lain, bahwa sertifikat itu adalah sebagai salah satu alat pembuktian yang kuat, sehingga setiap orang masih dapat menggugat atas pendaftaran tanah pada Kantor
Pertanahan apabila mempunyai bukti yang kuat atas tanah tersebut. Oleh karena itu, Kantor Pertanahan atas dasar permohonan para pihak dapat melakukan penolakan
pendaftaran peralihan dan pembebanan hak atas tanah, atau dilakukan pemblokiran sertifikat hak atas tanah.
Faktor-faktor penyebab pemblokiran sertifikat hak atas tanah pada Kantor Pertanahan Deli Serdang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Hak Atas Tanah dalam Sengketa di Pengadilan
Kepala kantor Pertanahan wajib menolak melakukan pendaftaran peralihan atau pembebanan hak atas tanah terdaftar di kantor pertanahan apabila hak atas tanah
bersangkutan menjadi obyek sengketa. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal Pasal 45 ayat 1 huruf c PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang
menyatakan: Kepala Kantor Pertanahan menolak untuk melakukan pendaftaran peralihan atau pembebanan hak, jika dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran
peralihan atau pembebanan hak yang bersangkutan tidak lengkap. Dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan
hukum kepada pemegang dan pemilik hak atas tanah maka pendaftaran tanah di Indonesia menggunakan asas publisitas negatif dimaksudkan agar pihak yang
berkepentingan berkesempatan memajukan gugatan ke Pengadilan, dan asas publisitas positif pendaftaran tanah digunakan ketika sertifikat hak atas tanah telah
Universitas Sumatera Utara
diterbitkan Kantor Pertanahan maka berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, sepanjang tidak terbukti sebaliknya Penjelasan Umum Pasal 32 PP No. 24 Tahun
1997. Asas publisitas negatif dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada
setiap orang atau badan hukum, yang merasa berhak mempunyai sesuatu hak atas tanah agar menyampaikan gugatan ke pengadilan setempat dan meneruskan
salinannya kepada Kantor Pertanahan, untuk dibubuhi catatan sita di buku tanah dan di daftar umum lainnya sebagai obyek sedang diperkarakan. Catatan sita juga dapat
dibuat disertifikat bersangkutan atas permohonan penyidik atau penyelidik. Kantor Pertanahan dapat melakukan catatan sita, sesuai ketentuan Peraturan
Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah PMNAKa.BPN No.3 Tahun 1997 sebagai berikut:
Pasal 126 PMNAKa.BPN No.3 Tahun 1997: 1 Pihak yang berkepentingan dapat minta dicatat dalam buku tanah bahwa suatu hak
atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun akan dijadikan obyek gugatan di Pengadilan dengan menyampaikan salinan surat gugatan yang
bersangkutan. 2 Catatan tersebut hapus dengan sendirinya dalam waktu 30 tiga puluh hari
terhitung dari tanggal pencatatan atau apabila pihak yang minta pencatatan telah mencabut permintaannya sebelum waktu tersebut berakhir.
Universitas Sumatera Utara
3 Apabila hakim yang memeriksa perkara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memerintahkan status quo atas hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun yang bersangkutan, maka perintah tersebut dicatat dalam buku tanah.
4 Catatan mengenai perintah status quo tersebut pada ayat 3 hapus dengan sendirinya dalam waktu 30 tiga puluh hari kecuali apabila diikuti dengan
putusan sita jaminan yang salinan resmi dan berita acara eksekusinya disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan.
Pasal 127 PMNAKa.BPN No.3 Tahun 1997: 1 Penyitaan hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dalam rangka
penyidikan atau penuntutan perbuatan pidana dicatat dalam buku tanah dan daftar umum lainnya serta, kalau mungkin, pada sertifikatnya, berdasarkan salinan resmi
surat penyitaan yang dikeluarkan oleh penyidik yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2 Catatan mengenai penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dihapus setelah sita tersebut dibatalkandiangkat atau penyidikan perbuatan pidana yang
bersangkutan dihentikan sesuai ketentuan yang berlaku atau sesudah ada putusan mengenai perkara pidana yang bersangkutan.
Berdasarkan ketentuan di atas, atas dasar perintah hakim pengadilan maka Kepala Kantor pertanahan dapat membuat catatan di dalam buku tanah dan daftar
Universitas Sumatera Utara
umum bersangkutan status quo, namun dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal pencatatan tersebut tidak diikuti dengan putusan sita jaminan dari hakim pengadilan,
catatan sita tersebut hapus dengan sendirinya. Sesuai ketentuan Pasal 24 PP No. 24 Tahun 1997, maka selama sita jaminan
masih melekat atas hak atas tanah sebagaimana catatan sita di dalam buku tanah dan daftar umum lainnya maka Kepala Kantor Pertanahan menolak setiap permohonan
perubahan pemeliharaan data fisik maupun data yuridis bersangkutan. Catatan sita di buku tanah dan daftar umum lainnya dalam perkara perdata
maupun pidana hanya dapat dibatalkan atau diangkat sita setelah perkaranya dihentikan atau perkaranya sudah diputuskan hakim dan telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, dibuktikan dengan surat perintah angkat sita sesuai dengan salinan resmi berita acara eksekusi panitera pengadilan bersangkutan.
Terhadap sita blokir yang tidak dilanjutkan ke pengadilan maka dalam jangka waktu 30 hari pihak bersangkutan dapat melakukan pengangkatan sita atas
permohonan sendiri kepada Kepala Kantor Pertanahan dengan melampirkan bukti dalam bentuk akta perdamaian para pihak bersengketa.
Dengan demikian, karena terjadinya sengketa hak atas tanah di pengadilan maka atas dasar permohonan Hakim pengadilan dapat dilakukan pemblokiran
sertifikat hak atas tanah oleh Kantor Pertanahan.
Universitas Sumatera Utara
2. Hak Atas Tanah disita jurusita Panitia Urusan Piutang Negara PUPN dalam kaitan pelunasan Piutang Negara
Pemblokiran sertifikat hak atas tanah sebagaimana dikemukakan di atas dapat dilakukan atas dasar tanah tersebut menjadi sengketa yang dilanjutkan dengan sita
jaminan yang dimohonkan oleh Hakim Pengadilan kepada Kantor Pertanahan untuk diblokir hak atas tanah tersebut sampai adanya putusan pengadilan. Selain itu, hak
atas tanah debiturpenjamin hutang dalam kaitan pelunasan piutang negara dapat disita oleh jurusita Panitia Urusan Piutang Negara PUPN pada Kantor Lelang
Negara, dalam hal ini Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DJKN melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL.
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Utusan Piutang dan Negara juncto Pasal 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
300KMK012002 tentang Pengurusan Piutang Negara menyebutkan, yang dimaksud dengan Piutang Negara atau hutang kepada Negara adalah jumlah uang yang wajib
dibayar kepada Negara atau Badan-badan Negara yang sumber pendapatnya berasal dari negara, baik secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh Negara
berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun. Dalam rangka pengamanan piutang negara, maka Panitia Urusan Piutang
Negara dapat melakukan pemblokiran barang jaminan dan atau harta kekayaan lain milik debiturpenjamin hutang. Pemblokiran terhadap barang jaminan dan atau harta
kekayaan lain milik debiturpenanggung hutang dilaksanakan dengan menerbitkan
Universitas Sumatera Utara
Surat Pemblokiran yang ditandantangani oleh Kepala Kantor Pelayanan KPKNL dan ditujukan kepada instansi yang berwenang atau Kantor Pertanahan untuk barang
jaminan atau kekayaan lain dari debitur adalah hak atas tanah.
78
Berdasarkan surat permohonan pemblokiran yang dilakukan Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara kepada Kepala Kantor Pertanahan Deli
Serdang, Nomor S-2811WPL.01KP.022002, disebutkan dalam rangka pengurusan piutang negara, dengan ini diberitahukan bahwa barang jaminan di bawah jaminan di
bawah ini telah disita oleh Jurusita Piutang Negara pada KP2LN sekarang KPKNL Medan, dengan ini dimohon agar penyitaan tersebut didaftarkan dicatatkan di dalam
buku yang dipergunakan untuk itu. Adapun barang jaminan dimaksud adalah sebidang tanah Sertifikat Hak Milik No.10 tanggal 09 September 1988 atas nama
Siap seluas 740 m2 terletak di Jalan Raya Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, sesuai dengan Berita
Acara Penyitaan No. BA.169APPUPNG.02.012002 tanggal 14 Nopember 2002.
79
Pemblokiran tersebut akan dicabut oleh Kantor Lelang Negara yang disampaikan kepada Kantor Pertanahan Deli Serdang, apabila:
a. Piutang Negara dinyatakan lunas; b. Pengurusan
Piutang Negara dinyatakan selesai;
78
Pasal 87 dan Pasal 91 Keputusan Menteri Nomor Nomor 300KMK012002 tentang Pengurusan Piutang Negara.
79
Hasil wawancara dengan Ibu Sontiah Siahaan, S.H., C.N., Kepala Seksi Permasalahan dan Sengketa Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, tanggal 17 Desember 2009, di Lubuk Pakam.
Universitas Sumatera Utara
c. Hak atas tanah tersebut tidak atau tidak lagi merupakan jaminan penyelesaian hutang;
d. Hak atas tanah telah disita lebih dahulu oleh instansi lain yang berwenang; atau e. Hak atas tanah diketahui mengandung cacat hukum berdasarkan keputusan
Kantor Pertanahan
80
Dengan demikian atas dasar pelunasan piutang negara, maka dapat dilakukan pemblokiran hak atas tanah milik debiturpenanggung hutang yang dimohonkan
Panitia Urusan Piutang Negara PUPN melalui KPKNL kepada Kepala Kantor Pertanahan.
3. Inisiatif Pembeli karena Belum Balik Nama