dikonsumsi, sehingga kekhawatiran timbul efek pengaruhan pajak bergadanda dapat dihindarkan.
B. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai
Undang-Undang yang mengatur pengenaan pajak pertambahan nilai PPN adalah Undang-Undang nomor 8 tahun 1983 tentang pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali di ubah terakhir dengan Undang-Undang Nomot 42 2009.
C. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai
a. Pajak tidak langsung
Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan menggeser beban pajak kepada pembeli, sesuai dengan mata rantai produksi dan distribusi hingga ke
konsumen akhir melalui pengenaan pajak secara bertingkat. Beban pajaknya melalu pengkreditan pajak.
b. Pajak Bertingkat
PPN dikenakan pada setiap jalur produksi maupun distribusi. c.
Pajak Konsumsi Pemikul beban pajak berakhir pada konsumen akhir. Konsumen akhir adalah
orangbadan yang menghabiskan nilai guna suatu barangjasa. d.
PPN bersifat netral Pengenaan PPN didasarkan pada “destination principle” dan hanya dikenakan atas nilai tambahnya saja. PPN dipungut di tempat barang atau
jasa tersebut dikonsumsi. e.
Pajak Objektif
PPN hanya dikenakan bila terdapat faktor objektif, yaitu: keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak. PPN akan mendahulukan
Objek, baru kemudian mencari Subjeknya. f.
Tidak Menimbulkan Pajak Berganda PPN yang dibayar oleh konsumen akhir adalah total nilai tambah yang
dikenakan oleh pabrikan dan distributor. g.
Sistem Faktur Setiap penyerahan Barang Kena Pajak danatau Jasa Kena Pajak yang
dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak harus dibuatkan Faktur Pajak.
D. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai
1. Subjek Pajak
Dalam buku “Perpajakan Indonesia”Waluyo,2006:57-68 secara garis besar subjek pajak adalah pihak-pihak orang atau badan yang menerima penghasilan dari
satu atau lebih pemberi kerja. Yang menjadi subjek pajak pertambahan nilai adalah orang pribadi atau badan
dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaan menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean.
2. Objek Pajak
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas 1.
Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak.
a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak.
b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang kena Pajak
Tidak berwujud c.
Penyerahan dilakukan didalam Daerah Pabean d.
Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya 2.
Impor Barang Kena Pajak a.
Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jendral Bea dan Cuka b.
Tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenakam pajak
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak. Dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak
b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean
c. Penyerahan dilakikan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah Pabean didalam
Daerah Pabean Untuk dapat memberikan perlakuan yang sama dengan impor Barang Kena Pajak
5. Pemanfaatan Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam daerah pabean
jasa yang berasal dari luar daerah pabean yang dimanfaatkan oleh siapapun di dalam daerah pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha melakukan ekspor barang kena pajak berwujudberang kena pajak tidak berwujud hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak.
8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
Termasuk dalam pengertian ekspor jasa kena pajak adalah penyerahan jasa kena pajak dari dalam daerah pabean keluar daerah pabean oleh pengusaha kena pajak
yang menghasilkan dan melakukan ekspor barang kena pajak berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesanan diluar
daerah pabean. 9.
Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan
pihak lain. 10.
Penyerahan barang kena pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk di perjual belikan oleh pengusaha kena pajak.
E. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-undangan kecuali pengusaha kecil yang batasnya ditetapkan
oleh Mentri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas barang mewah yang terutang.
Pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajakatau penyerahan jas kena pajak di dalam daerah pabean danatau melakukan ekspor barang kena pajak
berwujud, ekspor jasa kena pajak, danatau ekspot barang kena pajak tidak berwujud di wajibkan:
a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
b. Memungut pajak yang terutang
c. Menyetorkan pajak pertambahan nilai yang masih harus dibayar dalam hal
pajak keluaran lebih besar dari pajak pemasukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan pajak penjualan atas barang mewah yang terutang.
d. Melaporkan perhitungan pajak.
Kewajiban diatas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang batasnya di tetapkan oleh mentri keuangan.
Pengusaha kecil diperkenankan untuk memilih dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak. Apabila pengusaha kecil memilih menjadi pengusaha kena
pajak, Undang-Undang ini belaku sepenuhnya bagi pengusaha kecil tersebut.
F. Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai