Sifat Kimia BAHAN ISOLASI

Lanjutan Tabel 3-1.Klasifikasi bahan isolasi F Bahan-bahan anorganik yang dicelup atau direkat menjadi satu dengan epoksi, poliurethan atau vernis dengan ketahanan panas yang tinggi. 155 o C H Mika, fiberglas, dan asbes yang dicelup dalam silikon tanpa campuran bahan berserat, karet silikon, email kawat poliamid murni. 180 o C C Bahan-bahan anorganik yang tidak dicelup dan tidak terikat dengan substansi organik misalnya mika, mikanit yang tahan panas, mikaleks, gelas, keramik, teflon politetra fluoroetilen adalah satu-satunya substansi organik. Diatas 180 o C 3.3.1. Ketahanan terhadap Suhu Rendah Ketahanan terhadap suhu rendah ialah kemampuan bahan isolasi untuk digunakan pada suhu rendah dalam hal ini -60 o C hingga -70 o C. Hal ini perlu diperhitungkan bagi bahan isolasi yang digunakan untuk penghantar pada pesawat terbang, pegunungan, dan sebagainya. Umumnya bahan isolasi jika bersuhu rendah akan menjadi keras. Untuk itu biasanya bahan isolasi juga diuji pada suhu rendah dengan vibrasi.

3.4. Sifat Kimia

Beberapa sifat kimia yang dibahas adalah: sifat kemampuan larut, resistansi kimia, higroskopisitas, permeabilitas uap, pengaruh tropis dan resistansi radio aktif. 3.4.1. Sifat Kemampuan Larut Sifat ini diperlukan untuk menentukan macam bahan pelarut suatu bahan, misalnya: vernis, plastik dan sebagainya. Sifat ini juga diperlukan untuk menguji kemampuan ketahanan bahan isolasi di dalam cairan selama diimpregnasi dan selama pemakaiannya bahan isolasi minyak trafo. Universitas Sumatera Utara Kemampuan larut bahan padat dapat dievaluasi berdasarkan banyaknya bagian permukaan bahan yang dapat larut setiap satuan waktu jika diberi bahan pelarut. Kemampuan larut suatu bahan akan lebih besar jika suhunya dinaikkan. Umumnya bahan pelarut komposisi kimianya sama dengan bahan yang dilarutkan. Contohnya : hidro karbon parafin, karet alam dilarutkan dengan cairan hidro karbon atau phenol formaldehida. 3.4.2. Resistansi Kimia Bahan isolasi mempunyai kemampuan yang berbeda ketahanannya terhadap korosi yang disebabkan oleh: gas, air, asam, basa dan garam. Hal ini perlu diperhatikan untuk pemakaian bahan isolasi yang digunakan di daerah yang konsentrasi kimianya aktif, suhu di atas normal. Karena kecepatan korosi dipengaruhi pula oleh kenaikan suhu. Bahan isolasi yang digunakan pada instalasi tegangan tinggi harus mampu menahan terjadinya ozon. Artinya, bahan tersebut harus mempunyai resistansi ozon yang tinggi. Karena ozon dapat menyebabkan isolasi berubah menjadi regas. Pada prakteknya, bahan isolasi anorganik mempunyai ketahanan terhadap ozon yang baik. 3.4.3. Higroskopisitas Beberapa bahan isolasi ternyata mempunyai sifat higroskopisitas, yaitu sifat menyerap air di sekelilingnya. Uap air ternyata dapat mengakibatkan perubahan mekanis–fisik physico-mechanical dan memperkecil daya isolasi. Untuk itu selama penyimpanan atau pemakaian bahan isolasi agar tidak terjadi penyerapan uap air oleh bahan isolasi, maka hendaknya bahan penyerap uap air yaitu senyawa P 2 O 5 atau CaCl 2 . Bahan dielektrik yang molekulnya berisi kelompok hidroksil OH, higroskopisitasnya relatif besar. Sedangkan bahan dielektrik seperti: paraffin, polietilin dan politetra flouro etilen adalah bahan-bahan non higroskopis. Universitas Sumatera Utara 3.4.4. Permeabilitas Uap Kemampuan bahan isolasi untuk dilewati uap disebut permeabilitas uap bahan tersebut. Faktor ini perlu diperhatikan bagi bahan yang digunakan untuk: isolasi kabel, rumah kapasitor. Banyak uap M dalam satuan mikro-gram, selama t jam, melalui permukaan S meter persegi, dengan beda tekanan pada kedua sisi bahan P dalam satuan mm- Hg, adalah: P t S h A M . . 10 . . 2  3-14 dimana: A = Permeabilitas uap yang disebut juga konstanta difusi g = Permeabilitas uap air     mmHg jam cm g . . Pada Tabel 3-2 ditunjukkan permeabilitas uap beberapa bahan. Tabel 3-2. Permeabilitas uap beberapa bahan No. Nama Bahan     mmHg jam cm g A . . 1 Parafin 0,007 2 Polistirin 0,03 3 Karet 0,03–0,08 4 Selulose triasetat 1 5 Cellophane 5 6 Kaca atau logam 3.4.5. Pengaruh Tropis Terdapat 2 macam daerah tropis yaitu tropis yang basah termasuk Indonesia dan daerah tropis yang kering. Di daerah tropis basah memungkinkan tumbuhnya jamur dan serangga dapat hidup dengan baik. Suhu yang cukup tinggi disertai kelembaban yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan turunnya resistivitas isolasi, menambah Universitas Sumatera Utara besarnya sudut rugi dielektrik, menambah permitivitas dan mengurangi kemampuan kelistrikan bahan. Pada penggunaan bahan isolasi di daerah tropis harus diperhatikan 2 hal yaitu: perubahan sifat kelistrikan setelah bahan direndam dan kecepatan pertumbuhan jamur pada bahan tersebut. Karena hal-hal tersebut maka bahan isolasi sebaiknya dilapisi dengan bahan anti jamur, antara lain: paranitro phenol, pentha chloro phenol. 3.4.6. Resistansi Radiasi Sifat bahan isolasi sering dipengaruhi energi radiasi yang menerpa bahan isolasi tersebut, pengaruh ini dapat mengubah sifat bahan isolasi. Radiasi sinar matahari mempengaruhi umur bahan isolasi, khususnya jika bahan tersebut bersinggungan langsung dengan oksigen. Sinar ultra violet dapat merusak beberapa bahan organik yaitu menurunnya kekuatan mekanik, elastisitas dan retak-retak. Sinar X, sinar-sinar dari reaktor nuklir misalnya: sinar ,  dan  partikel- partikel radio isotop, mempunyai pengaruh sangat besar pada bahan isolasi. Bahan polimer organik akan menjadi lebih keras dan akan menjadi lebih tahan terhadap panas jika terkena sinar-sinar tersebut, misalnya: politetraflouroethilen. Kemampuan suatu bahan isolasi untuk menahan pengaruh radiasi tanpa mengalami kerusakan disebut resistansi radiasi.

3.5. Sifat–sifat Mekanis