Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Asi Eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2011

(1)

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dalam

Pemberian ASI Eksklusif

di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

Tahun 2011

Oleh :

VISHALINI SREETHARAN

080100435

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

ABSTRAK

Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2006 cakupan ASI Eksklusif di Sumatera Utara cumaan 33.92%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat observasional analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh Ibu yang memiliki anak berusia antara 6 hingga 12 bulan di Kelurahan Padang Bulan. Jumlah sampel yang dibutuhkan ialah 100 orang ibu .

Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square. Dari hasil analisis univariat menunjukkan bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif 10%. Karakteristik umur ibu terbanyak pada usia 20-30 tahun 63%, pendidikan ibu terbanyak SMP/SMA 50%, dan ibu yang tidak bekerja (IRT) 55%.

Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat tiga variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif adalah faktor pekerjaan, tingkat pengetahuan dan sikap ibu yang memberikan nilai p<0.05.

Rendahnya prevalensi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan sehingga disarankan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Padang Bulan dan masyarakat agar lebih aktif dalam mendukung kepenting pemberian ASI eksklusif secara efektif.


(3)

ABSTRACT

Based on the data from the District Health North Sumatera 2006 the prevalence of Exclusive Breastfeeding in Indonesia is still at stake which is only 33.92%. The knowledge, attitude and practice regarding exclusive breastfeeding of 100 mothers in Puskesmas Padang Bulan, Medan were investigated using a questionnaire. The research done was an analytical cross sectional design which is targeted on mothers with child of 6 to 12 months old.

The results of the univariate analyse shows that the prevalence of Exclusive Breastfeeding among mothers is 50% and the majority age of mothers in this analysis is among 20-30 years old (63%). Besides, it is also learned that 50 % of mothers received moderate level of education where they mostly completed their SMP or SMA. The majority respondants from this research are housewives (55%)

The outcome of bivariate results from this research indicates 3 factors to influence the practice of Exclusive Breastfeeding which is the mother's occupation, knowledge and attitude with a p-value of less than 0.05.

It is recommended that Padang Bulan District of Health, to increase the campaign on Exclusive Breastfeeding in order to increase the people who realize and to socialize on benefits of Exclusive Breastfeeding practice and to do futher counceling, monitoring, and evaluating in hope to boost the effectiveness and implementation of Exclusive Breastfeeding.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga enulis dapat memyenlesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedoteran Universitas Sumatera Utara.

Karya Tulis ilmiah ini berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Asi Eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2011. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK USU.

2. dr. Zulkarnain Rangkuti, Msi, selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dpaat diselesaikan dengan baik. Juga kepada dr. Mega Sari Sitorus, M.Kes dan dr. Vita Camellia, Sp.KJ selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedoketeran Universitas Sumatera Utara yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan

4. Orang tua dan ahli keluarga lain yang mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikannya.

5. Teman sejawat Endah Galih Harina atas masukan dan bantuannya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Teman sejawat Nova Susanti atas masukan dan bantuannya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.


(5)

Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan selalu membalas semua kebaikkan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis dalam melaksanakan penelitian yang berjudul "Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Asi Eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2011" ini. Harapan penulis semoga penelitian ini mendapat persetujuan untuk pelaksanaan demi memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmi pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi kita semua.

Medan, 13 Desember 2011


(6)

Halaman HALAMAN PERSETUJUAN………... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI………... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i i iii vi vii x xi

BAB 1 PENDAHULUAN ...

1.1.Latar Belakang ………..

1.2.Rumusan Masalah ………... 1.3.Tujuan Penelitian ………... 1.4.Manfaat Penelitian………... 1.4.1 Manfaat Praktis………... 1.4.2. Manfaat Teoritis………...

1 1 5 5 5 5 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………...

2.1. Perilaku………... 2.1.1 Konsep Perilaku ... 2.1.2 Domain Perilaku... 2.2. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)...

2.3. Keunggulan ASI dan Menyusui... 2.4. Produksi ASI... 2.4.1. Volume Produksi Asi... 2.5. Komposisi ASI... 2.6. Manajemen Laktasi... 2.6.1. Antenatal... 2.6.2. Prenatal... 2.6.3 Postnatal... 2.7. Makanan Bayi Berusia 0-4 bulan... 2.8. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI... 2.8.1 Makanan Ibu... 2.8.2 Ketenteraman Jiwa dan Pikiran Ibu...

7 7 7 8 15 15 16 19 20 23 23 23 23 24 26 26 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 3.2. Variabel dan Defenisi Operasional... 3.2.1. Variabel Independen... 3.2.1. Variabel Dependen... 3.3.Hipotesis... 29 29 29 30 31 32


(7)

BAB 4 METODE PENELITIAN ...

4.1. Jenis Penelitian ... 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian.. ... 4.3.1. Populasi... 4.3.2. Sampel... 4.4. Metode Pengumpulan Data... 4.4.1. Data Primer dan Data Sekunder... 4.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas... 4.5. Pengolahan dan Analisis Data...

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil... 5.1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 5.1.2. Gambaran Umum Responden... 5.1.3. Perilaku Responden... 5.1.4. Analisa Bivariat Penelitian... 5.2. Pembahasan... 5.2.1. Pengaruh Umur Ibu Terhadap Pemberian Asi

Eksklusif... 5.2.2.Pengaruh Tingkat Pendidikan Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 5.2.3. Pengaruh Status Perkerjaan Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 5.2.4. Pengaruh pengetahuan ibu terhadap Tindakan

Pemberian ASI Eksklusif... 5.2.5. Pengaruh Sikap Ibu terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif...

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan... 6.2. Saran... 33 33 33 33 33 34 36 38 36 39 41 41 41 41 44 48 54 54 54 55 56 56 57 59 59 59


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi untuk setiap 100

ml... 20 3.1. Aspek Pengukuran Variable Penelitian... 28 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner... 35 5.1. Distribusi Responden Mengikut Tingkat Pendidikan Di

Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan 2011... 40 5.2. Distribusi Bilangan dan Persentasi Tingkat Pengetahuan

Responden Tentang ASI eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Padang Bulan, 2011... 41 5.3. Distribusi Bilangan dan Persentasi Pengetahuan

Responden Bagi Tiap Pertanyaan Pengetahuan Tentang

ASI eksklusif... 42 5.4. Distribusi Bilangan dan Persentasi Sikap Responden

Tentang ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Padang Bulan, 2011... 43 5.5. Distribusi Bilangan dan Persentasi Sikap Responden Bagi

Tiap Pertanyaan Sikap Tentang ASI Eksklusif... 44 5.6. Distribusi Bilangan dan Persentasi Tingkat Pemberian ASI

Eksklusif oleh Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan, 2011...

44 5.7. Distribusi Bilangan dan Persentasi Tindakan Responden

Bagi Tiap Pertanyaan Tindakan Pemberian ASI eksklusif... 45 5.8. Pengaruh Umur Responden Terhadap Tindakan Pemberian

ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan,

2011... 46


(9)

Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Padang Bulan, 2011... 47

5.10. Pengaruh PekerjaanRespondem Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual Penelitian... 26 5.1. Distribusi Kelompok Umur Responden

di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2011...

39 5.2. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di

Wilayah Kerja Puskesmas Padang

Bulan Tahun 2011... 40 5.3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap

Tindakan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2011...

49 5.4. Hubungan Sikap Terhadap Tindakan Pemberian

ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Informed Concern Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 5 Hasil Penelitian SPSS

Lampiran 6 Master Data Lampiran 7 Ethical Clearance Lampiran 8 Izin Penelitian


(12)

ABSTRAK

Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2006 cakupan ASI Eksklusif di Sumatera Utara cumaan 33.92%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat observasional analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh Ibu yang memiliki anak berusia antara 6 hingga 12 bulan di Kelurahan Padang Bulan. Jumlah sampel yang dibutuhkan ialah 100 orang ibu .

Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square. Dari hasil analisis univariat menunjukkan bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif 10%. Karakteristik umur ibu terbanyak pada usia 20-30 tahun 63%, pendidikan ibu terbanyak SMP/SMA 50%, dan ibu yang tidak bekerja (IRT) 55%.

Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat tiga variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif adalah faktor pekerjaan, tingkat pengetahuan dan sikap ibu yang memberikan nilai p<0.05.

Rendahnya prevalensi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan sehingga disarankan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Padang Bulan dan masyarakat agar lebih aktif dalam mendukung kepenting pemberian ASI eksklusif secara efektif.


(13)

ABSTRACT

Based on the data from the District Health North Sumatera 2006 the prevalence of Exclusive Breastfeeding in Indonesia is still at stake which is only 33.92%. The knowledge, attitude and practice regarding exclusive breastfeeding of 100 mothers in Puskesmas Padang Bulan, Medan were investigated using a questionnaire. The research done was an analytical cross sectional design which is targeted on mothers with child of 6 to 12 months old.

The results of the univariate analyse shows that the prevalence of Exclusive Breastfeeding among mothers is 50% and the majority age of mothers in this analysis is among 20-30 years old (63%). Besides, it is also learned that 50 % of mothers received moderate level of education where they mostly completed their SMP or SMA. The majority respondants from this research are housewives (55%)

The outcome of bivariate results from this research indicates 3 factors to influence the practice of Exclusive Breastfeeding which is the mother's occupation, knowledge and attitude with a p-value of less than 0.05.

It is recommended that Padang Bulan District of Health, to increase the campaign on Exclusive Breastfeeding in order to increase the people who realize and to socialize on benefits of Exclusive Breastfeeding practice and to do futher counceling, monitoring, and evaluating in hope to boost the effectiveness and implementation of Exclusive Breastfeeding.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pemberian ASI ekslusif sehingga 6 bulan pertama kehidupan merupakan suatu misi primer dalam program kesehatan masyarakat sedunia yang direkomendasikan oleh World Health Organisation (WHO). Menurut WHO ASI ekslusif berarti pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. Pada tahun 2001 hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.

Pemberian ASI memainkan peran penting dalam survival anak di negara-negara berkembang dimana ia menyumbang dalam system imunitas dan meningkatkan resistensi terhadap penyakit. Pemberian ASI bukan hanya memanfaat bagi si bayi malah turut member manfaat dalam kesehatan ibu. Manfaat kesehatan adalah seperti ibu mengalami laktasi amenorrhea, pengembalian uterus ke ukuran asalnya, pencegahanan perdarahan postpartum. Pemberian ASI oleh ibu-ibu juga akan mengurangkan resiko ibu untuk menghidap kanker payudara dan ovarium serta berkurangnya resiko ibu terhadap osteoporosis di kemuadian hari. Pemberian ASI juga dapat membantu dalam kepuasaan dan kestabilan emosi postpartum (Ampeire, 2007).

Menurut laporan WHO tahun 2000, lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar. Kurang dari 15% bayi di seluruh dunia diberi ASI eksklusif selama 4 bulan dan seringkali pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman. Hampir 90% kematian anak balita terjadi di negara berkembang dan 40% lebih kematian disebabkan oleh diare dan


(15)

infeksi saluran pernapasan akut, penyakit yang dapat dicegah dengan ASI eksklusif (Anonim, 2004).

Dari hasil penelitian United Nation Child’s Fund (UNICEF) dari tahun 2003 hingga 2008 didapati peratus bayi Indonesia yang mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan pertama ialah sebanyak 32% dan didapati 50% anak diberikan asi ekslusif sehingga usia 23 bulan. Tetapi bila dibandingakan dengan negara berkembang lain seperti Bangladesh didapati 43% anak diberikan asi eksklusif selama 6 bulan dan 91% anak mendapat ASI sehingga usia 23 bulan(UNICEF, 2008).

Pengetahuan ibu tentang menyusui berkaitan dengan tingkat pendidikan. Ibu yang mendapatkan informasi tentang menyusui dari seseorang, dokter, tetangga, televisi, majalah dan buku lebih banyak yang melanjutkan menyusui daripada ibu yang tidak mendapatkan informasi (Ludvigsson, 2003).

Penelitian deskriptif terhadap ibu-ibu yang melahirkan di RS Maldives didapatkan hasil bahwa kelompok yang memberikan ASI eksklusif memiliki pengetahuan yang adekuat dibanding yang tidak dan bermakna secara statistik. Kelompok ini juga memiliki sikap yang positif dan dukungan keluarga yang lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak memberikan ASI secara eksklusif tapi hubungan ini tidak bermakna secara statistik (Shafeeq, 2000). Perbedaan penelitian Shafeeq (2000) dengan penelitian ini adalah pada pemilihan sampel penelitian karena penelitian tersebut membatasi responden dengan kriteria primigravida. Penelitian cross sectional terhadap wanita umur 15 – 49 tahun oleh Hizel et al. (2001) di Turki didapatkan hasil 60.6% ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang menyusui eksklusif tapi hanya 13.5% yang memiliki sikap positif. Umur ibu, pekerjaan, pendidikan dan keyakinan tradisional tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap pemberian makanan tambahan (Hizel et al, 2001).

Air susu ibu sudah terbukti sangat bermanfaat tapi pada kenyataannya cakupan pemberian ASI eksklusif sampai saat ini masih rendah (Santo et al., 2007). Hasil Survey Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) tahun 1991 menerangkan bahwa praktek pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah,


(16)

yaitu baru mencapai 53,7% dan hasil SKDI tahun 1994 turun menjadi 47,3% sedangkan SKDI tahun 1997 cakupan ASI eksklusif dilaporkan sebesar 52%. SKDI tahun 2002-2003 didapatkan data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia 2 bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi yakni 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-5 bulan. Seiring menurunnya cakupan ASI eksklusif secara otomatis pemakaian susu formula meningkat 3 kali lipat antara tahun 1997-2002 (Anonim,2005).

Stimuli yang diterima melalui pendidikan kesehatan dan adanya kebijakan pemerintah yang mendukung terjadinya perubahan perilaku ini merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap. Sikap akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap stimulus tadi (Notoatmodjo, 1997). Perubahan sikap akan tergantung pada sejauh mana komunikasi itu diperhatikan, dipahami dan diterima. Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan salah satu komponen yang dapat mempengaruhi sikap (Iin Dwi, 2008). Pembentukan sikap juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga tertentu serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan (Azwar, 2003).

Walaupun pendidikan kesehatan terhadap ibu telah dilakukan dalam program promosi kesehatan namun perilaku pemberian ASI eksklusif ternyata masih rendah. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan tindakan pemberian ASI eksklusif (Azwar, 2003).


(17)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Mencari hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan tindakan pemberian ASI eksklusif.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dapat diharapkan dan diperoleh dari penelitian ini adalah: 1.3.1. Tujuan umum:

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dalam pembentukan tindakan pemberian ASI eksklusif sehingga dapat diupayakan adanya pendidikan kesehatan yang lebih efektif dalam meningkatkan perilaku yang positif.

1.3.2. Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif. 2. Untuk mengetahui sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif

3. Untuk mengetahui hubungan umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Praktis

a. Untuk pengelola program KIA di puskesmas

Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pemberian ASI eksklusif sehingga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan referensi dalam melakukan upaya promotif-preventif bidang kesehatan khususnya dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dan anak.

b. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten

Merupakan bahan masukan dalam rangka penyusunan dan pengambilan kebijakan promosi kesehatan yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif


(18)

sebagai salah satu upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian bayi dan anak.

1.4.2. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian dalam pengembangan program kesehatan bayi dan anak dari tinjauan ilmu kesehatan masyarakat.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Konsep Perilaku

Perilaku berdasarkan pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitias dari pada manusia itu sendiri. Dengan begitu perilaku manusia adalah bentangan yang sangat luas, mencakup : berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, perilaku manusia adalah segala kegiatan manusia itu sendiri, baik ynag dapat diamati secara langsung, maupun yang tidak dapat diamati secara langsung (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku terbentuk dari dua faktor utama, yaitu faktor eksternal (stimulus) yang berasal dari luar diri manusia, dan faktor internal (respon) yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Faktor eksternal didapatkan dari lingkugan, seperti social, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya. Faktor internal menentukan respon seseorang terhadap stimulus yang ia terima, seperti perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya (Iin Dwi, 2008).

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003), membagi perilaku dalam 3 domain (ranah/kawasan), yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanhutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain diukur sebagai berikut :

a) Pengetahuan (knowledge) b) Sikap (attitude)


(20)

2.1.2. Domain Perilaku

2.1.2.1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obejek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Azwar, 2003).

Menurut Rogers (1974) dalam buku Notoatmodjo (2003), mengunkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses beururutan, yakni :

a) Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b) Interest (merasa tertarik ) terhadap stimulus atau objek tersebut.

c) Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap bail dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden suudah lebih baik lagi.

d) Trial (percobaan), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

2.1.2.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Hasan (2009), pengetahuan yang cukup dalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :


(21)

Tahu diartikan sebagai mengingatkan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingatkan kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar mengenai objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar, orang yang telah paham terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d) Analisis (analysis)

Kemampuan untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya untuk menjabarkan suatu materi dalam struktur organisasi.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalm suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.


(22)

2.1.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Tingkat pengetahuan setiap orang bervariasi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain :

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat di pungkirin bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pila pengetahuan dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingajat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru di perkenalkan (Hasan, 2009).

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Notoatmodjo, 1997).

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang, akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada 4 kategori yaitu pertama perubahan ukuran, kedua perubahan proposi, ketiga hilangnya cirri-ciri lama, keempat timbulnya cirri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek piskologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa (Hasan, 2009).

4. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam (Anita, 2010).


(23)

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang bail seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya (Hasan, 2009).

6. Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaaan di mana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sanagat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang (Notoatmodjo, 2005).

7. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepatkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. (Notoadmodjo, 2005).

2.1.2.4. Cara memperoleh Pengetahuan

Pengetahuan memungkinkan seseorang memechakan masalah yang dihadapinya. Menurut Notoadmodjo (2005), cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dapat dilakukan dengan cara tradisional dan cara moden. Cara tradisional dapat diperoleh mulai cara coba salah (trial and error) dimana cara ini telah banyak dipakai orang sebelum adanya kebudayaan bahkan mungkin sebelumnya adanya peradaban, cara kekuasaan atau otoritas yaitu cara memperoleh pengetahuan melalui jalan pikiran dimana cara ini sejalan dengan pengembangan kebudayaan manusia.


(24)

Sedangkan cara moden yanitu cara baru dalam memperoleh pengetahuan ini lebih sistematik, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian atau lebih popular disebut metodologi penelitian (Notoadmodjo, 2005).

2.1.2.5.Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoadmodjo, 2003).

2.1.2.6.Variable-variable Yang Mempengaruhi Pengetahuan

 Umur

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun.

 Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Bekerja bagi orang tua akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Notoadmodjo, 2005)

 Sumber informasi

Sumber informasi adalah semua bentuk infomasi yang dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Sumber informasi kesehatan biasanya berasal dari petugas kesehatan, media ceta, media elektronik, keluarga maupun masyarakat sekitar. Sumber informasi kesehatan yang tepat mempunyai peranan besar dalam meningkatkan pengetahuan individu atau seseorang untuk menerapkan informasi yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2005).

2.1.3.1. Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.(Azwar, 2003).

Menurut Campbell (1950) dalam Notoatmodjo(2005), sikap merupakan kumpulan dari gejala dalam merespons suatu stimulus sehingga melibatkan perasaan, pikiran dan gejala kejiwaan lainnya.


(25)

Menurut Newcob dalam Notoatmodjo (2003), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. (Notoatmodjo, 2003).

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a) Kepercayaan(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap terdiri daro berbagai tingakatan, seperti yang dimiliki oleh pengetahuan, yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh suatu subjek.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga. 4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segera resiko adalah sikap yang paling tinggi.

2.1.4.1. Tindakan Atau Praktik

Berdasarkan kualitasnya, Notoatmodjo (2003) membagi tingkatan tindakan atau praktik dibedakan menjadi 4, yaitu :


(26)

Persepsi merupakan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah praktek tingkat pertama.

b) Respon terpimpin (guided responce)

Respon terpimpin merupakan sesuatu yang sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh, merupakan indicator praktek tingkat dua. c) Mekanisme (mechanism)

Seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan praktek tingkat ketiga.

d) Adaptasi (adaptation)

Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan sudah dimodfikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007).

2.2. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,laktosa dan garam anorganik yang disekresi oleh kalenjar mamae ibu yang sangat penting sebagai makanan optimum bagi bayinya ( Arifin, 2004). Menurut WHO Global Bank Data (1996), pemberian ASI dapat dibagikan kepada beberapa kategori yang didefinisikan sebagai berikutnya iaitu :

a) ASI eksklusif berarti si bayi hanya menerima air susu ibu dari ibunya atau air susu yang telah diekspresi dan tidak menerima sama sekali makanan atau cairan yang lain kecuali syrup yang mengandungi vitamin, mineral atau obat selama enam bulan pertama kehidupan.

b) ASI predominan berarti sumber nutrisi utama bayi adalah air susu ibu. Malah bayi juga menerima air dan minuman lain (yang berperisa seperti cairan glukosa, minuman jus buah, obat-obatan syrup. Namun, makanan


(27)

yang berbentuk cairan selain minuman jus buah dan air glukosa, tidak tergolong dibawah definisi ini.

c) ASI Penuh berarti bayi menerima ASI eksklusif serta ASI predominant bersamaan.

d) ASI Komplementari membawa maksud bayi menerima air susu ibu serta makanan yang solid atau semi solid.

2.3. Keunggulan ASI dan Menyusui

ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan alamiah secara semulajadi untuk bayi, serta ASI juga praktis, ekonomis, dan mudah dicerna. ASI memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu formulir dan bagi bayi, dikarenakan ususnya belum cukup sempurna maka laktosa dalam air susu ibu akan dipermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen. Selain itu ASI juga merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin serta memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat. Tambahan pula, ASI memudahkan penyerahan berbagai jenis mineral, seperti calsium,magnesium dan ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, dan merupakan pemancu system imun bayi dimana ASI bertindak sebagai anti infeksi terutama terhadap infeksi stapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi (Siregar, 2004).

Proses pemberian ASI dapat mengeratkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Selain memberikan kebaikan bagi bayi, ASI juga dapat mempengaruhi sifat emosi ibu yaitu dengan menimbulkan suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya serta terjalinnya hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit antara ibu dan anak dimana ini penting dalam perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak


(28)

(Anonim, 2005). Tambahan pula, dengan menyusui ,rahim ibu akan berkontraksi dengan lebih cepat dan dapat menyebabkan pengembalian keukuran rahim sebelum hamil. Ibu-ibu yang menyusui juga mendapat manfaat dari segi mempercepat berhentinya pendarahan post partum dan juga kesuburan ibu menjadi berkurang untuk bebeberapa bulan dengan tujuan boleh menjarangkan suatu kehamilan dengan yang berikutnya. ASI juga dapat mengurangi kemungkinan kanker payudara serta kanker rahim di masa depan kelak bagi ibu-ibu (Siregar, 2004).

2.4. Produksi ASI

Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pituitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran air susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex, dimana hisapan puting dapat merangsang kelenjar pituitary posterior untuk menghasilkan hormon oksitoksin, yang dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar. Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung air susu sangat jarang terjadi (Barnes, 1997). Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam puting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil.Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus lactiterous (Arora, 2000). Pusat dari areda (bagan yang berpigmen) adalah putingnya,yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi. Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu kolostrum, air susu masa peralihan dan air susu matur.


(29)

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi (Barnes,1997). Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah. Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Matur. Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature (Pisacane, 2005). Protein ASI Matur yang utama adalah globulin dan pada kolostrum protein yang utama adalah casein, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama. Kolustrum mempunyai kadar karbohidrat dan lemaknya yang lebih rendah dibandingkan dengan ASI Mature.Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum. Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan Kolostrum mengandung vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Didapati bila kolustrum dipanaskan ia menggumpal, manakala ASI Mature tidak dan pH kolustrum lebih alkalis dibandingkan ASI Mature (Kusumawati, 2010). Disamping itu, kolustrum mengandung lemak yang tinggi yaitu cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature. Kolostrum mengandung trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna, dan ini menambahkan kepada kadar antibodi pada bayi. Volume kolostrum berkisar 150-300 ml/24 jam (Siregar, 2004).

Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi),merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3– ke 5 (Li Y, 1999). Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi beserta volumenya juga semakin meningkat (Siregar, 2004).


(30)

Menurut Siregar (2004), Air Susu Mature, yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa dari minggu ke 3 sampai ke 5 komposisi ASI baru konstan.ASI Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi dan merupakan satu-satunya makanan yang harus diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi. ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untuk bayi (Kusumawati, 2010). Dari penelitian Kusumawati (2010), dunyatakan air susu matur merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat,riboflaum dan karotin. Air susu matur tidak menggumpal bila dipanaskan dan volume yang disekresi adalah sekitar 300 – 850 ml/24 jam dan terdapat anti microbaterial factor, yaitu:

• Antibodi terhadap bakteri dan virus.

• Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T) • Enzim (lysozime, lactoperoxidese)

• Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein) • Faktor resisten terhadap staphylococcus. • Complement ( C3 dan C4)

2.4.1. Volume Produksi ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menysusui bayinya selama 4 – 6 bulan pertama (Kusumawati, 2010). Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi lkebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat


(31)

dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit .Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari ( Rossita, 2000). Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama. Konsumsi ASI selama satu kali menysui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI (Rossita, 2000).

Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalamtahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya (Dias, 2007). Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali ditemukan “marasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI (Siregar, 2004).

2.5. Komposisi ASI

Kandungan kolostrum berbeda dengan air susu yang mature karena kolostrum mengandungi lebih banyak imunoglobin A (IgA), laktoterin dan sel-sel darah putih, dan kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi. Kandungan lemak dan laktosa adalah lebih sedikit manakala kandungan vitamin


(32)

dan mineral-mineral sepeerti natrium (Na) dan seng (Zn) yang lebih banyak (Roelis, 2008). Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bay (Rossita, 2000). Walaupun kandungan total protein ASI lebih sedikit berbanding susu sapi, namun bagian protein ‘whey’-nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserap oleh usus bayi. Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase) (Barnes, 1997). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase laktasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui (Santo, 2007). Air susu berikutnya disebut ‘hind milk’, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini. Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan erdapat lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi (Siregar, 2004).

Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain. ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi. Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi


(33)

pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari (Nagib, 1998). Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak (Siregar, 2004).

Tabel 2.1 Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi untuk setiap 100 ml

Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi

Energi (K Cal) Protein (g) - Kasein/whey - Kasein (mg)

- Laktamil bumil (mg) - Laktoferin (mg) - Ig A (mg) Laktosa (g) Lemak (g) 58 2,3 140 218 330 364 5,3 2,9 70 0,9 1 : 1,5 187 161 167 142 7,3 4,2 65 3,4 1 : 1,2 - - - - 4,8 3,9 Vitamin - Vit A (mg) - Vit B1 (mg) - Vit B2 (mg)

- Asam Nikotinmik (mg)

- Vit B6 (mg) - Asam pantotenik - Biotin

- Asam folat - Vit B12 - Vit C - Vit D (mg) - Vit Z - Vit K (mg)

151 1,9 30 75 - 183 0,06 0,05 0,05 5,9 - 1,5 - 75 14 40 160 12-15 246 0,6 0,1 0,1 5 0,04 0,25 1,5 41 43 145 82 64 340 2,8 ,13 0,6 1,1 0,02 0,07 6 Mineral - Kalsium (mg) - Klorin (mg) - Tembaga (mg)

- Zat besi (ferrum) (mg)

- Magnesium (mg) - Fosfor (mg) - Potassium (mg) - Sodium (mg) - Sulfur (mg)

39 85 40 70 4 14 74 48 22 35 40 40 100 4 15 57 15 14 130 108 14 70 12 120 145 58 30


(34)

2.6. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :

2.6.1. Pada masa Kehamilan (antenatal)

Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol. Turut dilakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara serta keadaan puting susu untuk menilai apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil. Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup. Memperhatikan gizi atau makanan juga ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya ( Kong, 1999).

2.6.2. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)

Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara ibu. Tambahan pula, kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan (Rossita, 2000).

2.6.3. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)

Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga


(35)

ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat (Roelis, 2002). Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam. Menghubungi kelompk pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASDI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas (Nordiati, 1997).

2.7. Makanan Bayi Berusia 0-6 bulan

Ibu-ibu seharusnya bersyukur bila payudaranya, ternyata dapat memproduksi air susu yang berlimpah, karena anugerah tuhan ini tidak dimiliki oleh semua ibu. Meskipun demikian, diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalm jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya, secara penuh tanpa makanan tambahan selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama 3 bulan pertama (Winarho, 1990).

Dalam usia 0-6 bulan bayi sepenuhnya mendapat makanan berupa ASI dan tidak perlu di beri makanan lain, kecuali jka ada tanda-tanda produksi ASI tidak mencukupi.Keadaan gizi anak pada waktu lahir sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi semasa hamil (Suharyono, 1989). Ibu yang semasa hamilnya menderita gangguan gizi selain akan melahirkan anak yang gizinya tidak baik, juga kemungkinan dapat melahirkan anak dengan berbagai kelainan dalam pertumbuhannya, atau mungkin anak akan lahir mati (Scott, 2005). Hanya makanan yang memenuhi syarat gizi bagi anak dan bagi ibunya yang dapat membantu syarat gizi bagi wanita hamil dan pengaturan makanan anak yang sesuai merupakan masalah pokok yang perlu dihayati oleh para ibu.

Menyusui adalah cara makan bayi yang tradisional dan ideal, yang biasanya sanggup memenuhi kebutuhan gizi seseorang bayi untuk masa hidup empat sampai enam bulan pertama. Bahkan setelah diperkenankan bahan makanan tambahan yang utama, ASI masih tetap merupakan sumber utama yang bisa mencukupi gizi. Dalam tahap usia sejak lahir sampai 6 bulan, ASI merupakan


(36)

makanan yang paling utama. Pemberian ASI masa ini memberikan beberpa keuntungan (Scott, 2005). Betapa pun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai makanan bayi, manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan oleh jumlah ASI yang dapat diberikan oleh ibu jika kebaikan dan mutu ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya bayi akan menderita gangguan gizi (Iin Dwi, 2008). ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur 6 bulan. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2 tahun dan baru pada usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping ASI, paling lambat usia 6 bulan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi pada 4 bulan pertama. Adapun makanan bayi umur 0-6 bulan adalah seperti susui bayi segera 30 menit setelah lahir.Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada period ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menysusui akan terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan anak. Juga dianjurkan supaya memberikan kolostrum kepada bayi (Scott, 2005). Selain itu, juga haruslah berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiap kali sampai payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap sampai kosong merangsang produksi ASI yang cukup.Berikan ASI setiap kali meminta/menangis tanpa jadwal dan ASI diberi 0-10 kali setiap hari, termasuk pada malam hari (Soenarto, 1999).

2.8. Faktor-faktor yang memperoleh Produksi ASI

Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah: 2..1. Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.Unsur


(37)

gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tambahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup.Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI (Siregar, 2004).

• Ketentraman Jiwa dan Pikiran

Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:

• Reflek Prolaktin

Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neurohormonal pada puting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus ke lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar -kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI (Siregar, 2004).

Let-down Reflex (Milk Ejection Reflex)

Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut ‘rooting reflex’ (refleks


(38)

menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis.Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex (Rossita, 2000).

• Pengaruh persalinan dan klinik bersalin

Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi (Arora, 2000). Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan (Kusumawati, 2010).

• Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron. Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD (Intra-Urethral Device)atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI (Siregar, 2004).

Perilaku pemberian ASI eksklusif sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tersebut di atas tapi karena adanya keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan peneliti, maka hanya faktor pengetahuan dan sikap ibu terhadap tindakan menyusui secara eksklusif saja yang diteliti.


(39)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. KERANGKA KONSEP

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian 3.2. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

a) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu yang mempunyai bayi umur 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan yang terkait dengan pengertian ASI eksklusif, cara pemberian, umur bayi yang akan diberikan ASI eksklusif, serta manfaat diberikannya ASI eksklusif. b) Sikap adalah segala sesuatu yang dianut oleh ibu yang mempunyai bayi

umur 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan yang menjadi pengarah tingkah laku dalam mencapai tujuan yang diinginkan dalam pemberian ASI eksklusif.

c) Tindakah pemberian ASI eksklusif adalah tindakan atau perbuatan ibu yang mempunyai bayi umur 6-12 bulan dalam pemberian ASI eksklusif.

VARIABEL DEPENDEN VARIABEL INDEPENDEN

Pengetahuan Ibu

Sikap Ibu

Tindakan Pemberian ASI Eksklusif


(40)

3.2.1. Variabel Independen

Variabel pengetahuan dan sikap diukur dengan menggunakan dengan skala pengukuran berdasarkan Pratomo (1990) sebagai berikut :

1. Pengetahuan responden tentang ASI eksklusif menggunakan skala ordinal dikategorikan atas :

1. Baik apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai tertinggi 2. Kurang apabila nilai yang diperoleh <50% dari nilai tertinggi

2. Sikap responden terhadap ASI eksklusif menggunakan skala ordinal dikategorikan atas :

1. Baik apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai tertinggi 2. Kurang apabila nilai yang diperoleh <50% dari nilai tertinggi

3.2.2. Variable dependen

Tindakan pemberian ASI eksklusif diukur dari kualitas pemberian ASI eksklusif menggunakan skala ordinal, dikategorikan atas :

1. Baik apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai tertinggi 2. Kurang apabila nilai yang diperoleh <50% dari nilai tertinggi


(41)

Table 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian.

No Variable Independen

Jumlah Indikator

Alat Ukur

Skala Ukur

Kategori

1 Pengetahuan 5 Kuesioner Ordinal a) Tinggu b) Rendah

2 Sikap 5 Kuesioner Ordinal a) Baik

b) Kurang

No Variable Dependen

Jumlah Indikator

Alat Ukur

Skala Ukur

Kategori

1 Tindakan Pemberian Asi

Eksklusif

5 Kuesioner Ordinal a) Baik

b) Kurang

3.3 Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variable atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Notoatmodjo, 2002). Dalam penelitian ini dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di Puskesmas Kecamatan Padang Bulan.


(42)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian cross-sectional melalui survei dengan menggunakan pendekatan explainatory research yaitu yang menjelaskan pengaruh antara faktor-faktor atau variable-variabel melalui pengujian hipotesa.

4.2. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas kecamatan Padang Bulan, Medan dengan pertimbangan di kecamatan tersebut cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan yang masih rendah.

Penelitan dimulai dengan penulusuran kepustakaan, survey awal, konsultasi judul, penyusunana proposal, pengolahan data dan penyusunan hasil penelitian serta seminar hasil penelitian selama dua semester yaitu dari bulan Februari sampai dengan November 2011.

4.3. Populasi Dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak usia 6-12 bulan, sedangkan yang menjadi populasi terjangkau adalah semua ibu yang mempunyai anak usia 6-12 bulan di Puskesmas Kecamatan Padang Bulan.

4.3.2. Sampel

Yang menjadi sampel dalam peneliian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 6-12 bulan di Puskesmas Kecamatan Padang Bulan, Kota Medan dan memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.


(43)

4.3.2.1 Kriteria Inklusi

1. Bertempat tinggal di Kelurahan Padang Bulan, Kota Medan

2. Bersedia menjadi sampel penelitan dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

3. Ibu yang mempunyai anak usia 0-12 bulan 4.3.2.2 Kriteria Eksklusi

1. Bayi yang mempunyai kontraindikasi untuk menerima ASI. 2. Ibu yang mempunyai kontraindikasi untuk menyusui bayinya.

3. Responden yang tidak melengkapkan formulir kuesioner selengkapnya.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dimana semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuh (Ardinata, 2010). Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1)=1 maka besar sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Yang bisa diringkaskan kepada:

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

α = derajat kepercayaan


(44)

q = 1-p (proposi ibu yang tidak memberi ASI secara eksklusif) d = limit dari error atau presisi absolute

Jika ditetapkan = 0,05 atau = 1,96 atau = atau dibulatkan menjadi 4. Jika tidak diketemukan nilai p dari penerlitian atau literature lain, maka dapat dilakukan maximal estimation dengan p=0,5. Jika ingin teliti maka nilai d diobah sekitar 2,5% (0.025) atau lebih kecil lagi.

Makanya, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebesar :

Makanya, besar sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

4.4.1.1. Data primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara kepada responden, berpedoman pada kuesioner penelitian tentang karakteristik responden, tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif, sikap ibu mengenai ASI eksklusif dan tindakan pemberian ASI eksklusif.

4.4.1.2. Data sekunder

Diperoleh dari Kantor Camat Padang Bulan, dan Puskesmas Padang Bulan, tentang data geografis wilayah, demografi, sarana kesehatan, serta data-data pendukung lainnya.

4.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas 4.4.2.1. Uji Validitas


(45)

Validitas menunjukkan sejauh mana skor/ nilai/ ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran/ pengamatan yang ingin diukur. Validitas pada umumnya dipermasalahkan berkaitan dengan hasil pengukuran psikologis atau non fisik. Berkaitan dengan karakteristik psikologis, hasil pengukuran yang diperoleh sebenarnya diharapkan dapat menggambarkan atau memberikan skor/ nilai suatu karakteristik lain yang menjadi perhatian utama. Macam validitas umumnya digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi (content validity), validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity) dan validitas konstruk. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut validitas untuk menguji apakah pertanyaanpertanyaan itu telah mengukur aspek yang sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas konstruk. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel/ item dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment, sebagai berikut :

dimana r : koefisien korelasi product moment X : skor tiap pertanyaan/ item

Y : skor total

N : jumlah responden

Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai kritik. Selanjutnya, jika nilai koefisien korelasi product moment dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai tabel kritik, maka pertanyaan tersebut signifikan.

4.4.2.2.Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan .Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari


(46)

waktu ke waktu. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu dengan teknik belah dua. Teknik ini diperoleh dengan membagi item-item yang sudah valid secara acak menjadi dua bagian. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan, sehingga diperoleh skor total untuk masingmasing item belahan. Selanjutnya skor total belahan pertama dan belahan kedua dicari korelasinya dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika alat ukur tersebut tidak dibelah. Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh menggunakan rumus :

dimana ,

: reliabilitas internal seluruh instrumen

: korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reabilitas dengan mengunakan program SPSS. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Hasil dari uji validitas dan reabilitas dapat dilihat pada table 4.1.


(47)

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner Penelitian

Variabel Nomor Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Valid

Alpha Status Reabilitas

Pengetahuan 1 0.698 Valid 0.869 Reable

2 0.504 Valid Reable

3 0.733 Valid Reable

4 0.631 Valid Reable

5 0.647 Valid Reable

6 0.698 Valid Reable

7 0.504 Valid Reable

8 0.733 Valid Reable

9 0.631 Valid Reable

10 0.647 Valid Reable

Sikap 1 0.477 Valid 0.605 Reable

2 0.448 Valid Reable

3 0.474 Valid Reable

4 0.555 Valid Reable

5 0.467 Valid Reable

Tindakan 1 0.728 Valid 0.705 Reable

2 0.576 Valid Reable

3 0.677 Valid Reable

4 0.576 Valid Reable


(48)

4.5. Pengolahan Dan Analisa Data

Data yang telah dikumpul, diedit dan dikoding secara manual. Teknik analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistic regresi berganda pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05), untuk menjelaskan hubungan tingakat pengetahuan dan sikap ibu mengenai ASI eksklusif terhadap tindakan pemberian ASI eksklusif (Santoso, 2000).

4.5.1. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian diolah yang meliputi:

1) Editing dilakukan untuk meneliti kembali setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi. Editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban.

2) Coding, setiap data diteliti, selanjutnya adalah memberikan kode pada jawaban ditepi kanan lembar pertanyaan. Pengisian berdasarkan jawaban responden.

3) Scoring, setelah dilakukan pengkodean kemudian pemberian nilai sesuai dengan skor yang ditentukan. Bila jawaban benar diberi skor 2, salah diberi skor 1 dan tidak tahu diberi skor 0.

4) Tabulasi data adalah kelanjutan dari pengkodean pada proses pengolahan data. Hal ini dilakukan agar lebih mudah penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi.

5) Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan deskriptif. Setelah data diolah dianalisis dengan komputer dengan analisis Chi Square Test untuk membuktikan hipotesis ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, selanjutnya untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan yang ada dilanjutkan dengan uji Continency Coefficient.


(49)

Langkah-langkah analisis data (Santoso, 2000) sebagai berikut:

1) Pengisian data untuk masing-masing variabel yaitu pengetahuan mengenai ASI eksklusif, sikap dalam pemberian ASI eksklusif serta, tindakan pemberian ASI eksklusif.

2) Setelah data selesai, pilih menu Analyze pilih submenu Descriptive Statistics, lalu pilih Cross Tabs.

3) Dari Cross Tabs pilih uji Chi Square Test dan Contingency Coefficient.Untuk dasar pengambilan keputusan dibedakan atas dua macam yaitu:

perbandingan Chi Square Tests, jika Chi Square hitung < Chi Square tabel maka HO diterima (tidak ada hubungan), sebaliknya jika Chi Square hitung > Chi Square tabel maka HO ditolak (ada hubungan).

 Berdasarkan probabilitas, jika probabilitas > 0,005 maka HO diterima (tidak ada hubungan), sebaliknya jika probabilitas < 0,005 maka HO diterima (ada hubungan) (Santoso, 2000).

Untuk mengukur keeratan hubungan yang sudah ada dengan Contingency Coefficient, kriteria keeratan dikategorikan menjadi 4 (Sugiyono, 2004) yaitu: 1) 0,00-0,19 : hubungan sangat lemah.

2) 0,20-0,39 : hubungan lemah 3) 0,40-0,59 : hubungan cukup kuat 4) 0,60-0,79 : hubungan kuat 5) 0,80-1,00 : hubungan sangat kuat


(50)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

5.1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Padang Bulan termasuk di dalam Kecamatan Medan Baru dengan luas wilayah 168 Ha. Luas wilayah kelurahan ini banyak digunakan untuk pemukiman dan sarana umum (kantor, kampus, sekolah, tempat ibadah, kuburan dan sebagainya). Kelurahan ini dibatasi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut :

a) Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Merdeka. b) Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi Rante. c) Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Selayang. d) Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia

5.1.2. Gambaran Umum Responden

5.1.2.1.Karakteristik Umur Responden

Pada gambar 5.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berada dalam kelompok umur 20 hingga 30 tahun yang mencakupi 63%. Responden dalam kelompok umur ini dianggap memiliki kemampuan laktasi yang baik jika dibandingkan dengan responden pada kelompok umur yang melebihi 30 tahun (33%) dan kurang 19 tahun (4 %). Dengan demikian diharapkan jumlah ibu yang memberi ASI eksklusif akan lebih banyak.


(51)

5.1.2.2. Karakteristik Pendidikan Responden

Tabel 5.1. Frekuensi Responden Mengikut Tingkat Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan 2011

TINGKAT PENDIDIKAN

BILANGAN RESPONDEN

PERSENTASE (%)

SD 30 30

SMP 10 10

SMA 45 45

Perguruaan Tinggi 15 15


(52)

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahawa responden pada umumnya sudah memiliki tingkat pendidikan sederhana yaitu paling banyak pada tingkat SMA sebanyak 45% . Dengan demikian diharapkan responden memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang laktasi.

5.1.2.3. Karakteristik Status Pekerjaan Responden

Dari gambar 5.2 dapat dilihat bahawa dari 100 responden, sebahagian besar adalah ibu yang tidak bekerja yang mencakupi 55% dari jumlah keseluruhan responden. Ini bermakna tentu sahaja mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang bekerja.


(53)

5.1.3. Perilaku Responden

5.1.3.1. Pengetahuan Responden

Tabel 5.2. Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan, 2011

Tingkat Pengetahuan Bilangan Responden (%)

Tinggi 60

rendah 40

Total 100

Dari tabel 5.2 didapati lebih dari sebahagian besar responden yaitu 60% daripada 100 orang responden memiliki pengetahuan yang tinggi tentang ASI eksklusif.

Pada table 5.3. dapat dilihat bahwa sebanyak 95 orang (95%) telah menjawab pertanyaan pengetahuan dengan benar mengenai ASI eksklusif pertama kali sebaiknya diberikan secepat pada hari pertama dilahirkan dan sebanyak 85 (85%) orang ketahui asupan gizi ibu yang cukup dapat meningkatkan kualitas ASI yang diberikan kepada bayi 0-6 bulan serta lebih sering menyusui, maka lebih banyak ASI yang dihasilkan. Namun hanya 65 orang (65%) yang ketahui pergertian ASI eksklusif yang benar yaitu pemberian hanya Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi tanpa tambahan apapun serta pemberian ASI eksklusif berguna untuk menjarangkan kehamilan.


(54)

Tabel 5.3. Frekuensi Pengetahuan Responden Bagi Tiap Pertanyaan Pengetahuan Tentang ASI eksklusif

No. Pertanyaan Pengetahuan Bilangan Responden (%)

Tidak Tahu

Ya Tidak

1 ASI eksklusif berarti pemberian hanya Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi tanpa tambahan makan/minuman apapun.

25 65 10

2 Pemberian ASI eksklusif minimal selama 6 bulan.

15 80 5

3 ASI pertama kali sebaiknya diberikan secepat pada hari pertama setelah melahirkan.

5 95 0

4 ASI yang pertama kali keluar (Kolustrum) yang berwarna kekuning-kuningan

mengandung zat antibodi yang melindungi tubuh bayi dari infeksi.

20 75 5

5 Asupan gizi ibu yang cukup dapat

meningkatkan kualitas ASI yang diberikan kepada bayi 0-6 bulan.

5 85 10

6 Kandungan zat gizi dalam ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi umur 0-6 bulan

5 45 50

7 Dalam ASI terdapat zat antibody yang dapat melindungi bayi dari segi kesehatan dan dari penyakit pernapasan.

15 75 10

8 Pemberian makanan / minuman tambahan pada bayi usia kurang 6 bulan dapat menyebabkan gangguan pencernaan

15 80 5

9 Lebih sering menyusui, maka lebih banyak ASI yang diproduksi.

5 85 10

10 Pemberian ASI eksklusif berguna untuk menjarangkan kehamilan.


(55)

5.1.3.2. Sikap Responden

Tabel 5.4. Frekuensi Sikap Responden Tentang ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan, 2011

Sikap Bilangan Responden (%)

Baik 77

kurang 23

Total 100

Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki sikap baik dalam pemahaman tentang ASI eksklusif yaitu sebesar 77%. Sedangkan responden dengan sikap kurang baik sebanyak 23%.

Tabel 5.5. Frekuensi Sikap Responden Bagi Tiap Pertanyaan Sikap Tentang ASI eksklusif

No. Pertanyaan Sikap Bilangan responden (%)

Tidak Tahu

Ya Tidak

1 Pemberian ASI eksklusif bermanfaat untuk meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi.

13 85 5

2 Sejak masih kehamilan ibu bertekad akan memberikan ASI sahaja tanpa makanan / minuman tambahan yang lain pada bayi selama 6 bulan pertama.

9 72 19

3 Pemberian ASI eksklusif kepada bayi dengan cara / metode yang benar tidak merusak bentuk payudara ibu.

13 67 20

4 Pemberian ASI eksklusif dapa meringankan beban ekonomi / pengeluaran keluarga

9 87 4

5 ASI eksklusif makanan yang terbaik untuk bayi umur 0-6 bulan yang diciptakan oleh Tuhan.


(56)

Dari table 5.5 dijabarkan pertanyaan sikap nomor 1, 2, 3, 4 dan 5. Didapati 87 orang (87%) mengaku pemberian ASI eksklusif dapa meringankan beban ekonomi / pengeluaran keluarga dan 85 orang (85%) menyatakan ya bahwa pemberian ASI eksklusif bermanfaat untuk meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi. Dari penelitian juga, kebanyakan ibu yaitu hampir 92% menyetujui bahwa ASI eksklusif makanan yang terbaik untuk bayi umur 0-6 bulan yang diciptakan oleh Tuhan. Namun, kebanyakan ibu hampir 33% masih ragu-ragu bahwa pemberian ASI eksklusif kepada bayi dengan cara atau metode yang benar tidak merusak bentuk payudara ibu.

5.1.3.3. Tindakan Pemberian ASI Eksklusif

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa bilangan responden yang memberi ASI eksklusif adalah sama banyak dengan responden yang tidak memberi ASI eksklusif.

Tabel 5.6. Frekuensi Tingkat Pemberian ASI eksklusif oleh Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan, 2011

Tindakan Pemberian Asi Eksklusif Bilangan Responden (%)

Baik 50

kurang 50

Total 100

Dari 5 pertanyaan untuk mengukur tindakan responden dalam pemberian ASI eksklusif, didapat hanya 25 orang (25%) yang memberikan kolustrum kepada bayi. Manakala selebihnya tidak tahu dan tidak memberikan kolustrum. Juga didapati hanya 25 orang (25%) yang memberikan ASI setiap kali bayi membutuhkan. Dari penelitian juga ditemui kadar pemberian susu formula agak tinggi dengan alas an ASI tidak mencukup sehingga mencapai 48% dari keseluruhan responden. Begitu juga ditemukan hanya 37% dari 100 orang responden yang sanggup memberikan ASI sahaja selama 6 bulan pertama walaupun di malam hari.


(57)

Tabel 5.7. Frekuensi Tindakan Responden Bagi Tiap Pertanyaan Tindakan Pemberian ASI eksklusif

No. Pertanyaan Tindakan Bilangan Responden (%)

Tidak Tahu

Ya Tidak

1 Ibu memberikan cairan kental kekuningan

yang keluar selama 3 hari pertama(kolustrum) kepada bayi.

21 25 54

2 Ibu memberikan ASI setiap kali bayi

membutuhkan.

11 25 64

3 Ibu memberikan ASI saja tanpa makanan /

minuman tambahan sampai usia 6 bulan kepada bayi ibu.

21 18 61

4 Ibu memberikan susu formula jika ASI tidak

mencukupi.

24 48 28

5 Ibu tetap memberikan ASI sahaja selama 6

bulan pertama walaupun di malam hari.


(58)

5.1.4. Analisa Bivariat

Untuk melihat pengaruh umur ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, dan sikap ibu dengan tindakan pemberian ASI eksklusif dapat digunakan uji Chi Square dan didapati hasil seperti berikut:

5.1.4.1. Pengaruh Umur Responden Terhadap Pemberian ASI eksklusif

Tabel 5.8 Pengaruh Umur Responden Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan, 2011

Kelompok Umur

Tindakan Pemberian ASI Eksklusif

Total Respondan

P value

Baik Kurang Baik

<19 3(6%) 1(2%) 4% 0.387

20-30 33(66%) 30(60%) 63%

>30 14 (28%) 19(38%) 33%

Total 50 (100%) 50(100%) 100% 2 Degree Of Freedom

Hasil analisis data perhitungan uji statistik untuk mencari ada atau tidaknya pengaruh umur responden terhadap pemberian ASI eksklusif seperti terlihat dalam table 5.8.

Dari hasil tabulasi silang didapati bahwa persentase tindakan pemberian ASI eksklusif yang baik dijumpai sangat tinggi pada kelompok umur responden antara 20 hingga 30 tahun (66%). Pada masa yang sama, kelompok umur antara 20 hingga 30 tahun juga paling tinggi menunjukkan tindakan pemberian ASI eksklusif yang kurang baik berbanding kelompok umur lain. Ternyata dari analisis data uji statistik dengan Chi Square menunjukkan nilai p=0.387 yaitu lebih besar dari nilai alpha (0.05). Ini berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahawa tidak adanya pengaruh bermakna antara umur ibu terhadap tindakan pemberian ASI eksklusif. Namun menurut pendapat penulis, responden berumur antara 20 hingga 30 tahun adalah majoriti dalam penelitian ini sehingga dapat mempengaruhi (bias) persentase hasil yang diperoleh.


(1)

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Pkj * TiTotal 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

Pkj * TiTotal Crosstabulation TiTotal

Total Baik kurang

Pkj iburt Count 33 22 55

% within TiTotal 66.0% 44.0% 55.0%

wiraswt Count 6 9 15

% within TiTotal 12.0% 18.0% 15.0%

petani Count 0 5 5

% within TiTotal .0% 10.0% 5.0%

pegneg Count 11 4 15

% within TiTotal 22.0% 8.0% 15.0%

pegswt Count 0 10 10

% within TiTotal .0% 20.0% 10.0%

Total Count 50 50 100

% within TiTotal 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 21.067a 4 .000

Likelihood Ratio 27.010 4 .000

Linear-by-Linear Association 4.851 1 .028 N of Valid Cases 100


(2)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 21.067a 4 .000

Likelihood Ratio 27.010 4 .000

Linear-by-Linear Association 4.851 1 .028 N of Valid Cases 100

a. 2 cells (20.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.50.

CROSSTABS /TABLES=PengTotal BY TiTotal /FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT COLUMN /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes

Output Created 20-Nov-2011 22:05:02

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none> Weight <none> Split File <none>

N of Rows in Working Data File 100 Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.


(3)

Syntax CROSSTABS

/TABLES=PengTotal BY TiTotal /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT COLUMN /COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 0:00:00.047

Elapsed Time 0:00:00.028

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

[DataSet0]

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent PengTotal * TiTotal 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

PengTotal * TiTotal Crosstabulation TiTotal

Total Baik kurang

PengTotal Tinggi Count 42 18 60

% within TiTotal 84.0% 36.0% 60.0%

rendah Count 8 32 40

% within TiTotal 16.0% 64.0% 40.0%

Total Count 50 50 100


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 24.000a 1 .000

Continuity Correctionb 22.042 1 .000

Likelihood Ratio 25.294 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 23.760 1 .000 N of Valid Cases 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.00. b. Computed only for a 2x2 table

CROSSTABS /TABLES=SiTotal BY TiTotal /FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT COLUMN /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes

Output Created 20-Nov-2011 22:05:38

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none> Weight <none> Split File <none>

N of Rows in Working Data File 100 Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as


(5)

Syntax CROSSTABS

/TABLES=SiTotal BY TiTotal /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT COLUMN /COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 0:00:00.000

Elapsed Time 0:00:00.041

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

[DataSet0]

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent SiTotal * TiTotal 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

SiTotal * TiTotal Crosstabulation TiTotal

Total Baik kurang

SiTotal Baik Count 50 27 77

% within TiTotal 100.0% 54.0% 77.0%

kurang Count 0 23 23

% within TiTotal .0% 46.0% 23.0%

Total Count 50 50 100


(6)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 29.870a 1 .000

Continuity Correctionb 27.329 1 .000

Likelihood Ratio 38.861 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 29.571 1 .000 N of Valid Cases 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.50. b. Computed only for a 2x2 table