Saos Cabai Merah Alasan Penggunaan Pewarna Tambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saos

Saos merupakan bumbu penyedap makanan atau biasanya digunakan untuk menambah kelezatan pada makanan. Saos berbentuk seperti bubur kental pasta dan umumnya bewarna orange hingga merah. Pembuatannya saos sering ditambahkan dengan zat pewarna makanan alami maupun buatan.Warna saos biasanya terbuat dari buah berwarna menarik seperti warna merah atau ditambahkan zat pewarna, selain warna saos mempunyai aroma dan rasa yang merangsang dengan atau tanpa rasa pedas, mempunyai daya simpan panjang karena mengandung asam, gula, garam dan seringkali ditambahkan pengawet Putra dkk, 2014 dan Margono, 2000.

2.1.1 Fungsi Saos

Kebutuhan akan saos dari tahun ke tahun terus meningkat. Di Indonesia, saos merupakan produk olahan yang sangat populer, karena berfungsi sebagai penambah cita rasa dan selera pada makanan. Saos juga banyak digunakan pada industri pengalengan ikan. Selain sebagai campuran bumbu, saos dipakai sebagai pelengkap hidangan Margono, 2000.

2.2 Cabai Merah

Cabai merah Capsicum annum L.merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan selain cabai memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai ekonomis tinggi yang banyak digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan industri makanan. Cabai merah dapat ditanam dengan kisaran suhu antara 21 o C–27 o C Nurlenawati dkk, 2010. Klasifikasi tanaman cabai Kingdom : Plantae Dividi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Subkelas : Sympetalae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Capsicum Species : Capsicum annum L. Kusandriani, 1996.

2.3 Zat Pewarna

2.3.1 Pewarna Alami

Pewarna alami merupakan pewarna pigmen yang berasal dari tumbuh– tumbuhan atau hewan contohnya karotenoid, klorofil, tannin, dan kuinon. Walaupun terdapat secara alami dalam tumbuhan dan hewan, pewarna alami juga dapat timbul akibat proses pemanasan, penyimpanan atau proses-proses pengolahan pangan yang lain Nugraheni, 2014. Pewarna alami dalam penggunaanya perlu dalam jumlah lebih banyak agar dapat menghasilkan warna yang baik sehingga pewarna alami lebih mahal, selain itu ketersediaanya pun terbatas. Warna yang tersedia juga kurang bervariasi, sehingga hanya terbatas pada warna–warna asli dari tumbuhan atau hewan yang menghasilkan zat warna tersebut Murdiati dan Amaliah, 2013. Ciri–ciri zat warna alami pada produk pangan: a. konsentrasi pigmen rendah warna agak suram b. seringkali memberikan rasa khas yang tidak diinginkan c. mudah larut dalam air d. satabilitas pigmen rendah e. keseragaman warna kurang baik f. spektrum warna tidak seluas seperti pada pewarna sintetis g. membutuhkan waktu lama untuk meresap kedalam produk h. mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat saat diolah dan disimpan i. selain itu umumnya, pigmen-pigen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya dan pH tertentu. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh Nugraheni, 2014. Tabel 2.1 Sifat-Sifat Bahan Pewarna Alami Kelompok Warna Sumber Kelarutan Stabilitas Karamel Cokelat Gula dipanaskan Air Stabil Anthosianin Jingga Merah Biru Tanaman Air Peka terhadap panas dan pH Flavonoid Tanpa kuning Tanaman Air Stabil terhadap panas Leucoanthosianin Tidak bewarna Tanaman Air Stabil terhadap panas Tannin Tidak bewarna Tanaman Air Stabil terhadap panas Batalain Kuning, merah Tanaman Air Sensitif terhadap panas Quinon Kuning-hitam Tanaman bakteria lumut Air Stabil terhadap panas Xanthon Kuning Tanaman Air Stabil terhadap panas Karotenoid Tanpa kuning- Tanaman Lipida Stabil merah hewan terhadap panas Klorofil Hijau,cokelat Tanaman Lipida dan air Sensitif terhadap panas Heme Merah,cokelat Hewan Air Sensitif terhadap panas Cahyadi, 2006. Penggunaaan pewarna makanan alami semakin lama semakin ditinggalkan produsen makanan. Hal ini disebabkan karena kurang praktis, memberi rasa khas yang tidak diinginkan, kurang stabil dalam penyimpanan, menghasilkan warna yang kurang seragam yang bisa disebabkan oleh perubahan pH, proses oksidasi, pengaruh cahaya dan pemanasan sehingga intensitas warnanya sering berkurang selama proses pembuatan makanan. Akibatnya produsen makanan banyak yang beralih ke pewarna sintetis Nugraheni, 2014.

2.3.2 Pewarna Sintetis

Zat pewarna sintetis merupakan zat pewarna buatan manusia. Zat pewarna sintetis harus melalui suatu pengujian secara intensif untuk menjamin keamananya. Karakteristik dari zat pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah, lebih homogen dan memilikiwarna yang bervariasi dibandingkan dengan zat pewarna alami. Disamping itu penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan bila dihitung berdasarkan harga per unit dan efisiensi produksi akan jauh lebih murah dibandingkan dengan zat pewarna alami Pahmawati, 2011. Beberapa keuntungan penggunaan zat pewarna sintetis adalah tersedia dalam jumlah yang memadai, stabilitas bagus, kekuatan mewarnai yang tinggi menjadikan zat pewarna sintetis menguntungkan secara ekonomi, daya larut bagus dalam air dan alkohol, tidak berasa dan tidak berbau tersedia dalam berbagai bentuk dan bebas bakteri Nugraheni, 2014. Pewarna sintetis juga mempunyai kekuranganyaitu dapat menimbulkan berbagai macam penyakit terutama jika digunakan dengan dosis yang berlebihan atau pemakaiannya sedikit tetapi dikonsumsi secara rutin dalam waktu yang lama Murdiati dan Amaliah, 2013. Ciri–ciri pewarna sintetis antara lain: a. warna cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan b. tidak mudah larut dalam air c. membutuhkan bahan pewarna lebih sedikit, karena dalam konsentrasi rendah sudah mampu mewarnai dengan baik d. cepat meresap ke dalam produk Nugraheni, 2014. Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melaui pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus memenuhi suatu senyawa dulu yang terkadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hal akhir atau berbentuk senyawa–senyawa baru yang berbahaya. Namun sering sekali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk bahan pangan, misalnya zat pewarna tekstil dan kulit untuk mewarnai bahan pangan. Zat pewarna yang berbahaya terhadap kesehatan seperti Amaran, Auramin, Methanyl Yellow dan Rhodamin B Nugraheni, 2014. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 dan timbal tidak boleh lebih dari 0,0001, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada Cahyadi, 2006. Tabel 2.2 Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia Pewarna Nomor Indeks Warna C.I.No. Batas Maksimum Penggunaan Amaran Amaranth: CI Food Red 9 16185 Secukupnya Biru berlian Brilliant blue FCF: CI 42090 Secukupnya Eritrosin Food red 2 Erithrosin :Cl 45430 Secukupnya Hijau FCF Food red 14 Fast green FCF : Cl 42053 Secukupnya Hijau S Food green 3 Green S : Cl Food 44090 Secukupnya Indigotin Green 4 Indigotin : Cl food 73015 Secukupnya Ponceau 4R Blue I Ponceau 4R :Cl 16255 Secukupnya Kuning Food red 7 74005 Secukupnya Kuinelin Quineline yellow Cl.Food 15980 Secukupnya yellow 13 Kuning FCF Sunset yellow FCF Cl. Food yellow 3 - Secukupnya Riboflavina Riboflavin 19140 Secukupnya Tartrazine Tartrazine - Secukupnya Yuliarti, 2007. Tabel 2.3 Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang di IndonesiaBerdasarkan Peraturan Menkes RI Nomor 239MenkesPerv85 Nama Indeks Warna Auramine Cl basic yellow 2 41000 Alkanet 755250 Butter Yellow Cl solvent yellow 11020 Chrysoidine Cl food yellow B 114270 Citrous 22156 Chocolate brown FB Food Brown - Methanyl yellow ext DC yellow1 13065 Oil orange XO Cl solvent oranges 7 12140 Oil orange AB Cl solvent orange 5 11380 Orange RN Cl food orange 1 15970 Ponceau 3R Cl food red 6 16135 Ponceau SX Cl food red 1 14700 Rhodamin B Cl food red 15 45170 Sudan l Cl solvent yellow 14 12055 Scarlet GN Cl food red 2 14815 Sulami, 2009. 2.3.2.1Rhodamin B Rhodamin B dalam dunia perdagangan sering dikenal dengan nama tetra ethyl rhodamin B, D dan Red no.19,C,I, Basic violet 10, C.I.No.45179. Zat warna sintetis ini berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan, dalam larutan berwarna merah terang berpendar berfluoresensi. Pewarna ini sebenarnya adalah pewarna untuk kertas, tekstil, dan reagensia untuk pengujian antimon, cobalt, dan bismuth Yuliarti, 2007. Rhodamin B tidak dapat larut dan dicerna oleh tubuh. Meskipun kadar Rhodamin B yang dikonsumsi sangat sedikit, namun pewarna ini dapat mengalami penumpukan dalam tubuh manusia. Keberadaan Rhodamin B pada makanan ditandai dengan tampilan fisik makanan yang berwarna merah mencolok dan berpendar Sulami, 2009. Penggunaan Rhodamin B pada makanan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker. Namun demikian, bila terpapar Rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan Rhodamin B. Bila Rhodamin B tersebut masuk melalui makanan maka akan mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan air kencing yang berwarna merah ataupun merah muda. Jangankan lewat makanan, menghirup Rhodamin B dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, yakni terjadinya iritasi pada saluran pernafasan. Demikian pula apabila zat kimia ini mengenai kulit maka kulit pun akan mengalami iritasi. Mata yang terkena Rhodamin B juga akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata kemerahan dan terdapat timbunan cairan atau udem pada mata Yuliarti, 2007.

2.3.2.2 Eritrosin

Zat pewarna ini termasuk golongan fluorescein berupa tepung coklat larutannya dalam alkohol 95 menghasilkan warna merah yang berfluoresensi, sedangkan larutannya dalam air bewarna merah cherry tanpa fluoresensi. Eritrosin arut dalam gliserol dan glikol bersifat kurang tahan terhadap cahaya dan oksidator, tetapi tahan terhadap reduktor dan NaOH 10. Mudah diendapkan oleh asam, karena itu tidak dapat dipergunakan dalam produk minuman. Eritrosin juga dapat diendapakan oleh tawas dan FeSO 4 . Logam Cu hanya sedikit berpengaruh terhadap warna larutan Nugraheni, 2014. Eritrosin mengakibatkan reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif pada anak-anak, serta menghambat perkembangan otak dan perilaku Sulami, 2009.

2.4 Alasan Penggunaan Pewarna Tambahan

Pewarna merupakan bahan yang ditambahkan dalam makanan yang berfungsi untuk memberikan warna yang khas dan mencari ciri khusus dari suatu makanan. Kemajuan teknologi pangan memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang sedikit suatu zat kimia bisa memberi warna yang stabil pada produk pangan. Beberapa alasan utama menambahkan zat pewarna pada makanan : a. untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara, atau temperatur yang ekstrim akibat proses pengolahan dan penyimpanan b. memperbaiki variasi alami warna. Produk pangan yang salah warna akan diasosiasikan dengan kualitas rendah c. membuat identitas produk pangan d. menarik minat konsumen dengan pilihan warna yang menyenangkan e. menjaga rasa dan vitamin yang mungkin yang terpengaruh sinar matahari selama produk di simpan f. melindungi rasa dan cahaya rentan vitamin Nugraheni, 2014.

2.5 Fungsi Warna Pada Produk Pangan