Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian

Musik, yang dibuat antara Radio Siaran Swasta Nasional dan Yayasan Karya Cipta Indonesia.

1. Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian

Hidup bermasyarakat mengandung arti bahwa, manusia atau setiap individu saling ketergantungan dengan manusia atau individu lainnya. Hal tersebut tercermin dari berbagai aktifitas yang dilakukan seperti tukar menukar, pinjam meminjam, jual beli terhadap barang atau jasa dan sebagainya. Semua aktifitas tersebut akan menjadi dasar lahirnya suatu perjanjian, karena adanya perikatan untuk saling mengikatkan diri satu sama lainnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan. a. Perjanjian Merupakan Sumber Perikatan Perjanjian yang ditandatangani oleh para pihak merupakan sumber perikatan dan mengikat kedua belah pihak atau yang menandatanganinya sejak tanggal ditandatanganinya perjanjian tersebut. Perjanjian yang dibahas dalam penelitian ini adalah yang dimaksudkan dalam Buku III KUHPerdata. Di dalam KUHPerdata ditulis mengenai rumusan tentang perikatan yaitu pada Pasal 1233 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa, “tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan maupun karena undang-undang”. Berdasarkan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa perikatan itu terjadi dikarenakan oleh suatu persetujuan oleh kedua belah pihak ataupun oleh beberapa pihak dan perikatan itu dapat juga dikarenakan oleh bukan kemauan sendiri tapi karena dilahirkan oleh undang-undang. Universitas Sumatera Utara Kata “Perikatan” verbintenis mempunyai arti lebih luas dari pada “Perjanjian”. Menurut R. Subekti yang menyatakan bahwa, Buku III BW berjudul “perihal Perikatan”, perikatan verbintenis mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan “perjanjian”, sebab dalam buku III itu diatur juga perihal hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan atau perjanjian, yaitu perihal perikatan yang timbul dari perbuatan yang melanggar hukum onrechtmatige daad dan perihal perikatan yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan zaakwaarneming. Tetapi sebagian besar dari Buku III ditujukan pada perikatan-perikatan yang timbul dari persetujuan atau perjanjian. Adapun yang dimaksud dengan “perikatan” oleh Buku III BW itu, ialah suatu hubungan hukum mengenai kekayaan harta benda antara dua orang yang memberi hak pada satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu. Buku II mengatur perihal hubungan-hubungan hukum antara orang dengan orang hak-hak perseorangan, meskipun mungkin yang menjadi objek juga suatu benda. Oleh karena sifat hukum yang memuat dalam Buku III itu selalu berupa suatu tuntut menuntut, maka isi Buku III itu juga dinamakan “hukum perhutangan”. Pihak yang berhak menuntut dinamakan pihak yang berpiutang atau “krebitur”, sedangkan pihak yang wajib memenuhi tuntutan dinamakan pihak berhutang atau “debitur”. Adapun barang sesuatu yang dapat dituntut dinamakan “prestasi”, yang menurut undang-undang dapat berupa : a Menyerahkan suatu barang. b Melakukan suatu perbuatan. c Tidak melakukan suatu perbuatan. 91 Buku III KUHPerdata tidak ada memberikan suatu defenisi dari perikatan. Namun ada beberapa ahli hukum memberikan defenisi tentang perikatan. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, “perikatan adalah hubungan yang terjadi di atara 2 dua orang atau lebih yang terletak di dalam lapangan hukum harta kekayaan, dimana 91 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1982, hal. 122-123. Universitas Sumatera Utara pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu”. 92 Sementara itu, J. Satrio menyatakan bahwa,Mengenai istilah verbintenis terjemahannya dalam Bahasa Indonesia masih belum ada kesatuan pendapat. Ada yang menggunakan istilah “perutangan”, ada yang menggunakan istilah “perikatan”, ada yang menggunakan kedua istilah tersebut bersama-sama, malahan ada yang mengusulkan istilah “perjanjian” untuk mengganti verbintenis, sekalipun diberikan arti yang luas, meliputi juga yang muncul dari hukum Adat dan segi lain lebih sempit dari verbintenis yang selama ini dikenal, karena tidak meliputi yang lahir dari undang-undang saja uit de wet allen dan yang lahir dari onrechtmatigedaad. 93 Berdasarkan uraian-uraian yang telah disebutkan di atas, maka hal tersebut memberikan kejelasan bahwa suatu perjanjian yang dibuat itu telah menimbulkan perikatan bagi pihak-pihak yang membuatnya dan hak serta kewajiban dengan sendirinya harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak, seperti halnya pemberian sertifikat lisensi Hak Cipta musik dan lagu Radio Siaran Swasta Nasional oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia, di mana pihak Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia yang menggunakan musik dan lagu di bawah naungan Yayasan Karya Cipta Indonesia berkewajiban untuk membayar royalty yang telah disepakati oleh para pihak berdasarkan perjanjian lisensi yang telah ditandatangani. 92 Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku ke III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Alumni, Jakarta, 1998, hal. 1. 93 J. Satrio, Hukum Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1993, hal. 1. Universitas Sumatera Utara b. Asas-Asas Hukum Perjanjian Sertifikasi lisensi Hak Cipta musik dan lagu yang diberikan kepada Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia oleh YKCI tersebut merupakan perjanjian lisensi yang harus memuat asas-asas untuk keabsahan suatu perjanjian yang benar, karena untuk pembuatan perjanjian pemerintah telah menuangkan dalam perundang- undangan, serta di samping itu beberapa ahli hukum telah memberikan penjelasan- penjelasan hakikat dari suatu perjanjian, untuk lebih mendalami hal tersebut maka di bawah ini dibahas asas-asas yang harus termuat dalam perjanjian. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, dalam hukum perjanjian terdapat beberapa asas, antara lain 94 : 1 Asas kebebasan mengadakan perjanjian partij otonomi. Asas ini biasa disebut juga dengan asas kebebasan berkontrak. Dalam Pasal 1320 ayat 1 KHUPerdata disebutkan bahwa, “para pihak sepakat untuk mengikatkan dirinya”. Hal ini terlihat bahwa masing-masing pihak ada kemauan secara sukarela untuk saling mengikatkan diri pada suatu kondisi yang dikehendaki bersama. 2 Asas konsensualisme. Asas ini terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata dan Pasal 1338 KUHPerdata. Dinyatakan dalam pasal-pasal tersebut bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menyatakan keinginannya dalam suatu perjanjian. 3 Asas kepercayaan vertrouwensbeginsel. Asas ini menyatakan bahwa dengan mengadakan perjanjian maka masing-masing pihak akan memegang janjinya, dengan demikian akan tumbuh atau muncul kepercayaan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sehingga masing-masing pihak akan memberikan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakati bersama. 4 Asas kekuatan mengikat. Asas ini menyatakan bahwa dalam suatu perjanjian terkandung makna asas kekuatan mengikat, karena masing- masing pihak yang berjanji terikat untuk melakukan yang telah diperjanjikan, namun tidak semata-mata terbatas pada apa yang telah 94 Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit., hal. 108-115. Universitas Sumatera Utara diperjanjikan, tetapi juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang hal tersebut dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan serta moral. 5 Asas persamaan hukum. Asas ini menyatakan bahwa masing-masing pihak mempunyai kedudukan dan persamaan derajat tanpa dibedakan satu dengan yang lainnya oleh karena perbedaan warna kulit, bangsa, kekayaan, kekuasaan, jabatan dan lain-lain. Masing-masing menghormati perbedaan ini sebagai ciptaan Tuhan. 6 Asas keseimbangan. Pelaksanaan daripada perjanjian tersebut adalah menjadi kehendak dari kedua belah pihak yang berjanji. Asas ini juga merupakan kelanjutan dari asas persamaan hukum. Seorang kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut perluasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur juga harus memikul beban untuk melaksanakan perjanjian tersebut dengan itikad baik. Kedudukan kreditur yang lebih kuat diimbangi dengan kewajiban untuk memperhatikan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang. 7 Asas kepastian hukum. Perjanjian mempunyai kekuatan mengikat bagi kedua belah pihak karena perjanjian tersebut menjadi undang-undang bagi para pihak yang membuatnya dan oleh karenanya perjanjian tersebut mempunyai kepastian hukum. 8 Asas moral. Asas ini terlihat dalam perikatan yang wajar, dimana suatu perbuatan sukarela dari seseorang tidak menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontra prestasi dari pihak debitur. Juga hal ini terlihat di dalam zaakwaarneming, dimana seseorang yang melakukan suatu perbuatan secara sukarela moral yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya, juga asas ini terdapat dalam Pasal 1339 KUHPerdata. Faktor-faktor yang memberikan motivasi pada yang bersangkutan untuk melakukan perbuatan hukum tersebut berdasarkan pada kesusilaan moral, sebagai panggilan dari hati nuraninya. 9 Asas kepatutan. Dalam Pasal 1339 KUHPerdata, asas ini berkaitan dengan ketentuan-ketentuan yang dibuat di dalam perjanjian tersebut. Hal ini yang menjadi ukuran tentang hubungan dan rasa keadilan yang satu dengan yang lainnya. 10 Asas kebiasaan. Asas ini diatur dalam Pasal 1339 jo Pasal 1347 KUHPerdata yang dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga hal-hal yang dalam keadaan dan kebiasaan yang lazim diikuti. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas mengenai asas-asas yang terdapat dalam suatu perjanjian, maka diharapkan sertifikasi lisensi Hak Cipta musik dan lagu Radio Siaran Swasta Nasional oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia dapat memenuhi beberapa asas tersebut. c. Jenis-Jenis Perjanjian Penelitian ini juga membahas mengenai jenis-jenis perjanjian pada umumnya, sehingga dari hal tersebut dapat diketahui bahwa sertifikasi lisensi Hak Cipta musik dan lagu Radio Siaran Swasta Nasional oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia termasuk dalam suatu jenis perjanjian apa yang akan diutarakan di bawah ini. Ada beberapa jenis perjanjian dalam ruang lingkup hukum perjanjian, antara lain : 1 Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak. Menurut Abdulkadir Muhammad yang menyatakan bahwa, “perjanjian timbal balik bilateral contract adalah perjanjian yang memberikan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak”. 95 Perjanjian ini merupakan kegiatan yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya perjanjian jual beli, tukar menukar, sewa menyewa dan lain sebagainya. Sedangkan perjanjian sepihak adalah perjanjian yang hanya memberikan atau membebankan kewajiban kepada salah satu pihak saja tanpa diikuti penerimaan hak 95 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, hal. 1. Universitas Sumatera Utara dan memberikan hak kepada pihak yang lainnya tanpa dikuti dengan kewajiban. 96 Perjanjian ini dapat diberikan contoh seperti : pemberian hadiah, hibah dan lain sebaginya. Dalam hal tersebut, pihak pemberi hadiah ataupun pemberi hibah diwajibkan untuk menyerahkan benda yang menjadi objek dari perikatan tersebut, sedangkan pihak lainnya berhak untuk menerima benda yang diberikan atau dihibahkan tersebut. 2 Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban Perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak saja, dan contohnya hibah. 97 Sedangkan perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain dan antara kedua prestasi tersebut ada hubungannya menurut hukum. 98 3 Perjanjian bernama benoemdspecified overencomst dan perjanjian tidak bernama onbenoemdunspecified overencomst Perjanjian bernama adalah perjanjian yang memiliki nama tersendiri. Dengan kata lain, bahwa perjanjian-perjanjian tersebut telah diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam KUHPerdata perjanjian bernama terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab XVII. 96 Ibid. 97 Ibid., hal. 2. 98 Ibid. Universitas Sumatera Utara Sedangkan perjanjian tidak bernama yaitu perjanjian yang tumbuh berdasarkan asas kebebasan berkontrak dalam mengadakan suatu perjanjian. Perjanjian tidak bernama ini tidak diatur dalam KUHPerdata, akan tetapi di dalam kehidupan sehari- hari telah sering terjadi di masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas, hal ini dikarenakan perjanjian tersebut disesuaikan dengan kebutuhan para pihak yang akan membuat perjanjian tersebut, misalnya perjanjian kerjasama, perjanjian pemasaran, perjanjian kuasa dan sebagainya. 4 Perjanjian kebendaan zakelijke overenkomst dan perjanjian obligatoir Perjanjian kebendaan adalah, “perjanjian hak atas benda yang dialihkan atau diserahkan transfer of title kepada pihak lain”. 99 Sedangkan perjanjian obligatoir berdasarkan Pasal 1314 KUHPerdata adalah perjanjian di antara pihak-pihak yang mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan kepada pihak lain perjanjian yang menimbulkan perikatan. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, “berdasarkan KUHPerdata perjanjian jual beli saja belum mengakibatkan beralihnya hak milik dari penjual kepada pembeli dan untuk beralihnya hak milik bendanya masih diperlukan satu lembaga lain, yaitu penyerahan”. 100 Menurut Pasal 1338 KUHPerdata, perjanjian konsensuil sudah memiliki kekuatan mengikat karena telah tercapai persesuaian kehendak ada kata sepakat di antara kedua belah pihak dalam melakukan suatu perikatan. Sedangkan perjanjian riil 99 Mariam Darus Badrulzaman, et al, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 67. 100 Ibid., hal 20. Universitas Sumatera Utara berlaku atau dianggap sah apabila telah terjadi penyerahan barang levering, contohnya perjanjian penitipan barang yang tercantum dalam Pasal 1694 KUHPerdata dan lain-lain. 5 Perjanjian campuran contractus sui generis Perjanjian campuran adalah perjanjian yang mengandung berbagai unsur perjanjian, sebagai contoh seorang pemilik rumah yang menyewakan kamar atau sebagian ruangan rumahnya yang mana dalam hal ini tergolong dalam sewa menyewa, akan tetapi juga menyajikan makanan kepada penyewa kamar atau sebagian ruangan rumah tersebut yang dalam hal ini tergolong dalam jual beli. Berdasarkan yang telah diuraikan di atas mengenai beberapa jenis perjanjian, maka dalam pelaksanaan sertifikasi lisensi Hak Cipta musik dan lagu Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia adalah termasuk dalam beberapa jenis yaitu perjanjian timbal balik, perjanjian tidak bernama onbenoemdunspecified overencomst, perjanjian kebendaan zakelijke overenkomst dan perjanjian obligatoir. d. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian Sebagaimana suatu perjanjian biasa, maka sertifikasi lisensi Hak Cipta musik dan lagu Radio Siaran Swasta Nasional oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi, maka dari itu perlu untuk diketahui syarat-syarat sah perjanjian pada umumnya seperti yang tercantum dalam Pasal 1320 KUHPerdata antara lain : Universitas Sumatera Utara 1. Kesepakatan para pihak untuk mengikatkan diri detoestemning. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan de bekwaamheid. 3. Suatu hal tertentu een bepald onderwerp. 4. Suatu sebab yang halal een geoorloofde oorzaak. Selain syarat umum yang telah disebutkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, Munir Fuady menyebutkan bahwa dalam hukum perjanjian atau hukum kontrak ada syarat sah umum di luar Pasal 1320 KUHPerdata dan syarat sah yang khusus, sebagai berikut : 1. Syarat sah umum di luar Pasal 1320 KHUPerdata, terdiri dari : a. Syarat itikad baik. b. Syarat sesuai dengan kebiasaan. c. Syarat sesuai dengan kepatutan. d. Syarat sesuai dengan kepentingan umum. 2. Syarat sah yang khusus, terdiri dari : a. Syarat tertulis untuk kontrak-kontrak tertentu. b. Syarat akta Notaris untuk kontrak-kontrak tertentu. c. Syarat akta pejabat tertentu yang bukan Notaris untuk kontrak-kontrak tertentu. d. Syarat dari yang berwenang. 101 : Adanya kata sepakat dalam suatu perjanjian, maka berarti kedua belah pihak haruslah mempunyai kebebasan berkehendak. Bagi para pihak tidak boleh mendapat suatu tekanan yang akan mengakibatkan adanya kecacatan dalam perwujudan kehendak tersebut Pengertian sepakat dilukiskan sebagai persyaratan kehendak yang disetujui overeentemende wilsverklaring antar parapihak. Pernyataan pihak yang menerima 101 Munir Fuady, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal. 33-34. Universitas Sumatera Utara tawaran dinamakan akseptasi acceptatie. Dilihat dari syarat-syarat perjanjian tersebut, maka dapat dibedakan bagian dari perjanjian, antara lain yaitu : a. Bagian inti wanzenlijke naturalia oorde. b. Sub bagian inti disebut esensialia adalah bagian yang merupakan sifat yang harus ada di dalam perjanjian, sifat yang menentukan atau menyebabkan perjanjian itu tercipta contructieve oordeel. c. Bagian yang bukan inti disebut naturalia adalah bagian yang merupakan sifat bawaan natuur perjanjian sehingga secara diam-diam melekat pada perjanjian, seperti menjamin tidak ada cacat dari benda yang dijual vrijwaring. d. Bagian aksidentialia adalah bagian yang merupakan sifat yang melekat pada perjanjian yang secara tegas diperjanjian oleh para pihak. 102 Berdasarkan Pasal 1339 KUHPerdata disebutkan bahwa, “semua persetujuan, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan nama tertentu tunduk pada peraturan-peraturan umum”. Selain dari hal tersebut, Pasal 1339 KUHPerdata juga menyebutkan bahwa, “persetujuan-persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat persetujuan, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang”. Umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu, dapat dibuat secara lisan maupun secara tertulis. Jika dibuat secara tertulis, maka dapat berbentuk akta Notaris dan akta di bawah tangan. Akta di bawah tangan dapat berupa perjanjian baku perjanjian standard dan hal tersebut bersifat sebagai alat bukti jika terjadi perselisihan dikemudian harinya. Dalam Pasal 1321 KUHPerdata disebutkan bahwa, “jika di dalam suatu perjanjian terdapat kekhilafan, paksaan atau penipuan, berarti di 102 Mariam Darus Badrulzaman, et al., 2001, Op. Cit., hal. 57. Universitas Sumatera Utara dalam perjanjian itu terjadi cacat pada kesepakatan antar para pihak dan karena itu perjanjian tersebut dapat dibatalkan”. Undang-undang membedakan 2 dua jenis kekhilafan yaitu khilaf mengenai orang error inpersonal dan khilaf mengenai barang yang menjadi pokok perjanjian error insubtantia. Pada Pasal 1323 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1327 KUHPerdata menjelaskan bahwa paksaan tersebut terjadi apabila seseorang tidak bebas untuk menyatakan kehendaknya. Paksaan ini berwujud kekerasan jasmani atau ancaman akan membuka rahasia yang menimbulkan ketakutan pada seseorang sehingga yang bersangkutan membuat perjanjian. Selanjutnya dalam Pasal 1328 KUHPerdata menyebutkan bahwa, “penipuan terjadi apabila salah satu pihak dengan tipu muslihat berhasil sedemikian rupa sehingga pihak yang lain bersedia untuk membuat suatu perjanjian dan perjanjian itu tidak akan terjadi tanpa adanya tipu muslihat tersebut”. Berdasarkan dari ketentuan pasal tersebut, maka perjanjian yang diadakan dengan penipuan tersebut dapat dibatalkan. Sementara mengenai kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur di dalam Pasal 1329 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1331 KUHPerdata pada dasarnya menetapkan setiap orang cakap untuk membuat perikatan, kecuali jika undang-undang menyatakan bahwa orang tersebut adalah tidak cakap. Orang-orang yang tidak cakap membuat perjanjian adalah orang-orang yang Universitas Sumatera Utara belum dewasa dan setiap orang yang ditaruh di bawah pengampuan, dalam keadaan pailit. Terhadap suatu hal tertentu, undang-undang menentukan benda-benda yang tidak dapat dijadikan objek dari perjanjian. Benda-benda itu adalah yang dipergunakan untuk kepentingan umum. Suatu perjanjian harus mempunyai objek tertentu sekurang-kurangnya dapat ditentukan benda-benda itu dapat berupa benda yang sekarang ada dan juga benda-benda yang nanti akan ada di kemudian hari. e. Penyebab Berakhirnya Suatu Perjanjian Sebagaimana perjanjian pada umumnya, sertifikasi lisensi Hak Cipta musik dan lagu Radio Siaran Swasta Nasional oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia juga memiliki ketentuan-ketentuan kapan berakhirnya atau diakhirinya perjanjian tersebut. Oleh sebab itu di bawah ini akan dibahas mengenai berakhirnya suatu perjanjian. Berdasakan Pasal 1381 KUHPerdata, suatu perjanjian dapat berakhir atau hapus disebabkan karena, antara lain : 1 Pembayaran. Pembayaran merupakan salah satu alasan yang menyebabkan hapusnya perikatan, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1382 sampai dengan Pasal 1403 Bab IV Buku III bagian I KUHPerdata. Menurut Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi mengatakan bahwa pada Pasal 1382 KUHPerdata menyebutkan, Tiap-tiap perikatan dapat dipenuhi oleh siapa saja yang berkepentingan, seperti seorang yang turut berhutang atau seseorang penanggung hutang. Universitas Sumatera Utara Suatu perikatan bahkan dapat dipenuhi juga oleh seorang pihak ketiga yang tidak mempunyai kepentingan, asal saja orang pihak ketiga itu bertindak atas nama dan untuk melunasi hutang debitor, atau jika ia bertindak atas namanya sendiri, asal ia tidak menggantikan hak-hak kreditor. 103 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa KUHPerdata tidak memberikan suatu pengertian tentang pembayaran, hanya saja dari rumusan tersebut hanya disebutkan dan dikatakan secara tegas tentang masalah pemenuhan hutang. Dengan demikian berarti yang dimaksud dengan pembayaran adalah pemenuhan perikatan, kewajiban atau hutang debitor kepada kreditor. Selain dari hal tersebut di atas, maka ada hal lain yang berhubungan dengan pembayaran yaitu mengenai tempat pembayaran. Menurut Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, tempat pembayaran terbagi dalam 2 dua kelompok, antara lain : a Untuk perikatan yang lahir dari undang-undang, seluruh biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pembayaran atau pemenuhan perikatan adalah menjadi tanggungan debitor sepenuhnya. b Untuk perikatan yang lahir dari perjanjian, tempat pemenuhan perikatan merupakan hal yang penting dalam menentukan luasnya tanggung-jawab debitor atas biaya pembayaran atau pemenuhan perikatan. Untuk itu maka ketentuan dalam Pasal 1393 KUHPerdata menentukan bahwa pembayaran harus dilakukan di tempat yang ditetapkan dalam persetujuan, jika dalam persetujuan tidak ditetapkan pada suatu tempat, maka pembayaran mengenai suatu barang yang sudah ditentukan, harus terjadi di tempat di mana barang tersebut berada sewaktu persetujuannya dibuat. 104 103 Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Hapusnya Perikatan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 14. 104 Ibid., hal. 66-67. Universitas Sumatera Utara 2 Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan Ketentuan mengenai penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penyimpanan atau penitipan telah diatur dalam Pasal 1404 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1412 KUHPerdata. Hapusnya perikatan karena penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penyimpanan atau penitipan hanya dapat terjadi terhadap perikatan untuk menyerahkan atau memberikan sesuatu, baik berupa kebendaan dalam arti luas, maupun dalam bentuk uang sebagai pemenuhan hutang dalam arti yang sempit. Bahkan jika diperhatikan makna kata “penitipan” atau “penyimpanan” tersebut di atas jelas bahwa kebendaan yang dimaksud hanya meliputi kebendaan yang bergerak saja, disebabkan karena kebendaan dari penyerahan kebendaan bergerak. Di mana menurut ketentuan Pasal 612 KUHPerdata cukup dilakukan dengan penyerahan fisik dari kebendaan tersebut. Sedangkan kebendaan tidak bergerak secara esensi tidak mungkin dapat dititipkan atau disimpan untuk diserahkan kepada kreditor. Berdasarkan uraian yang telah diutarakan di atas, maka dapat dilihat bahwa KUHPerdata tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan debitor yang beritikad baik, yang memang bermaksud untuk memenuhi perikatannya atau melakukan pembayaran sesuai dengan kewajibannya. 3 Pembaharuan hutang novasi Novasi atau pembaharuan hutang merupakan salah satu cara untuk mengakhiri suatu perjanjian. Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa, “novasi adalah Universitas Sumatera Utara suatu perjanjian baru dengan mana perikatan yang sudah ada dihapuskan dan sekaligus diadakan suatu perikatan baru”. 105 Menurut Sutarno, dalam Pasal 1413 KUHPerdata menyebutkan bahwa ada 3 tiga cara terjadinya novasi, antara lain 106 : a Novasi subjektif aktif suatu perjanjian yang bertujuan menggantikan kreditor lama dengan seorang kreditor baru. b Novasi subjektif pasif adalah suatu perjanjian yang bertujuan mengganti debitor lama dengan debitor baru dan membebaskan debitor lama dari kewajibannya dan biasanya juga disebut dengan alih debitor. c Novasi objektif yaitu suatu perjanjian antara kreditor dengan dibitor untuk memperbarui atau merubah objek ataupun isi perjanjian. Pembaruan objek perjanjian ini terjadi jika kewajiban prestasi tertentu dari debitor diganti dengan prestasi lain. 4 Perjumpaan hutang kompensasi Kompensasi atau perjumpaan hutang dapat dilakukan dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi berdasarkan Pasal 1427 KUHPerdata, antara lain : a Kedua-duanya berpokok sejumlah uang. b Berpokok sejumlah barang yang dapat dihabiskan. Maksud dari barang yang dapat dihabiskan adalah barang yang dapat diganti. c Kedua-duanya dapat ditetapkan dan dapat ditagih seketika. Menurut perkembangannya, untuk menyelesaikan kredit macet kreditor dan debitor dapat melakukan kompensasi antara hutang dengan jaminan, bukan dengan hutang saja. Caranya yaitu debitor menyerahkan jaminannya kepada kreditorbank 105 Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit., hal. 76. 106 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Jakarta, 2003, hal. 174. Universitas Sumatera Utara dan bank menghapuskan hutangnya hutang dinyatakan lunas dan kompensasi ini disebut juga set off. 107 5 Percampuran hutang Ketentuan Pasal 1436 KUHPerdata menjelaskan makna percampuran hutang dengan rumusan sebagai berikut, “apabila kedudukan-kedudukan sebagai orang yang berpiutang dan orang berhutang berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi hukum suatu percampuran hutang, dengan mana piutang dihapuskan”. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat dilihat bahwa hanya satu hutang, kewajiban atau perikatan yang saling meniadakan karena berkumpulnya hutang dan piutang pada satu pihak. Berbeda halnya dengan kompensasi yang di dalamnya terkait sekurang- kurangnya 2 dua hutang yang saling timbal balik. Menurut Pasal 1437 KUHPerdata, konsekuensi dari adanya percampuran hutang tersebut adalah : Percampuran hutang yang terjadi pada dirinya si berhutang utama, berlaku juga untuk keuntungan para penanggung hutangnya. Percampuran yang terjadi pada dirinya si penanggung hutang, tak sekali-kali mengakibatkan hapusnya hutang pokok. Percampuran yang terjadi pada dirinya salah satu dari orang-orang yang berhutang secara tanggung-menanggung sehingga melebihi bagiannya dalam hutang yang ia sendiri menjadi orang berhutang. 107 Ibid. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka menjadi lebih jelas lagi bahwa meskipun perikatan pokok yang bersifat tanggung-menanggung pasif telah hapus karena terjadinya percampuran hutang, namun para debitor yang secara tanggung- menanggung bertanggung-jawab atas hutang yang telah dipercampurkan tersebut tidak dibebaskan dari kewajibannya yang terkait secara tanggung-menanggung pasif tersebut untuk memenuhi bagian hutang atau kewajiban masing-masing terhadap debitor dalam perikatan tanggung-menanggung pasif tersebut karena percampuran hutangnya telah dianggap memenuhi kewajiban yang bersifat tanggung-menanggung pasif tersebut. 6 Pembebasan hutang Menurut Sutarno, pembebasan hutang adalah Pembebasan hutang adalah perbuatan hukum yang dilakukan kreditor dengan menyatakan secara tegas tidak menuntut lagi pembayaran hutang dari debitor. Hal ini berarti bahwa kreditor melepaskan haknya dan tidak menghendaki lagi pemenuhan perjanjian yang diadakan, dengan begitu debitor dibebaskan dari prestasi yang sebenarnya harus dilakukan. Secara tegas berarti bahwa kreditor memberitahukan secara lisan atau tulisan kepada debitor bahwa kreditor membebaskan kepada debitor untuk tidak membayar lagi hutangnya. 108 Ketentuan Pasal 1442 KUHPerdata menyatakan bahwa, 108 Sutarno, Op. Cit., hal. 88. Universitas Sumatera Utara Pembebasan suatu hutang atau penglepasan menurut persetujuan, yang diberikan kepada si berhutang utama, membebaskan para penanggung hutang. Pembebasan yang diberikan kepada si penanggung hutang tidak membebaskan si berhutang utama. Pembebasan yang diberikan kepada salah seorang penanggung hutang tidak membebaskan para penanggung lainnya. Berdasarkan pernyataan dari Sutarno tentang pembebasan hutang dan ketentuan dari Pasal 1442 KUHPerdata tentang pembebasan hutang, maka secara langsung tidak berkaitan dengan sertifikasi lisensi musik dan lagu, akan tetapi secara tidak langsung mempunyai hubungan dengan sertifikasi lisensi musik dan lagu. Hal ini dapat terjadi jika pihak radio siaran swasta nasional Indonesia berhutang dalam melakukan pembayaran royalty kepada YKCI, maka dapat dikatakan bahwa pihak YKCI sebagai kreditor dan pihak radio sebagai debitor. Sehingga berdasarkan pernyataan dari Sutarno dan ketentuan dalam Pasal 1442 KUHPerdata tersebut, pihak YKCI selaku kreditor harus secara tegas menyatakan tidak akan menuntut pembayaran royalty yang terhutang dari pihak radio dan pihak radio pun akan menggunakan musik dan lagu tersebut tanpa adanya gangguan akan mendapat tuntutan dari pihak YKCI maupun pihak Pencipta musik dan lagu 7 Musnahnya barang yang terhutang Barang yang menjadi objek perjanjian musnah, hilang, tidak dapat lagi diperdagangkan, sehingga barang tersebut tidak diketahui lagi apakah masih ada atau tidak maka perjanjian menjadi hapus, dengan syarat musnahnya barang atau Universitas Sumatera Utara hilangnya barang bukan disebabkan debitor dan sebelum debitor lalai menyerahkan barangnya kepada kreditor. Bahkan seandainya debitor lalai menyerahkan maka debitor dibebaskan dari pemenuhan prestasi jika debitor dapat membuktikan musnahnya barang atau hilangnya barang tersebut disebabkan kejadian di luar kekuasaannya atau disebabkan overmacht. Namun apabila barang yang menjadi objek dari perjanjian tersebut telah diasuransikan memiliki hak asuransi atas barang yang musnahhilang tersebut, maka debitor diwajibkan untuk menyerahkannya kepada kreditor. 109 Berdasarkan pernyataan tersebut mengenai musnahnya barang yang terhutang, maka secara langsung tidak ada hubungannya dengan sertifikasi lisensi musik dan lagu. Hal ini dikarenakan pada dasarnya sangat sulit menentukan objek dari Hak Cipta musik dan lagu dalam sertifikasi lisensi musik dan lagu tersebut. Bahwa musik dan lagu tersebut bersifat abstrak atau tidak nyata ataupun tidak dapat dirasa secara fisik lahiriah, akan tetapi hanya bisa dirasakan melalui pendengaran. 8 Pembatalan atau kebatalan Suatu perjanjian dapat dibatalkan ataupun batal jika tidak memenuhi ketentuan, antara lain : a Tidak dipenuhinya syarat subjektif yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Apabila syarat subjektif ini dipenuhi, maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan, artinya para pihak tidak melakukan pembatalan atas 109 Ibid., hal. 89. Universitas Sumatera Utara perjanjian tersebut maka perjanjian tersebut adalah sah dan mengikat serta berlaku bagi para pihak. b Tidak dipenuhinya syarat objektif yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Apabila syarat objektif ini tidak dipenuhi, maka perjanjian tersebut dengan sendirinya batal demi hukum, artinya perjanjian tersebut dianggap dari semula tidak pernah ada, dengan begitu tidak ada perjanjian yang dihapus. Suatu perjanjian dapat juga dibatalkan oleh salah satu pihak bila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya atau wanprestasi walaupun telah terpenuhinya syarat subjektif dan syarat objektif hal ini sesuai dengan Pasal 1266 KUHPerdata. Menurut R. Subekti, “hakim berkuasa untuk membatalkan suatu perjanjian jika isi perjanjian membebankan kewajiban yang tidak seimbang atau membebankan kewajiban yang lebih besar kepada salah satu pihak dan memberikan keuntungan di pihak lainnya yang disebabkan karena kebodohan, kurang pengalaman atau dalam keadaan memaksa dari salah satu pihak”. 110 9 Berlakunya suatu syarat batal Sesuai dengan bunyi Pasal 1265 KUHPerdata yang menyatakan bahwa, “syarat batal adalah syarat yang apabila dipenuhi, menghentikan perikatan dan membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula, seolah-olah tidak pernah ada suatu perikatan”. Syarat ini tidak menangguhkan pemenuhan perikatan, hanyalah 110 R. Subekti, Op. Cit., hal. 161. Universitas Sumatera Utara mewajibkan si berpiutang mengembalikan apa yang telah diterimanya apabila peristiwa yang dimaksudkan terjadi. 10 Lewatnya waktu daluwarsa Menurut M. Yahya Harahap, lewatnya waktu daluwarsa akan memberikan 2 dua pengertian, antara lain : Membebaskan seseorang dari kewajiban setelah lewat jangka waktu tertentu sebagaimana yang telah ditetapkan undang-undang. Memberikan kepada seseorang untuk memperoleh sesuatu hak telah lewat jangka waktu tertentu sesuai dengan yang ditetapkan undang-undang. 111 Daluwarsa yang menyebabkan seseorang dibebaskan dari kewajibannya dalam perjanjian disebut juga dengan daluarsa extinctive, sedangkan daluwarsa yang menyebabkan seseorang memperoleh suatu hak atas suatu barang disebut dengan daluwarsa acquisitive. 112

2. Tinjauan Umum Perjanjian Lisensi