Latar Belakang Latar Belakang dan Masalah

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Sastra merupakan karya kreatif dari sebuah proses pemikiran untuk menyampaikan ide, pengalaman, dan sistem berpikir atau teori. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Hardjana 1981:10 bahwa, “sastra sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan, dialami, dan dirasakan orang mengenai segi-segi kehidupan”. Dengan demikian karya sastra akan selalu menarik perhatian karena pengungkapan penghayatan tentang kehidupan manusia itu. Melalui karya sastra akan terungkap penghayatan manusia yang paling dalam di dunia ini Jassin, 1983:4. Kesusastraan diciptakan selaras dengan dinamika masyarakat dan kebudayaan. Pertumbuhan dan perkembangan kesusastraan sangat tergantung kepada sistem sosial dan budaya masyarakatnya. Karya sastra senantiasa dipergunakan untuk mengekspresikan kepribadian manusia secara kolektif melalui penggabungan imajinasi individu sastrawan dengan obsesi masyarakatnya. Oleh karena itu, membaca dan menilai karya sastra pada hakikatnya melihat dan mempelajari kehidupan suatu masyarakat di mana karya sastra itu dilahirkan, tumbuh, dan berkembang. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sumardjo 1979 : 30. Sastra adalah produk suatu masyarakat, mencerminkan masyarakat. Obsesi masyarakat itu menjadi obsesi pengarangnya, yang menjadi anggota masyarakatnya dengan mempelajari sastra dapat sampai mempelajari masyarakatnya yaitu mempelajari aspirasi masyarakat itu, tingkat kulturnya, seleranya, pandangan hidup dan lain sebagainya. Universitas Sumatera Utara Kedudukan karya sastra dalam sistem sosial dipandang sangat penting. Karya sastra tidak hanya dipandang sebagai hasil rekayasa imajinasi, melainkan cermin masyarakat. Dalam hal ini Sumardjo 1979:15 mengatakan bahwa, ”sastra merekam penderitaan dan harapan suatu masyarakat, sehingga sifat dan persoalan suatu zaman dapat dibaca dalam karya sastra”. Dimensi sosial ini dipertegas oleh Damono 1984:9, yang mengatakan bahwa, ”sastra merupakan cerminan langsung berbagai segi struktur sosial zamannya.” Dengan demikian, para ahli sosiologi sastra dapat menghubungkan sistem kehidupan yang terdapat dalam karya sastra dengan realitas sejarah dan sistem sosial suatu masyarakat. Pada hakikatnya, sastra menggambarkan keadaan manusia dalam masyarakatnya. Sebuah karya sastra dengan kedalaman pemikiran sastrawannya akan mampu memberikan gambaran tentang karakteristik suatu bangsa atau bahkan berhasil mengungkapkan kebobrokan sistem masyarakatnya. Namun, tidak selamanya suatu peristiwa yang terjadi selalu diikuti dengan lahirnya sebuah karya sastra. Ada kalanya suatu karya sastra tidak dapat menggambarkan kehidupan masyarakat yang sesuai lagi dengan keadaan masyarakatnya pada saat itu. Kita harus ingat bahwa karya sastra adalah dunia tersendiri yang berarti imajinasi sastrawan sangat berperan dalam menghasilkan karya sastra tersebut. Dengan demikian, jelaslah bahwa sastra merupakan penggabungan antara kenyataan dengan imajinasi. Kalau melalui karya sastra dapat terungkap aspek-aspek yang menyangkut dan berhubungan dengan kehidupan manusia, ini berarti bahwa karya sastra bisa Universitas Sumatera Utara jadi dipergunakan sebagai sarana untuk pemahaman terhadap manusia. Di dalam karya sastra tergambar persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusia yang dituangkan pengarang melalui daya kreatifnya. Dalam hubungan ini adalah tepat apa yang dikemukakan oleh Eneste Ed. 1984: 67 bahwa, “masalah sastra adalah masalah manusia dalam aktifitas kehidupannya”. Tetapi dalam hubungan ini perlu diluruskan dan dipertegas tentang pengertian karya sastra hubungannya dengan pengungkapan masalah kehidupan manusia. Toda 1984:44 mengatakan bahwa, “karya sastra tidak mengungkapkan dunia kehidupan manusia sebagaimana adanya, melainkan dunia kehidupan manusia yang terlihat oleh mata batin pengarang”. Sejalan dengan itulah Scholes menolak adanya karya sastra yang benar-benar dapat menggambarkan kehidupan manusia secara utuh. Artinya gambaran manusia sepenuhnya sesuai dengan manusia yang ada dalam realitas, tanpa pengaruh imajinasi Junus, 1981:91. Junus 1981:93 mengatakan bahwa, “kehidupan manusia dipenuhi oleh mitos. Sesuai dengan uraian di atas, maka dalam karya sastra yang menggambarkan kehidupan manusia ditemukan pula mitos itu”. Sebelumnya Junus 1981:92 telah menegaskan bahwa, “pada dasarnya karya sastra adalah suatu mitos.” Penegasan yang dikemukakan oleh Junus tersebut, bertitik tolak dari dasar pemikiran “karya sastra sebagai pengungkapan kehidupan manusia”. Pada sisi lain kehidupan manusia telah dipenuhi oleh mitos, sehingga karya sastra mengandung pula mitos itu. Untuk itulah novel sebagai suatu bentuk karya sastra berdampingan secara erat dengan mitos. Universitas Sumatera Utara Kaitan sastra dan kenyataan tidak dapat dipisahkan. Kebenaran kaitan ini harus dijelaskan melalui penelitian terpadu, sehingga ditemukan kembali kehidupan yang digambarkan oleh pengarang, hal ini dapat dilihat pada novel Jejak Gelisah selanjutnya disebut JG. Pada novel ini terdapat gambaran kehidupan masyarakat Jawa daerah Gunung Kidul khususnya mengenai pulung gantung yang maknanya bisa berupa suatu kenyataan maupun mitos belaka. Di Gunung Kidul, salah satu kabupaten di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, ada keyakinan bahwa bunuh diri terjadi disebabkan oleh adanya pulung gantung. Menurut penduduk setempat, pulung gantung merupakan isyarat langit tentang akan terjadinya bunuh diri dengan cara menggantung. Mereka menggambarkan pulung gantung itu sebagai sinar merah kebiru-biruan pada waktu malam yang melintas di langit dengan cepat. Bila suatu saat benda itu muncul dan jatuh di suatu tempat, tidak lama di tempat itu akan terjadi peristiwa bunuh diri. Mitos semacam itu hingga kini masih diyakini oleh sebagian masyarakat Gunung Kidul. Di samping itu, karya sastra ini belum pernah diteliti orang. Bahkan kalau diperhatikan dalam perkembangan ilmu sastra Indonesia, boleh disebutkan buku- buku yang mengulas atau membicarakan mengenai mitos masih relatif sedikit. Seperti yang dikemukakan oleh Junus dan kawan-kawan.Akibatnya penelitian tentang mitos dalam karya-karya sastra Indonesia kurang berkembang dan mendapat tempat. Padahal seperti yang sudah diuraikan di atas, setiap karya sastra mengandung mitos. Bahkan karya sastra itu sendiri merupakan pula suatu mitos.Oleh sebab itulah penulis tertarik untuk menelitinya. Universitas Sumatera Utara

1.1.2 Masalah