Istilah pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggungjawab menghindarkan bahan kimia
dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Dalam 25 tahun mendatang kebutuhan pangan
akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya penduduk Indonesia. Dengan demikian kebutuhan masukan teknologi tinggi berupa pupuk makin
meningkat, demikian juga kebutuhan pestisida akan lebih besar daripada yang diperlukan sekarang. Dengan makin meningkatnya kebutuhan masukan energi
tinggi, maka biaya produksi yang diperlukan akan semakin besar. Hal ini merupakan tantangan para pakar bidang pertanian untuk mencari teknologi
alternatif dalam mencukupi kebutuhan pangan dengan kualitas yang baik dan menyehatkan, tetapi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan Sutanto, 2002.
Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara
alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.
Manfaat Pertanian Organik
Sejumlah keuntungan yang dapat dipetik dari pengembangan pertanian organik adalah, antara lain:
a. Kesehatan
1. Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga
meningkatkan kesehatan masyarakat. Data menunjukkan bahwa praktek pertanian organik mampu meningkatkan hasil sayuran hingga 75
Universitas Sumatera Utara
dibanding pertanian konvensional. Disamping itu, produk pertanian organik juga mempunyai kandungan vitamin C, kalium, dan beta karoten yang lebih
tinggi. 2.
Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena petani akan terhindar dari paparan exposure polusi yang diakibatkan oleh
digunakannya bahan kimia sintetik dalam produksi pertanian. 3.
Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian. Karena pertanian organik: 1 Menghindari penggunaan bahan
kimia sintetis dan 2 Memanfaatkan limbah kegiatan pertanian seperti kotoran ternak dan jerami sebagai pupuk kompos.
b. Lingkungan
1. Kualitas Tanah
Menjaga sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang baik merupakan hal yang penting dalam pertanian organik. Untuk itu dalam pertanian organik diutamakan
cara pengelolaan tanah yang meminimalkan erosi, meningkatkan kandungan bahan organik tanah serta mendorong kuantitas dan diversitas biologi tanah.
Dalam pertanian organik peningkatan kesuburan tanah dilakukan tanpa menggunakan pupuk kimia sintetis. Sebagai gantinya digunakan teknik-teknik
sebagai berikut: •
Rotasi tanaman secara tepat, mixed cropping dan integrasi tanaman dengan ternak.
• Meningkatkan populasi mikroorganisme tanah melalui penggunaan pupuk
organik. •
Meminimalkan pengolahan tanah yang mengganggu aktivitas biota tanah.
Universitas Sumatera Utara
• Menjaga tanah selalu tertutup dengan mulsa organik.
• Menghindari pengolahan tanah yang berlebihan pada tanah yang miring
untuk mencegah erosi. •
Menggunakan tanaman dalam strip dan tumpang sari. •
Menghindari penggembalaan yang berlebihan. •
Tidak menggunakan bahan kimia sintetis yang meracuni mikroorganisme tanah dan merusak struktur tanah.
2. Penghematan energi
Sistem produksi organik hanya menggunakan 50–80 energi minyak untuk menghasilkan setiap unit pangan dibandingkan dengan sistem produksi pertanian
konvensional. Namun demikian, ini tidak berlaku untuk semua sistem produksi sayuran dan buah-buahan.
3. Kualitas Air
Penjagaan kualitas air merupakan upaya yang sangat penting dalam sistem pertanian lestari sustainable agriculture system. Kenyataan menunjukkan bahwa
polusi air tanah groundwater dan air muka tanah surface water oleh nitrat dan fosfat menjadi hal yang umum terjadi di kawasan pertanian. Residu pupuk dan
pestisida sintetis serta bakteri penyebab penyakit seperti Escherichia Coli juga seringkali terdeteksi di sistem perairan.
Pada areal pertanian organik, sumber air dijaga dengan menghindari praktek-praktek pertanian yang menyebabkan erosi tanah dan pencucian nutrisi,
pencemaran air akibat penggunaan bahan kimia. Kotoran hewan yang akan digunakan untuk pupuk organik selalu dikelola dengan hati-hati dan dikomposkan
Universitas Sumatera Utara
sebelum digunakan. Di samping itu, penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis juga dilarang dalam sistem pertanian organik.
4. Kualitas Udara
Pertanian organik terbukti mampu meminimalkan perubahan iklim global karena emisi gas rumah kaca greenhouse gas emission pada pertanian organik
lebih rendah dibandingkan pertanian konvensional. Dalam pertanian organik tidak menggunakan pupuk nitrogen sintetis sehingga tidak ada emisi nitrogen oksida
dari pupuk buatan tersebut. Penggunaan minyak bumi juga lebih rendah sehingga menurunkan emisi gas karbon dioksida. Lebih penting lagi, pertanian organik
menyediakan penampungan sink untuk karbon dioksida melalui peningkatan kandungan bahan organik di tanah serta penutupan permukaan tanah dengan
tanaman penutup tanah.
5. Pengelolaan Limbah
Praktek pertanian organik mengurangi jumlah limbah melalui daur ulang limbah menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah pertanian
lainnya yang selama ini dianggap limbah, justru menjadi bahan yang mempunyai nilai sebagai sumber nutrisi dan bahan organik bagi pertanian organik.
6. Keanekaragaman Hayati
Pertanian organik tidak hanya menghindari penggunaan pestisida sintetis, namun juga mampu menciptakan keanekaragaman hayati. Praktek seperti rotasi
pertanaman, tumpang sari serta pengolahan tanah konservasi merupakan hal-hal yang mampu meningkatkan keanekaragaman hayati dengan menyediakan habitat
yang sehat bagi banyak spesies mulai dari jamur mikroskopis hingga binatang besar. Pertanian organik tidak menggunakan organisme hasil rekayasa genetika
Universitas Sumatera Utara
Genetic Enggineering Organism atau organisme transgenik Genetically Modified Organism serta produknya karena alasan keamanan lingkungan,
kesehatan dan sosial. Produk-produk seperti ini tidak dibutuhkan karena mungkin menyebabkan resiko yang tidak dapat diterima pada integritas spesies.
c. Perekonomian masyarakat
Penerapan pertanian organik, memberikan manfaat bagi masyarakat dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat antara lain :
1. Hasil
Pertanian organik yang dilakukan secara benar oleh petani yang berpengalaman seringkali hasilnya sama, atau bahkan lebih tinggi, dari hasil
pertanian konvensional. Namun seringkali hasil pertanian organik lebih rendah dari pertanian konvensional. Adanya perbedaan hasil ini mencerminkan adanya
perbedaan teknik bercocok tanam dan pengalaman petani. Industri pangan organik berkembang sangat cepat sementara petani belum mempunyai pengetahuan dan
pengalaman yang cukup untuk menerapkan sistem pertanian organik yang benar. Perbedaan hasil juga seringkali bergantung pada jenis tanaman yang diusahakan.
Di samping itu, pertanian organik juga relative lebih tahan terhadap gangguan hama dan penyakit.
2. Biaya Produksi
Pertanian organik memerlukan biaya produksi relatif lebih rendah dibandingkan pertanian konvensional, khususnya untuk penyediaan input
produksi. Dalam pertanian organik pembelian pupuk dan pestisida sintetis tidak diperlukan lagi tetapi dalam implementasinya pertanian organik harus
Universitas Sumatera Utara
menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati atau agen hayati. Di samping itu, dalam pertanian organik nilai penyusutan peralatan juga lebih rendah.
Dalam praktek pertanian organik, pengendalian gulma dilakukan secara mekanis. Pengolahan tanah untuk pengendalian gulma setelah tanaman tumbuh
dilakukan dengan cara minimal. Banyak orang berpendapat bahwa pengendalian gulma akan meningkatkan frekuensi pengolahan tanah dan juga biaya. Dalam
prakteknya, ternyata tidaklah demikian. Dengan perbaikan struktur tanah dan praktek pengelolaan yang baik, pertanian organik justru meminimalkan
pengolahan tanah, atau lebih sedikit, dibanding pertanian konvensional.
3. Pendapatan
Pendapatan petani organik sedikit lebih besar dibanding dengan petani konvensional. Secara umum, biaya produksi lebih rendah dan pendapatan lebih
besar karena premium price. Industri organik berubah sangat cepat sehingga mempengaruhi ketidakstabilan harga. Sebagai contoh, adanya harga tinggi pada
satu jenis komoditi telah mendorong banyak petani menanam komoditi yang sama secara bersamaan. Ini menyebabkan harga turun ketika musim panen. Banyak
orang berpendapat bahwa sejalan dengan waktu premium price akan stabil. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan petani.
4. Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial
di pedesaan.
Pertanian organik akan merangsang hadirnya industri kompos rakyat yang berarti adanya lapangan kerja baru bagi masyarakat pedesaan. Disamping itu,
penerapan pertanian organik juga akan merangsang adanya kerjasama kemitraan
Universitas Sumatera Utara
antara petani peternak-pekebun untuk menerapkan sistem pertanian terpadu. Dalam hubungan ini, peternak mendapatkan bahan makanan ternak dari limbah
pertanian jerami dan dedak, misalnya dari petani, sedangkan petani mendapatkan kotoran hewan dari peternak sebagai bahan kompos untuk usaha
pertanian organiknya. Hal ini secara langsung akan menciptakan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan.
5. Pemasaran
Permintaan akan pangan organik akhir-akhir ini tumbuh dengan pesat di seluruh dunia, baik di Eropa, Canada, Amerika Utara, atau Jepang. Adanya
pertumbuhan yang cepat ini menimbulkan fluktuasi di pasar. Sebagai contoh, beberapa pasar mempunyai persyaratan mutu yang sangat spesifik serta
permintaannya selalu berubah dari tahun ke tahun. Industri organik baru berkembang, dan infrstruktur seperti sistem pengangkutan, pedagang dan
distributor masih perlu menyesuaikan diri Rachman, 2007. Salah satu upaya mengurangi penggunaan bahan kimiawi pada budidaya
tanaman adalah dengan memanfaatkan mikroorganisme. Dan keberadaan mikroorganisme dapat dimanfaatkan dalam budidaya pertanian modern yang
berorientasi organic farming berupa pupuk hayati biofertilizer, agensia pengendali hayati biopestisida, dan pengolahan limbah organikhewan menjadi
pupuk kompos biokomposer telah berkembang dengan pesat. Pertanian alamiah dapat menggunakan benih unggul, penggunaan mikroba berguna biopestisida dan
biofertilizer, pupuk organik, dan pestisida nabati Sipayung, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Landasan Teori
Adopsi dalam proses penyuluhan pertanian, pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan
cognitive, sikap affective, maupun ketrampilan psychomotoric pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh
masyarakat sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat melakanakan atau menerapkannya dengan benar
serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh
orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan atau ketrampilannya.
Penyuluhan pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup panjang, yang dimulai sejak awal abad 20 di masa penjajahan. Penyuluhan
bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian, baik untuk kepentingan penjajah maupun untuk mencukupi kebutuhan pribumi. Penyuluhan
dilandasi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara praktek – praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya teknologi –
teknologi yang lebih maju di lain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi – teknologi
maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai produsen primer Mardikanto, 1993.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sutanto 2002 konsep perkembangan pertanian berkelanjutan sangatlah luas, tidak mungkin begitu saja dilaksanakan tanpa dukungan petani,
ilmuwan, pemerintah bahkan politikus. Bagaimanapun juga arah kebijakan pembangunan pertanian sangat tergantung pada minat pemerintah untuk
mendukung suatu sistem pembangunan pertanian. Banyak pakar pertanian dan lembaga swadaya masyarakat internasional berusaha mengembangkan pertanian
alternatif yang bertujuan untuk merehabilitasi kondisi tanah yang sedang sakit. Salah satu usaha meningkatkan kesehatan tanah adalah membangun kesuburan
tanah yang dilaksanakan dengan cara meningkatkan kandungan bahan organik melalui kearifan tradisional, atau menggunakan masukan dari dalam usahatani on
farm inputs itu sendiri. Menurut Suprayono dan Setyono 1997 padi merupakan tanaman pertanian
kuno yang sampai sekarang menjadi tanaman utama dunia. Bukti sejarah di Provinsi Zheijiang, Cina Selatan, menunjukkan bahwa penanaman padi di Asia
sudah dimulai 7.000 tahun yang lalu. Beberapa daerah yang diduga menjadi daerah asal padi adalah India Utara bagian Timur, Bangladesh Utara dan daerah
yang membatasi negara Burma, Thailand, Laos, Vietnam dan Cina bagian Selatan. Padi Oryza sativa l. tumbuh baik di daerah tropis maupun sub – tropis. Untuk
padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terus – menerus maka tanah sawah
harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah lempung. Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air yang besar, kemudian
ditampung dalam bentuk waduk danau. Dari waduk inilah sewaktu – waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Padi Organik Binaan BITRA di Provinsi Sumatera Utara, Oktober 2011.
No Desa
Kabupaten Kelompok
Tani Luas Lahan
ha Produksi
ton
1. Lubuk Bayas
Serdang Bedagai Tani Subur
27 135
2. Namu Landor Deli Serdang
Tani Mandiri 5
30
JUMLAH 32
165
Sumber: BITRA Indonesia, 2012 Dari tabel dapat dilihat berdasarkan Luas Lahan dan Produksi, desa binaan
BITRA di Lubuk Bayas lebih tinggi dibanding desa binaan BITRA di Namu Landor. LSM BITRA merupakan institusi yang memberikan pembinaan
pertanian padi organik di Sumatera Utara. Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik
dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pertanian organik dalam arti sempit yaitu pertanian yang bebas dari bahan – bahan kimia. Sedangkan pengertian pertanian
dalam arti luas, adalah pertanian masih memberi toleransi penggunaan bahan kimia dalam batas – batas tertentu. Pertanian yang baik adalah yang tidak
mengabaikan ekosistem alam yang didalamnya termasuk tanaman budidaya, gulma dan jasad pengganggu, hama dan penyakit serta manusia.
Tanaman pangan, khususnya padi merupakan tanaman pokok yang diusahakan oleh sebagian besar petani di Indonesia. Padi merupakan bahan
makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Dalam upaya memenuhi
kebutuhan beras dari produksi dalam negeri, pemerintah mencanangkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional P2BN yang diimplentasikan pada periode
2007-2009. Melalui program ini, produksi beras ditargetkan meningkat lima
Universitas Sumatera Utara
persen atau setara 2 juta ton per tahun. Salah satu strategi yang ditempuh adalah pada tahun 2008 diharapkan dapat terselenggara Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu SL-PTT di 60.000 unit. Strategi ini diharapkan dapat memperluas penyebaran pengelolaan tanaman terpadu PTT yang akan
berdampak terhadap percepatan implementasi program P2BN Deptan, 2008. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu SL-PTT adalah bentuk
sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan dilapangan. Hamparan sawah milik petani peserta program penerapan PTT disebut hamparan
SL-PTT, sedangkan hamparan sawah tempat praktek sekolah lapang disebut laboratorium lapang. SL-PTT juga mempunyai kurikulum, evaluasi pra dan pasca
kegiatan dan sertifikat. Bahkan sebelum SL-PTT dimulai perlu dilakukan registrasi terhadap peserta yang mencakup nama dan luas lahan sawah garapan,
pembukaan dan studi banding atau kunjungan lapang. Proses belajar SL-PTT berawal dari kegiatan yang kemudian memberikan
pengalaman pribadi, mengungkapkan pengalaman tersebut, menganalisis masalah yang terjadi dan menyimpulkan hasil kegiatan. Kalau petani peserta SL-PTT
telah merasakan dampak positif dari teknologi yang diterapkan, baik dari aspek materi dan non materi, maka mereka akan menerapkan teknologi itu kembali pada
musim berikutnya. Adapun tujuan utama dari SL-PTT adalah untuk mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Ciri SL-PTT :
1. Peserta dan Pemandu saling memberi dan menghargai
2. Perencanaan dan pengambilan keputusan dilakukan bersama dengan
kelompok tani poktan atau gabungan kelompok tani gapoktan 3.
Komponen teknologi yang akan diterapkan berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh petani peserta
4. Pemandu tidak mengajari petani tetapi petani belajar dengan inisiatif sendiri,
pemandu sebagai fasilitator memberikan bimbingan 5.
Materi latihan, praktek dan sarana belajar ada dilapangan 6.
Kurikulum dirancang untuk satu musim tanam sehingga dalam periode tersebut diharapkan terdapat 10 – 18 kali pertemuan antara peserta dengan
pemandu
Prinsip Pendidikan dalam SL-PTT
Agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan keinginan, SL-PTT hendaknya dilaksanakan berdasarkan prinsip pendidikan untuk orang dewasa berdasarkan
pengalaman sendiri. Untuk itu, materi pendidikan yang akan diberikan dalam SL-PTT mencakup aspek yang diperlukan oleh kelompok tani diwilayah
pengembangan PTT. Dalam kaitan itu, tiga aspek berikut perlu mendapat perhatian :
1. Aspek Teknologi : Keterampilan dan Pengetahuan
Dalam SL-PTT petani diberikan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk menjadi manager dilahan usahataninya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
2. Aspek Hubungan Antar Petani : Interaksi dan Komunikasi
SL-PTT mendorong petani untuk dapat bekerjasama, melakukan analisis secara bersama – sama, diskusi dan berkomunikasi dengan santun menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti oleh orang lain. 3.
Aspek Pengelolaan : Manager di Lahan Usahatani Sendiri Dalam SL-PTT, petani peserta didorong untuk pandai menganalisis masalah
yang dihadapi dan membuat keputusan tentang tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Menurut Soekartawi 1998 Faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi : Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani
untuk menerapkan teknologi tersebut pada usahataninya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Tingkat pendidikan petani
Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek
pertanian yang lebih modern. petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat dalam melaksanakan adopsi.
b. Umur Petani
Makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian petani berusaha untuk lebih cepat
melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
c. Luas Pemilihan Lahan
Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan keefesienan
penggunaan sarana produksi. d.
Pengalaman Bertani Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi
daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pangalaman lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.
Penyuluhan pertanian sebagai suatu pendidikan bagi para petani dan keluarganya haruslah menggunakan landasan falsafah kerja meningkatkan potensi
dan kemampuan para petani dan keluarganya, sehingga mereka akan dapat mengatasi sendiri kekurangannya dan dapat sendiri memenuhi kebutuhan dan
keinginannya, tanpa harus selalu tergantung kepada orang lain. Tujuan utama dari penyuluhan pertanian adalah mempengaruhi para petani dan keluarganya agar
berubah perilakunya sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak penyuluh yang akan memnyebabkan perbaikan mutu hidup dari para keluarga tani. Jadi
perubahan perilaku itu dapat terjadi dalam tiga bentuk : 1.
Bertambahnya perbendaharaan informasi yang berguna bagi petani dan pengertian tentang itu.
2. Tumbuhnya keterampilan, kemampuan dan kebiasaan baru atau yang
bertambah baik. 3.
Timbulnya sikap mental dan motivasi yang lebih kuat sesuai dengan yang dikehendaki.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kartasapoetra 1993 perubahan perilaku yang diusahakan dengan melalui penyuluhan pertanian pada diri para petani pada umumnya
berjalan dengan lambat, hal ini disebabkan : •
Tingkat pengetahuan, kecakapan dan mental petani •
Penyuluhan hal – hal yang disampaikan hanya akan diterima dan dipraktekkan diterapkan, diadopsi setelah para petani mendapat gambaran
nyata atau keyakinan bahwa hal – hal baru yang diterima dari penyuluhan akan berguna, memberi keuntungan, peningkatan hasil bila dipraktekkan
atau tidak menimbulkan kerugian terhadap apa yang sedang dilakukan. Menurut Mosher dalam Penyuluhan Pertanian 1999 bahwa penyuluhan
dapat berjalan dengan efektif apabila syarat berikut dapat terpenuhi, yaitu : •
Pasar dan hasil – hasil pertanian •
Teknologi pertanian yang terus – menerus berubah •
Tersedianya input dan alat pertanian di tingkat lokal •
Insentif produksi yang menguntungkan petani untuk memproduksi lebih banyak, tidak hanya menguntungkan tuan tanah dan tengkulak saja
• Sarana transportasi dari desa ke desa.
Agen penyuluhan dapat memanfaatkan berbagai cara untuk membantu kliennya untuk mencapai tujuannya :
• Memberi nasihat secara tepat waktu guna menyadarkannya tentang suatu
masalah •
Menambahkan kisaran alternatif yang dapat menjadi pilihannya
Universitas Sumatera Utara
• Memberi informasi mengenai konsekuensi yang dapat diharapkan dari
masing – masing alternatif •
Membantunya dalam memutuskan tujuan mana yang paling penting •
Membantunya dalam mengambil keputusan secara sisitematis baik itu secara perorangan maupun berkelompok
• Membantunya belajar dari pengalaman dan dari pengujicobaan
• Mendorongnya untuk tukar – menukar informasi dengan rekan petani.
Peranan – peranan lain dari organisasi penyuluhan dapat membantu petani : •
Mengadakan percobaan dengan teknologi baru atau sistem usahatani baru •
Menambah akses informasi yang relevan dengan aneka ragam sumbernya •
Mengevaluasi dan menafsirkan informasi itu untuk keadaan mereka sendiri •
Belajar dari pengalaman sendiri. Kemampuan agen penyuluhan untuk mempengaruhi petani mengalami
peningkatan, sebagian disebabkan oleh pembangunan dibidang teknologi komunikasi dan informasi, dan sebagian lagi penggunaan ilmu – ilmu sosial
dalam penyuluhan. Agen penyuluhan tidak saja memikirkan perubahan tetapi juga cara memberikan bantuan pada masyarakat. Didalam berbagai kasus, agen
penyuluhan tidak berurusan dengan hanya adopsi satu inovasi melainkan seluruh paketnya. Tidak jarang inovasi harus disesuaikan dengan situasi spesifik agar
dapat digunakan. Dalam diri seorang penyuluh pertanian sangat dibutuhkan adanya keyakinan
yang kuat dan tidak mudah goyah oleh sesuatu persoalan. Sedangkan yang dimaksud ilmu – ilmu pengetahuan adalah perangkat persyaratan yang
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya. Masalahnya, sampai sejauh mana ilmu – ilmu yang telah dikuasainya itu dapat mendukung inovasi yang senantiasa hadir ke tengah – tengah kehidupan
para petani. Tentunya selama pembangunan ini terus dilaksanakan kehadiran inovasi dalam kehidupan masyarakat desa adalah satu tolak ukur untuk
mengetahui sampai batas mana saja pembangunan ini mengalami kemajuan dan perkembangannya Sastraatmadja, 1993.
Menurut Rogers 1995, model proses pengambilan inovasi terdiri dari 5 langkah. Langkah-langkah tersebut adalah :
1. Pengetahuan, terjadi ketika seseorang dihadapkan pada suatu inovasi dan
memperoleh beberapa pemahaman fungsi-fungsi dari inovasi itu sendiri. 2.
Persuasi atau bujukan, terjadi ketika seseorang membentuk suatu sikap yang kurang baik atau baik ke arah inovasi.
3. Pengambilan keputusan, terjadi ketika seseorang terlibat dalam aktivitas
yang mendorong kearah suatu pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi.
4. Implementasi, terjadi ketika seseorang menggunakan suatu inovasi.
5. Konfirmasi, terjadi ketika seseorang mencari penguatan mengenai suatu
inovasi untuk menolak atau mengadopsi suatu inovasi.
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Pemikiran
Petani padi organik dalam melakukan budidaya padi organik berdasarkan teknologi budidaya padi organik berdasarkan segi : bibitbenih, lahan, pupuk,
teknik budidaya, pasca panen, harga dan label. Penyuluh mempunyai peranan penting dalam memperkenalkan teknologi tersebut kepada petani karena dengan
bantuan penyuluh maka inovasi akan cepat diterima oleh masyarakat tani
khususnya para petani padi organik. Dalam mengadopsi suatu teknologi, maka petani dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu : umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, dan total pendapatan.
Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah dalam menerapkan inovasi daripada petani pemula, karena dengan pengalaman yang lebih banyak
sudah dapat membuat perbandingan dalam membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi teknologi.
Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi apabila tingkat adopsi petani tinggi. Bila dalam diri seorang petani ada kesadaran akan
perlunya perubahan maka inovasi yang diusulkan oleh penyuluhan pertanian dapat diterapkan dalam usahataninya. Pada akhirnya suatu teknologi diterapkan atau
tidak terletak pada petani itu sendiri. Apakah tingkat adopsinya tinggi, sedang atau rendah tergantung dari teknologi baru tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan: :
menyatakan hubungan
Gambar 1. Skema kerangka pemikiran
Usahatani Padi Organik
Karakteristik sosial ekonomi petani:
1. Umur
2. Tingkat Pendidikan
3. Pengalaman Bertani
4. Tingkat Pendapatan
5. Luas Lahan
Teknologi Budidaya
Padi Organik
Tingkat adopsi
Tahapan – Tahapan Teknologi Budidaya
Padi Organik:
• Benih bibit • Lahan
• Pupuk • Teknik Produksi
• Pasca Panen • Harga
• Label
SEDANG TINGGI
RENDAH Petani
Padi Organik
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis Penelitian
1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usaha padi
organik di daerah penelitian tinggi. 2.
Ada hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik didaerah
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di desa Lubuk Bayas kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai. Daerah ini dipilih karena
merupakan desa percontohan dan sedang melaksanakan teknologi Sistem Pertanian Terpadu berupa PTT Pengelolaan Tanaman Terpadu pada budidaya
tanaman padi sawah dan karena merupakan daerah dengan produksi padi organik terbesar binaan BITRA di Provinsi Sumatera Utara. Luas lahan dan produksi padi
organik menurut binaan BITRA di Provinsi Sumatera Utara pada Oktober 2011.
Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengelola usahatani padi organik di desa Lubuk Bayas sebanyak 64 KK. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode Simple Random Sampling. Menurut Nazir 1983 mengatakan bahwa ukuran sampel yang diterima berdasarkan pada metode penelitian
deskriptif minimal 30 sampel.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada ketua
kelompok tani di daerah penelitian dan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Medan serta buku yang mendukung penelitian
ini.
Universitas Sumatera Utara
Metode Analisis Data
Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif berdasarkan 7 tujuh parameter. Setiap parameter diberi skor 4 untuk
mengikuti semua teknologi sesuai anjuran, skor 3 untuk melakukan salah satu teknologi budidaya sesuai anjuran, skor 2 untuk mengikuti semua anjuran tetapi
tidak melakukan teknologi budidaya, skor 1 untuk melakukan teknologi budidaya tidak sesuai anjuran, skor 0 untuk tidak melakukan semua teknologi budidaya dan
tidak melakukan semua anjuran. Maka tingkat adopsi dilihat dari penjumlahan
skor secara keseluruhan yaitu berada antara 0-28 apabila skor :
• 0 – 9 :
Tingkat Adopsi Rendah • 10 – 19
: Tingkat Adopsi Sedang
• 20 – 28 :
Tingkat Adopsi Tinggi
Universitas Sumatera Utara
Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat adopsi petani dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 3. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik
No. Teknologi Budidaya
Teknologi Anjuran Pengukuran
Skor
1. Benih bibit
• Melarang benih hasil rekayasa genetika termasuk
hibrida. • Benih-benih berasal bukan
dari proses produksi bahan kimia.
• Melalui proses adaptasi. • Benih teruji minimal 3
periode musim tanam. • Diutamakan dari pertanian
organik dan seleksi alam. • Asal usul harus jelas.
• Diutamakan benih lokal benih petani.
1. Mengikuti semua
teknologi sesuai anjuran.
2. Melakukan salah satu
teknologi budidaya sesuai anjuran.
3. Mengikuti semua
anjuran tetapi tidak melakukan teknologi
budidaya.
4. Melakukan teknologi
budidaya tidak sesuai anjuran.
5. Tidak melakukan
semua teknologi budidaya dan tidak
melakukan semua anjuran.
4 3
2 1
2. Lahan
• Masa konversi peralihan lahan bekas sawah selama 3-
4 musim tanam berturut turut secara organik. Catatan
: melihat karakteristik ciri khas sesuai jenis lahan.
• Lahan bukaan baru alami tanpa konversi.
• Percepatan pemulihan lahan menggunakan pupuk hijau.
1. Mengikuti semua
teknologi sesuai anjuran.
2. Melakukan salah satu
teknologi budidaya sesuai anjuran.
3. Mengikuti semua
anjuran tetapi tidak melakukan teknologi
budidaya.
4. Melakukan teknologi
budidaya tidak sesuai anjuran.
5. Tidak melakukan
semua teknologi 4
3 2
1
Universitas Sumatera Utara
budidaya dan tidak melakukan semua
anjuran.
3. Pupuk
• Melarang penggunaan bahan kimia sintetis dan pabrikan.
• Mendorong penggunaan pupuk hasil komposisasi.
• Mengutamakan dari pupuk kandang dan ternak sendiri.
• Pupuk cair dari bahan alami.
•
Mendorong mikroorganisme lokal.
1. Mengikuti semua
teknologi sesuai anjuran.
2. Melakukan salah satu
teknologi budidaya sesuai anjuran.
3. Mengikuti semua
anjuran tetapi tidak melakukan teknologi
budidaya.
4. Melakukan teknologi
budidaya tidak sesuai anjuran.
5. Tidak melakukan
semua teknologi budidaya dan tidak
melakukan semua anjuran.
4 3
2 1
4. Teknik
Produksi : a. Penyiapan
lahan • Tidak merusak lingkungan.
• Pengelolaan secara bertahap. • Pengolahan seminimal
mungkin. • Mengutamakan alat tepat
guna, contoh : alat tradisional.
• Sesuai sifat tanaman dan kondisi tanah.
1. Mengikuti semua
teknologi sesuai anjuran.
2. Melakukan salah satu
teknologi budidaya sesuai anjuran.
3. Mengikuti semua
anjuran tetapi tidak melakukan teknologi
budidaya.
4. Melakukan teknologi
budidaya tidak sesuai anjuran.
5. Tidak melakukan
semua teknologi budidaya dan tidak
melakukan semua anjuran.
4 3
2 1
b. Penanaman • Sistem campuran tumpang
sari, tumpang gilir dan mina padi.
1. Mengikuti semua
teknologi sesuai anjuran.
4
Universitas Sumatera Utara
c. Pemupukan
d. Pengolahan OPT
e. Gulma
f. Kontaminasi g. Konfersi
lahan dan air
h. Metode panen
• Keragaman varietas sesuai dengan musim dan
mempertimbangkan kearifan lokal.
• Disesuaikan dengan kebutuhan.
• Disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman dan kondisi tanah.
• Pencegahan preventif alami. • Sehat dan aman.
• Mengendalikan populasi hama dengan prinsip alami.
• Pengamatan intensif. • Dikendalikan sebelum
merugikan tanaman. • Dipandang sebagai sumber
hara. • Irigasi dibuat trap
perangkap pada parit. • Mengutamakan pencegahan
erosi. • Mendukung pertumbuhan
dan perkembangan mikro- organisme.
• Tepat waktu. • Teknologi tepat guna.
2. Melakukan salah satu
teknologi budidaya sesuai anjuran.
3. Mengikuti semua
anjuran tetapi tidak melakukan teknologi
budidaya.
4. Melakukan teknologi
budidaya tidak sesuai anjuran.
5. Tidak melakukan
semua teknologi budidaya dan tidak
melakukan semua anjuran.
3 2
1
5. Pasca Panen
• Teknologi tepat guna untuk mendapatkan padi kadar air
1. Mengikuti semua
teknologi sesuai 4
Universitas Sumatera Utara
ideal, contoh: pengeringan. • Dilarang menggunakan
bahan sintetis atau pengawet.
• Penyimpanan di lumbung padi.
anjuran. 2.
Melakukan salah satu teknologi
budidaya sesuai anjuran.
3. Mengikuti semua
anjuran tetapi tidak melakukan teknologi
budidaya.
4. Melakukan teknologi
budidaya tidak sesuai anjuran.
5. Tidak melakukan
semua teknologi budidaya dan tidak
melakukan semua anjuran.
3 2
1
6. Harga
• Sistem fair trade : penetapan harga harus
mempertimbangkan jasa petani sebagai penyokong
kebutuhan pangan nasional.
• Kemitraan produsen – konsumen.
1. Mengikuti semua
teknologi sesuai anjuran.
2. Melakukan salah satu
teknologi budidaya sesuai anjuran.
3. Mengikuti semua
anjuran tetapi tidak melakukan teknologi
budidaya.
4. Melakukan teknologi
budidaya tidak sesuai anjuran.
5. Tidak melakukan
semua teknologi budidaya dan tidak
melakukan semua anjuran.
4 3
2 1
7. Label
• Diserahkan kepada SC. 1.
Mengikuti semua teknologi
sesuai anjuran.
2. Melakukan salah satu
teknologi budidaya sesuai anjuran.
3. Mengikuti semua
anjuran tetapi tidak 4
3 2
Universitas Sumatera Utara
melakukan teknologi budidaya.
4. Melakukan teknologi
budidaya tidak sesuai anjuran.
5. Tidak melakukan
semua teknologi budidaya dan tidak
melakukan semua anjuran.
1
Untuk identifikasi masalah 2, dianalisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman r
s
untuk membuktikan adanya keeratan hubungan antara faktor sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsinya dengan rumus :
r
s
= 1
–
6 ∑ 2
��
�
3
− �
Dimana : r
s
= koefisien korelasi d
i
= selisih antara rangking nilai karekteristik petani dengan tingkat adopsi n = jumlah petani yang mengadopsi teknologi usahatani padi organik
dimana range
r
s
=
-1 ≤ 0 ≥ 1
│th
│= r
s
�
�−2 1−�
� 2
Dengan kriteria sebagai berikut : t- hitung
≤ tα 0,05 ......................... Ho diterima, tidak ada hubungan t-
hitung tα 0,05.......................... Ho ditolak, ada hubungan Untuk melihat besarnya nilai dari derajat keeratan dapat menggunakan
klasifikasi koefisien korelasi dua variabel menurut Guilford dalam Supriana 2009, berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford Nilai Koefisien Korelasi
Keterangan
0,2 Tidak terdapat hubungan antara kedua
variabel
Antara 0,2 sd 0,4 Hubungan kedua variabel lemah
Antara 0,4 sd 0,7 Hubungan kedua variabel sedang
Antara 0,7 sd 0,9 Hubungan kedua variabel kuat
Antara 0,9 sd 1 Hubungan kedua variabel sangat kuat
Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi
a. Petani sampel adalah petani yang mengelola usahatani padi organik.
b. Tahapan-tahapan teknologi adalah dilihat dari segi benihbibit, lahan,
pupuk, teknik produksi, pasca panen, harga, dan label.
c. Adopsi dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau
perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan cognitive, sikap affective, maupun ketrampilan psycho-motoric pada diri seseorang
setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat
sasarannya.
d. Karakteristik sosial ekonomi terdiri dari umur, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, pengalaman bertani dan luas lahan.
e. Pendapatan petani adalah total pendapatan yang diperoleh petanikeluarga
dari usahatani padi organik dan usahatani lain yang dikelolanya.
Universitas Sumatera Utara
f. Padi organik adalah padi yang disahkan oleh sebuah badan independen,
untuk ditanam dan diolah menurut standar “organik” yang ditetapkan.
g. Paket teknologi anjuran adalah perangkat modern dalam pelaksanaan
mendayagunakan sumber daya pertanian yang sudah ditetapkan atau
dianjurkan oleh Petugas Penyuluh Lapang. Batasan Operasional
1. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan usahatani padi organik.
2. Daerah penelitian adalah desa Lubuk Bayas kecamatan Perbaungan
kabupaten Serdang Bedagai. 3.
Waktu penelitian adalah tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Letak Geografis
Desa Lubuk Bayas terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 5-15 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar 30ºC dengan curah hujan
rata-rata berkisar 200 mmtahun. Tanah di desa ini termasuk tanah jenis aluvial dengan tekstur umumnya lembung berpasir.
Desa Lubuk Bayas terletak di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas wilayah 869 Ha. Desa Lubuk Bayas terletak 14 km dari
Ibukota Kecamatan Perbaungan, ± 29 km dari Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai dan ± 52 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara.
Secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut : •
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Naga Kisar, Pantai Cermin •
Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Buluh •
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Buluh, Sei Mengkudu •
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanah Merah, Lubuk Rotan.
Keadaan Penduduk
Desa Lubuk Bayas memiliki jumlah penduduk sebanyak 3200 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 628 yang tersebar di seluruh Desa Lubuk Bayas.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Lubuk Bayas Tahun 2011
No. Jenis Kelamin
Jumlah Jiwa Persentase
1. Laki – Laki
1509 47,15
2. Perempuan
1691 52,85
Total 3200
100
Sumber : Badan Pusat Statistik 2012 Pada tabel menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang dominan di Desa
Lubuk Bayas adalah penduduk yang berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 1691 jiwa atau sekitar 52,85 dari keseluruhan jumlah penduduk.
Tabel 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Lubuk Bayas Tahun 2011
No. Kelompok Umur Tahun
Jumlah Jiwa Persentase
1. 0-5
286 8,94
2. 6-12
775 24,22
3. 13-16
910 28,44
4. 17-59
1055 32,97
5. 60 +
174 5,43
Total 3200
100
Sumber : Badan Pusat Statistik 2012 Tabel dapat dilihat bahwa jumlah penduduk tertinggi pada kelompok umur
17-59 yaitu sebanyak 1055 jiwa atau sekitar 32,97 . Sedangkan jumlah penduduk terendah pada kelompok umur 60 + sebanyak 174 jiwa atau sekitar
5,43 .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Lubuk Bayas Tahun 2011
No. Pekerjaan
Jumlah Jiwa Persentase
1. PNS
5 0,15
2. ABRI POLRI
0,00 3.
Karyawan 168
5,25 4.
Wiraswasta 137
4,28 5.
Jasa 11
0,34 6.
Tani 224
7,00 7.
Nelayan 18
0,56 8.
Buruh 61
1,90 9.
Lainnya 2576
80,52
Total 3200
100
Sumber : Badan Pusat Statistik 2012 Tabel menunjukkan bahwa 224 penduduk Desa Lubuk Bayas bermata
pencaharian sebagai petani, 2576 lainnya, 168 orang karyawan, 137 orang wiraswasta,61 orang buruh, 18 orang nelayan, 11 orang jasa dan 5 orang PNS.
Tabel 9. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Lubuk Bayas Tahun 2011
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah Jiwa Persentase
1. TK
110 3,43
2. SD
260 8,12
3. SMP
209 6,53
4. SMA
112 3,50
5. D1
25 0,78
6. D2
6 0,18
7. D3
47 1,46
Universitas Sumatera Utara
8. S1
84 2,62
9. S2
10. S3 11. Tidak Berpendidikan
2347 73,38
Total 3200
100
Sumber : Badan Pusat Statistik 2012 Tabel menunjukkan bahwa penduduk Desa Lubuk Bayas dominan tamat SD
yakni sebanyak 260 orang, SMP 209 orang, 112 orang SMA, 110 orang TK, orang S1, 47 orang D3, 25 orang D1 dan 6 orang D2 dan tidak berpendidikan
sebanyak 2347 orang.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana umum yang ada akan memepengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik fasilitas sarana dan prasarana
pendukung yang ada akan mempercepat laju kemajuan masyarakat di Desa tersebut. Untuk mengetahui lebih jelasnya sarana dan prasarana yang ada di Desa
Lubuk Bayas dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di Desa
Lubuk Bayas kurang memadai. Mulai dari fasilitas pendididikan yang hanya terdapat 1 unit SD Negeri dan 1 unit SLTP Swasta dan fasilitas kesehatan yang
hanya ada 1 unit Puskesmas Pembantu serta hanya ada tempat ibadah bagi penduduk yang beragama islam yaitu masjid sebanyak 3 unit dan Surau Langgar
sebanyak 6 unit.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10. Sarana dan Prasarana di Desa Lubuk Bayas Tahun 2011 No.
Sarana dan Prasarana Jumlah Unit
1. Sekolah
• SD Negeri 1
• SD Swasta -
• SLTP Negeri -
• SLTP Swasta 1
• SLTA Negeri -
• SLTA Swasta -
2. Fasilitas Kesehatan
• Rumah Sakit -
• Rumah Sakit Bersalin -
• Rumah Bersalin -
• Poliklinik -
• Puskesmas -
• Puskesmas Pembantu 1
• Balai Pengobatan -
3. Tempat Ibadah
• Masjid 3
• Surau Langgar 6
Sumber : Badan Pusat Statistik 2012
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11. Banyaknya Jumlah Tenaga Kesehatan di Lubuk Bayas Tahun 2011 No.
Tenaga Kesehatan Jumlah Jiwa
Persentase
1. Dokter
2. Bidan
2 33,33
3. Bidan Desa
1 16,67
4. Dukun Bayi
2 33,33
5. Para Medis
1 16,67
Total 6
100
Sumber : Badan Pusat Statistik 2012 Tabel 11. menunjukkan bahwa jumlah tenaga kesehatan yang ada di Desa
Lubuk bayas terdapat Bidan dan Dukun Bayi sebanyak 2 jiwa serta Bidan Desa dan Para Medis sebanyak 1 jiwa.
Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai petani yang
mengusahakan usahatani padi organik. Karakteristik sampel yang dimaksud meliputi umur, tingkat pendidikan, total pendapatan, luas lahan dan pengalaman
bertani.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 13. Karakteristik Petani Sampel yang mengusahakan Padi Organik No. Uraian
Satuan Range
Rataan
1. Umur
Tahun 25-58
43,40 2.
Tingkat Pendidikan Tahun
6-12 9,06
3. Pengalaman Bertani
Tahun 2-23
4,70 4.
Total Pendapatan Rupiah
1.630.000 -1.4536.000 6. 232.950
5. Luas Lahan
Ha 0.02 – 1,44
0,49 Sumber : Data diolah dari lampiran 1
Tabel menunjukkan bahwa umur rata – rata petani adalah 43,4 tahun dengan range 25-58 tahun artinya petani sampel sebagian besar masih dalam usia
produktif. Tingkat pendidikan petani rata – rata 9,06 tahun dengan range 6-12 tahun
artinya petani paling rendah tamat SD dan paling tinggi SMA. Pengalaman bertani petani padi organik rata – rata 4,7 tahun dengan range
2-23 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani dalam mengusahakan padi organik masih ada pada tahap pemula dan ada yang sudah berpengalaman.
Umumnya petani sampel telah ikut bertani secara konvensional sejak anak – anak dan memilih pekerjaan sebagai petani setelah berumah tangga. Dengan
pengalaman bertani maka sangat diharapkan tingkat adopsi petani lebih tinggi dalam mengadopsi teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik.
Total pendapatan petani rata– rata Rp 6.232.950 dengan range Rp 1.630.000 – Rp 1.4536.000 dan Luas lahan petani rata – rata 0,49 Ha dengan range 0.02 Ha -
1.44 Ha.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan terhadap petani padi organik yang terdapat di desa Lubuk Bayas kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai provinsi
Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap pertanian terpadu usahatani padi organik dan hubungan karakteristik
sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi petani terhadap pertanian terpadu usahatani padi organik.
Tingkat Adopsi Petani Terhadap Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik di Daerah Penelitian
Adapun teknologi budidaya yang dianjurkan adalah sebagai berikut : 1.
Varietas Tidak semua varietas padi cocok dibudidayakan secara organik. Varietas
padi yang cocok ditanam secara organik di Desa Lubuk Bayas adalah jenis atau varietas alami. Adapun 2 jenis varietas padi organik tersebut adalah :
• Cintanur merupakan beraspadi varietas lokal yang dikembangkan lewat
perkawinan silang secara alami yang melibatkan benih varietas lokal. Persilangan tersebut yaitu antara varietas pandan wangi dan lusi. Pandan
wangi dengan wanginya yang sangat khas dan lusi dengan sifat pulennya yang kentara. Persilangan varietas lokal ini bukan GMO genetic modified
organisme sehingga sangat aman untuk dikonsumsi semua orang. Oleh karena itu beras organik organic rice Cintanur jika dimasak rasanya sangat
enak. Wangi sekaligus sangat pulen. Beras organik cintanur bahkan lebih
Universitas Sumatera Utara
pulen daripada beras organik pandan wangi, dengan tingkat aroma wangi yang hampir dikatakan sama
• Ciherang merupakan beras organik yang berbeda dengan varietas lain.
Karakter khususnya yaitu butir beras ciherang berbentuk panjang. Untuk baunya, beras organik ciherang tidak berbau wangi, berbeda dengan beras
organik pandan wangi. Dalam budidayanya, beras organik ciherang dikenal karena mempunyai daya tahan yang kuat terhadap hama daripada beras
organik varietas lain. Dalam produktifitasnya pun, beras organik ciherang dikenal lebih produktif dari beras organik varietas lain Mulyawan, 2011.
2. Pengendalian hama dan penyakit tanaman padi organik dapat dilakukan
secara: 1pengendalian secara mekanis dilakukan dengan menangkap hama secara langsung atau menggunakan perangkap, 2 pengendalian secara
kultur teknis dilakukan dengan menanam tanaman inang di sekitar lahan tanaman padi organik, 3 pengendalian menggunakan pestisida organik
urinsa yang dapat mengendalikan hama walang sangit, penggerek batang, wereng cokelat, dan wereng hijau Sriyanto, 2010.
3. Pupuk organik yang sering digunakan untuk memupuk tanaman adalah
kompos. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman, hewan,dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi.
Pemupukan lahan konversi secara total sudah tidak menggunakan pupuk anorganik seperti urea, TSP, atau KCl sama sekali. Padi organik
membutuhkan pupuk kandang dan pupuk kompos legume sebanyak 4 tonha Parnata, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat adopsi diukur dengan melihat pemanfaatan teknologi yang disarankan yaitu mulai dari benihbibit, lahan, pupuk, teknik produksi, pasca
panen, harga dan label. Penilaian tingkat adopsi petani padi organik dilakukan dengan
menggunakan skor pada setiap parameter yang diukur pada setiap kegiatan petani dengan rentang skor 0 – 28, dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
Skor antara 0 – 9 : Rendah
Skor antara 10 -19 : Sedang
Skor antara 20 – 28 : Tinggi
Untuk mengetahui tingkat adopsi petani padi organik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 14. Jumlah dan Persentase Tingkat Adopsi Petani di desa Lubuk Bayas kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai :
Tingkat Adopsi Jumlah orang
Persentase
Tinggi 21
70 Sedang
9 30
Rendah
Jumlah 30
100
Sumber : Data diolah dari lampiran 10 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang mempunyai tingkat
adopsi tinggi sebanyak 21 sampel 70, tingkat adopsi sedang sebanyak 9 sampel 30, dan tingkat adopsi rendah 0 sampel.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik tinggi diterima
terima H
1
tolak H .
Universitas Sumatera Utara
Hubungan antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat Adopsi terhadap Pertanian Terpadu Budidaya Padi Organik
Faktor sosial ekonomi yang diduga berhubungan dengan tingkat adopsi patani adalah umur, tingkat pendidikan, total pendapatan, luas lahan dan
pengalaman bertani. Untuk mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi dengan tingkat adopsi
petani, maka dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman.
a. Analisis hubungan Umur dengan tingkat adopsi petani
Dalam penelitian ini diduga bahwa makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian petani
berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.
Dengan asumsi bahwa semakin tinggi umur petani maka respon petani terhadap teknologi akan semakin berkurang. Petani lamban dalam menerapkan
teknologi bahkan tidak mau menerapkan teknologi baru tersebut karena petani juga terbiasa dengan usahatani yang dilakukanya secara turun temurun, disamping
kesehatan dan kekuatan yang semakin menurun.
Universitas Sumatera Utara
Gambaran hubungan umur dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
Tabel 14. Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani Uraian
Umur Tahun Tingkat Adopsi Skor
Rata - Rata 43,40
20.66 rs
0.102 t
tabel
:1.701 t
hitung
: 0.542 Data diolah dari lampiran 11
Untuk melihat hubungan umur dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik maka diuji dengan maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi
Rank Spearman. Dari hasil analisis pada tabel 14. diperoleh r
s
= 0.102.
Sementara t
hitung
= 0.542 α= 0,05 dengan db = n-2 = 28 maka t
tabel
= 1.701. Data ini menunjukkan bahwa t
hitung
t
tabel.
Maka H
1
ditolak dan H diterima artinya tidak
ada hubungan antara umur dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik. Besarnya nilai dari derajat keeratannya
yaitu 0.2 artinya tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan umur dengan
tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu ditolak. b.
Analisis hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi petani
Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek
pertanian yang lebih modern. petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat dalam melaksanakan adopsi. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan petani maka semakin tinggi juga tingkat adopsinya.
Universitas Sumatera Utara
Gambaran hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
Tabel 15. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani Uraian
Tingkat Pendidikan Tahun
Tingkat Adopsi Skor
Rata - Rata 9.06
20.66 rs
0.239 t
tabel
:1.701 t
hitung
: 1.302 Sumber : Data diolah dari lampiran 12
Untuk melihat hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik maka diuji dengan maka dianalisis dengan
menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis pada tabel 15. Dari
hasil analisis diperoleh r
s
= 0.239. Sementara t
hitung
=1.302 α = 0.05 dengan db = n-2 = 28 maka t
tabel
= 1.701. Data ini menunjukkan bahwa t
hitung
t
tabel
. Maka H
1
ditolak dan H diterima, artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
petani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik. Besarnya nilai dari derajat keeratannya yaitu antara 0.2
sd 0.4 artinya hubungan antara kedua variabel lemah. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan tingkat pendidikan dengan
tingkat adopsi petani terhadap usahatani padi organik ditolak. c.
Analisis hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani.
Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan keefesienan
penggunaan sarana produksi.
Universitas Sumatera Utara
Gambaran hubungan luas lahan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani Uraian
Luas Lahan Ha Tingkat Adopsi Skor
Rata - Rata 0.49
20.66 rs
-0.23 t
tabel
:1.701 t
hitung
: -6.799 Sumber : Data diolah dari lampiran 13
Untuk melihat hubungan luas lahan dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi organik maka diuji dengan maka dianalisis dengan menggunakan
Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis pada tabel 15. diperoleh r
s
= -0,23. Sementara t
hitung
= - 6.799 α = 0.05 dengan db = n-2 = 28 maka t
tabel
= 1.701. Data ini menunjukkan bahwa t
hitung
t
tabel
. Maka H
1
ditolak dan H diterima,
artinya tidak ada hubungan antara luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik. Besarnya nilai dari
derajat keeratannya yaitu 0.2 artinya tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan
luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi usahatani padi organik
ditolak .
d. Analisis hubungan Pengalaman Bertani dengan Tingkat Adopsi Petani.