “kebudayaan berarti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat yaitu alam dan zaman (kodrat dan masyarakat)”.21

Dari keterangan di atas kebudayaan adalah kebiasaan dari segi pengetahuan, seni, moral, dan lain-lain yang merupakan hasil dari usaha seseorang atau kelompok.

Dalam membahas budaya kita sering kali kita tidak dapat melepas diri dari istilah masyarakat, ras, dan etnik. Ketiga istilah tersebut sering digunakan secara bergantian dan campur aduk. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing istilah tersebut.

a. Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang saling berbagi tempat dan waktu (jika menyangkut tempat dan waktu tertentu biasa di sebut komunitas atau community)

b. Ras adalah sekelompok orang yang memiliki karakteristik fisik yang sama dan diwariskan melalui genetik. Karakteristik tersebut antara lain, warna kullit, bentuk hidung, dan bulu atau rambut di tubuh, serta mata. c. Etnis atau suku bangsa adalah sekelompok orang yang memiliki

kesamaan dan perbedaan dalam konteks kebudayaan budaya. Biasanya suku bangsa dikaitkan dengan warisan budaya, pengelaman yang diwariskan secara turun temurun oleh orang-orang yang memiliki

20

Koentjaraningrat, kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 9. 21

H.A.R. Tillar, Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia,


(30)

kesamaan leluhur, bahasa, tradisi, seringkali agama, dan wilayah geografis.22

Menurut Shiraev dan Levy dalam buku Psikologi Lintas Budaya karya Sarlito W Sarwono, saat ini ada dua jenis pengaruh budaya. Kedua budaya tersebut adalah budaya tradisional dan budaya non tradisional (modern). Budaya tradisional adalah budaya yang berakar kepada tradisi, aturan, simbol, dan prinsip yang kebanyakan dibuat di masa lalu. Sementara itu budaya non-tradisional adalah budaya yang berdasar kepada prinsip ide, dan kebiasaan yang relatif baru.23

Dengan demikian budaya itu terbagi menjadi dua, yaitu: budaya tradisional yaitu, yang mengikuti adat dan tradisi yang berlaku sejak lama, dan budaya non tradisional yaitu, budaya modren, yang diciptakan oleh seseorang dan dilakukan secara berkelanjutan.

2. Agama

a. Pengertian Agama

Agama sebuah kata yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk diartikan dan didefinisikan. Menjelaskan maksud agama memang mudah tetapi untuk menjelaskan definisi agama ini sangat sulit, karena agama itu memiliki sifat yang subyektif.

Menurut A. Mukti Ali dalam bukunya yang dikutip oleh Muhammad

Alim “barang kalitidak ada yang paling sulit diberi pengertian dan definisi selain kata agama”. Beliau menjelaskan ada tiga yang mendukung

pernyataan tersebut, yaitu: pertama, karena pengalaman agama adalah soal batini, subyektif dan sangat individualis sifatnya. Kedua, boleh jadi tidak ada oranng yang berbicara begitu semangat dan emosional dari pada membicarakan soal agama. Maka membahas arti agama itu selalu ada luapan emosi yang kuat sekali, sehingga kata agama itu sulit didefinisikan. Ketiga, konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi tersebut.24

Para ahli mengemukakan berbagai teori tentang pengertian agama. Ada yang mengatakan bahwa kata agama diambil dari bahasa Sansakerta, yaitu

22

Sarlito W Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, (Depok: PT RajaGrafindo Persada,

2014), h, 3-5. 23

Ibid, h, 6.

24

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,


(31)

kata a = tidak, dan gama = kacau atau kocar-kacir. Dengan demikian berarti agama tidak kacau, tidak kocar-kacir, teratur. Agama yang dimaksud di sini adalah yang membuat seseorang tidak kacau dan menjadikanseseorang teratur.25

Selanjutnya teori lain menyebutkan bahwa agama tersusun dari kata, a = tidak, dan gam = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara turun menurun. Hal demikian menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu diwarisi secara turun temurun dari generasi ke generasi lainnya. Selanjutnya ada lagi pendapat yang mengatakan agama berarti teks atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa gam berarti tuntunan, karena agama mengandung ajaran-ajaran yanng dapat menjadi tuntunan bagi penganutnya.26

Agama diucapkan oleh orang Barat dengan religios (bahasa latin), Religion (bahasa Inggris, Perancis, Jerman) dan Religie (bahasa Belanda). Adapun agama secara etimologi menurut sebagian tokoh sebagai berikut: 1) Religie (religion) menurut pujangga Kristen, Saint Augustinus. Berasal

dari “re dan eligare” yang berarti “memilih kembali” dari jalan yang sesat

ke jalan Tuhan.

2) Religie, menurut Lactantius, berasal dari kata “re dan ligare” yang

artinya “menghubungkan kembali sesuatu yang telah putus”. Yang

dimaksud adalah menghubungkan antara Tuhan dan manusia yang telah terputus oleh karena dosa-dosanya.

3) Religie berasal dari “re dan ligare” yang berarti “membaca berulang

-ulang bacaan suci” dengan maksud agar jiwa si pembaca terpengaruh

oleh kesuciannya. Demikian pendapat Cicero.27

Di bawa ini akan diikemukakan beberapa definisi agama dan

religionyang telah berhasil diformulasikan oleh para ahli:

25

Ibid, h, 27.

26

Ibid, h, 27.

27

Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:


(32)

1) WJS Poerwadarminto

“Agama adalah segenap kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa, dan sebagainya) serta dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.”

2) Sidi Gazalba

“Agama adalah kepercayaan manusia pada hubungan Yang Kudus, dihayati sebagai hakikat gaib, hubungan mana menyatakan diri dalam bentuk serta sistem kultus dan ritus serta sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu. Jadi hakikat agama adalah hubungan manusia dengan Yang Kudus.”

3) Adi Negoro

“Agama adalah suatu keyakinan pada Yang Maha Kuasa, yang dirasa manusia sebagai kekuatan gaibyang mempengaruhi kehidupannya dan dianggap mempengaruhi segala yang ada, serta mula jadi segala-galanya dalam alam ini.”

4) E.B. Taylor

Religion is the belief in Spiritual Being” (Agama adalah kepercayaan

kepada barang-barang yang gaib). “Religion may broadly be defined as acceptance of obligations toward powers higher than man him self

(agama dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai peneriamaan atas tata atiran dari kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia itu sendiri).

5) Webster‟s Dictionary

“Agama adalah percaya kepada Tuhan atau kekuatan super human atau kekuatan yang di atas dan disembah sebagai pencipta serta pemelihara alam semesta.”28

Agama sebagaimana yang dikatakan Dwi Narwoko secara mendasar dan umum dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang

28

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,


(33)

mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya.29

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa agama adalah sesuatu yang menghubungkan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya, dan manusia dengan lingkungannya. Agama juga bisa diartikan kembali kepada jalan yang benar, yaitu jalan yang telah ditetapkan oleh Tuhan.

Pengertian agama menurut Glock & Stark dalam Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori adalah “sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada persoala-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.”30

Agama adalah risalah yang dissampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyataserta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat seta alam sekitarnya.

Dalam bahasa Arab agama berarti ad-Din, dalam tuturan orang Arab, kata ad-din digunakan untuk menunjukkan lebih dari satu makna, diantaranya adalah:

1) Makna kekuasaan, otoritas, hukum, dan perintah. Orang arab mengatakan

daana an-nasu yang artinya dia memaksa manusia untuk tunduk dan

dantuhu yang berarti saya menguasanya dan memilikinya.

2) Makna ketaatan, peribadatan, pengabdian, dan ketundukkan pada kekuasaan dan dominasi tertentu. Orang arab mengatakannya dengan dintuhum padaanu yang artinya aku memaksa mereka dan merekapun taat.

29

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Penerapan,

(Jakarta: Kencana, 2011), h, 248. 30

Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam, (Solusi Islam atas


(34)

3) Hukum, undang-undang, jalan, mazhab, agama, tradisi, dan taklid. Orang arab mengatakan maadala dzalika dini wa didani yang artinya hal itu tetap merupakan kebiasaanku dan tradisiku.

4) Balasan, imbalan, pemenuhan, dan perhitungan. Contohnya dapat kita lihat dalam peribahasa arab yang mengatakan kamatadayanatadanayang artinya kamu berbuat kepada orang lain, dan orang lain berbuat kepadamu.31

Biasaanya, orang Arab menggunakan kata ad-din dalam makna tertentu untuk satu kesempatan dan makna lain dalam kesempatan lain. Artinya, pemakaian bahasa mereka sangat variatif karena disesuaikan dengan konteks kebutuhan yang terjadi. Dengan demikian, kata ad-din, bersifat ambigu. Setelah al-Quran turun, istilah ad-din mengalami kejelasan makna dengan tetap bersandar pada empat makna etimologis di atas. Makna yang dimaksud adalah yang menguasai dan memiliki otoritas yang tinggi (ilahiah), ketaatan dan pengakuan terhadap kekuasaan dan otoritas dari pengikut ad-din, sistem berpikir ilmiah yang dilahirkan dari sistem otoritas dan kekuasaan, dan imbalan yang diberikan secara penuh oleh pemegang otoritas kepada pengikut sistem melalui ketundukan dan keikhlasan atau balasan karena tidak menaati sang pemegang otoritas. Untuk kepentingan tersebut, Abu al-„Ala al-Maududi menyusun definisi ad-din berdasarkan makna-makna tersebut yang kemudian beliau menghubungkan dengan ayat-ayat al-Quran. Hasil penyusunan beliau adalah definisi ad-din berdasarkan surat al-mu‟min: 65, az-zumar:11, dan 14, an-nahl: 52, yunus: 104, dan al-infithar: 17-19, yaitu sistem kehidupan yang sempurna dan meliputi aspek-aspek kehidupan yang bersifat keyakinan, penalaran, akhlak, dan pengamalan. Sesungguhnya, Allah SWT telah menjelaskan bahwa sistem kehidupan yang diridhai Allah adalah sistem yang dibangun atas ketaatan dan keikhlasan untuk menghambakan diri kepada Allah semata. Dengan demikian, ad-din dapat didefinisikan melalui definisi

yang mencakup seluruh makna etimologis dan makna qur‟aniah, yaitu

31

Abdurrahman dan An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan


(35)

hubungan ketundukan, kepatuhan, dan penghambaan yang melalui itu, manusia dapat mengetahui Yang menciptakan, Yang Menghukum, Yang Menjalankan aktivitas alam semesta, Yang Mahakuasa, Yang Mahaperkasa, Yang menghidupkan, dan Yang mematikan. Allah telah menyusun sistem yang sempurna dan mencakup berbagai aspek kehidupan. Dan manusialah yang bertugas berjalan di atas sistem tersebut dan memahami balasan Allah untuk mereka pada hari perhitungan nanti.32

Fairuzzabad dalam karyanya, yang di kutip oleh Muhammad Alim, dalam kamus al-Muhith, menerangkan bahwa dien memiliki arti kemenangan, kekuasaan, kerajaan, kerendahan, kemuliaan, perjalanan, paksaan dan peribadatan. Selanjutnya pengertian al-dien di dalam kamus al-Munjid, mengandung banyak makna, antara lain: balasan dan pahala, ketentuan, kekuasaan, pengaturan, perhitungan, taat, patuh, dan kebiasaan. Dalam bahasa Semit, al-dienberarti undang-undang atau hukum.33

Harun Nasution, dalam hal ini membantu kita menyimpulkan beberapa definisi agama tersebut. Menurutnya, agama dapat diberi definisi sebagai berikut:

1) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi

2) Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia 3) Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung

pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia

4) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu

5) Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan gaib

6) Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuataan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia

7) Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.34

Berbagai definisi di atas di samping memperlihatkan adanya perhatian para ahli terhadap agama juga berarti bahwa agama tidak lepas dari respon

32

Ibid, h.23.

33

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2011), h, 28. 34


(36)

manusia terhadapnya. Dengan demikian, kesulitan akan terjadi apabila ada orang memaksakan definisi yang dibuatnya untuk diberlakukan pada semua agama. Selanjutnya mari kita meninjau definisi-definisi agama yang dikemukakan oleh para ulama Islam, antara lain sebagai berikut:

1) Mahmud Syaltut

“Agama adalah ketetapan-ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia.”

2) Syaikh Muhammad Abdullah Badran

“Agama adalah hubungan antara dua pihak dimanayang pertama mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada yang kedua.”

3) Al-Syihristani

“Agama adalah ketaatan serta kepatuhan, dan terkadang bisa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan terhadap amal perbuatan di akhirat.” 4) Al-Tahanwy

“Agama adalah institusi yang mengarahkan orang-orang yang berakal dengan kemauan mereka sendiri untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.”

5) K.H.M. Thaib Thahir Abdul Mu‟in

“Agama adalah sebagai peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seorang yang mempunyai akal memegang peraturan Tuhan itu dengan kehendaknya sendiri, untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.”

6) T. M. Hasbi Ash Shiddiqy

“Agama adalah dustur Ilahi yang didatangkan Allah untuk menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia di alam dunia untuk mencapai kesejahteraan dunia dan kesentosaan akhirat.”

7) Djarnawi Hadikusumo

“Agama adalah tuntunan Allah kepada manusia untuk berbakti dan menyembah kepada Tuhan serta berbuat kebajikan di atas dunia.”35

35


(37)

Dari definisi-definisi agama menurut ulama Islam dapat disimpulkan bahwa, agama berisi peraturan-peraturan yang Allah berikan kepada manusia. Agama pula sebagai pedoman hidup manusia yang bertujuan membuat manusia baik di dunia dan bahagia di akhirat.

b. Unsur-unsur Agama

Dari beberapa definisi agama yang telah dikemukakan di atas, akhirnya kita dapat memformulasikan ada empat unsur penting yang secara subtansif harus ada pada tiap sesuatu yang disebut agama. Tanpa adanya keempat unsur pokok itu, maka formulasi itu tidak dapat dikategorikan sebagai suatu agama. Unsur-unsur penting itu sebagaimana dijelaskan oleh Harun Nasution sebagai berikut.

Pertama, unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk yang bermacam-macam. Dalam agama primitif kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk benda-benda yang memiliki kekuatan misterius (sakti), ruh atau jiwa yang terdapat pada benda-benda yang memiliki kekuatan misterius, dewa-dewa dan Tuhan atau Allah dalam istilah yang lebih khusus dalam agama Islam. Kepercayaan pada adanya Tuhan adalah sebagai dasar yang utama sekali dalam setiap paham keagamaan. Tiap-tiap agama kecuali Budhisme yang asli dan beberapa agama lain berdasar atas kepercayaan pada sesuatu kekuatan gaib, dan cara hidup tiap-tiap manusia yang percaya pada agama di dunia ini amat erat hubungannya dengan kepercayaan tersebut.

Kedua, unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia ini dan di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan yang baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula. Hubungan baik ini selanjutnya diwujudkan dalam bentuk peribadatan, selalu mengingat-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjahui larang-Nya.


(38)

Ketiga, unsur respon yang bersifat emosional manusia. Respons tersebut dapat mengambil bentuk rasa takut, seperti yang ada pada agama primitif, atau perasaan cinta seperti yang terdapat pada agama-agama monoteisme. Selanjutnya respons tersebut dapat pula mengambil bentuk penyembahan seperti yang terdapat pada agama-agama monotaisme, dan pada akhirnya respons tersebut mengambil bentuk dan cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.

Keempat, unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab suci yang mengandung ajaran agama yang bersangkutan, tempat-tempat tertentu, peralatan untuk menyelanggarakan upacara dan sebagainya.36

Dengan demikian dapat dipahami bahwa unsur agama ada empat, yaitu pecaya kepada yang gaib, percaya bahwa kehidupan di dunia dan di akhirat telah dirancang oleh yang gaib, adanya respon dari manusia, dan percaya bahwa yang gaib itu suci.

3. Budaya Bergama

Budaya beragama dalam penelitian ini memiliki makna yang sama

dengan “suasana religius atau suasana keagamaan.” Adapun makna suasana

keagamaan menurut M. Saleh Muntasir adalah “suasana yang memungkinkan setiap anggota keluarga beribadah, kontak dengan Tuhan dengan cara-cara yang telah ditetapkan agama, dengan suasana tenang, bersih dan hikmat. Sarananya adalah selera religius, selera etis, estetis, kebersihan, itikad religius dan ketenangan.”37

Budaya beragama di sekolah merupakan cara berfikir dan cara bertindak warga sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai religious (keberagamaan). Budaya beragama disekolah merupakan sekumpulan nilai-niai agama yang diterapkan di sekolah, yang meliputi : perilaku, tradisi, kebiasaan, keseharian dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh seluruh warga sekolah, atau

36

Ibid, h, 33-34.

37

M. Saleh Muntasir, Mencari Evidensi Islam (Analisa Awal Sistem Filsafat, Strategi


(39)

perilaku-perilaku juga pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan dalam lingkungan sekolah sebagai salah satu usaha untuk menanamkan akhlak mulia pada diri anak.

a. Penciptaan Budaya Beragama

Penciptaan budaya beragama, berati menciptakan suatu kebudayaan religi atau pembiasaan diri yang merupakan penerapan hasil pengetahuan tentang agama dan menumbuhkan sikap yang berjiwa Islami. Sikap dan berjiwa Islami tersebut dicerminkan pada perilaku serta keterampilan hidup peserta didik dan warga sekolah lainnya.

b. Pembiasaan Budaya Beragama

Pembiasaan adalah merupakan alat pendidikan yang penting sekali, terutama pada anak. Anak-anak dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan dengan jalan membiasakan dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam rumah tangga atau keluarga, di sekolah, dan di tempat lain.38

Pembiasaan meupakan proses penanaman kebiasaan, membuat sesuatu atau seseorang menjadi biasa atau terbiasa melaksanakan perilaku-perilaku agamis sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang penting. Agara anak memiliki akhlak terpuji, maka anak tersebut harus terlebih dahulu dibiasakan untuk melakukan perilaku-perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Jika seorang melakukan suatu kegiatan secara terus menerus, maka kegiatan tersebut akan mejadi suatu kebiasaan, dan jika suatu kegiatan sudah menjadi suatu kebiasaan, maka orang tersebut akan dapat melaksanakan sesuatu dengan mudah dan senang hati.

Menurut Ngalim Purwanto, supaya pembiasaan itu dapat segera tercapai dan baik hasilnya, harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain:

1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.

38

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja


(40)

2) Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. Untuk itu dibutuhkan pengawasan.

3) Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendiriannya yang telah diambilnya. Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan itu.

4) Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri.39

Sebagaimana yang dikemukakan Ramayulis materi pembiasaan yang dapat diterapkan kepada anak adalah sebagai berikut:

1) Akhlak, berupa pembiasaan untuk bertingkah laku yang baik, seperti berbicara dan bersikap sopan santun, berpakaian yang bersih dan rapi. 2) Ibadat, berupa pembiasaan untuk salat berjamaah di masjid, mengucap

salam sewaktu masuk kelas, membaca basmalah dan hamdalah ketika memulai dan menyudahi kegiatan.

3) Keimanan, berupa pembiasaan agar anak beriman sepenuh jiwa dan hatinya, dengan memberikan pengertian kepada anak untuk memperhatikan alam sekitar, penciptaan langit dan bumi, dan sebagainya.

4) Sejarah, berupa pembiasaan agar anak membaca dan mendengarkan mengenai sejarah kehidupan Rasulullah serta para sahabat, kemudian anak-anak mampu menanamkan semangat jihad pada dirinya.40

Beberapa ahli mengemukakan teori yang berkaitan dengan pembiasaan, antara lain:

1) Teori Thorndike sebagaimana yang diterjemahkan oleh Tri Wibowo yang dituliskan oleh B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson

Teori ini dikenal dengan connectionism (perhatian, pertautan) karena dia berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses hubungan antara stimulus

39

Ibid. , h. 178.

40


(41)

dan respon. Sebelum tahun 1930, teori Thorndike mencakup hukum law of exercise (hukum latihan) yang terdiri dari dua bagian, yaitu:

a) Koneksi antar stimulus dan respon akan menguat saat keduanya dipakai. Melatih koneksi (hubungan) antar situasi yang menstimulasi dengan suatu respon akan memperkuat hubungan di antara keduanya. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law of us

(hukum penggunaan). Berdasarkan teori di atas, agar belajar mampu mencapai hasil yang baik maka harus ada latihan. Seseorang yang sering melakukan latihan, maka hasilnya akan lebih baik dan menjadi kebiasaan yang positif.

b) Koneksi antara situasi dan respon akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law of disuse (hukum ketidakgunaan).41

2) Teori Operant Conditioning B.F. Skinner sebagaimana yang dituliskan oleh Sri Esti Wuryani

Operant (perilaku diperkuat jika akibatnya menyenangkan) merupakan tingkah laku yang ditimbulkan oleh organism. Operant Conditioning dikatakan telah terbentuk bila dalam frekuensi telah terjadi tingkah laku operant yang bertambah atau bila timbul tingkah laku

operant yang tidak tampak sebelumnya.

Pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning antara lain sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan reinforcement bagi tingkah laku yang akan dibentuk itu.

b) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi aspek-aspek kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud.

c) Mempergunakan secara urut aspek-aspek itu sebagai tujuan sementara kemudian diidentifikasi reinforcer untuk masing-masing aspek.

41

B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theori of Learning(Teori Belajar),


(42)

d) Melakukan pembentukan tingkah laku dengan menggunakan urutan aspek-aspek yang telah disusun itu.42

3) Teori Belajar Asosiatif Ivan Pavlov sebagaimana yang dikatakan Bimo Walgito

Berdasarkan hasil eksperimen Ivan Pavlov terhadap seekor anjing, di mana anjing yang semula tidak mengeluarkan air liur ketika mendengar bunyi bel menjadi mengeluarkan air liur meskipun tidak ada makanan. Berdasrkan hasil eksperimen tersebut, Pavlov menyimpulkan bahwasanya perilaku itu dapat dibentuk melalui sesuatu kebiasaan, misalnya anak dibiasakan mencuci kaki sebelum tidur, atau mebiasakan menggunakan tangan kanan untuk menerima suatu pemberian dari orang lain.43

c. Budaya Beragama (Religious Culture) dan nilai-nilai akhlak yang dikembangkan di sekolah.

Budaya beragama (religous culture) yang diterapkan di sekolah ini memiliki tujuan yang ingin dicapai, salah satunya adalah menanamkan akhlak mulia pada diri pribadi peserta didik.44Budaya beragama di sekolah seperti :

membaca do‟a sebelum mulai pelajaran, tadarus sebelum masuk jam

pelajaran, seenyum, menyapa masyarakat sekolah, memberi salam pada guru, sholat berjama‟ah, dan lain-lain.

d. Proses Terbentuknya Budaya Beragama (Religious Culture) Sekolah

Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh praktisi pendidikan untuk membentuk budaya religius sekolah sebagaimana yang dkatakan oleh Ahmad Tafsir, antara lain:

42

Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. GRASINDO, 2006), h. 133.

43

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI Offset, 2003), h.

171. 44

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,


(43)

1) Memberikan contoh (teladan) 2) Membiasakan hal-hal yang baik 3) Menegakkan disiplin

4) Memberikan motivasi dan dorongan 5) Memberikan hadiah terutama psikologis

6) Menghukum (mungkin dalam rangka kedisiplinan)

7) Penciptaan suasana religius yang berpengaruh bagi pertumbuhan anak.45 Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pembiasaan budaya beragama ini bisa diterapkan kepada siswa dengan cara guru mencontohkan kepada siswa. Guru di sin imenjadi pedoman terciptanya budaya beragama. Pembiasaan budaya beragama ini dengan cara memberi teladan kepada siswa. Nilai-nilai agama yang intenalisasi ke siswa tidak akan berjalan baik jika hanya di pandu oleh guru Pendidikan Agama Islam saja. Budaya beragama di sekolah perlu adanya kerjasama antar guru-guru mata pelajaran lain, kepala sekolah, dan organisasi sekolah.

Budaya beragama yang dimaksudkan di sini adalah mengintegrasi nilai-nilai agama yang ada di sekolah, yang bertujuan menanamkan nilai-nilai agama Islam yang diperoleh siswa dari hasil pembelajaran di sekolah, agar menjadi kebiasaan siswa dalam berperilaku baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Penulisan skripsi ini didukung oleh hasil penelitian yang relevan, yaitu yang ditulis oleh:

1. Mulatsih, jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta yang

berjudul “Implementasi Religious Culture dalam Pendidikan Agama Islam (Study Kasus di SMK N Wonosari Gunung Kidul)” tahun

45

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja


(44)

2013.Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa religious culture di SMK N Wonosari Gunung Kidul sudah terlaksana, hasil ini ditandai oleh adanya kegiatan-kegiatan beragama di sekolah seperti: pembiasaan tadarus Al-Qur‟an, kegiatan keagamaan di hari Jum‟at, infak,

TPA Jum‟at sore, pembiasaan solat Duha dan solat Zuhur berjama‟ah,

bakti sosial, perpustakaan agama, pembiasaan 3S, do‟a bersama, manasik

haji, PHBI, pengajian akhir semester, ekstrakurikuler keagamaan,

khatmil Qur‟an, kantin kejujuran, pesantren Ramadhan, dan jabat tangan

di pagi hari.46

2. Siti Muawanatul Hasanah, Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan Islam

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yang berjudul “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Agama di Komunitas

Sekolah: Studi Kasus di SMK Telkom Sandhy Putra Malang” Tahun 2009. Penelitian ini difokuskan pada kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan budaya agama di komunitas sekolah: studi kasus di SMK Telkom Sandhy Putra Malang. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan budaya agama di SMK Telkom Sandhy Putra Malang. (2) menjelaskan strategi kepala sekolah dalam pengembangan budaya agama di SMK Telkom Sandhy Putra Malang. (3) menjelaskan dukungan warga sekolah dalam mengembangkan budaya agama di SMK Telkom Sandhy Putra Malang.47

3. Badrus Soleh, Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang berjudul “Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Budaya Islami di SMA Negeri 2 Jember”. Penelitian ini difokuskan kepada peran kepala sekolah dalam pengembangan budaya

Islami di sekolah. Kepala sekolah adalah “the key person” keberhasilan

pelaksanaan otonomi sekolah. Ia bertanggungjawab dalam mengelola dan

46

Mulatsih, Implementasi Religious Culture dalam Pendidikan Agama Islam (Study

Kasus di SMK N Wonosari Gunung Kidul), (Yogyakarta: Universitas Negeri Sunan Kalijaga, 2013).

47

Siti Muawanatul Hasanah, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

Mengembangkan Budaya Agama di Komunitas Sekolah: Studi Kasus di SMK Telkom Sandhy Putra Malang, (Malang: Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2009).


(45)

memberdayakan berbagai sumber yang tersedia untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah. Kepala sekolah harus mampu berperan sebagai innovator, dan motivator dalam pengembangan budaya Islami di sekolah.48

48

Badrus Soleh, Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Budaya Islami di


(46)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakanmulai dari hari Kamis, 18September sampai 30 September 2014. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Triguna Utama.

B.Latar Penelitian

SMK Triguna Utama bertempat di Jalan Ir. H. Juanda Km. 2Rt. 02/RW. 04Desa CempakaPutihKecamatan Ciputat Timur Kode Pos 15412. Berada pada posisi strategis dekat dengan berbagai fasilitas pemerintah antara lain Kampus UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatulloh Jakarta, JORR (Jakarta Outer Ring Rood), dan wilayah perbatasan antara Pusat Ibu Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta dengan Wilayah Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten. SMK Triguna Utama kedepan memiliki peranan yang penting khususnya dalam menyediakan tenaga kerja dan pembentukan generasi muda bangsa yang berada di posisi strategis sehingga sangat dibutuhkan oleh masyarakat di masa yang akan datang.

Penelitian akan dilakukan di sekolah. Penelitian akan dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah SMK Triguna Utama, Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Guru Pendidikan Agama Islam SMK Triguna Utama, dan beberapa siswa SMK Triguna Utama. Observasi dilakukan di lingkungan sekolah, mengamati budaya beragam ayang telah diterapkan di sekolah. Dokumentasi juga dilakukan di sekolah guna memperkuat terlaksananya budaya beragama di sekolah.

C. Metode Penelitian

Penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) terhadap Budaya Beragama di SMK Triguna Utama” ini adalah jenis penelitian kualitatif yang termasuk dalam jenis penelitian lapangan, yaitu penelitian dengan


(47)

cara terjun langsung ke lokasi penelitian.1 Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, sehingga pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi, wawancara, dan metode lain yang bersifat deskriftif untuk mengungkap proses terjadinya peristiwa yang dialami subjek penelitian.

D. ProsedurPengumpulan dan Pengolahan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstuksikan makna dalam suatu topik tersebut.2 Pelaksanaan waawancara terdiri dari dua belah pihak, yaitu pencari informasi dan yang memberi informasi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara mendalam. Wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan, atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.3 Wawancara mendalam dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai budaya beragama yang diterapkan SMK Triguna Utama. 2. Teknik Observasi

Observasi adalah pengamatan kegiatan keseharian manusia dengan dengan menggunakan panca indera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.4 Observasi yang dilakukan oleh peneliti digunakan untuk mengamati budaya beragama yang diterapkan di SMK Triguna Utama.

1

Joko Subagyo, Metologi Penelitian Teori dan Praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1991), h.

109 2

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h, 72.

3

M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2008), h. 108. 4


(48)

3. Teknik Dokumentasi

Metode dokumen adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.5 Teknik ini digunakan peneliti untuk mendapatkan data mengenai kegiatan yang terjadi selama pembiasaan dilakukan dan mengambil data-data sekolah yang diperlukan.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Tekknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian terdapat berbagai teknik sampeling yang digunakan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan bagi setiap unsur atau anggota populasi yang dipiling menjadi sampel. Penelitian ini menggunakan jenis purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.6

F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Untuk memperoleh keabsahan data penelitian ini menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada.7 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi teknik. Menguji keabsahan data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.8 Teknik

penelitian yang dibandingkan oleh peneliti adalah dokumentasi dan observasi.

5

Ibid. , h. 121

6

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h, 54.

7

Sugiyono, Memahami Penelitian Kuaitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h, 83.

8


(1)

Kepala Tata Usaha JUPRIYONO Kepala Sekolah

NIRACHMAT S.Pd

HUMAS / HUBIN SYAMSU RIZAL S.Pd MM

WALI KEAS / GURU

OSIS/SISWA / SISWI SMK TRIGUNA UTAMA PKS Bidang Kurikulum

DRS. MARDIAS

PKS Bidang Kesiswaan CHOIRUDIN S.Pd

Karun Mek. Otomotif AHYADI S.Pd

Karun Listrik Instalasi ISMANTO S.Pd Karun Mek. Industri

AHYADI S.Pd

BP / BK


(2)

Nama

NIM

JurusarVProdi Judul Skripsi

LEMBAR

UJI REFERENSI

:

ISMA RAHMAHWA,TI

:1110011000122

: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

: Kontribusi Budaya Beragama dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

di

SMK Triguna Utama

PARAF BAB

I

Muhaimin, Suti'ah, Nur

Ali,

Paradigma Pendidikan Islam Upaya MengefektiJkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: P'I Remaja

Rosda Karya, 2004), hal, 78.

Henry Narendrany Hidayati dan Andi Yudiantoro, Psikologi Agama, ( Jakarta: UIN Jakarla Press, 2

BAB

II

NAMA

BUKU

Hasan Langgulung, Pendidikan Islam MenghaCapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka Alhusna. 1 98B). hal. 56-57

2

Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (B andung: Citra Umbara, 2009), hal. 64.

NO

NAMA

BUKU

PARAF

I Asri Budiningsih, Belajctr datt Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal.')0-23.

2 Dimyati dan Mudjiono, Belcjar dan Pembelcjaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),hal,

i1.

J Trianto, Mendesain Model Pembelaj aran Inovativ-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal, 15.

4 Abdul Majid Khan, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2012), hal, 139.

\

5 Oemar Hamalik, KurihLltLm deLn Pembelcrjaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), bal. 57.

6 Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikart Islctm Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005), hal,25.

tr\?\\

',n

\

7 Muhaimin, Suti'ah, Nur

Ali,

Paradigma Pendidikan Islam Llpaya

MengefektiJkan Pendidikctn Agama Islam di Sckolah, (Bandung: PT Remaja


(3)

Muzayyin

Arifin,

Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:

pr

Bumi Aksara, 2010), hal, 108-109.

Abdurrahman, An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rtmah, Sekolah dcm Masyarakal, (Jakarta: Gema Insani, 1995). hal. 117.

Abdul Majid, Belajar dctn Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012). hal. 135-156.

Sarlito

W

Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, (Depok: pT RajaGrafindo Persada, 2014),hal,3.

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta:

pr

Rineka

cipta,

1996),

H.A.R. Tillar, Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Maclani Indortesia, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 1999), hal. 39 dan 43.

Sarlito

w

Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, (Depok:

pr

RajaGrafindo Persada, 2014), hal, 3-5.

Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2004), hal, 3.

Muhammad

Alim,

Pendidikan Agama Islam, (Bandung:

pr

Remaja Rosda Karya,

201l),

hal, 30.

J' Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, sosiologi reks pengantar dan Penerapan, (Jakafia: Kencana, 201 I ), hal, 248.

Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, psikologi Isram, (Sohtsi

Is I am at as P r o b I em -p r o b I e m P s i ko I o gi), (Yo gyakarla : pustaka p elaj ar, 1995), hal.76.

Abdurrahman, An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rtmah, Sekolah dan Maqtarakal, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hal,'22-23.

Muhammad

Alim,

Pendidikan Agama Islam, (Bandung:

pr

Remaja Rosda Karya,

201l). hal,28.

M.

Saleh Muntasir, Mencari Eviclensi

Islart

(Analisa Awal sistem Filscrfat, sn'ategi cian Metodologi Pendidikan Lslam), (Jakarta: Rajawali, l9g5), hal.

120.

Ngaiim Purwanto, Ilmtr Penclidikun Teoritis clan praktis, (Banciur-rg:

pr.

Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 177 .

Ramayulis, Ilmtt Pendidikan Islarn, (Jakarta: Kalam rr,r,rrrq rqga),

l*1. 1gt

B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theori of Learning (Teori Belajar), Penerjemah:

Tri wibowo

(Jakarla: prenada Media Group, 2009),

hal. 65.

27

I

Sri Esti wuryani, Psikologi pendidikan. (Jakarra:

pr-RASrNDo,2006),

hal.133.

Bimo walgiro, Pengantar Psikologi (Jmttm, (yogyakarta:

ANDI

offset, 2003), hal.

l7l,

Koentj araningrat, kebudayaan Mentalit as dan p e mbangLman, (Jakaft a:

pr.

Gramedia Pustaka lJtama, 1992), hal. 9.

N4uhammad Alirn, Pendidikan Agama Islam, (Bandung:

pr

Remaja Rosda a,201 1), hal, 26.


(4)

29 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,

(Bandung: PT Remai a Rosdakarya, 20

l2),

hal. I 69

+

30 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT.

Remaia Rosdakarya, 2004), hal. I 12.

U

BAB

III

BAB

VI

NO

NAMA

BUKU

PARAF

I Joko Subagyo, Metologi Penelitian Teori dan Praktek, (Jakarla: Rhineka

Cipta. 1991). hal. 109

I

ii

1i

2 Sugiyono, Memahami P eneliti an Kuaitatif, (B andung: Alfabeta, 201 4),

hal,

72.

J M. Burhan Bungin, Penelitian

Kualitatif,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008). hal. 108.

i

f/\

I

Mukhtar, Metode Praktis Peneiitian Deskriptf

Ktrulitatif

(Jakarla: GP Press

Group,

2073),h,720.

U

5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal, 373.

NO NAN,{A

BUKU

'1T"u

I Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung:


(5)

KEMENTERIAN AGAMA

UIN JAKARTA

FITK

Jl. k. H. Juanda No 95 Cipulat 1 5412 lndonesia

FORM (FR)

No Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082 Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010 No.

Revisi: :

01

Ha 1t1

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.0llF. l/KM.01.31...12014

Larnp. : Outline/Proposal

Hal

: Permohonan Izin Penelitian

Jakarta, 04 September 2014

Kepada Yth.

Kepala Sekolah

SMKTrigunaUtama di

Tempat

As s alamu' al aikum wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahw4

Nama

NIM Jurusan Semester

Judul Skripsi

Isma Ratr:nahwati I 1 l00l 1000122

Pendidikan Agama Islam (PAI) IX (Sembilan)

Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Terhadap Budaya Beragama Siswa SMK Triguna Utanra

adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Jakarta yang

sedang

menyusun

skripsi,

dan

akan

mengadakan

penelitian

(riset)

di

instans7sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan

penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan'terima kasih.

Wqs s alamu' alaikum wr.wb.

Tembusan:

l.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasisrva yang bersangkutan

idikan Agama Islam

ajid Khon, M.Ag


(6)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

SMI(

TRIGUNA

UTAMA

Terakreditasi

"A"

NPSN :20603290, NSS : 324020417006, NDS z 4202040003

Jl. lr. H. Juanda

Km.2

Rt. 002/04 Ciputat Timur 15412 Kota Tangerang Selatan

Tel p. 740 1 1 00 Fax. 7 47 07 543 http://www.trig u na-utama.sch. id

Nomor

Lamp.

Hal

: 003/

As/

SMK/

IX I

2014

: Surat

Izin

Penelitian

Kqpada

YIh

:

DekanFITK

Di

Ternpat

Assalamu' alaikum Wr. Wb.

Sehubungan dengan surat pemohonan

No

: UN.01

/ F.l /KM.01.3/

D{,I

2014

tentang permohonan

izinpenelitian di

SMK Perguruan Triguna Utama :

Isma

Rahmahwati

1110011000122

2014

-

20ts

Pendidikan

Agama

Islam

( P

A I

)

Kamis,

18 s/d 30 September 2014

:

PelaksanaanPembelajaranPendidikanAgamalslam

(PAI)

Terhadap Budaya Beragama Siswa

SMK Triguna Utama

Maka kami

atas nama

Kepala

SMK

Triguna Utama

rnemberikan

izin

untuk

mengadakan penelitian

di

sekolah kami.

Demikian surat

ini

disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Nama

MM

Tahun Akademik

Program

Waktu Judul Skripsi