Nada Dasar
4.3.2 Nada Dasar
Dalam Nettl (1963:147) dalam bukunya Theory and Method in Etomusicology yang diambil dari Skripsi Siti 03:06 menawarkan tujuh cara dalam menemukan nada dasar, yaitu : (1) Patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang sering dipakai dan
nada mana yang jarang dipakai dalam komposisi tersebut. (2) Kadang-kadang nada-nada yang harga ritmisnya besar dianggap nada-nada dasar, meskipunpun jarang dipakai. (3) Nada yang dipakai pada awal atau akhir komposisi maupun pada bagian tengah komposisi dianggap mempunyai fungsi penting dalam tonalitas tersebut.
(4) Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada ataupun posisi tepat berada ditengah-tengah dapat dianggap penting. (5) Interval-interval yang terdapat antara nada kadang-kadang dipakai sebagai patokan. Contohnya sebuah posisi yang digunakan bersama oktafnya, sedangkan nada lain tidak memakai. Maka nada pertama tersebut boleh dianggap lebih penting.
(6) Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada juga bisa juga bisa dipakai sebagai patokan tonalitas. (7) Harus diingat barangkali ada gaya-gaya musik yang mempunyai sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-paokan diatas. Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik tampaknya adalah pengalaman lama dan pengenalan akrab dengan musik tersebut.
(terjemahan Marc Perlman 1963:147). Dalam terjemahan Prof.Mauly Purba dalam buku The Music Kit. Mengatakan bahwa nada dasar sama halnya dengan tonalitas yaitu bisa dilihat dalam satu musik ataupun lagu tonika tersebut adalah nada yang paling kuat sedangkan yang lainnya sebagai pendukung terhadap Tonika. Melalui pendekatan diatas, maka penulis menyusun terlebih dahulu nada-nada melodis lagu laksmana mati dibunuh, mak inang pulau kampai, dan tanjung katung. Dibawah ini akan penulis urutkan tonika dari ketiga lagu Melayu tersebut antara lain:
1. Lagu Laksmana Mati di Bunuh nada yang sering muncul C ke nada C yang berjumlah 61 kali. Tonika dari lagu tanjung katung dimulai dari G ke G yang berjumlah 99 kali. Kemudian Mak Inang pulai kampai dari nada E ke nada E yang berjumlah 90 kali. Maka tonalitas yang disusun berdasarkan ketujuh cara yang ditawarkan oleh Nettl adalah sebagai berikut :
(1) Nada yang paling sering digunakan lagu laksmana mati dibunuh adalah nada
G yang jatuhnya di nada D, lagu Tanjung katung nada yang paling sering muncul adalah nada G yang jatuhnya di F, sedangkan Mak inang Pulau kampai nada yang sering muncul adalah nada E yang jatuhnya juga di nada E
(2) Nada yang memiliki nilai ritmis yang besar di lagu laksmana mati dibunuh A# dan A, Tanjung katung F# dan F, Mak inang pulai kampai G ke G adalah nada
E dan G (3) Nada yang banyak dipakai sebagai nada awal lagu laksmana mati dibunuh adalah D, Lagu Tanjung Katung nada yang selalu dipakai sebagai nada awal dan Akhir adalah nada G, dan lagu Mak Inang Pulau Kampai nada yang sering digunakan nada awal dan akhir adalah nada E.
(4) Nada yang menduduki posisi paling rendah nada di lagu lakmana mati dibunuh adalah nada G (sol rendah), lagu tanjung katung G(sol rendah), dan Mak inang pulai kampai C#
(5) Nada yang dipakai bersama dengan oktafnya dalam lagu laksmana mati dibunuh adalah A, Tanjung katung A, mak inang pulai kampai A (6) Tekanan Ritmis yang paling besar dalam lagu laksmana mati dibunuh adalah
E dan D, Tanjung katung G dan F, Mak inang pulai kampai F dan E (7) Melalui keenam bentuk yang ditawarkan oleh Nettl yang menggunakan 3 lagu Melayu yang berbeda-beda baik dalam bentuk tonikanya maupun ritmis dari ketiga lagu tesersebut. Akan tetapi ketiga lagu tersebut menggunakan nada dasar yang sama.
(8) Dilihat dari kriteria yang ditawarkan oleh Nettl maka penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa nada dasar yang terdapat pada lagu Serampang Duabelas adalah nada F.
Nada Dasar Lagu Mak Inang Pulau Kampai : C = do Nada Dasar Laksmana mati dibunuh : C=do Nada Dasar Lagu Tanjung Katung : C = do