KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GENDANG PATAM-PATAM DALAM MUSIK TRADISIONAL KARO

KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GENDANG PATAM-PATAM DALAM MUSIK TRADISIONAL KARO SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN OL NOVALINDA TRINGANI GINTING NIM : 060707015 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2012

KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GENDANG PATAM-PATAM DALAM MUSIK TRADISIONAL KARO SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

H NOVALINDA TRINGANI GINTING NIM : 060707015 Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Drs. Mauly Purba M.A.,Ph.D Drs. Perikuten Tarigan,M.Si NIP. 1961 0829 1989 031003

NIP. 1958 0402 1987 031003 Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang Ilmu Etnomusikologi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2012 Disetujui

ii

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI Ketua,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D NIP. 196512211991031001

iii

PENGESAHAN Diterima oleh: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Medan Hari

: Senin Tanggal

: 6 Februari 2012

FAKULTAS ILMU BUDAYA USU Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A NIP. 1951 1013 1976 031001

PANITIA UJIAN No. Nama

Tanda Tangan

1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D ( )

2. Dra. Heristina Dewi M.Pd

3. Prof. Drs Mauly Purba, M.A.,Ph.D

4. Drs. Perikuten Tarigan, Msi

5. Drs. Fadlin M.A PERNYATAAN

iv

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 11 Januari 2012

Novalinda Tringani Ginting Nim 060707015

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Kontinuitas Dan Perubahan Gendang patam-patam Dalam Musik Tradisional Karo. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana kontinuitas dan perubahan gendang patam-patam dalam musik tradisional Karo. Hal lainnya yaitu untuk melihat bagaimana pola umum ritem gendang patam-patam bunga ncole yang dibawakan oleh tiga orang pemain musik Karo yaitu Fakta Ginting, Sakti Sembiring dan Yanto Ginting.

Skripsi ini membicarakan bagaimana gendang patam-patam dalam kebudayaan masyarakat Karo,khususnya pada Karo Gugung, dan perubahan yang terjadi karena perubahan instrumen musiknya. Dengan adanya gendang kibod (sebutan lokal) gendang patam-patam yang dikenal sebagai salah satu komposisi musik tradisional Karo diprogram dalam bentuk pola ritem yang lagu-lagu apa saja dapat “dimasukkan” atau dimainkan. Pola ritem ini diprogram oleh musisi Karo yang mana koleksi program dari gendang patam-patam ada yang sama (dengan variasi) tetapi ada juga yang berbeda, baik dari sisi pola ritme, tempo maupun warna bunyi instrumentalnya.

Walaupun terjadi perubahan dalam gendang patam-patam namun ada pula unsur yang masih kontinu seperti melodi dan pola ritem dari gendang anak, penganak, dan unsur bunyi gung. Meskipun telah terjadi perubahan pada instrumen musik dan juga warna bunyi instrumennya namun gaya musik ini tetap disebut sebagai gendang patam-patam.

Kata Kunci: Gendang patam-patam bunga ncole, komposisi, pola ritem, program, gendang lima sendalanen , gendang kibod, Fakta Ginting, Sakti Sembiring, dan Yanto Ginting.

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat yang senantiasa diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GENDANG PATAM- PATAM DALAM MUSIK TRADISIONAL KARO. Skripsi ini merupakan hasil serta perjuangan dari ilmu yang telah penulis dapatkan selama menjalani kuliah di Departeman Etnomusikologi, Universitas Sumatera Utara kurang lebih lima tahun ini. Terwujudnya skripsi ini juga tidak terlepas dari doa serta dukungan dari orang- orang yang penulis kasihi, yaitu;

Kepada kedua orang tua yang sangat-sangat penulis sayangi yaitu Drs. Madju Ginting dan Rosmawati br. Pinem, saya mengucapkan terimakasih banyak atas doa yang senantiasa kalian panjatkan kepada saya, dan untuk kesabaran serta dukungan baik moril maupun materil. Kasih kalian tiada batasnya yang membuat saya tetap sabar dalam menghadapi semua masalah yang ada, begitu pula dengan nenek tigan saya yang telah mendoakan saya dengan setulus hati saya ucapkan terimakasih.

Kepada saudara/i saya, Ivo Nuhita Ginting, Mia Veraulin Ginting S.S, dan Segudan Bosco Ginting Amd, saya mengucapkan banyak terimakasih buat perhatian kakak dan abang yang begitu besar selama ini yang selalu mendoakan, memberi semangat dan juga mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kepada yang saya sayangi dan kasihi Berlin Immanuel Tambunan S.E yang setia menemani dan membantu saya selama proses penelitian dilapangan, saya ucapkan terimakasih atas doa, dukungan, kesabaran, motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

vii

Kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara Bapak Drs. Muhammad Takari, M. Hum.,Ph.D dan Ibu Dra. Heristina Dewi, M. Pd, saya mengucapkan banyak terimakasih untuk perhatian dan bantuannya selama menjalani proses penulisan skripsi saya hingga selesai.

Kepada Pembimbing I Bapak Prof. Mauly Purba M.A.,Ph.D, dan Pembimbing II saya Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si saya mengucapkan banyak terimakasih atas bimbingan yang telah Bapak berikan selama proses penulisan skripsi saya ini sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan.

Kepada Seluruh Dosen Departemen Etnomusikologi yaitu Bapak Drs. Torang Naiborhu M.Hum selaku Dosen akademik, Drs. Bapak Kumalo Tarigan M.A, Ibu Dra. Rita Hutajulu M.A, Bapak Drs. Bebas Sembiring M.Si, Bapak Drs. Irwansyah Harahap M.A, Bapak Drs. Fadlin M.A, Bapak Drs. Dermawan Purba M.Si, Ibu Arifni Netriroza STT, dan Ibu Dra. Frida Deliana Harahap M.Si, serta seluruh Dosen lainnya saya mengucapkan banyak trimakasih atas ilmu yang telah diberikan selama menduduki bangku perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.

Dan kepada informan serta narasumber saya Seter Ginting, Djasa Tarigan, Malem Ukur Ginting, Natangsa Barus S.Pd, saya ucapkan terimakasih banyak atas bantuan dan informasi yang telah diberikan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Kepada informan dan juga narasumber saya Seter Ginting, Djasa Tarigan, Malem Ukur Ginting, Natangsa Barus, Fakta Ginting, saya ucapkan terimakasih banyak atas bantuan dan informasi yang telah diberikan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Kepada staf/tata usaha di Departemen Etnomusikolgi Ibu Adri dan Bang Awang saya mengucapkan terimakasih untuk kerjasama dan bantuannya selama ini.

viii

Kepada sahabat-sahabat Tety Silva kurnia Ginting, Yunika Margaretha Ginting, Jerry Periance Saragih, Vanesia Amelia Sebayang S.Sn, Evi Nenta Sipahutar, Inta Junia Hasugian S.Sn, Rebekka Lumbantobing S.Sn, Rina Gustiani Simanjuntak S.Sn, Heydi Evelin Simorangkir S.Sn, Sansri Nuari Silitonga S.Sn, Eva Gusmala Yanti S.Sn, Jonnedi Nababan, Jefri Hutagalung S.Sn, Ananda Mora Ichsan, Amran Hutapean S.Sn, Daniel Limbong, Boby Sandy, Chical T, dan buat semua teman-teman Etnomusikologi lainnya senang rasanya mengenal kalian semua dan terima kasih teman-teman buat semangat yang selalu diberikan kepada saya untuk tetap sabar dan berjuang menyelesaikan skripsi ini.

Hormat Saya,

Novalinda Tringani Ginting

ix

DAFTAR PUSTAKA

............................................................................ 112 DAFTAR INFORMAN .............................................................................. 115

LAMPIRAN

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Aksara Karo .............................................................................. 26 Gambar 2.2 Gendang Lima Sedalanen ...................................................... 34 Gambar 2.3 Gendang Telu Sedalanen ...................................................... 36

Gambar 2.4 Kulcapi dan Balobat .................................................................. 37 Gambar 2.5 Surdam dan Murbab .................................................................. 38 Gambar 2.6 Instrumen Keyboard .................................................................. 43 Gambar 2.7 Pemain Keyboard Karo

...................................................... 53 Gambar 3.1 Sarune ............................................................................... 66 Gambar 3.2 Picth Blend .............................................................................. 71

xiii

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel nada yang digunakan pada gendang patam-patam .................. 70

3.2 Tabel Harmoni Akord Gendang Patam-patam Oleh Ketiga Pemain Keyboard

4.1 Tabel struktur komposisi atau pola ritem dalam aktifitas menari dan menyanyi dalam iringan musik tradisional Karo

4.2 Tabel struktur komposisi atau pola ritem dalam aktifitas menari dan menyanyi dalam iringan musik tradisional Karo

xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karo merupakan salah satu dari beberapa etnis atau suku yang terdapat di daerah Propinsi Sumatera Utara. Nama suku ini dijadikan sebagai nama Kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami yaitu Kabupaten Karo. Kabupaten karo ini yang terletak di dataran tinggi Tanah Karo. Ibu kota dari kabupaten Karo adalah Kabanjahe. Berdasarkan wilayah geografis, masyarakat Karo mendiami daerah Kabupaten Karo (meliputi Tanah Karo simalem dan sekitarnya) dan Kabupaten Langkat. Masyarakat Karo yang mendiami daerah kabupaten Karo sering disebut sebagai Karo Gugung yang artinya adalah masyarakat Karo yang mendiami dataran tinggi (pegunungan), dan masyarakat Karo yang menempati Kabupaten Langkat disebut sebagai Karo Jahe yang artinya adalah sebagian masyarakat Karo yang mendiami dataran rendah wilayah Langkat

dan Deli Serdang 1 .

Walaupun secara wilayah budaya berbeda namun masyarakat Karo Jahe dan Karo Gugung memiliki beberapa persamaan dan juga variasi dalam kebudayaan musiknya. Adapun contoh persamaan dalam kebudayaan musik Karo Jahe dan Karo Gugung antara lain adalah gendang patam-patam. Gendang patam- patam merupakan sebuah istilah musikal dalam kebudayaan musik Karo. Selain

1 Lihat Darwin Prints dalam Kamus Karo Indonesia ,2002 1 Lihat Darwin Prints dalam Kamus Karo Indonesia ,2002

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang penulis lakukan, gendang patam-patam merupakan judul sebuah komposisi instrumental musik tradisional

Karo 2 . Komposisi yang dimaksud disini adalah melodi dan juga ritem yang dihasilkan dari permainan gendang lima sedalanen (lihat lampiran hal 116-119).

Pada masyarakat Karo Jahe gendang patam-patam awalnya digunakan untuk upacara penyembuhan baik secara fisik maupun psikis oleh guru perdewel- dewel (dukun). Gendang patam-patam dalam konteks kebudayaan musik Karo

Jahe, selalu disajikan dengan ensambel gendang binge 3 . Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara dengan Natangsa Barus mengatakan bahwa terdapat beberapa

nama dari gendang patam-patam pada musik tradisional Karo Jahe yaitu patam- patam cemet, patam-patam rambung mbungkar, patam-patam bunga ncole, patam-patam gendang sikat, patam-patam anak munte, patam-patam pudi terang, patam-patam malem ate, patam-patam sereng, patam-patam pak-pak, patam- patam kebang kiung, patam-patam limbey, patam-patam pudi terang, dan patam- patam simpang empat . Penamaan dari gendang patam-patam sendiri berasal dari

guru perdewel-dewel (dukun) yang datang dari daerah yang berbeda 4 . Menurut beliau hal inilah yang menyebabkan terdapat beberapa nama yang berbeda dari

komposisi gendang patam-patam.

2 Hasil wawancara dengan Djasa Tarigan 14 maret 2011, Malem Ukur Ginting 22 Maret 2011, Natangsa Barus 5 April 2011.

3 Gendang Binge merupakan ensambel tradisional masyarakat Karo Jahe, jenis instrumennya sama dengan instrumen gendang lima sedalanen pada Karo Gugung hanya saja ukuran gendang

dan sarune jauh lebih besar dan panjang dan ukuran gung lebih kecil pada Gendang Binge. 4 Hasil wawancara dengan Natangsa Barus 5 April 2011.

Beberapa dari komposisi gendang patam-patam yang berasal dari Karo Jahe ini kemudian menyebar ke dalam kebudayaan musik Karo Gugung, seperti patam-patam bunga ncole , patam-patam sereng, patam-patam cemet, patam- patam rambung mbungkar, patam-patam kabang kiung, dan patam-patam pudi terang . Pada perkembangannya gendang patam-patam yang berada dalam kebudayaan Karo Gugung hanya sedikit yang masih sering disajikan dan salah satunya adalah gendang patam-patam bunga ncole. Gendang patam-patam bunga ncole inilah yang nantinya akan di deskripsikan struktur musiknya. Dari beberapa daerah keberadaan gendang patam-patam yang disebutkan diatas yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah gendang patam-patam bunga ncole yang terdapat pada masyarakat Karo Gugung.

Berbeda dari Karo Jahe, pada masyarakat Karo Gugung komposisi gendang patam-patam disajikan sebagai hiburan. Gendang patam-patam ini

berawal dan berkembang dalam gendang guro-guro aron 5 , sebagi salah satu komposisi dalam mengiringi aron menari. Gendang patam-patam yang

berkembang di Karo Gugung pada awalnya dimainkan dengan ensambel gendang lima sedalanen. Namun setelah instrumen keyboard masuk ke dalam kebudayaan musik Karo yakni pada tahun 1991 instrumen keyboard mulai digunakan oleh musisi Karo. Beberapa seniman Karo mengasumsikan bahwa hadirnya instrumen keyboard dalam kebudayaan musik Karo diperkenalkan oleh Djasa Tarigan yang merupakan salah satu seniman dan musisi tradisional Karo yang cukup

5 Gendang guro-guro aron adalah suatu pesta muda-mudi yang dilaksanakan berdasarkan adat dan kebudayaan Karo, dengan memakai musik Karo dan perkolong-kolong (Prints, 2004:280).

berpengaruh dalam perkembangan musik Karo khususnya gendang kulcapi, gendang kibod, dan juga dalam memprogram gendang patam-patam.

Awalnya instrumen keyboard yang digabungkan dengan gendang lima sedalanen digunakan untuk penambahan bunyi perkusi yang tersedia pada instrumen keyboard. Instrumen keyboard ini kemudian dikenal dengan istilah

gendang keyboard 6 (dibaca gendang kibod ). Gendang kibod merupakan istilah yang sering diucapkan oleh masyarakat Karo terhadap jenis ritem musik yang

diprogram secara khusus di dalam keyboard. Pada perkembanganya, gendang kibod dapat dimainkan secara tunggal untuk mengiringi upacara-upacara adat pada masyarakat Karo.

Walaupun gendang kibod dapat menggantikan kehadiran dari gendang lima sedalanen , namun gendang patam-patam tetap kontinu dalam kebudayaan musik tradisional Karo. Perubahan pada ensambel musik yang digunakan yaitu dari gendang lima sedalanen ke gendang kibod juga memberi perubahan pada unsur komposisi gendang patam-patam. Dengan menggunakan instrumen keyboard gendang patam-patam diprogram menjadi sebuah pola ritem dengan unsur bunyi yang diimitasikan atau ditiru dari unsur bunyi yang terdapat pada gendang lima sedalanen . Dan pada perkembangannya unsur bunyi musikal yang digunakan dalam program gendang patam-patam kini sudah tidak mirip seperti instrumen musik tradisional yang terdapat dalam gendang lima sedalanen. Dengan menggunakan instrumen keyboard, gendang patam-patam yang

6 Penyebutan pada masyarakat Karo pada umumnya adalah Gendang kibod yang selanjutnya akan digunakan penulis.

sebelumnya merupakan sebuah komposisi musik tradisional yang dimainkan dengan gendang lima sedalanen kini di format menjadi pola ritem. Dengan pola ritem dari gendang patam-patam telah diprogram ini lagu apa saja, bahkan dari luar kebudayaan musik Karo, dapat ‘dimasukkan’ atau dimainkan.

Dari pengamatan penulis dan berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa seniman Karo Gugung mengatakan bahwa mereka (para musisi/pemain musik) memiliki program khusus gendang patam-patam. Program tersebut dapat

7 disimpan dalam hard disk 8 , disket , atau memory card/chip (penyimpan data). Koleksi program gendang patam-patam yang terdapat pada masing-masing

keyboard ada yang sama (dengan variasi) tetapi ada juga yang berbeda, baik dari sisi pola ritem, warna bunyi instrumen serta gaya penggarapan ornamentasi musikal.

Persamaan maupun variasi atau perbedaan dari koleksi gendang patam- patam khusunya gendang patam-patam bunga ncole juga dapat dilihat dari ketiga perkibod (pemain keyboard) yaitu Fakta Ginting, Sakti Sembiring dan Yanto Tarigan yang sering sekali diundang untuk mengiringi upacara adat maupun hiburan dalam kebudayaan musik Karo. Perbedaan dalam program gendang patam-patam wajar terjadi karena setiap pemain gendang kibod memiliki kemampuan bermain musik yang berbeda.

7 Hard disk adalah sebuah komponen perangkat keras yang menyimpan data sekunder dan berisi piringan magnetis (http://id.wikipedia.org./wiki/cakram_keras).

8 Disket adalah sebuah perangkat penyimpanan data yang terdiri dari sebuah medium penyimpanan magnetis bulat yang tipis dan lentur dan dilapisi lapisan plastik berbentuk persegi atau persegi

panjang (http://id.wiki.org/wiki/disket).

Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa gendang patam-patam telah mengalami perkembangan dalam musik tradisionalnya oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti bagaimana kontinuitas dan perubahan gendang patam- patam dalam musik tradisional Karo. Kotinuitas dan perubahan ini akan dilihat dari era sebelum dan sesudah instrumen keyboard hadir dalam kebudayaan musik Karo atau dari tahun 1990 – sekarang.

Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap bagaimana latar belakang gendang patam-patam khususnya pada kebudayaan Karo Gugung, bagaimana kontinuitas dan perubahan gendang patam-patam dari ensambel gendang lima sedalanen beralih ke gendang kibod, dan bagaimana pola ritem gendang patam- patam yang umum yang didapat dari permainan ketiga perkibod yaitu Fakta Ginting, Sakti Sembiring dan Yanto Tarigan. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis memberi judul penelitian ini: Kontinuitas Dan Perubahan Gendang

Patam-patam Dalam Musik Tradisional Karo.

1.2 Pokok Permasalahan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka skripsi ini akan membahas dua pokok permasalahan yaitu:

1. Bagaimana kontinuitas dan perubahan gendang patam-patam dalam musik tradisional Karo.

2. Bagaimana pola umum ritem gendang patam-patam bunga ncole pada gendang kibod .

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak terlalu meluas dan lebih fokus maka penulis memberi batasan masalah. Dalam mengamati kontinuitas dan perubahan gendang patam-patam dalam musik tradisional Karo, penulis akan membatasi berdasarkan era sebelum dan sesudah instrumen keyboard hadir dalam kebudayaan musik Karo atau dari tahun 1990 – sekarang. Penulis juga ingin memberi batasan bahwa gendang patam-patam yang akan menjadi fokus dalam mendeskripsikan struktur musiknya adalah gendang patam-patam bunga ncole yang terdapat dalam kebudayaan musik tradisional Karo Gugung.

1.4 Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana kontinuitas dan perubahan gendang patam-patam dalam musik tradisional Karo.

2. Untuk mengetahui bagaimana pola umum ritem gendang patam-patam bunga ncole pada gendang kibod.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai dokumentasi dan sarana literatur tentang kontinuitas dan perubahan gendang patam-patam dalam musik tradisional Karo.

2. Pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Etnomusikologi yang berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai budaya daerah khususnya Karo.

1.6 Konsep

Kontinuitas adalah sesuatu yang berlangsung secara berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu. Kontinuitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:591) adalah berkesinambungan; kelangsungan; kelanjutan; keadaan kontinu. Konsep kontinuitas yang dimaksud disini adalah keberlanjutan gendang patam-patam dalam musik tradisional Karo. Dimana dengan adanya fenomena gendang kibod , konsep/ide musik tersebut masih terus berlanjut namun telah terjadi perubahan ataupun variasi.

Perubahan dalam suatu kebudayaan sangat wajar terjadi, karena tidak ada kebudayan yang tidak berubah. Perubahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:1234) adalah hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. Perubahan merupakan suatu proses dimana suatu keadaan berubah dan bisa juga dikatakan peralihan dari suatu masa/era. Perubahan yang dimaksud dalam konsep ini adalah suatu perubahan/peralihan yang terjadi pada instrumen musik tradisional Karo yang tentu saja memberi perubahan terhadap musiknya khususnya gendang patam-patam. Dalam hal ini penulis bermaksud melihat perubahan yang terjadi merupakan sebuah tindakan yang dilakukan oleh seniman Karo dengan adanya inovasi dan kreatifitas dalam musik tradisionalnya. Kontinuitas dan perubahan ini akan dibatasi pada era sebelum dan sesudah instrumen keyboard hadir dalam kebudayaan musik Karo.

Pada masyarakat Karo kata gendang mempunyai makna jamak sesuai dengan konteks penggunaanya. Jabatin Bagun menguraikan tujuh pengertian gendang yaitu:

(1) gendang sebagai ensambel; gendang lima sedalanen adalah sekumpulan instrumen yang terdiri dari satu buah sarune, dua buah gendang (gendang singanaki dan gendang singindungi: “gendang berarti sebagai instrumen), serta dua buah gong (gung dan penganak ). Kelima instrumen tersebut berjalan/ bermain bersama sebagai satu grup atau ensambel; (2) gendang sebagai repertoar (kumpulan komposisi). Gendang guru adalah suatu kumpulan komposisi, yang ditampilkan secara alternatif. Artinya ada beberapa komposisi yang mungkin dipilih untuk ditampilkan, misalnya: komposisi untuk trance (gendang peselukken); (3) gendang sebagai upacara, ini dapat dilihat pada gendang cawir metua. Gendang cawir metua adalah satu upacara kematian “sempurna”, dengan pengertian bahwa seluruh keturunannya (anak-anaknya) sudah berkeluarga dan mempunyai keturunan; (4) gendang sebagai instrumen. Masyarakat Karo hanya memiliki dua gendang sebagai instrumen yaitu gendang singanaki dan gendang singindungi; (5) gendang sebagai komposisi (nyanyian). Sebelumnya telah disebutkan gendang sebagai repertoar yang merupakan sekumpulan komposisi. Yaitu, gendang odak-odak, gendang simalungen rayat dan gendang patam; (6) gendang sebagai musik. Musik dalam hal ini mengacu pada pengertian suatu bunyi yang teratur dan yang terdiri dari pola ritmis dan melodi. Bunyi yang ditata dengan berbagai bentuk terlihat dari produk instrumen dan vocal yang ada pada saat pelaksanaan suatu pesta adat perkawinan masyarakat Karo; (7) gendang sebagai arti ganda. Terminologi gendang apabila digabung dengan terminologi kekerabatan, maka gendang mempunyai arti lebih dari satu, dapat dua atau tiga arti sekaligus. Sebagai contoh gendang kalimbubu, pengertian gendang dalam konteks ini berarti acara/ upacara, musik, repertoar/ komposisi untuk kalimbubu. Disisi lain, pengertian gendang pada konteks ini dapat juga berarti waktu atau kesempatan yang diberikan kepada kalimbubu untuk landek (menari).

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pengertian dari kata ‘gendang’ mengikuti kata di depannya. Dalam penelitian ini kata gendang yang melekat pada kata patam-patam dapat diartikan sebagai sebuah judul komposisi instrumental musik tradisional Karo. Komposisi menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah (1) susunan; (2) tata susun; (3) musik gubahan, baik instrumental maupun vokal. Komposisi yang dimaksud penulis disini adalah keseluruhan unsur-unsur musik, baik melodi maupun ritem yang telah ditata atau disusun. Melodi adalah suatu kombinasi dari unsur ritme dan nada didalam satu kesatuan yang berjalan/bergerak di dalam waktu, sedangkan ritem adalah pengaturan bunyi dalam waktu atau dapat juga diartikan sebagai panjang pendeknya bunyi/nada yang digunakan dalam sebuah melodi atau harmoni (akord).

Setelah masuknya instrumen keyboard kedalam kebudayaan musik Karo pada tahun 1991, yang kemudian dikenal dengan istilah gendang kibod, gendang patam-patam memiliki konsep yang sedikit berbeda. Konsep dari gendang patam- patam yang dimainkan dengan gendang kibod merupakan sebuah format pola ritem gendang patam-patam yang telah diprogram. Format pola ritem yang dimaksud disini adalah panjang pendeknya bunyi/nada yang digunakan secara teratur dengan pola/bentuk yang tetap.

Pada perkembangannya melalui program gendang patam-patam pada gendang kibod lagu-lagu populer apa saja dapat dimainkan dengan pola ritem gendang patam-patam tersebut. Walaupun secara konsep sedikit berubah namun gaya musik ini tetap disebut sebagai gendang patam-patam. Dalam pembahasan ini ada dua konsep gendang patam-patam yang digunakan penulis sesuai dengan kebutuhan yaitu; pertama sebagai sebuah komposisi yang terdiri dari melodi serta ritem dan yang kedua adalah sebagai format pola ritem yang telah diprogram dengan instrumen keyboard yang dapat memainkan lagu-lagu apa saja. Seniman Pada perkembangannya melalui program gendang patam-patam pada gendang kibod lagu-lagu populer apa saja dapat dimainkan dengan pola ritem gendang patam-patam tersebut. Walaupun secara konsep sedikit berubah namun gaya musik ini tetap disebut sebagai gendang patam-patam. Dalam pembahasan ini ada dua konsep gendang patam-patam yang digunakan penulis sesuai dengan kebutuhan yaitu; pertama sebagai sebuah komposisi yang terdiri dari melodi serta ritem dan yang kedua adalah sebagai format pola ritem yang telah diprogram dengan instrumen keyboard yang dapat memainkan lagu-lagu apa saja. Seniman

Masyarakat Karo memiliki konsep tersendiri tentang musik. Musik dalam masyarakat Karo yaitu; musik instrumental, vokal, dan gabungan keduanya. Dalam melakukan aktifitas bermusik masyarakat Karo memiliki dua konsep yaitu ergendang (bermain musik) dan rende (bernyanyi). Musik yang dimaksud penulis dalam konsep ini adalah musik instrumental.

Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, yang berasal dari suatu daerah dengan ciri khas dari daerah tersebut. Musik tradisional Karo yang dimaksud oleh penulis disini adalah musik yang hidup di masyarakat Karo secara turun temurun dan yang digunakan sebagai sarana adat serta hiburan yang disajikan dalam upacara-upacara tradisional masyarakat Karo

1.7 Teori

Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berfikir dalam membahas permasalahan. Untuk itu penulis mencoba mengambil beberapa teori sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini.

Alan P Merriam (1964:303) mengemukakan bahwa perubahan bisa berasal dari dalam lingkungan kebudayaan atau internal, dan perubahan juga bisa berasal dari luar kebudayaan atau eksternal. Perubahan secara internal merupakan Alan P Merriam (1964:303) mengemukakan bahwa perubahan bisa berasal dari dalam lingkungan kebudayaan atau internal, dan perubahan juga bisa berasal dari luar kebudayaan atau eksternal. Perubahan secara internal merupakan

Perubahan yang terjadi dalam gendang patam-patam merupakan hasil kreatifitas seniman/musisi Karo yang berakulturasi dengan kebudayaan Barat dengan menggunakan instrumen musik keyboard yang secara perlahan dapat diterima oleh masyarakat Karo dan menjadi milik bersama.

Meskipun awalnya kehadiran dari instrumen keyboard ditolak karena dianggap dapat mengikis kebudayaan musik Karo namun pada akhirnya masyarakat Karo dapat menerima perubahan instrumen musik tersebut. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kebudayaan luar dapat mempengaruhi kebudayaan lain, hal ini dikemukakan oleh L.Dyson dalam Sujarwa (1987:39) yang mengatakan bahwa sikap menerima dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : faktor kebutuhan, keuntungan langsung yang dapat dinikmati, senang pada satu hal yang baru (novelty), dan sifat inovatif yang ingin slalu berkreasi. Ada juga sikap menolak yang disebabkan oleh anggapan bahwa hal-hal yang baru itu merugikan, atau bertentangan dengan tata nilai yang sudah dianut sebelumnya. Selain itu ada pula yang menolak tanpa alasan.

Bagi masyarakat Karo hadirnya gendang kibod sudah menjadi suatu kebutuhan yang memberi keuntungan (dalam hal eknomomis) dalam pelaksanaan upacara adat maupun hiburan. Hal ini terlihat dari banyaknya upacara adat Bagi masyarakat Karo hadirnya gendang kibod sudah menjadi suatu kebutuhan yang memberi keuntungan (dalam hal eknomomis) dalam pelaksanaan upacara adat maupun hiburan. Hal ini terlihat dari banyaknya upacara adat

Gendang patam-patam yang merupakan musik rakyat (folk music) yang dipelajari secara oral oleh seniman Karo dapat mengalami kontinuitas dan perubahan dalam musiknya, hal ini diungkapkan oleh Bruno Nettl dan Gerald Behague (1991:4) yang mengatakan bahwa:

...in a folk or nonliterate culture..a song must be sung, remembered, and taught by one generation to the next. If this does not happen, it dies and is lost forever.There is another alternative: if it is not accepted by it’s audience, it may bechange to fit the needs and desires of the people who perform and hear it.

Bruno Nettl dan Gerald Behague mengatakan bahwa sebuah kebudayaan rakyat atau kebudayaan tidak tertulis, sebuah lagu/musik harus dinyanyikan diingat dan diajarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Jika hal ini tidak terjadi lagu/musik itu akan mati dan hilang atau punah. Namun ada alternatif lain, jika musik tersebut tidak diterima oleh audiens/penonton, hal ini mungkin dapat diubah untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan dari orang-orang yang mepertunjukkan dan mendengarnya. Berdasarkan pernyataan dari Bruno Nettl dan Gerald Behague tersebut dapat penulis jadikan sebagai acuan bahwa perubahan yang terjadi dalam gendang patam-patam wajar terjadi dan perubahan tersebut merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan musik tradisional Karo agar tidak hilang atau punah.

Dalam suatu kebudayaan musik tradisi lisan atau oral suatu perubahan dapat terjadi, karena proses transmisi atau pengajarannya dilakukan secara lisan.

Menurut Bruno Netll (1983:193) terdapat empat tipe sejarah, perubahan yang terjadi dalam transmisi musik; (1) menyatakan bahwa musik/nyanyian yang diwariskan, tidak mengalami perubahan sama sekali. Dengan kata lain lagu tersebut dinyanyikan sama persis, baik sebelum maupun sesudah diwariskan, (2) menyatakan bahwa musik/nyanyian yang diwariskan, mengalami perubahan, tetapi hanya dalam versi tunggal atau satu petunjuk, sehingga dari warisan itu berbeda dari aslinya tanpa proliferasi dari elemen-elemennya, (3) menyatakan bahwa musik yang diwariskan menghasilkan banyak variasi atau perubahan, bahkan beberapa dari musik itu ditinggalkan dan dilupakan; dengan kata lain sebagai ide tetap stabil, sedangkan selebihnya mengalami perubahan, (4) menyatakan perubahan benar-benar total dari musik yang asli, sebagian besar ide musik/nyanyian/lagu itu dirubah sama sekali, bahkan ada yang cenderung menyimpang dari pengembangan ide aslinya.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Netll diatas, perubahan yang terjadi dalam gendang patam-patam mengarah kepada poin yang ketiga. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan yang dilakukan oleh musisi Karo generasi muda yang melakukan eksperimen terhadap gendang patam-patam melalui instrumen keyboard, namun ide atau ciri khas dari gendang patam-patam tersebut tetap stabil.

Gendang patam-patam bunga ncole sebagai sebagai sebuah komposisi dan juga style musik tradisional Karo dapat dideskripsikan dengan memperhatikan beberapa aspek tertentu. Mark Slobin dan Jeff Titon (1984:5) mengatakan bahwa style (gaya) musik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan organisasi Gendang patam-patam bunga ncole sebagai sebagai sebuah komposisi dan juga style musik tradisional Karo dapat dideskripsikan dengan memperhatikan beberapa aspek tertentu. Mark Slobin dan Jeff Titon (1984:5) mengatakan bahwa style (gaya) musik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan organisasi

Teori diatas akan penulis jadikan sebagai panduan dalam mendeskripsikan elemen-elemen musik yang terdapat dalam gendang patam-patam, namun ada beberapa bagian dari elemen yang tidak dibahas karena tidak sesuai dan tidak terdapat dalam konsep musik Karo. Adapun elemen yang tidak akan dibahas dalam tulisan ini adalah modus, kualitas suara dan intensitas suara; keras- lembutnya suara.

1.8 Metode Penelitian

Didalam tulisan ini penulis menggunakan metode penelitian deskrptif yang bersifat kualitatif. Kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 1989:3).

Pendekatan emik dan etik juga menjadi penting karena penulis adalah “orang dalam” (insider). Dalam penelitian lapangan, pendekatan emik merupakan identifikasi fenomena budaya menurut pandangan pemilik budaya tersebut, sedangkan etik adalah identifikasi menurut peneliti yang mengacu pada konsep- konsep sebelumnya (Kaplan dan Manners 1999:256-8). Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan emik dan etik untuk mendapatkan data yang objektif.

Dalam mengumpulkan data-data dilapangan penulis mengacu kepada teknik penelitian yang diungkapkan oleh Curt Sachs dalam Nettl (1964 : 62) yang mengatakan bahwa:

Curt Sachs (1962) divides ethnomusicological reserch into two kinds of work, field work and desk work. Field work denotes the gathering of recordings and the first-hand experience of musical life in a particular human culture, while deskwork includes transcription, analysis, and the drawing of conclusions.

Menurut Curt Sachs penelitian dalam etnomusikologi dapat di bagi menjadi dua, yaitu: kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan meliputi pengumpulan dan perekaman data dari aktivitas musikal dalam sebuah kebudayaan manusia, sedangkan kerja laboratorium meliputi pentranskripsian, menganalisis data dan membuat kesimpulan dari keseluruha data.

Penelitian ini akan menggunakan metode yang diungkapkan oleh Curt Sach, namun sebelum melakukan kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (deks work) penulis akan melakukan studi kepustakaan terlebih dahulu. Adapun tujuan dari studi kepustakaan ini dalah untuk mengumpulkan data-data awal dalam penelitian ini.

1.8.1 Studi kepustakaan

Dalam mengumpulkan data-data awal penelitian penulis melakuakan studi kepustakaan. Studi kepustakaan perlu dilakukan untuk mengumpulkan data-data atau sumber bacaan untuk mendukung penelitian. Sumber bacaan ini dapat berupa Dalam mengumpulkan data-data awal penelitian penulis melakuakan studi kepustakaan. Studi kepustakaan perlu dilakukan untuk mengumpulkan data-data atau sumber bacaan untuk mendukung penelitian. Sumber bacaan ini dapat berupa

Dalam hal ini penulis telah membaca skripsi sarjana Etnomusikologi yaitu Jhon Bregman Ginting, Herujen Tarigan, dan Vanesia Amelia Sebayang, dan skirpsi lainnya yang berhubungan dengan tulisan saya. Penulis juga membaca buku-buku antropologi dan etnomusikologi yaitu Pengantar Ilmu Antropologi, The Anthropology Of Music, Folk and Traditional Music Of The Western Continents, Worlds Of Music , Etnomusikologi, dan beberapa buku lainnya. Studi kepustakaan juga dilakukan terhadap topik-topik lain yang berkaitan dengan penelitian skripsi ini antara lain sosiologi, dan topik tentang kebudayaan masyarakat Karo.

1.8.2 Penelitian lapangan

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lonfland dan Lonfland dalam Moleong, 1989). Selain kata-kata dan tindakan perekaman audio ataupun materi musik juga menjadi sumber data yang utama dalam penelitian ini. Oleh karena itu penulis menggunakan dua teknik dalam pengumpulan data di lapangan yaitu:

1. Wawancara

Wawancara diperlukan untuk mendukung penelitian tentang musik Gendang patam-patam dalam kebudayaan masyarakat Karo. Dalam mengambil sumber data dilapangan penulis melakukan wawancara dengan budayawan, Wawancara diperlukan untuk mendukung penelitian tentang musik Gendang patam-patam dalam kebudayaan masyarakat Karo. Dalam mengambil sumber data dilapangan penulis melakukan wawancara dengan budayawan,

Teknik wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara berfokus (focus interview) yaitu melakukan pertanyaan selalu berpusat pada pokok permasalahan. Selain wawancara berfokus peneliti juga melakukan wawancara bebas (free interview) yaitu pertanyaan tidak selalu berpusat pada pokok permasalahan tetapi pertanyaan dapat berkembang ke pokok permasalahan lainnya dengan tujuan untuk memperoleh data yang beraneka ragam namun tidak menyimpang dari pokok permasalahan (Koentjaraningrat 1985:139).

2. Perekaman

Perekaman dalam penelitian sangat penting untuk mengumpulkan data dilapangan. Perekaman ini akan menggunakan kamera Sony DSC-T2 dan canon IXUS 80 IS. Penulis akan merekam hasil wawancara dengan narasumber yang dilakukan dilapangan. Adapun narasumber yang penulis wawancarai antara lain Seter Ginting, Djasa Tarigan, Malem Ukur Ginting, Natangsa Barus. Selain merekam hasil wawancara penelitian ini juga akan merekam materi musik yang akan menjadi di deskripsikan nantinya.

Untuk materi musik gendang patam-patam bunga ncole yang dimainkan dengan menggunakan gendang lima sedalanen penulis mengambil sampel dari rekaman yang sudah ada yaitu kelompok pemusik Wardin Ginting. Sedangkan untuk gendang patam-patam bunga ncole yang dimainkan dengan gendang kibod penulis mengambil sampel secara langsung ke lapangan. Gendang patam-patam Untuk materi musik gendang patam-patam bunga ncole yang dimainkan dengan menggunakan gendang lima sedalanen penulis mengambil sampel dari rekaman yang sudah ada yaitu kelompok pemusik Wardin Ginting. Sedangkan untuk gendang patam-patam bunga ncole yang dimainkan dengan gendang kibod penulis mengambil sampel secara langsung ke lapangan. Gendang patam-patam

di Desa Tiga Binanga pada tanggal 17-19 Juni 2011, Jambur 9 Tamsaka Medan pada tanggal 29 Juli 2011, dan Desa Juhar 16-18 Agustus 2011.

1.8.3 Kerja laboratorium (Deks work)

Setelah semua data di lapangan diperoleh dan bahan dari hasil studi kepustakaan terkumpul, selanjutnya dilakukan pembahasan dan penyusunan tulisan. Sedangkan untuk mendeksripsikan materi musik terlebih dahulu dilakukan pentranskripsian dan selanjutnya dideskripsikan.

Dalam mendeksripsikan materi musik pada kerja laboratorium, terdapat dua pendekatan yang diungkapkan oleh Bruno Nettl (1964:98) sebagai berikut: Approaches to the describe of music: (1) we can analyze and describe what we hear, and (2) we can in some way write it on paper and describe what we see.

Nettl mengatakan bahwa ada dua pendekatan untuk mendeskripsikan musik; (1) kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan (2) kita dapat dengan cara menuliskannya apa yang kita dengar tersebut diatas kertas lalu mendeskripsikan apa yang kita lihat.

Dari kedua pendekatan tersebut penulis akan menggunakan pendekatan yang kedua dalam mendeskripsikan struktur gendang patam-patam. Pendekatan

9 Jambur merupakan sebuah balai yang digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan adat-istiadat masyarakat Karo seperti upacara perkawinan, kematian, gendang guro-guro aron dan

lain sebagainya.

pertama tidak dilakukan karena peneliti tidak mungkin hanya mengandalkan pendengaran dan daya ingat yang terbatas tanpa menuliskannya. Hal ini juga dikemukakan oleh Netll (1964:98) dalam pembahasan yang sama yaitu:

If human ears were able to preceive all of the acoustic contens of a musical utterance, and if the mind could retain all of what had been perceived, then analysis of what is heard would be preferable. ...But since human memory is hardly able to retain, what was heard ten seconds ago along what is being heard in the present, notation of some sort has become essential for reseacrh in music.

Netll mengungkapkan bahwa seandainya telinga manusia dapat merasakan semua isi akustik sebuah ungkapan musik, dan seandainya daya ingat manusia dapat menyimpan semua yang telah dirasakan, maka analisis terhadap apa yang didengar tersebut akan menjadi pilihan utama. Tetapi karena daya ingat manusia hampir tidak dapat mengingat persis apa yang didengar sepuluh detik yang lalu, suatu bentuk notasi menjadi penting dalam penelitian musik.

Untuk mendeskripsikan bunyi musikal dari gendang patam-patam harus dilengkapi dengan analisis yang didasarkan atas materi yang terlihat dalam bentuk notasi. Oleh karena itu dalam kerja laboratorium penulis akan melakukan transkripsi. Transkirpsi adalah proses memindahkan bunyi (menotasikan), mengalihkan bunyi yang didengar menjadi simbol visual.

1.8.3.1 Metode Transkripsi

Dalam proses transkripsi penulis mentranskripsikan gendang patam-patam bunga ncole yang disajikan dengan gendang lima sedalanen sendiri. Dalam mentranskripsikan gendang patam-patam bunga ncole ini penulis tidak mengalami banyak kesulitan karena penulis pernah mengikuti praktek musik Karo pada masa kuliah. Sedangkan untuk gendang patam-patam bunga ncole yang dimainkan dengan gendang kibod penulis tidak mentranskripsikan sendiri melainkan meminta bantuan kepada seorang teman --Berlin Immanuel Tambunan S.E-- yang sudah mahir dan profesional dalam memainkan instrumen keyboard. Adapun alasan mengapa penulis tidak mentranskripsikan sendiri program gendang patam-patam bunga ncole dikarenakan kurangnya pengetahuan penulis akan instrumen keyboard serta keterbatasan penulis dalam mengidentifikasi setiap bunyi instrumen yang dimainkan secara bersamaan pada program gendang patam- patam .

Dalam hal ini sipentranskipsi mendapatkan keuntungan karena lebih mengenal dan mengetahui secara langsung bagaimana kejadian bunyi instrumen serta pola ritem pada gendang patam-patam bunga ncole, namun walaupun demikian penulis tetap melakukan komunikasi yang cukup baik dengan sipentranskripsi sehingga sedikit banyak penulis juga mendapatkan informasi penting yang berhubungan dengan kepentingan deskripsi struktur gendang patam- patam bunga ncole . Adapun keuntungan yang penulis dapatkan melalui bantuan tersebut adalah proses pentranskripsian gendang patam-patam bunga ncole dapat diselesaikan lebih cepat, selain itu penulis juga terbantu karena keterbatasan Dalam hal ini sipentranskipsi mendapatkan keuntungan karena lebih mengenal dan mengetahui secara langsung bagaimana kejadian bunyi instrumen serta pola ritem pada gendang patam-patam bunga ncole, namun walaupun demikian penulis tetap melakukan komunikasi yang cukup baik dengan sipentranskripsi sehingga sedikit banyak penulis juga mendapatkan informasi penting yang berhubungan dengan kepentingan deskripsi struktur gendang patam- patam bunga ncole . Adapun keuntungan yang penulis dapatkan melalui bantuan tersebut adalah proses pentranskripsian gendang patam-patam bunga ncole dapat diselesaikan lebih cepat, selain itu penulis juga terbantu karena keterbatasan

Dalam mendeskripsikan struktur gendang patam-patam bunga ncole penulis akan melihat berdasarkan hasil transkripsi pola ritem yang dihasilkan dari permainan gendang lima sedalanen dengan pola ritem pada gendang kibod. Dari hasil transkripsi ini penulis akan melihat setiap bagian dari pola ritem gendang patam-patam bunga ncole pada masing-masing instrumen perkusif yang masih kontinu atau masih digunakan dan yang telah berubah ataupun penambahan pola ritem yang baru.

1.8.4 Lokasi penelitian Para budayawan, musisi/seniman tradisional Karo merupakan sumber dari data yang diperlukan oleh penulis dalam penelitian ini. Karena sumber data dalam penelitian ini berupa rekaman audio dan juga wawancara maka lokasi penelitian ini mengacu kepada dimana para seniman/musisi tradisional dan pemain keyboard bertempat tinggal/berdomisili. Dari wawancara yang pernah penulis lakukan ada yang berdomisili di Medan yaitu Djasa Tarigan dan Malem ukur Ginting, ada pula di daerah Deli Serdang yaitu Natangsa Barus dan di Juhar (Taneh Karo) yaitu Seter Ginting.

Penulis juga mengamati beberapa acara gendang guro-guro aron di beberapa tempat yaitu di desa Tigabinanga 17-19 Juni 2011, desa Juhar 16-18 Agustus 2011, dan juga di Medan tepatnya di Jambur Tamsaka 29 Juli 2011.

Pengamatan pada saat gendang guro-guro aron dilakukan karena pada acara inilah awalnya gendang patam-patam berkembang dan pada saat acara inilah gendang patam-patam bunga ncole sering disajikan.

Berdasarkan hal tersebut penelitian ini tidak hanya dilakukan pada satu daerah/tempat penelitian saja, namun pada saat dimana gendang guro-guro aron berlangsung. Karena yang menjadi penelitian ini penulis ingin melihat gendang patam-patam bunga ncole yang dimainkan oleh beberapa pemain keyboard Karo dan sesuai dengan kebutuhan penelitian ini penulis ingin mengambil sampel gendang patam-patam bunga ncole yang akan di traskripsi nantinya.

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO

2.1 Pengenalan Terhadap Masyarakat Karo

Pengertian masyarakat dapat dipahami sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi dan bertingkah laku menurut suatu sistem adat tertentu yang bersifat kontinu, dimana setiap anggotanya terikat oleh satu rasa identitas bersama (Koentjaranigrat, 2002:146). Masyarakat sangat erat hubungannya dengan kebudayaan karena masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaaan (Soekanto, 1978:149).

Kata kebudayaan berasal dari kata sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “kekal”. Kebudayan menurut para antropologi adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dangan belajar (Koentjaraningrat, 2002:180).

Karo adalah salah satu dari beberapa etnis yang terdapat di daerah Propinsi Sumatera Utara. Karo juga merupakan sebutan untuk satu wilayah administratif kabupaten yaitu kabupaten Karo yang wilayahnya meliputi seluruh dataran tinggi Karo. Secara administratif pemerintahan masyarakat Karo berada di dataran tinggi Kabupaten Karo dengan ibukota Kabanjahe. Secara umum geografis masyarakat Karo berada di daerah Kabupaten Karo (meliputi Tanah Karo simalem dan Karo adalah salah satu dari beberapa etnis yang terdapat di daerah Propinsi Sumatera Utara. Karo juga merupakan sebutan untuk satu wilayah administratif kabupaten yaitu kabupaten Karo yang wilayahnya meliputi seluruh dataran tinggi Karo. Secara administratif pemerintahan masyarakat Karo berada di dataran tinggi Kabupaten Karo dengan ibukota Kabanjahe. Secara umum geografis masyarakat Karo berada di daerah Kabupaten Karo (meliputi Tanah Karo simalem dan