Bahan utama pupuk amophos adalah monoammonium fosfat. Bentuknya berupa butiran dan berwarna abu-abu muda. Ada dua macam pupuk amophos, yaitu
amophos A yang mengandung N 11 dan P
2
O
5
48 serta amophos B yang mengandung N 16,5 dan P
2
O
5
20 . Kedua macam pupuk ini larut dalam air dan tidak higroskopis.
Pupuk NPK dibuat melalui proses industri berteknologi tinggi sehingga dihasilkan butiran yang homogen. Setiap butir pupuk Phonska mengandung tiga
macam unsur hara utama yaitu Nitrogen N, Fosfor P, Kalium K yang diperkaya dengan unsur hara belerang S dalam bentuk larut air, sehingga mudah diserap akar
tanaman Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Bentuk pupuk NPK yang beredar di pasaran adalah pengembangan dari
bentuk-bentuk NPK lama yang kadarnya masih rendah. Kadar NPK yang banyak beredar adalah 15-15-15, 16-16-16 dan 8-20-15. Kadar lain yang tidak terlalu umum
beredar adalah 6-12-15, 12-12-12, atau 20-20-20.
NPK Mutiara adalah pupuk NPK produk BASF dengan kadar 16-16-16. Pupuk ini berbentuk butiran berwarna abu-abu dan agak higroskopis. Dalam pemasarannya
pupuk ini dikemas dalam ukuran 1 kg dan 5 kg. Pupuk yang diimpor dari Norwegia ini termasuk diminati banyak orang Marsono, 2004.
2.5. Klasifikasi fosfor
Kelarutan fosfor didalam fosfat pembawa yang berbeda akan bervariasi. Kelarutan pupuk fosfat dalam air tidak selalu menjadi kriteria yang terbaik dalam ketersediaan
unsur ini pada tanaman. Penentuan fosfor tidaklah mudah ketika ketersediaan unsur- unsur pupuk ditentukan dengan cepat dalam sampel. Metode kimia yang telah
dikembangkan dimana penilaian yang cukup baik adalah larut dalam air, ketersediaan, dan kandungan fosfor total dari pupuk.
Istilah yang sering menggambarkan kandungan fosfor dalam pupuk adalah dengan menentukan kelarutannya dalam air, kelarutan dalam sitrat, tidak larut dalam
sitrat, ketersediaannya dan fosfat total sebagai P
2
O
5
. Sampel kecil yang akan dianalisa,
Universitas Sumatera Utara
pertama kali diekstraksi dengan air, kemudian endapannya disaring, dan fosfor yang terkandung dalam filtrat ditentukan. Kandungan fosfor dari filtrat ditentukan dan
dinyatakan sebagai persentase berat total sampel. Ini mewakili fraksi sampel yang larut dalam air.
Fosfor yang larut dalam sitrat. Residu tersebut ditambahkan larutan ammonium
sitrat 1 N, kemudian diekstraksi. Kandungan fosfor dari filtrat ditentukan dan dinyatakan sebagai persentase berat total sampel, ini dinamakan fosfor yang larut
dalam sitrat.
Fosfor tersedia . Jumlah fosfor yang larut dalam air dan larut dalam asam sitrat 2
mewakili taksiran yang tersedia untuk tanaman.
Fosfor total . Fosfor total dapat ditentukan secara langsung tanpa langkah – langkah
yang digambarkan Tisdale, 1975. Reaksi penentuan fosfat adalah sebagai berikut : H
3
PO
4
+ 12 H
2
MoO
4
→ H
3
P
[ ]
40 12
O Mo
+ 10 H
2
O Biru molibdem
Mo
VI
→ Mo
V
Hansen, 1981
2.6.Metode Analisis Kuantitatif fosfat
Ada beberapa metode analisis kuantitatif fosfat, yaitu : 1. Metode asam askorbat
Asam askorbat merupakan salah satu pereduksi yang dapat memberikan warna kompleks biru yang maksimum Snell, 1948. Dalam metode asam askorbat,
ammonium molibdat dan kalium antimonil tartarat bereaksi dalam medium asam dengan larutan sampel membentuk kompleks antimonil fosfomolibdat yang akan
direduksi menjadi kompleks biru-molibdem molybdenum blue oleh asam askorbat dan diukur dengan spektrofotometer pada
λ = 880 nm. Metode asam askorbat ini dapat digunakan untuk berbagai tipe sampel dan mengalami gangguan yang lebih
sedikit dibandingkan dengan metode SnCl
2
Baush, 1974. Selain itu metode ini lebih
Universitas Sumatera Utara
sederhana, cepat dan akurat. Akan tetapi reagen yang digunakan kurang stabil Benhart, 1954.
2. Metode SnCl
2
Deniges methods SnCl
2
merupakan salah satu pereduksi yang mempunyai kesensitifan besar, tetapi pereaksi ini kurang stabil dan harus digunakan dalam keadaan baru Abbott,
1963. Dalam metode ini, SnCl
2
bereaksi dengan ammonium molibdat membentuk kompleks berwarna biru yang mengabsorpsi maksimum cahaya pada panjang
gelombang 690 nm. Kepekatan warna yang dihasilkan tergantung pada proporsi reagen yang ditambahkan, temperatur dan waktu reaksi. Metode ini terganggu oleh
silikat dan arsenit positif sedangkan arsenat, fluorida, thorium, bismut, sulfida, tiosianat negatif. Warna yang terbentuk lebih stabil dibandingkan dengan metode
asam askorbat.
3. Metode Vanadat Fosfat bereaksi dengan vanadat membentuk senyawa kompleks berwarna
kuning. Pencampuran pereaksi vanadat dan molibdat harus dilakukan beberapa hari sebelum digunakan karena sangat cenderung untuk mengendap. Bahan bahan organik
yang turut tercampur harus terlebih dahulu dihilangkan agar tidak mengganggu warna yang dihasilkan menggunakan pereaksi pengoksidasi The tintometer, 1967. Warna
kompleks fosfovanadomolibdat lebih stabil dibandingkan warna kompleks biru- molibde m.
4. Metode hidroquinon – molibdat Salah satu pereduksi yang paling klasik adalah hidroquinon yang pada saat
sekarang ini kurang dianggap penting., namun masih digunakan dalam Association of Official analytical Chemistry AOAC. Pada metode ini ammonium molibdat
direaksikan dengan larutan fosfat membentuk ammonium fosfomolibdat berwarna kuning, kemudian direduksi dengan hidroquinon. Waktu tunggu untuk pembentukan
warna maksimum adalah selama 5 menit.
5. Metode molibdat-metol Tschopp’s method
Universitas Sumatera Utara
Metol β-methylamino phenol sulphate salah satu pereduksi yang cukup stabil
dengan harga yang murah. Dalam metode ini, bila sampel mengandung NO
3 -
lebih dari 1 mg boleh digunakan Comparator, dan jika lebih dari 3 mg harus menggunakan
pereaksi Neshler. Metode ini 500 kali kurang sensitif terhadap silika dibanding fosfat. Selain itu reaksi arsenit dan fosfat akan memberi warna yang hampir sama sehingga
arsenit perlu dihilangkan dengan penambahan H
2
S, diikuti penyaringan dan penguapan. Komponen lain seperti gula, laktat, citrat, tartarat, oksalat dan garam-
garam organik lainnya akan menekan intensitas warna yang dihasilkan sehingga semua komponen tersebut juga harus dihilangkan terlebih dahulu .
6. Metode amino-naftol-asam sulfonat Metode ini didasarkan atas modifikasi dari Fisk dan prosedur Subbarow.
Fosfat anorganik direaksikan dengan ammonium molibdat, selanjutnya direduksi dengan amino-naftol-asam sulfonat sehingga dihasilkan kompleks berwarna biru The
tintometer, 1967. Metode ini pada umumnya kurang sensitif. Waktu reaksi yang diperlukan untuk pengembangan warna adalah 15 menit Snell, 1948.
7. Metode Valin Vanadomolibdat Tablet Metode ini telah disederhanakan dengan menggunakan pereaksi dalam bentuk
tablet. Sama halnya seperti vanadat, kompleks yang dihasilkan berwarna kuning The tintometer, 1967
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
3.1. Alat – alat