BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika menanamkan modal di suatu emiten. Investor mempunyai dua tujuan utama dalam menanamkan dananya terhadap emiten tersebut yaitu untuk
mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi return baik berupa capital gain maupun dividen. Capital gain merupakan return yang diperoleh dari selisih
harga beli dan harga jual dari transaksi saham yang dilakukan oleh investor Sedangkan dividen adalah bagian dari laba bersih perusahaan yang dibagikan
untuk pemegang saham perusahaan tersebut. Gordon dalam Sartono, 1998: 366 menyatakan bahwa shareholder lebih memilih deviden pada saat ini dibandingkan
return yang tinggi dari capital gain dimasa yang akan datang . Ada dua jenis dividen yang bisa diperoleh pemegang saham, yaitu dividen kas dan non kas.
Dividen kas cash dividend adalah dividen yang dibayar oleh emiten kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Dividen non kas adalah dividen yang
dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Contoh dividen non kas adalah dividen saham stock dividend dan dividen aktiva.
Dividen kas merupakan masalah yang sering kali menjadi topik pembicaraan yang hangat di antara para pemegang saham dan juga pihak manajemen
perusahaan emiten bahkan cenderung terjadi kontroversi antara pemegang saham dan perusahaan emiten. Kontroversi yang ada adalah antara pendapat bahwa
kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, yang diajukan oleh
Universitas Sumatera Utara
Miller dan Modigliani MM yang sering disebut teori irrelevansi dividen, sementara argumen lain menyatakan bahwa dividen yang tinggi akan
meningkatkan nilai perusahaan yang sering disebut teori relevansi dividen, dan argumen terakhir yang menyatakan bahwa dividen yang rendah yang akan
meningkatkan nilai perusahaan Hanafi, 2004. Dari sisi emiten kebijakan dividen sangat penting bagi mereka, apakah sebagai
keuntungan perusahaan akan lebih banyak digunakan untuk membayar dividen dibanding retain earning atau sebaliknya. Dalam penetapan kebijaksanaan
mengenai pembagian dividen, faktor yang menjadi perhatian manajemen adalah besarnya laba yang dihasilkan perusahaan. Ada dua ukuran kinerja akuntansi
perusahaan yaitu laba akuntansi dan total arus kas. Penelitian ini menggunakan laba akuntansi sebagai pengukur kinerja akuntansi perusahaan.
Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisir yang dihasilkan dari
transaksi dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepadanya. Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi yang sesung-
guhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung laba Muqodim, 2005:114.
Laba akuntansi adalah laba dari kaca mata perekayasa akuntansi atau ke- satuan usaha karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif
dan terandalkan. Laba akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba yang didapat dari selisih hasil penjualan dikurangi harga pokok
penjualan dan biaya-biaya operasi perusahaan laba bersih. Selain
Universitas Sumatera Utara
menggunakan nilai laba akuntansi dalam menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan, seringkali perusahaan juga mempertimbangkan laba tunai yang pada
dasarnya merupakan laba akuntansi setelah diperhitungkan dengan beban-beban non kas dalam hal ini; beban penyusutan dan amortisasi.
Depresiasi dan amortisasi merupakan biaya non kas, artinya biaya tersebut tidak lagi memerlukan pengeluaran kas sekarang ataupun di masa depan. Menurut
Standar Akuntansi Keuangan, penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Suatu aktiva dapat
dipandang sebagai kuantitas jasa ekonomi potensial yang dikonsumsi selama menghasilkan pendapatan. Penyusutan aktiva dibebankan ke pendapatan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Fenomena yang terjadi saat ini adalah tidak banyak perusahaan manufaktur
khususnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mampu memberikan dividen berdasarkan priode pengamatan yaitu 2005-2008. dari 143 perusahaan yang
menjadi periode pengamatan hanya 14 emiten yang sanggup memberikan deviden secara empat tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2005-2008. Hal ini
yang membuat peneliti tertarik untuk meliti lebih lanjut mengenai mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian deviden kas yang dilakukan oleh
emiten di Bursa Efek Indonesia.Penelitian mengenai pengaruh Laba Akuntansi dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas pernah dilakukan oleh Elizabeth 2000
dan Murtanto dan Febby 2004. Ketiga peneliti tersebut memiliki kesimpulan yang sama dalam penelitian mereka yaitu bahwa Laba Akuntansi dan Laba Tunai
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemeberian dividen kas. Dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan ketiga peneliti yang lain tersebut yaitu peneliti menggunakan priode empat tahun berturut-turut. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan sampel perusahaan yang lebih baik lagi. Karena komitmen perusahaan tersebut dalam memberikan dividen. ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh ketiga peneliti yang lain. Ketiga peneliti tersebut hanya menggunakan tiga priode waktu berturut-turut. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan baru buat investor, masyarakat maupun peneliti yang lain.
B. Perumusan Masalah