Zat Warna Hematoxylin Ehrlic Persiapan Organ Pembuatan Pita Parafin

minum secara bebas atau ad-libitum. Pemeliharaan hewan percobaan selama berlangsungnya penelitian ini ditempatkan di laboratorium Biologi FMIPA USU Medan.

3.3.3. Pb

Plumbum asetat diberikan dalam bentuk cairan sebanyak 40mgKgBBhari Napitupulu, 2008 yang dilarutkan dalam aquades 0,5 ml dan diberikan secara oral dengan menggunakan jarum gavage.

3.3.4. Kitosan

Kitosan yang diberikan pada tikus jantan adalah kitosan yang memiliki derajat destilisasi DD sebesar 80 Kusumawati, 2009 dan dalam bentuk larutan dengan pelarut asam asetat sebesar 1 Knoor, 1982; Purwoningsih, 2008. Kitosan diberikan secara oral dengan menggunakan jarum gavage sebanyak 0,5 ml dan diperoleh dari Laboratorium FMIPA terpadu.

3.3.5. Persiapan Pembuatan Zat Warna Hematoxylin-Eosin Suntoro, 1983

a. Zat Warna Hematoxylin Ehrlic

Terlebih dahulu dilarutkan 0,67g hematoxylin dalam 33ml alkohol absolut, kemudian ditambahkan 33ml aquadest, 33ml gliserol, 3,3ml asam asetat glasial. Setelah itu, larutan hematoxylin ini dapat digunakan setelah dibiarkan beberapa waktu bahkan hasilnya akan lebih baik jika dibiarkan beberapa tahun.

b. Zat Warna Eosin Y.

Bahan yang digunakan untuk membuat larutan eosin adalah; 1 gram eosin Y, 80 ml alkohol 95, 20 ml aquadest dan 80 ml alkohol 80 . Keempat bahan tersebut dicampur dan diaduk hingga homogen dalam gelas ukur lalu disimpan sebagai persediaan. Untuk Pembuatan larutan eosin, maka dari persediaan yang telah dibuat selanjutnya diambil 1 bagian dan dilarutkan dengan alkohol 80 dan asam asetat glasial sebanyak 0,5 ml. Perbandingan antara persediaan eosin yang dilarutkan Universitas Sumatera Utara dengan jumlah alkohol 80 yaitu 1:3 artinya jika diambil 10 ml persediaan maka ditambahkan 30 ml alkohol 80 kemudian dimasukkan 0,5 ml asam asetat.

3.3.6. Pengambilan Organ Ginjal

Tikus yang telah diperlakukkan selama 7 minggu 42 hari kemudian dilakukkan pembedahan satu hari sesudahnya yang waktu pembedahannya disesuaikan dengan waktu masing-masing pada tiap perlakuan. Berat tikus yang akan dibedah ditimbang terlebih dahulu, kemudian tikus di anestesi dengan cara memasukkannnya ke dalam botol besar yang berisi cairan eter sampai tikus kehilangan kesadaran dan pingsan. Dalam keadaan terbius maka dilakukan dislokasi pada leher tikus, setelah iu dilakukkan pembedahan untuk pengambilan organ ginjal. Organ ginjal tikus ditimbang kemudian dilakukkan pengamatan secara makrostruktur dan mikrostruktur dengan metode baku histologi. 3.4. Prosedur Kerja 3.4.1. Pengamatan Ginjal Secara Makrostruktur Dari setiap ginjal yang telah dibedah dilakukkan pengamatan secara makrostruktur dengan kriteria normal bila tidak ditemukan: Perubahan warna, perubahan struktur permukaan, perubahan berat ginjal dan tidak ada perubahan konsistensi pada ginjal tikus hasil bedahan. Derajat kerusakan ginjal, dihitung dengan metode skoring, yaitu : 0 = jika tidak ditemukan kriteria diatas 1 = jika ditemukan 25 perubahan dari kriteria diatas 2 = jika ditemukan 25-50 perubahan dari kriteria diatas 3= jika ditemukan perubahan lebih dari 50, Danuari, 2009.

3.4.2. Pembuatan Sediaan Histologi Ginjal Dengan Menggunakan Metode Parafin Suntoro, 1983

Pembuatan preparat sediaan organ dilakukan dengan metode parafin sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara

a. Persiapan Organ

Organ ginjal tikus yang telah diambil dan ditimbang kemudian dicuci dengan larutan NaCl 0,9, dan difiksasi selama 1 malam dengan larutan bouin. Setelah difiksasi, organ ginjal dicuci dengan alkohol 70 minimal 7 kali pengulangan dan direndam 1 jam . Kemudian ginjal didehidrasi dengan merendam organ ginjal dengan alkohol 70, 80, 85, 90, 96 dan 100 masing-masing selama 1 jam dengan 2 kali pengulangan. Tahapan selanjutnya organ dijernihkan Clearing dengan merendam organ ginjal ke dalam perbandingan alkohol : xylol, yaitu 3:1, 1:1, 1:3 selama masing-masing 1 jam serta merendam organ ke dalam xylol selama 1 malam. Pada tahapan Infiltrasi organ ginjal direndam ke dalam xylol yang berada di dalam oven pada suhu 56 C selama 1 jam. Dilanjutkan dengan merendam ginjal ke dalam parafin murni I, II, III masing-masing selama 1 jam pada suhu 56 C. Setelah itu organ di tanam Embedding pada cairan parafin yang telah disiapkan terlebih dahulu pada kotak cetakan yang tersedia. Organ ginjal dimasukkan perlahan diatas cairan parafin dengan tujuan organ ginjal akan menempel dengan baik dengan cairan parafin selanjutnya kotak yang berisi organ ginjal diberi label. Dibiarkan sampai dingin sehingga membentuk blok parafin dan dimasukkan ke dalam kulkas. Kemudian dilakukan penempelan blok-blok parafin pada holder yang terbuat dari kayu yang berbentuk persegi.

b. Pembuatan Pita Parafin

Sediaan organ yang diperoleh kemudian diletakan pada holder kemudian mikrotom sehingga membentuk pita-pita parafin dengan ukuran ketebalan 5 µm. Kemudian pita parafin ditempel attaching dengan mengambil beberapa pita parafin dengan skapel, kemudian diletakkan pada objek glass, dan dicelupkan pada air dingin dan air hangat. Kemudian diletakkan diatas hotplate beberapa detik untuk melekatkan pita parafin pada objek glass. Untuk melekatkan, pita parafin diletakkan pada objek glass dengan menggunakan gliserin-albumin. Universitas Sumatera Utara

c. Pewarnaan Sediaan Ginjal Suntoro, 1983.