Prosedur Pengolahan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1111 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

PROSEDUR PENGOLAHAN SPT MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) 1111 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

MEDAN BARAT O

L E H

NAMA : MANDA FIRANTI NIM : 082600021

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik serta hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Program D-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Disadari bahwa tulisan ini tidak luput daripada kekurangannya walaupun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memperkecil kesalahan, tetapi penulis juga menyadari laporan tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan baik dengan isinya maupun cara penulisannya. Oleh sebab itu penulis berharap adanya kritik yang membangun dari para pembaca demi perbaikan di masa mendatang.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda dan Ibunda serta keluarga besar Cinnamon, yang telah memberikan dorongan selama penulis mengikuti perkuliahan hingga selesainya laporan tugas akhir ini.

Selanjutnya penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. H. Husni Thamrin Nasution , M.Si, selaku mantan ketua jurusan PRODIP-III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang selama ini telah banyak berjasa bagi mahasiswa jurusan Administrasi Perpajakan.


(3)

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan PRODIP-III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

4. Bapak Patar N.P. Hutabarat, selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan masukan dan arahan bagi penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Adminstrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

7. Kepada nenek dan kakek yang telah mendoakan cucunya selalu, hingga laporan tugas akhir ini dapat selesai.

8. Buat kekasihku Harun penulis mengucapkan terimakasih atas dukungan, do’a dan bantuannya yang selama ini banyak membantu penulis untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

9. Buat Endah (Si Kuntut), Cybro, Tya, dan teman-teman pasukan menggila, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuannya selama ini banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini. 10.Kepada semua teman-teman anak Perpajakan Stambuk 2008 yang telah

memberikan keceriaan dan kenangan selama kuliah.

11.Dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini.


(4)

Akhir kata penulis memohon kepada Allah SWT, kiranya berkenan memberikan balasan yang berlipat ganda.

Medan, Juli 2011 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4

C. Uraian Teoritis ... 5

D. Ruang Lingkup PKLM ... 5

E. Metode PKLM. ... 7

F. Metode Pengumpulan Data ... 8

G. Sistematika Penulisan Laporan ... 9

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. Sejarah Umum KPP Medan Barat ... 11

B. Struktur Organisasi KPPPratama Medan Barat ... 13

C. Deskripsi dan Prosedur Kerja KPP Pratama Medan Barat ... 15

D. Bidang-Bidang dan Tugas-Tugas Kerja KPP Medan Barat ... 16

D.1. Sub Bagian Umum (Subbag Umum) ... 16

D.2.Seksi Pelayanan ... 16

D.3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (Seksi PDI) ... 16

D.4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) ... 17

D.5. Seksi Ekstensifikasi ... 17

D.6. Seksi Pemeriksaan ... 18

D.7. Seksi Penagihan ... 18

D.8. Kelompok Jabatan Fungsional ... 18

BAB III GAMBARAN PELAKSANAAN 3.1 Pengertian Pajak ... 20

3.2 Sejarah Singkat PPN ... 21

3.3 Subjek PPN dan Objek PPN ... 22

3.3.1 Subjek PPN ... 22

3.3.2 Objek PPN ... 22

3.4 Dasar Hukum Pengelolaan SPT Masa PPN 1111 ... 25

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA 4.1 Prosedur Penerimaan dan Pengolahan SPT Masa PPN 1111 di KPP Medan Barat... 25

4.2 Kendala Prosedur Pengolahan data SPT Masa PPN di KPP Medan Barat ... 28


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 38 5.2 Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Banyak defenisi dan batasan pajak yang telah dikemukakan oleh pakar yang pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga mudah dipahami perbedaannya hanya terletak pada pandang yang digunakan oleh masing-masing pihak pada saat merumuskan pengertian pajak.

Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditujukan dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dari definisi tersebut dapat diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak yaitu:

1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

secara indifidu oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh Negara (pemerintah pusat maupun pemerintahan). 4. Pajak diperuntukan membiayai pengeluaran perintah dan apabila

pemasukannya masih surplus dipergunakan untuk membiayai public

investment.

Perkembangan zaman terus terjadi dan kemajuan system pemerintahan terbawa sehingga mau tidak mau tuntutan akan perubahan-perubahan termasuk perubahan-perubahan ketentuan dan peraturan perpajakan sangat dibutuhkan.


(8)

Pada masa lalu kita pernah mengenal pajak peredaran yang kemudian lebih dikenal dengan nama pajak penjualan (PPN) yang diatur dalam Undang-Undang pajak penjualan tahun 1951, yang seterusnya pada era reformasi peraturan perpajakan tahun 1983 lahir pajak pertambahan nilai (PPN) yang diatur dengan Undang-Undang No.8 tahun 1983 dan berlaku 1 april 1985 kemudian diubah dengan Undang-Undang No.11 tahun 1994 yang berlaku mulai 1 januari 1995.

Adapun penggantian tersebut dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan Undang-Undang pajak penjualan 1951 telah terjadi banyak perubahan fundamental baik yang bersifat sebagai penyempurnaan maupun tambahan sebagai akibatnya hal ini menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaannya.

2. Mekanisme pemungutan pajak penjualan berdasarkan undang-undang pajak penjualan 1951, dalam pelaksanaannya menimbulkan dampak pengenaan pajak berganda. Keadaan ini mendorong wajib pajak untuk berusaha menghindar dari pengenaan pajak bahkan kalau perlu menyelundupkan pajak. Sebenarnya Undang-Undang pajak penjualan 1951 sudah berusaha sedapat mungkin menghindari pemungutan pajak berganda hal ini dengan jelas terlihat dalam ketentuan pasal 31 ayat (1) Undang-Undang pajak penjualan 1951.

3. Undang-Undang pajak penjualan 1951 mengandung dualism system pemungutan pajak yaitu untuk pengusaha tertentu diterapkan self

assessment system, sedangkan untuk kelompok pengusaha lainnya

digunakan official assessment system keadaan ini sangat menyulitkan pengawasan pelaksanaannya.


(9)

4. Sebagai akibat dari pengenaan pajak berganda maka pajak penjualan menjadi tidak netral baik terhadap perdagangan dalam negeri maupun perdagangan internasional, karena tidak dapat dihitung dengan pasti maupun baik jumlah beban pajak yang dipikul oleh konsumen maupun beban pajak yang terkandung dalam harga komoditi yang akan diekspor. 5. Variasi tarif yang cukup banyak, sampai mencapai 9 (Sembilan) macam

tarif menimbulkan kesulitan dan pelaksanaannya sehingga cukup besar pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

6. Undang-Undang (UU) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) No.42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM.

Pada tahun 1997 bangsa kita mengalami krisis moneter dan keadaan politik yang tidak stabil dan sampai sekarang masih diliputi oleh keterpurukan ekonomi maka pemerintah berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan jalan meningkatkan penerimaan pendapatan khususnya pajak. Pada tahun 2000 terjadi reformasi perpajakan yang melahirkan Undang-Undang No.18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang bertujuan untuk menciptakan system perpajakan yang sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat (Subjek Pajak).

Sebagaimana diketahui bersama, system yang digunakan dalam pembayaran pajak menurut Undang-Undang perpajakan No.18 tahun 2000 pasal 12 adalah self assessment yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan sepenuhnya untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, sehingga dapat dikatakan wajib pajak berperan besar dalam menentukan keberhasilan system perpajakan tersebut. Sedangkan aparat


(10)

melakukan tugasnya sebagai Pembina, peneliti, pengawas dan pemberian sanksi.namun yang terjadi di lapangan masih banyak wajib pajak yang belum menyadari dan tidak sepenuhnya melaksaaan kepercayaan pemerintah yang diberikan kepadanya dalam memenuhi kewajiban di bidang perpajakan. Sementara pihak fiskus hanya mengawasi pemenuhan kewajiban dalam perpajakan tersebut. Oleh karena itu setiap wajib pajak harus mengetahui tata cara pembayaran dan pelaporan pajak khususnya PPN.

Berkenaan dengan hal di atas, Penulis tertarik untuk membuat karya tulis

”PROSEDUR PENGOLAHAN SPT MASA PPN 1111 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK MEDAN BARAT”.

B. Tujuan Dan Manfaat PKLM 1. Tujuan

Adapun tujuan PKLM ini adalah:

a. Untuk mengetahui prosedur pengolahan SPT Masa PPN di kantor pelayanan pajak medan barat.

b. Untuk mengetahui perkembangan penerimaan PPN di Kantor Pelayananan Pajak Medan Barat.

c. Untuk mengetahui apa yang menjadi kendala dalam prosedur pengolahan SPT Masa PPN di kantor prlayanan pajak medan barat.

2. Manfaat PKLM

Adapun manfaat PKLM ini adalah:


(11)

Menambah khasanah pengetahuan di bidang perpajakn khususnya mengenai tata cara pelaporan PPN.

2. Bagi instasi / Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

Diharapkan dapat memberikan masukan kepada Dirjen pajak kususnya di kantor pelayanan pajak Medan Barat dalam usaha meningkatkan persepsi positif masyarakat khususnya wajib pajak dalam kesadaran membayar pajak.

3. Bagi Masyarakat

Agar masyarakat mengerti dan sadar dalam hal tatacara pelaporan PPN sehingga penerimaan pendapatan pajak meningkat.

C. Uraian Teoritis

1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak pertambahan nilai (PPN) sebenarnya telah lama dikenal walaupun dengan berbagai nama. Dan Pajak pertambahan nilai di Indonesia dikenalkan Pada awal April 1985. Pajak pertambahan Nilai barang dan jasa atau disingkat dengan PPN merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (di dalam pabean), baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa ditulis di dalam buku Mardiasmo (2009:270).

Bagi pengusaha kena pajak (PKP) dan pemungut, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut dan disetor tersebut harus dilaporkan dalam surat pemberitahuan masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT masa PPN) untuk masa pajak terjadinya penyetoran.


(12)

SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan laporan bulanan yang harus disampaikan oleh penghasilan kena pajak/pemungut meskipun nihil. Bentuk dan isi SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) serta keterangan dan dokumen harus dilampirkan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Apabila SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak atau, tidak sepenuhnya dilampirkan dengan keterangan dan dokumen yang ditetapkan maka SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dianggap tidak sah.

Pajak pertambahan nilai (PPN) dikenakan hanya terhadap pertambahan nilainya saja dan dipungut beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur perusahaan. Pajak Pertambahan Nilai sendiri timbul karena digunaka factor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanana jasa kepada konsumen. Semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba perusahaan merupakan unsur pertambahan nilai yang menjadi dasar pengenaan Pajak Pertambahan nilai.

D. Ruang Lingkup PKLM

Dalam hal ini penulis melakukan PKLM di Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :

1. Prosedur pengolahan SPT Masa PPN 1111 di kantor pelayanan pajak medan barat


(13)

2. Batas waktu penyampaian SPT Masa PPN 1111 di Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

E. Metode PKLM

Metode yang dilakukan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKLM) adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan persiapan-persiapan mulai dari penentuan tempat Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mencari bahan untuk pembuatan proposal serta konsultasi dengan pihak dosen.

2. Studi Literatur

Di dalam tahap ini penulis mencari berbagai bacaanseperti, Undang-undang, Perda dan lain-lain maupun literatur yang berhubungan dengan objek PKLM.

3. Observasi Lapangan

Di dalam tahap ini penulis melakukan observasi lapangan selama satu bulan. Mulai dari mencari key person, mengetahui waktu untuk memberikan surat pengantar.

4. Pengumpulan Data

Mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan tata cara pelaporan PPN melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis dan mengevaluasi data meliputi :


(14)

a. Penggunaan teknik-teknik analisis yang sesuai dengan bentuk dan macam data yang diperoleh sesuai dengan tuntunan permasalahan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

b. Pengolahan data yakni penjelasan dengan kata-kata yang sistematis sehingga permasalahan dapat terungkap dengan objektif.

F. Metode Pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Daftar Observasi (Observasi Guide)

Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung tentang Objek Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

2. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara terhadap pegawai pada seksi PPN di kantor Pelayanan pajak Medan Barat

3. Daftar Dokumentasi (Optional)

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi yang berhubungan dengan tata cara pelaporan PPN.

G. Sistematika Penulisan Laporan.

Adapun yang menjadi sistematika penulisan dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :


(15)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam Bab ini penulis mengemukakan latar belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri, Perumusan Masalah, tujuan dan manfaat PKLM, ruang lingkup PKLM, Metode Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan sistematika penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat, struktur organisasi, fungsi-fungsi, mekanisme kerja dan lokasi tempat penelitian dilakukan.

BAB III : GAMBARAN DATA

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang sumber data yang diperoleh, jenis data yang digunakan.

BAB IV : ANALISIS DATA DAN EVALUASI

Bab ini membahas tentang tatacara pelaporan Pajak Pertambahan NIlai dengan menyajikan data-data, kemudian menganalisa data tersebut secara kualitatif.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan kesimpulan yang dibuat oleh penulis berdasarkan tulisan dan saran-saran yang diberikan oleh penulis.


(16)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. Sejarah umum KPP Medan Barat

Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut kantor Inspeksi pajak. Pada saat itu masih ada kantor Inspeksi pajak yang Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Kisaran. Dengan adanya ekonomi pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, maka pemerintah merasa perlu adanya tambahan Kantor Inspeksi Pajak yang gunanya untuk menambah penerimaan Negara dari sector pajak. Karena itu didirikan Kantor Inspeksi Pajak Medan Barat yang berkedudukan di Binjai.

Untuk memantapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat umum, khususnya kepada wajib pajak, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.276/KMK/01/1989 tentang Organisasi dan tata usaha Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajakdiubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

Kemudian pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No.94/KMK/1194 terhitung mulai 1 April 1194 Kantor Pelayanan Paajak di medan pecah menjadi 4 kantor Pelayanan pajak yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di jalan Sukamulia No. 17-A Medan.

2. Kantor Pelayanan pajak Medan Timur, Jl. Diponegoro No. 30 Medan. 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl. Asrama No. 7 Medan. 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai, Jl. Asrama No.7 Medan.


(17)

dipecah menjadi dua yaitu KPP Medan Barat dan KPP Medan Polonia, yang berlaku sejak 25 Januari 2002.

Mulai 1 Juni 2006, Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat berpindah alamat ke Jl. Asrama No. 7-A dan dipimpin oleh Kepala Kantor yaitu Bapak janti Saragih,SE Ak.MM.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat wilayah kerjanya dibagi 4 (empat) kecamatan yaitu:

A. Kecamatan Medan Barat 1. Kelurahan Gelugur Darat 2. Kelurahan Karang Berombak 3. Kelurahan Kesawan

4. Kelurahan P. Brayan Kota 5. Kelurahan Sei Agul 6. Kelurahan Silalas B. Kecamatan Medan Helvetia

1. Kelurahan Cinta Damai 2. Kelurahan Dwi Kora 3. Kelurahan Helvetia

4. Kelurahan Helvetia Tengah 5. Kelurahan Helvetia Timur 6. Kelurahan Sei Sikambing C-II 7. Kelurahan Tanjung Gusta C. Kecamatan Medan Petisah


(18)

2. Kelurahan Sei Putih Barat 3. Kelurahan Sei Putih Tengah 4. Kelurahan Sei Putih Timur I 5. Kelurahan Sei Putih Timur II 6. Kelurahan Sei Sikambing D 7. Kelurahan Sekip

D. Kecamatan Medan Sunggal

1. Kelurahan Babura Kuala Batuah 2. Kelurahan Lalang

3. Kelurahan Sei Sikambing B 4. Kelurahan Simpang Tanjung 5. Kelurahan Tanjung Rejo 6. Kelurahan Sunggal

Kemudian sesuai dengan peraturan Menteri keuangan No.123/PMK/01/2006 tentang organisasi dan tata kerja Instansi vertical DJP sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri keuangan No.67/PMK.CI/2008, tanggal 27 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat diubah menjadi Pratama dan dipecah menjadi 2 (dua) yaitu kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah.

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat

Struktur organisasi adalah suatu bagian yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebnelumnya. Tujuan untuk


(19)

membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal.

Dalam hal ini KPP Pratama Medan Barat menerapkan struktur organisasi lini dan staf. KPP Pratama Medan Barat dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang sevara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor wilayah Ditjen Pajak.

KPP Pratama Medan Barat terdiri dari 13 (tiga belas), diantaranya Sub Bagian Umum, Kelompok Jabatan Fungsional, dan masing-masing seksi mempunyai Koordinator Pelaksana. Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi.

Struktur organisasi yang ada di KPP Pratama Medan Barat dapat digambarkan sebgai berikut:

1. Kepala Kantor 2. Sub. Bagian Umum 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi terbagi 4 (empat) seksi:

a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 6. Seksi Ekstensifikasi

7. Seksi Pemeriksaan 8. Seksi Penagihan


(20)

9. Kelompok Jabatan Fungsional

C. Deskripsi dan Prosedur Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Adapun deskripsi kerja dari setiap seksi di KPP pratama Medan Barat berbeda-beda. Pada tiap perusahaan pasti memiliki seorang pemimpin ataupun kepala kantor yang pada dasarnya memiliki tugas dan tanggung jawab, mengelola KPP sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang ditetapkan.

Secara rinci tugas dari seorang kepala kantor Pelayanan Pajak Pratama yaitu; 1. Selaku pemimpin satuan organisasi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak

wajib menerapkan prinsip koordinasi yang baik di lingkungan KPP maupun antar satuan organisasi serta dengan instansi lainnya.

2. Wajib mengawasi pelaksanaan tugas bahwasanya dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

3. Bertanggung jawab memimpin dan mengkordinasi bawahannya dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.


(21)

D. Bidang-Bidang dan Tugas-Tugas Kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

D.1 Sub. Bagian Umum

Adapun tugas-tugas dari Sub. Bagian Umum adalah : a. Melakukan kegiatan tata usaha kepegawaian

b. Melakukan urusan keuangan

c. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga.

D.2 Seksi Pelayanan

Adapun tugas-tugas dari seksi pelayanan adalah :

a. Mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

b. Pengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan

c. Penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya d. Penyuluhan perpajakan

e. Pelaksanaan registrasi wajib pajak

f. Kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

D.3 Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi pengolahan data dan informasi mempunyai tugas :

a. Melakukan urusan pengolahan data dan penyajian informasi perpajakan

b. Melakukan perekaman dokumen perpajakan

c. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB


(22)

d. Melakukan pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan e-SPT dan e-filling dan penyiapan laporan kinerja.

D.4 Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON)

Dalam satu KPP Pratama Medan Barat terdapat 4 (empat) kepala seksi pengawasan dan konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial) tertentu.

Tugas-tugas dan fungsinya yaitu:

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan pajak lainnya)

b. Melakukan bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan

c. Melakukan penyusunan profit wajib pajak d. Melakukan analisis kinerja Wajib Pajak

e. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi

f. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku

D.5 Seksi Ekstensifikasi

Seksi ekstensifikasi mempunyai tugas untuk :

a. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan


(23)

b. Melakukan pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

D.6 Seksi Pemeriksaan

Seksi pemerikasaan berwenang untuk melakukan :

a. Mengkoordinasikan pelaksaan penyusutan rencana pemeriksaan b. Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

c. Melakukan penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

D.7 Seksi Penagihan

Seksi penagihan mempunyai tugas :

a. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak

b. Melakukan usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku

c. Melakukan penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah, Melakukan Penyitaan, urusan lelang dan penagihan lainnya.

D.8 Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri atas pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilaian yang bertanggung jawab secara langsung kepada kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi dengan seksi Pemeriksaan


(24)

sedangkan pejabat Fungsional Penilaian berkoordinasi dengan seksi Ekstensifikasi.


(25)

BAB III

GAMBARAN PELAKSANAAN

3.1 Pengertian Pajak

Menurut P.J Andriani salah seorang ahli pajak berpendapat bahwa pajak adalah : “iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang boleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, denga tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”(Sukarji,Untung hal : 1).

Dari defenisi tersebut dapat diketahui cirri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu:

a. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi secara langsung terhadap individu oleh pemerintah c. Pajak dipungut oleh Negara (pemerintah pusat maupun

pemerinatah daerah)

d. Pajak diperuntukkan membiayai pengeluaran pemerintah.

Dari empat unsur yang menjadi cirri-ciri pajak ternyata menggambarkan bahwa fungsi pajak sebagai sarana untuk memasukkan uang sebagai pendapatan Negara. Selain itu pajak juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengatur kebijaksanaan perekonomian suatu Negara.


(26)

3.2. Sejarah Singkat PPN

Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang telah menjalani sejarah dalam waktu yang panjang sejak dari penemuannya hingga diterapkan dilapangan. Pengenaan pajak yang didasarkan atas Nilai Tambah ini pertama kali ditemukan oleh Industriawan Jerman yang duduk sebagai anggota The Reichtag berrnama Carl freodrich Von Siemens.

Siemens mengemukakan agar Sistem Pajak Penjualan yang berlaku direformasi dengan system pengenaan pajak atas pertambahan nilai dalam system perpajakan di Jerman pada tahun 1919. Namun apa yang digagaskan dan disajukan oleh Siemens belum dapat dilaksanakan saat itu. Setelah langkah Siemens di Jerman, kemudian untuk memperbaiki system perpajakan di Amerika Serikat (USA), pada tahun 1921 oleh Thomas telah mengusulkan gagasan pengenaan pajak atas nilai tambah dalam perpajakan Amerika Serikat (USA).

Selanjutnya Prof. Carl S Shoup, seorang yang duduk dalam Komisi Perpajakan untuk Jepang telah mengusulkan pula mengenai pengenaan Pajak Pertambahan Nilai di Jepang pada tahun 1949, dimana pajak dihitung dari jumlah yang terdiri dari pengeluaran yang dilakukan untuk pembayaran upah, bunga, modal dan sewa, demikian juga atas laba usaha. Namun usul-usul ituu tersebut juga belum dapat dilaksanakan saat itu.

Dari berbagai gagasan tersebut, dengan didasarkan atas berbagai penelitian dan kajian yang mendiam maka Negara yang pertama kali menerapkan PPN ini dalam perpajakannya adalah Perancis pada tahun 1954. PPN ini diterapkan dengan system yang mudah dan sederhana, dan hingga kini masih dipergunakan. Adapun sasaran pengenaan PPN ini di Perancis pada mulanya adalah atas impor


(27)

barang jalur produksi (manufaktur) juga jalur distribusi sampai kepada tingkat pedagang besar (Whole Saler).

System PPN yang cepat merambah penerapannya di berbagai Negara Eropa. Amerika, Asia dan Afrika pada hakikatnya adalah paja Penjaualan yang dikenakan akibat adanya terjadi transaksi atas nilai tambahnya. Sehingga kalaupun suatu Negara menerapkan system PPN, umumnya Negara tersebut sebelumnya telah menerapkan Sistem Pajak Penjualan seperti juga halnya Indonesia.

3.3 Subjek PPN dan Objek PPN 3.2.1 Subjek PPN

Subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak, misalnya untuk Pajak Penghasilan adalah orang pribadi atau badan dan untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pengusaha Kena Pajak.

Dari ketentuan dalam pasal 4 UU No. 7 tahun 1983, diubah dengan UU No. 11 tahun 1994, dan terakhir diubah dengan UU No. 18 Tahun 2000, dan UU PPN No. 42 tahun 2009 yang disebut dengan UU PPN dapat diketahui bahwa subjek PPN dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Pengusaha kena pajak (PKP)

Ketentuan yang mengatur bahwa subjek PPN harus Pengusaha Kena Pajak adalah huruf a, huruf c, dan huruf f, UU PPN


(28)

a. Yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan / atau Jasa Kena Pajak yang dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (Pasal 4 Huruf a dan huruf c UU PPN)

b. Yang dapat mengekspor Barang Kena Pajak yang dapat dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (Pasal 4 Huruf f UU PPN) c. Bentuk kerjasama operasi yang apabila menyerahkan Barang Kena

Pajak dan / atau Jasa Kena Pajak dapat dikenakan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (Pasal 2 ayat 2 PP Nomor 50 Tahun 1994).

2. Bukan Pengusaha Kena Pajak

Subjek PPN tidak harus Pengusaha Kena Pajak, tetepi bukan Pengusaha Kena Pajak pun dapat menjadi Subjek PPN sebagaimana diatur dalam Pasal 4 huruf b, d dan huruf e serta pasal 16 C UU PPN. Berdasarkan pasal-pasal ini dapat diketahui bahwa dapat dikenakan PPN :

a. Siapapun yang mengimpor Barang Kena Pajak

b. Siapapun yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak dan / atau Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pebean. c. Siapapun yang membangun sendiri tidak dalam lingkungan

perusahaan dan pekerjaannya.

3.2.2 Objek PPN

Objek pajak adalah apa yang dikenakan pajak, misalnya objek PPh adalah penghasilan.


(29)

1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak

2. Impor Barang Kena Pajak

3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidakberwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha kena Pajak.

3.4 Dasar Hukum Pengelolaan SPT Masa PPN 1111

1. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Tentang Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT MASA PPN).


(30)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. PROSEDUR PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT (SURAT PEMBERITAHUAN MASA) PPN 1111 PADA KPP MEDAN BARAT l. Dalam Bentuk Kertas (Hard Copy)

A. Petugas TPT(tempat pelayanan terpadu) pada Seksi Pelayanan

1. Menerima SPT yang disampaikan : a. secara langsung ke KPP;

b. melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/jasa kurir dengan bukti pengiriman surat; atau

c. melalui Kantor Pelayanan,Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) (beserta Daftar Nominatif Pengantar pengiriman SPT).

2. Meneliti kelengkapan SPT sebagaimana dimaksud pada Lampiran III angka romawi I. SPT yang disampaikan melalui KP2KP tidak perlu dilakukan penelitian kelengkapan SPT lagi, tetapi langsung dilakukan perekaman elemen-elemen.

3. Mengisi jumlah keseluruhan lembar SPT Masa PPN yang disampaikan oleh PKP yang terdiri dari formulir Induk SPT Masa PPN dan formulir Lampiran SPT Masa PPN pada pojok kanan atas SPT Masa PPN. Dalam hal terdapat Lampiran SPT yang tidak ada data transaksi maka Petugas menghimbau kepada PKP untuk pelaporan SPT selanjutnya agar tidak melampirkan Lampiran SPT yang tidak ada data transaksi.


(31)

4. Menolak SPT yang disampaikan secara langsung atau yang disampaikan melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/jasa kurir dengan bukti pengiriman surat dalam hal :

a. (Pengusaha Kena Pajak) PKP atau Pemungutan PPN tersebut tidak terdaftar di KPP; atau

b. SPT tidak lengkap, dengan cara yaitu:

1) SPT yang disampaikan langsung oleh PKP atau Pemungut PPN,ditolak dan dikembalikan secara langsung kepada PKP atau Pemungut PPN untuk dilengkapi.

2) SPT yang disampaikan melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/jasa kurir dengan bukti pengiriman surat,ditolak dengan mengirimkan kembali SPT dan mebuat surat Penolakan SPT Masa PPN rangkap 2 (dua) untuk ditandatangani oleh Kasi Pelayanan (lembar kesatu untuk PKP atau Pemungut PPN, lembar kedua untuk arsip).

5. Merekam elemen-elemen SPT Lengkap antara lain: NPWP, Masa Pajak, Kode Jenis SPT (SPT bukan Pembetulan atau SPT Pembetulan), Kode Status (Nihil, Kurang Bayar, atau Lebih Bayar), Kode Permohonan atas Lebih Bayar (Kompensasi, Restitusi, atau tanpa keterangan),Kode Penyampaian SPT (langsung, melalui pos, atau melalui KP2KP), dan keterangan lainnya untuk keperluan tanda terima SPT,dan mencetak tanda terima SPT, tanggal terima SPT, membubuhkan tanda tangan, nama jelas, Nomor Induk Pegawai (NIP) dan Cap Kantor. Tanda terima SPT terdiri dari dua bagian,yaitu Lembar Pengawasan Arus Dokumen (bagian atas) dan Bukti Penerimaan Surat (bagian bawah).


(32)

SPT yang diterima dari KP2KP tanggal penerimaan SPT sesuai dengan tanggal diterimanya SPT di KP2KP.

6. Menyerahkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada PKP atu Pemungut PPN sebagai tanda terima atas SPT lengkap yang disampaikan secara langsung oleh PKP atau Pemungut PPN.

Dalam hal sistem tidak berfungsi, Petugas TPT membuat lembar pengawasan arus dokumen (LPAD) dan BPS secara manual dan membubuhkan tanggal diterima, tanda tangan, nama jelas, NIP, dan Cap Kantor. Perekaman LPAD dan BPS dilakukan segera setelah sistem berfungsi kembali.

7. Menggabungkan SPT dengan LPAD.

8. Mencetak KP. PPN 1.8 rangkap 4 yang berfungsi sebagai batch header untuk setiap kelompok SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar).

9. Mengirim SPT ke Seksi Pengolahan Data dan Informasi disertai dengan KP.PPN 1.8 (lembar ke-1,2,dan 3).

10.Menerima kembali KP. PPN 1.8 lembar ke-2 yang telahditandatangani dalam hal fisik SPT telah sesuai dengan KP. PPN 1.8.

11. Menerima kembali KP.PPN 1.8 (lembar ke-1, 2 dan 3) yang telah diberi catatan SPT tidak sesuai berikut SPT-nya dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi dalam hal fisik SPT tidak sesuai dengan KP.PPN 1.8

12. Catatan :

1) SPT Lengkap Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) oleh PKP dalam hal tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4b) UU PPN tetap diterima.


(33)

2) Untuk SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi), TPT harus memfotokopi LPAD beserta Induk SPT untuk disampaikan kepada AR.

B. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

1. Menerima dari Petugas TPT atas SPT berikut KP. PPN 1.8 lembar ke 1, 2 dan 3 yang telah dikelompokkan.

2. Mengecek dan mencocokkan kebenaran fisik SPT apakah telah sesuai dengan isi batch header yang tercantum dalam KP. PPN 1.8.

3. Membubuhkan paraf dan tanggal pada lembar ke-2 KP. PPN 1.8 dan mengembalikannya kepada Petugas TPT sebagai tanda terima, apabila fisik SPT dan KP. PPN 1.8-nya telah sesuai.

4. Mengembalikan KP. PPN 1.8 (lembar ke-1, 2 dan 3) dam memberi catatan SPT tidak sesuai berikut SPT-nya kepada Petugas TPT bila isi batch tidak sesuai dengan jumlah fisik SPT untuk dilengkapi.

5. Merekam SPT lengkap, dengan prioritas sebagai berikut :

a. SPT LB yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) oleh PKP:

1) Pasal 17 C Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (selanjutnya disebut UU KUP);


(34)

3) Pasal 9 ayat (4c) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (selanjutnya disebut UU PPN);

4) Pasal 9 Ayat (4b) UU PPN; 5) selain Pasal 9 ayat (4b) UU PPN; b. SPT LB kompensasi;

c. SPT Kurang Bayar; d. SPT Nihil.

Catatan : Perekaman SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) harus diselesaikan pada hari kerja berikutnya setelah tanggal penerimaan SPT.

6. Mengirim SPT yang telah direkam beserta daftar pengantar kepada: a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang terdiri dari:

1) SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi);

2) SPT unbalance;

3) SPT LebihBayar namun tidak memilih intuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi); dan/atau

4) SPT yang terlambat lapor atau terlambat bayar. b. Seksi Pelayanan yang terdiri dari:

1) SPT Kurang Bayar;


(35)

3) PT Nihil yang sesuai dengan hasil perekaman (SPT balance) untuk diarsipkan.

C. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

1. Menerima SPT dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi beserta daftar pengantarnya.

2. Melakukan penelitian kebenaran formal pengisian SPT atas SPT lengkap sebagaimana dimaksud pada Lampiran III angka romawi II

3. Menyiapkan Surat Himbauan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran V dalam hal antara lain terdapat:

a. kesalahan matematis (SPT Unbalance);

b. SPT Lebih Bayar namun tidak memilih intuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi), atau

c. PKP mengajukan permohonan pengembalian (restitusi) setiap Masa Pajak tetapi tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4b) UU PPN, kecuali bagi PKP Pasal 17 C UU KUP atau Pasal 17 D UU KUP atau Pasal 9 ayat (4c) UU PPN diproses berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 4. Menyiapkan:

a. Surat Teguran dalam hal terdapat PKP atau Pemungut PPN yang tidak memasukkan SPT; atau

b. nota hitung dan STP dalam hal terdapat keterlambatan penyampaian SPT dan/atau keterlambatan pembayaran.


(36)

5. Mengelompokkan SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) berdasarkan prosedur pengembalian yaitu melalui:

a. prosedur penelitian (pengembalian pendahuluan; atau b. prosedur biasa (pemeriksaan)

6. Mengirim SPT Lebih Layar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) yang diproses berdasarkan prosedur pemeriksaan ke Seksi Pemeriksaan.

7. Meneliti SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) yang diproses berdasarkan prosedur pengembalian pendahuluan. 8. Mengirim SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian

(restitusi) melalui prosedur penelitian, SPT unbalance, SPT yang terlambat lapor atau terlambat bayar dan SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi) ke Seksi Pelayanan setelah SPT tersebut selesai ditindaklanjuti.

Catatan :

1) Atas SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi), dalam hal terjadi kesalahan matematis, tidak perlu dibuat Surat Himbauan tetapi langsung diteruskan ke Seksi Pemeriksaan. 2) Atas SPT yang terdapat kesalahan matematis namun tidak dilakukan

pembetulan oleh PKP atau Pemungut PPN, akan menjadi pertimbangan dalam analisis resiko untuk pemeriksaan.

3) Atas SPT Lebih bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi), namun tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud


(37)

dalam pasal 9 ayat (4b) UU PPN, maka pengajuan restitusi tersebut tidak dapat diproses kecuali bagi PKP Pasal 17 C UU KUP atau pasal 17 D UU KUP atau pasal 9 ayat (4c) UU PPN diproses berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

D. Petugas pada Seksi Pelayanan

1. Menerima SPT dari seksi pengolahan Data dan Informasi dan Seksi pengawasan dan Konsultasi untuk disimpan dalam rumah berkas.

2. Mencetak dam mengirim: a. Surat Teguran; atau

b. STP kepada PKP atau Pemungut PPN dengan tembusan ke Seksi Penagihan.

ll. Dalam Bentuk Media Elektronik A. Petugas TPT pada Seksi Pelayanan

1. Menerima SPT yang disampaikan : a. secara langsung ke KPP;

b. melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/jasa kurir dengan bukti pengiriman surat; atau

c. melalui Kantor Pelayanan,Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) (beserta Daftar Nominatif Pengantar pengiriman SPT).

2. Meneliti kelengkapan SPT sebagaimana dimaksud pada Lampiran III angka romawi I. SPT yang disampaikan melalui KP2KP tidak perlu dilakukan penelitian kelengkapan SPT lagi, tetapi langsung dilakukan


(38)

3. Melakukan pengujian data digital SPT sebagai berikut: a. Menampilkan data digital melalui aplikasi yang tersedia.

b. Mengecek kelengkapan elemen-elemen SPT dan kesesuaian Induk SPT dalam tampilan komputer dengan induk SPT hasil cetakan yang disampaikan oleh PKP atau Pemungut PPN.

c. mengecek kelengkapan pengisian elemen-elemen lampiran SPT dalam tampilan komputer.

d. apabila hasil langkah b dan c tidak cocok, SPT agar ditolak dan dikembalikan kepada PKP atau Pemungut PPN.

e. apabila hasil langkah b dan c cocok, melakukan loading data digital. Catatan :

1) Dalam hal sarana komputer tidak berfungsi sehingga tidak dapat dilakukan pengujian data digital SPT, maka SPT yang disampaikan oleh PKP atau Pemungut PPN tetap diterima sepanjang PKP atau Pemungut PPN telah melengkapi lampiran-lampiran lainnya yang dipersyaratkan.

2) Dalam hal SPT loader lambat atau tidak berfungsi, maka Petugas TPT melakukan penelitian data digital dilakukan dengan menggunakan aplikasi viewer. Loading data digital SPT dilakukan segera setelah loader berfungsi kembali.

3) Dalam hal SPT yang disampaikan dalam bentuk media elektronik, hard copy Induk SPT tetap disampaikan sedangkan hard copy Lampiran SPT tidak perlu disampaikan.


(39)

4. Mencetak tanda terima SPT, membubuhkan tanda tangan, nama jelas, Nomor Induk Pegawai (NIP) dan Cap Kantor. Dalam hal sistem tidak berfungsi, Petugas TPT membuat LPAD dan BPS secara manual dan membubuhkan tanggal diterima, tanda tangan, nama jelas, NIP dan Cap Kantor. Perekaman LPAD dan BPS dilakukan segera setelah sistem berfungsi kembali.

5. Menyimpan atau meng-copy data elektronik SPT (csv. file) berdasarkan bulan diterimanya SPT pada PC yang disediakan untuk penyimpanan data elektronik SPT.

6. Menyerahkan BPS kepada PKP atau Pemungut PPN sebagai tanda terima,atas SPT lengkap yang disampaikan PKP atau Pemungut PPN.

7. Melakukan langkah-langkah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II angka romawi I huruf A. angka 6 s.d 11.

Catatan :

1) SPT Lengkap Lebih bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) oleh PKP dalam hal tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4b) UU PPN tetap diterima.

2) Untuk SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi). TPT harus memfotokopi LPAD beserta Induk SPT untuk disampaikan kepada AR.

3) Dalam hal SPT dalam bentuk elektronik belum dilakukan pengujian data dan KPP tidak menerbitkan Surat Penolakan SPT Masa PPN dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal yang tercantum dalam BPS, maka BPS tersebut dianggap sah.


(40)

B. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

1. Melakukan langkah-langkah sebagaimana tercantum dalam lampiran II angka romawi I huruf B, kecuali kegiatan angka romawi I huruf B angka 5 (perekaman SPT)

2. Melakukan back up data elektronik SPT (scv. file) dan PC di TPT yang digunakan untuk penyimpanan data elektronik SPT ke CD paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya setelah batas akhir penyampaian SPT.

C. Petugas pada Seksi Pengawasan dan Konsultasi

1. Menerima SPT dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi beserta daftar pengantarnya.

2. Melakukan penelitian kebenaran formal pengisian SPT atas SPT lengkap sebagaimana dimaksud pada Lampiran III angka romawi II

3. Menyiapkan Surat Himbauan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran V dalam hal antara lain terdapat:

a. kesalahan matematis (SPT Unbalance);

b. SPT Lebih Bayar namun tidak memilih intuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi), atau

c. PKP mengajukan permohonan pengembalian (restitusi) setiap Masa Pajak tetapi tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4b) UU PPN, kecuali bagi PKP Pasal 17 C UU KUP atau Pasal 17 D UU KUP atau Pasal 9 ayat (4c) UU PPN diproses berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(41)

4. Menyiapkan:

a. Surat Teguran dalam hal terdapat PKP atau Pemungut PPN yang tidak memasukkan SPT; atau

b. nota hitung dan STP dalam hal terdapat keterlambatan penyampaian SPT dan/atau keterlambatan pembayaran.

5. 5. Mengelompokkan SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) berdasarkan prosedur pengembalian yaitu melalui:

a. prosedur penelitian (pengembalian pendahuluan; atau b. prosedur biasa (pemeriksaan)

6. Mengirim SPT Lebih Layar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) yang diproses berdasarkan prosedur pemeriksaan ke Seksi Pemeriksaan.

7. Meneliti SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) yang diproses berdasarkan prosedur pengembalian pendahuluan. 8. Mengirim SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian

(restitusi) melalui prosedur penelitian, SPT unbalance, SPT yang terlambat lapor atau terlambat bayar dan SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi) ke Seksi Pelayanan setelah SPT tersebut selesai ditindaklanjuti.

Catatan :

1) Atas SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi), dalam hal terjadi kesalahan matematis, tidak perlu dibuat Surat Himbauan tetapi langsung diteruskan ke Seksi Pemeriksaan.


(42)

2) Atas SPT yang terdapat kesalahan matematis namun tidak dilakukan pembetulan oleh PKP atau Pemungut PPN, akan menjadi pertimbangan dalam analisis resiko untuk pemeriksaan.

3) Atas SPT Lebih bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi), namun tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (4b) UU PPN, maka pengajuan restitusi tersebut tidak dapat diproses kecuali bagi PKP Pasal 17 C UU KUP atau pasal 17 D UU KUP atau pasal 9 ayat (4c) UU PPN diproses berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

D. Petugas pada Seksi Pelayanan

1. Menerima SPT dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk disimpan dalam rumah berkas.

2. Mencetak dan mengirim: a. Surat Teguran; atau

b. STP kepada PKP atau Pemungut PPN dengan tembusan ke Seksi Penagihan.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uraian-uraian bab terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut 1. Pengolahan SPT Masa PPN 1111 bisa dilakukan secara hard copy ataupun

e-spt sehingga memudahkan masyarakat agar mudah melaporkan PPN nya.

2. Perlu adanya petugas yang khusus menyelesaikan pengolahan SPT Masa PPN 1111 agar tepat pada waktunya dalam penyampaian PPN

5.2 Saran

1. Agar hendaknya pemerintah melakukan pembetulan di system sehingga wajib pajak bisa dengan mudah mendaftarkan dan melaporkan PPN nya. 2. Agar hendaknya pihak dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak yang melaporkan PPN nya melalui e-SPT.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009, Andi, Yogyakarta.

Undang-undang Republik IndonesiaNo. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-undang Republik Indonesia No. 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPnBM.


(45)

SPT Masa PPN Form 1111 Yang Masuk s.d. April 2011

No JENIS SPT

JML

SPT NIHIL KURANG BAYAR LEBIH BAYAR Kompensasi

Lembar Lembar Nilai (Rp) Lembar Nilai (Rp)

1 SPT Masa PPN Form. 1111 APRIL 840 559 201 1.906.002.034 80 16.432.935.326 79

2 SPT Masa PPN Form. 1111 MARET 883 605 201 2.962.701.580 77 14.422.712.240 74


(1)

B. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

1. Melakukan langkah-langkah sebagaimana tercantum dalam lampiran II angka romawi I huruf B, kecuali kegiatan angka romawi I huruf B angka 5 (perekaman SPT)

2. Melakukan back up data elektronik SPT (scv. file) dan PC di TPT yang digunakan untuk penyimpanan data elektronik SPT ke CD paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya setelah batas akhir penyampaian SPT.

C. Petugas pada Seksi Pengawasan dan Konsultasi

1. Menerima SPT dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi beserta daftar pengantarnya.

2. Melakukan penelitian kebenaran formal pengisian SPT atas SPT lengkap sebagaimana dimaksud pada Lampiran III angka romawi II

3. Menyiapkan Surat Himbauan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran V dalam hal antara lain terdapat:

a. kesalahan matematis (SPT Unbalance);

b. SPT Lebih Bayar namun tidak memilih intuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi), atau

c. PKP mengajukan permohonan pengembalian (restitusi) setiap Masa Pajak tetapi tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4b) UU PPN, kecuali bagi PKP Pasal 17 C UU KUP atau Pasal 17 D UU KUP atau Pasal 9 ayat (4c) UU PPN diproses berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(2)

4. Menyiapkan:

a. Surat Teguran dalam hal terdapat PKP atau Pemungut PPN yang tidak memasukkan SPT; atau

b. nota hitung dan STP dalam hal terdapat keterlambatan penyampaian SPT dan/atau keterlambatan pembayaran.

5. 5. Mengelompokkan SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) berdasarkan prosedur pengembalian yaitu melalui:

a. prosedur penelitian (pengembalian pendahuluan; atau b. prosedur biasa (pemeriksaan)

6. Mengirim SPT Lebih Layar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) yang diproses berdasarkan prosedur pemeriksaan ke Seksi Pemeriksaan.

7. Meneliti SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi) yang diproses berdasarkan prosedur pengembalian pendahuluan. 8. Mengirim SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian

(restitusi) melalui prosedur penelitian, SPT unbalance, SPT yang terlambat lapor atau terlambat bayar dan SPT Lebih Bayar namun tidak memilih untuk dikompensasikan atau dikembalikan (restitusi) ke Seksi Pelayanan setelah SPT tersebut selesai ditindaklanjuti.

Catatan :

1) Atas SPT Lebih Bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi), dalam hal terjadi kesalahan matematis, tidak perlu dibuat Surat Himbauan tetapi langsung diteruskan ke Seksi Pemeriksaan.


(3)

2) Atas SPT yang terdapat kesalahan matematis namun tidak dilakukan pembetulan oleh PKP atau Pemungut PPN, akan menjadi pertimbangan dalam analisis resiko untuk pemeriksaan.

3) Atas SPT Lebih bayar yang diajukan permohonan pengembalian (restitusi), namun tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (4b) UU PPN, maka pengajuan restitusi tersebut tidak dapat diproses kecuali bagi PKP Pasal 17 C UU KUP atau pasal 17 D UU KUP atau pasal 9 ayat (4c) UU PPN diproses berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

D. Petugas pada Seksi Pelayanan

1. Menerima SPT dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk disimpan dalam rumah berkas.

2. Mencetak dan mengirim: a. Surat Teguran; atau

b. STP kepada PKP atau Pemungut PPN dengan tembusan ke Seksi Penagihan.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uraian-uraian bab terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut 1. Pengolahan SPT Masa PPN 1111 bisa dilakukan secara hard copy ataupun

e-spt sehingga memudahkan masyarakat agar mudah melaporkan PPN nya.

2. Perlu adanya petugas yang khusus menyelesaikan pengolahan SPT Masa PPN 1111 agar tepat pada waktunya dalam penyampaian PPN

5.2 Saran

1. Agar hendaknya pemerintah melakukan pembetulan di system sehingga wajib pajak bisa dengan mudah mendaftarkan dan melaporkan PPN nya. 2. Agar hendaknya pihak dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak yang melaporkan PPN nya melalui e-SPT.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009, Andi, Yogyakarta.

Undang-undang Republik IndonesiaNo. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-undang Republik Indonesia No. 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPnBM.


(6)

SPT Masa PPN Form 1111 Yang Masuk s.d. April 2011

No JENIS SPT

JML

SPT NIHIL KURANG BAYAR LEBIH BAYAR Kompensasi

Lembar Lembar Nilai (Rp) Lembar Nilai (Rp)

1 SPT Masa PPN Form. 1111 APRIL 840 559 201 1.906.002.034 80 16.432.935.326 79

2 SPT Masa PPN Form. 1111 MARET 883 605 201 2.962.701.580 77 14.422.712.240 74

3 SPT Masa PPN Form. 1111 FEBRUARI 785 551 165 1.924.858.394 69 13.367.328.420 69