9 pertambahan usia, kulit akan kehilangan keremajaannya dan mengalami
kemunduran Achroni, 2012. Penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh semua
makhluk hidup. Penuaan dapat terjadi pada semua bagian tubuh, mulai dari pembuluh darah, organ tubuh serta kulit Tranggono dan Latifah, 2007. Kulit
merupakan salah satu jaringan yang secara langsung akan memperlihatkan proses penuaan tersebut Putro, 1997.
Proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya bisa terjadi saat umur kita memasuki usia 20 – 30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap
28 – 30 hari. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia
Noormindhawati, 2013.
2.3.1 Proses terjadinya penuaan dini
Gejala dan tanda penuaan dini dapat terjadi di semua organ tubuh manusia, terutama pada kulit Bogandeta, 2012. Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2
proses besar, yaitu penuaan kronologi chronological aging dan ‘photo aging’. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan fungsi serta
metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis, munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit age spot.
Sedangkan proses ‘photo aging’ adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit akibat dari paparan sinar UV yang berlebihan.
Paparan sinar UV yang berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini
10 selanjutnya memecahkan kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit
dermis Suryadi, 2012.
2.3.2 Penyebab penuaan dini
Sinar UV hanya merupakan sebagian kecil dari spektrum sinar matahari, namun sangat berpengaruh untuk memicu terjadinya penuaan dini pada kulit
manusia baik berupa perubahan-perubahan akut seperti eritema, pigmentasi dan fotosensitivitas, maupun efek jangka panjang berupa penuaan dini dan kanker
kulit Satiadarma, 1986. Faktor yang menyebabkan terjadinya penuaan dini terbagi dua, yaitu:
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan proses alamiah yang tidak mungkin dihindari setiap manusia Basuki, 2001. Pada umumnya disebabkan oleh gangguan dari
dalam tubuh misalnya sakit yang berkepanjangan dan kurangnya asupan gizi Putra, 2012. Ras dan faktor genetik juga memegang peranan dalam terjadinya
penuaan. Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari sehingga lebih mudah mengalami gejala penuaan dibanding kulit berwarna gelap
Noormindhawati, 2013. Faktor internal juga dipicu oleh perubahan hormonal dan tingkat stres yang
dialami oleh seseorang Putra, 2012. Pada wanita yang menopause, penurunan produksi esterogen akan menurunkan elastisitas kulit. Hormon androgen dan
progesteron meningkatkan proses pembelahan sel epidermis, waktu pergantian atau regenerasi sel, produksi kelenjar sebum dan pembentukan melanin.
Berkurangnya hormon-hormon tersebut akan menunjukkan gejala penuaan dini yang lebih jelas Putro, 1997. Pada saat stres, akan terjadi peningkatan hormon
11 adrenalin yang meningkatkan hormon kortisol. Hormon kortisol berfungsi untuk
mengatur banyaknya gula yang diserap ke dalam tubuh dan mengikat protein serta menghentikan fungsinya. Protein ini berfungsi untuk membentuk jaringan ikat
kulit dan apabila fungsinya dihentikan, maka kulit akan kehilangan kelenturan dan kehalusannya Kelly, 2010. Faktor Internal tidak dapat dihindari tetapi dapat
dikurangi efeknya. Misalnya dengan perawatan wajah yang cepat, mengurangi stres, dan asupan makanan yang baik Basuki ,2001.
b. Faktor eksternal
Sinar matahari merupakan faktor eksternal yang memberikan pengaruh terbesar terhadap terjadinya penuaan dini Putra, 2012. Para ahli kulit
memperkirakan sekitar 80 garis kerutan, keriput, kendur, dan kasar pada kulit disebabkan langsung oleh sinar UV Bentley, 2006. Paparan sinar matahari yang
berlebihan akan menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis yang akan memecahkan kolagen kulit Zelfis, 2012.
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya. Radikal bebas dapat timbul
dari proses metabolisme dalam tubuh dan dapat juga berasal dari lingkungan, seperti pencemaran udara, bahan kimia, makanan , alkohol, rokok, radiasi UV,
dan sebagainya. Radikal bebas ini bersifat reaktif dan tidak stabil sehingga untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi dengan
molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron molekul tersebut. Proses ini pada akhirnya akan menimbulkan radikal bebas baru terhadap molekul yang
elektronnya diambil sehingga jumlahnya terus bertambah. Oleh karena itu, reaksi radikal bebas cenderung berupa reaksi berantai. Reaksi berantai ini akan terus
12 menerus berlangsung dalam tubuh dan bila tidak segera dicegah dapat merusak
sel-sel penting dalam tubuh. Hal ini akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker jantung, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Untuk
mengantisipasi kerusakan akibat radikal bebas tersebut maka tubuh memerlukan suatu substansi penting, yaitu antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas
Youngson, 2005 Kelembaban udara yang rendah, musim dingin, udara pegunungan dan
arus angin akan mempercepat penguapan air pada kulit, akibatnya kelembaban kulit akan menurun dan menyebabkan kulit menjadi kering Putra, 2012.
Beberapa gaya hidup juga memicu terbentuknya kerutan pada wajah, di antaranya adalah konsumsi alkohol yang berlebihan menyebabkan kulit
terdehidrasi sehingga mempermudah munculnya kerutan. Banyaknya frekuensi kedipan mata serta kebiasaan menyipitkan mata menyebabkan otot-otot di sekitar
alis dan dahi bekerja lebih keras sehingga memperparah kerutan di area dahi. Nikotin dari rokok yang terserap ke dalam tubuh menyebabkan aliran darah ke
kulit berkurang sehingga asupan gizi dan regenerasi kulit menjadi terhambat Setiabudi, 2014.
Indonesia termasuk daerah tropis yang dapat menyebabkan penduduknya mudah terkena sengatan sinar matahari yang mengandung sinar UV A dan UV B
yang dapat menyebabkan kerusakan kulit Achroni, 2012. Intensitas sinar paling kuat pada pukul 10.00 hingga 15.00 Basuki, 2001. Kedua jenis sinar tersebut
dapat menembus lapisan kulit epidermis dan dermis dan memicu terjadinya penuaan dini pada kulit Suryadi, 2012.
13 Sering diduga bahwa hanya UV B yang menjadi ancaman besar bagi kulit,
namun sekarang ini telah diketahui bahwa sekitar 80 sinar UV A yang menggosongkan kulit justru mampu mecapai lapisan dermis. Pada lapisan dermis
UV A dapat merusak struktur kulit dengan mengubah susunan DNA dan RNA pada inti sel serta mengubah susunan kolagen dan elastin. Sel yang dirusak
tersebut menghasilkan kembali mutasi yang tidak efesien, mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah garis dan kerutan, penurunan kekencangan dan
kelenturan kulit, juga turunnya kemampuan epidermis untuk menjaga kelembaban kulit Bentley, 2006.
Sinar UV A memiliki panjang gelombang 320 – 400 nm. UV A menembus kulit lebih dalam dari UV B yakni menembus sampai dermis lapisan kedua dari
kulit dan dapat merusak serat-serat yang berada di dalamnya. Kulit menjadi kehilangan elastisitas dan berkerut. UV B memiliki panjang gelombang 290 – 320
nm, sinar UV B biasanya hanya merusak lapisan luar kulit Darmawan, 2013.
2.3.3 Tanda-tanda penuaan dini