Analisis Finansial Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

(1)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PADI ORGANIK

(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH :

SARI VITA YASA BR. BUTAR BUTAR 100304140

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PADI ORGANIK

(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH :

SARI VITA YASA BR. BUTAR BUTAR 100304140

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ir. Salmiah, MS Ir. H. M. Roem. S, MSi

NIP. 195702171986032001 NIP. 1955091219820211001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

SARI VITA YASA BR. BUTAR BUTAR (100304140/AGRIBISNIS) dengan

judul skripsi ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PADI ORGANIK (Studi

Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Ir. H. M. Roem. S, Msi

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani padi organik. Menganalisis kelayakan usahatani padi organik secara finansial dan untuk mengetahui break even point (titik impas) usahatani padi organik di daerah penelitian.

Hasil penelitian diperoleh total biaya produksi usahatani padi organik adalah Rp 54.532.800 dengan total biaya rata-rata Rp 6.058.200. Luas lahan 1 Ha biaya produksi Rp 11.138.000. Total penerimaan Rp 135.752.500 dengan total penerimaan rata-rata Rp 15.083.611. Luas lahan 1 Ha penerimaan Rp 33.600.000. Total pendapatan Rp 82.528.700 dengan total rata-rata pendapatan Rp 9.169.856. Luas lahan 1 Ha pendapatan Rp 22.462.000. Berdasarkan kriteria kelayakan usahatani padi organik secara finansial diperoleh nilai rata-rata R/C sebesar 2,48 > 1 sehingga usahatani padi organik layak untuk diusahakan. Nilai rata-rata B/C 1,48 > 1 artinya usahatani beras organik layak diusahakan. Break even point penerimaan rata-rata usahatani padi organik yaitu Rp 1.871.450. Penerimaan usahatani padi organik Rp 15.083.611 > Rp 1.871.450. Break even point produksi rata-rata usahatani padi organik yaitu 439,77 kg. Produksi usahatani padi organik Rp 3.619 kg > 439,77. Break even point harga rata-rata padi organik Rp 1.636/kg. Harga jual padi organik Rp 4.078/kg > Rp 1.636/kg.


(4)

RIWAYAT HIDUP

SARI VITA YASA BR. BUTAR BUTAR, lahir di Pematang Siantar pada tanggal 9 Mei 1992, anak pertama dari Bapak Amril Sabungan Butar Butar (Alm) dan Ibu Mariana Br. Sinurat (Almh). Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis sebagai berikut :

1. Pendidikan Taman Kanak-Kanak TK. Al-qur’an Bandar Pasir Mandoge, masuk pada tahun 1997 dan tamat tahun 1998.

2. Pendidikan tingkat dasar di SD 010113 Bandar Pasir Mandoge, masuk pada tahun 1996 dan tamat tahun 2004.

3. Pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 1 Bandar Pasir

Mandoge, masuk pada tahun 2004 dan tamat pada tahun 2007.

4. Pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 2 Kisaran, masuk pada

tahun 2007 dan tamat pada tahun 2010.

5. Pendidikan tingkat sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara masuk pada tahun 2010 melalui jalur mandiri dan tamat pada tahun 2015.

Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Hevea, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 17 Juli 2013 sampai 28 Agustus 2013. Melaksanakan penelitian di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2014. Penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) dan POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia).


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala kesehatan, rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Finansial Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai). Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus, penulis sangat berterima kasih dengan setulus hati kepada Ayahanda tercinta Amril Sabungan Butar Butar (Alm) dan Ibunda tercinta Mariana Br. Sinurat (Almh) atas kasih sayang dan selalu menjadi semangat dan motivasi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih banyak atas bimbingan serta dukungan kepada semua pihak yang banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Pembimbing dan sebagai Ketua

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, ilmu, saran, semangat dan membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. H. M. Roem, Msi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing, memberi arahan, saran, semangat dan bantuan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(6)

3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec, selaku sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf akademik di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu seluruh proses administrasi.

6. Petani padi organik Desa Lubuk Bayas, Pihak LSM BITRA Indonesia yang

memberikan banyak ilmu dan informasi serta pengalaman kepada penulis. 7. Ajudan Kepala Dinas Pertanian Sumatera Utara Bapak Irfan Tamsi Lubis,

Bapak Ramiono, Bapak Sukmayadi dan pegawai Dinas Pertanian Sumatera Utara yang banyak membantu penulis.

8. Ayah penulis Syamsul Ikhwan Butar Butar, Uwak Habibah Br. Naibaho, Ibu Iriani Br. Panjaitan yang telah memberikan do’a, kasih sayang, dukungan dari segi moril dan materil kepada penulis.

9. Kakak dan Abang penulis Rita Ayu Butar Butar, Skep, Ners, Sri Endang Irwani Butar Butar, SE, Sri Ningsih Br. Naibaho, Susi Trisnawati Br. Panjaitan, SPd, Zulkhairi Lubis, SE, M. Irham Yakub Butar Butar, Roy Hamongan Amri Butar Butar atas do’a, semangat, kasih sayang, perhatian, dukungan dari segi moril dan materil kepada penulis.

10. Seluruh Keluarga Besar Butar Butar dan Keluarga Besar Sinurat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas bantuan, semangat, do’a kepada penulis


(7)

11. Keponakan penulis Laura Marizwan, M. Andika Butar Butar dan sepupu penulis Angga Pratama Sinurat, SPd yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis

12. Uwak Hj. Nuriken Tarigan dan Uwak H. Suyono serta Kakak Sri Ariani

Safitri, SP atas semangat, do’a, kasih sayang, perhatian, dukungan dari segi moril dan materil kepada penulis

13. Sahabat penulis Nurhayati, SP, Rizka Tiara Amanda Harahap, SP, Rimayani Izharoh, SP, Irna Fitri Melany R, SP, Muhammad Riswan Hanafi, SP, Yakobus Teguh Satya Siregar, SP, Abang Ari Ismoyo, SP dan semua teman-teman Agribisnis 2010 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan semangat, do’a dan bantuannya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis penerima masukan, kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Maret 2015


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 7

2.1 Pertanian Organik ... 7

2.1.1 Sertifikasi Beras Organik ... 9

2.2 Landasan Teori... 9

2.2.1 Produksi ... 10

2.2.2 Penerimaan ... 11

2.2.3 Pendapatan ... 11

2.2.4 Analisis Finansial ... 11

2.2.5 Analisis Kelayakan ... 12

2.2.6 Analisis Break Even Point (BEP) ... 13

2.3 Penelitian Terdahulu ... 14

2.4 Kerangka Pemikiran ... 14

2.5 Hipotesis Penelitian ... 16

BAB III. METODE PEPENILITIAN ... 17

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 17

3.2 Metode Penentuan Responden ... 18


(9)

3.4 Metode Analisis Data ... 19

3.5 Definisi dan Batasaan Operasional ... 23

3.5.1 Definisi ... 23

3.5.2 Batasan Operasional ... 25

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 26

4.1 Deskripsi Wilayah ... 26

4.1.1 Letak Geografi dan Luas Wilayah... 26

4.1.2 Tata Guna Lahan ... 26

4.1.3 Keadaan Penduduk ... 27

4.2 Karakter Responden ... 29

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

5.1 Usahatani Beras Organik ... 32

5.2 Biaya Produksi Usahatani Padi Organik ... 33

5.1.2 Penerimaan Usahatani Padi Organik ... 43

5.1.3 Pendapatan Usahatani Padi Organik ... 44

5.3 Analisis Kelayakan Usahatani Padi Organik ... 45

5.3.1 Analisis R/C Ratio ... 45

5.3.2 Analisis B/C Ratio ... 46

5.4 Analisis BEP Usahatani Padi Organik ... 47

BAB VI. KESIMPULAN DAN HASIL ... 51

6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Sasaran Produksi Pertanian 2008-2015 3

2. Perbandingan Harga Beras Organik dan Harga Beras Non Organik di Desa Lubuk Bayas

4

3. Luas Lahan Padi Organik dan Semi Organik di Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2013

17

4. Distribusi Penggunaan Lahan, Tahun 2013 27

5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Lubuk Bayas, Tahun 2013

27

6. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Lubuk

Bayas, Tahun 2013

28

7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian, Tahun 2013 28

8. Tingkat Usia Petani Responden, Tahun 2014 29

9. Tingkat Pendidikan Petani Responden, Tahun 2014 29

10. Pengalaman Bertani Petani Responden, Tahun 2014 30

11. Luas Lahan Milik Petani Padi Organik, Tahun 2014 31

12. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Padi Organik, Tahun 2014 31

13. Total Biaya Bibit 34

14. Total Biaya Pupuk Organik 35

15. Total Biaya Pupuk Organik Cair 36

16. Total Biaya Tenaga Kerja 37

17. 18.

Biaya Variabel Usahatani Padi Organik 37

Total Biaya Penyusutan Alat Pertanian 39

19. Total Biaya Pengairan/Irigasi 40

20. Total Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 41

21. Total Biaya Tetap Usahatani Padi Organik 42

22. Total Biaya Usahatani Padi Organik 43

23. Total Penerimaan Usahatani Padi Organik 44


(11)

25. Nilai R/C Usahatani Padi Organik 46

26. Nilai B/C Usahatani Padi Organik 47

27. Total BEP Penerimaan Usahatani Padi Organik 48

28. Total BEP Produksi Usahatani Padi Organik 49


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Sampel

2. Kebutuhan Benih, Pupuk dan Pupuk Organik Cair Usahatani Padi

Organik

3. Biaya Benih, Pupuk dan Pupuk Organik Cair Usahatani Padi Organik 4. Biaya Tenaga Kerja Per Kegiatan Usahatani Padi Organik

5. Total Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Organik

6. Total Biaya Variabel (Biaya Benih, Pupuk Organik, Pupuk Organik Cair dan Tenaga Kerja) Usahatani Padi Organik

7. Jumlah dan Harga Alat-Alat Pertanian Usahatani Padi Organik 8. Biaya dan Umur Ekonomis Alat Pertanian Usahatani Padi Organik 9. Total Biaya Penyusutan Alat Pertanian Usahatani Padi Organik 10. Biaya dan Umur Ekonomis Gudang

11. Biaya dan Umur Ekonomis Kendaraan

12. Total Biaya Penyusutan Alat Pertanian, Gudang dan Kendaraan 13. Total Biaya Pengairan/Irigasi Usahatani Padi Organik

14. Total Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Usahatani Padi Organik 15. Total Biaya Tetap Usahatani Padi Organik

16. Total Biaya Usahatani Padi Organik 17. Penerimaan Usahatani Padi Organik 18. Pendapatan Usahatani Padi Organik 19. Keuntungan Usahatani Padi Organik 20. Perhitungan R/C Usahatani Padi Organik 21. Perhitungan B/C Usahatani Padi Organik

22. Biaya Variabel Per Unit Usahatani Padi Organik 23. Total BEP Penerimaan Usahatani Padi Organik 24. Total BEP Produksi Usahatani Padi Organik 25. Total BEP Harga Usahatani Padi Organik


(14)

ABSTRAK

SARI VITA YASA BR. BUTAR BUTAR (100304140/AGRIBISNIS) dengan

judul skripsi ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PADI ORGANIK (Studi

Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Ir. H. M. Roem. S, Msi

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani padi organik. Menganalisis kelayakan usahatani padi organik secara finansial dan untuk mengetahui break even point (titik impas) usahatani padi organik di daerah penelitian.

Hasil penelitian diperoleh total biaya produksi usahatani padi organik adalah Rp 54.532.800 dengan total biaya rata-rata Rp 6.058.200. Luas lahan 1 Ha biaya produksi Rp 11.138.000. Total penerimaan Rp 135.752.500 dengan total penerimaan rata-rata Rp 15.083.611. Luas lahan 1 Ha penerimaan Rp 33.600.000. Total pendapatan Rp 82.528.700 dengan total rata-rata pendapatan Rp 9.169.856. Luas lahan 1 Ha pendapatan Rp 22.462.000. Berdasarkan kriteria kelayakan usahatani padi organik secara finansial diperoleh nilai rata-rata R/C sebesar 2,48 > 1 sehingga usahatani padi organik layak untuk diusahakan. Nilai rata-rata B/C 1,48 > 1 artinya usahatani beras organik layak diusahakan. Break even point penerimaan rata-rata usahatani padi organik yaitu Rp 1.871.450. Penerimaan usahatani padi organik Rp 15.083.611 > Rp 1.871.450. Break even point produksi rata-rata usahatani padi organik yaitu 439,77 kg. Produksi usahatani padi organik Rp 3.619 kg > 439,77. Break even point harga rata-rata padi organik Rp 1.636/kg. Harga jual padi organik Rp 4.078/kg > Rp 1.636/kg.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Kebutuhan akan pangan yakni beras di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan produksi pangan sehingga terjadi kekurangan pangan. Keadaan ini memberi pemikiran baru yang kemudian lahirlah revolusi hijau. Revolusi hijau adalah penggunaan bahan-bahan kimia berupa pestisida, pupuk dan herbisida kimia yang tujuannya untuk meningkatkan produksi pangan. Revolusi hijau terbukti mampu memberi pengaruh besar terhadap pangan pada Indonesia, sehingga pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada beras (Arifin, 2005).

Namun seiring berjalannya waktu, revolusi hijau menimbulkan dampak negatif. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia secara terus menerus pada lahan pertanian yang mengakibatkan menurunnya struktur dan komposisi unsur hara serta kesuburan tanah yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap tingkat produksi. Selain itu, penggunaan pestisida juga berakibat buruk pada lingkungan karena menimbulkan efek residu yang berbahaya bagi mahluk hidup, oleh sebab itu petani berupaya mencari solusi dengan kembali ke sistem pertanian organik (Nafis, 2011).

Pupuk yang digunakan secara berlebihan pada tanaman dalam kurun waktu yang dekat dapat mengurangi proses tumbuhnya kecambah dari suatu bibit. Dampak lain yaitu daya serap akar tanaman juga akan berkurang (Susetya, 2013).


(16)

Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang ramah terhadap lingkungan. Pertanian organik berkembang tahun 1997 saat terjadinya krisis ekonomi yang melambungkan harga-harga sarana produksi pertanian yaitu pupuk dan pestisida kimia sehingga memberi pengaruh terhadap peningkatan biaya produksi. Keadaan ini juga yang menyebabkan petani kembali pada pertanian organik dengan memanfaatkan bahan alami disekitarnya (Andoko, 2002).

Menurut Departemen Pertanian (2007), pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang terpadu dengan mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami agar mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Pemanfaatan limbah pertanian yaitu kotoran ternak dan jerami sebagai pupuk kompos merupakan sumber nutrisi yang menguntungkan.

Perkembangan pertanian organik di Indonesia berkembang cukup pesat, hal ini terbukti dengan adanya program pemerintah tentang pertanian organik yakni “GO ORGANIK 2010”. Program ini merupakan salah satu misi pemerintah untuk mengembangkan pertanian organik di Indonesia. Adapun sasaran target produksi komoditi pertanian dalam program pemerintah tersebut terlihat pada tabel di bawah ini :


(17)

Tabel 1. Sasaran Produksi Pertanian 2008-2015

Tahun Padi

(1000 ton)

Kedelai (1000 ton)

Sayuran (ton)

Salak (ton)

Pisang (ton)

Kopi (ton)

2008 279 4 33.461 4.824 31.025 3.171

2009 562 8 68.802 9.741 65.910 6.398

2010 852 12 106.103 9.833 105.015 9.682

2011 1.146 16 145.446 9.927 148.729 13.023

2012 1.736 25 224.300 10.021 236.971 19.707

2013 2.336 33 307.471 10.116 335.614 26.507

2014 2.948 42 395.139 10.212 445.611 33.425

2015 3.571 51 487.490 10.309 567.994 40.463

Sumber: Departemen Pertanian, 2007 (Diolah)

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa sasaran produksi paling tinggi yakni pada komoditi padi. Hal ini karena komoditi padi adalah salah satu bahan pangan utama mayoritas penduduk Indonesia yang merupakan peluang bagi petani padi organik untuk meningkatkan produksi padi organik.

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi penghasil beras organik. Sentra produksi beras organik di Sumatera Utara salah satunya berada di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Kelompok Tani Subur merupakan salah satu kelompok tani padi organik di Desa Lubuk Bayas.

Kelompok Tani Subur mulai menerapkan sistem pertanian organik sekitar tahun 2008. Petani sudah mengenal pupuk organik dan pestisida organik sebelum program Go Organic 2010 dikeluarkan oleh pemerintah. Pupuk organik dan pestisida organik diperoleh kelompok tani subur dengan memanfaatkan kotoran ternak atau tumbuh-tumbuhan yang telah dikeringkan kemudian diolah menjadi kompos.


(18)

Hasil pra survey menurut Bapak Sarman Ketua Kelompok Tani Subur, mayoritas penduduk Desa Lubuk Bayas bekerja sebagai petani padi. Namun sebagian besar petani masih menerapkan sistem pertanian non organik. Masih sulit meyakinkan petani padi untuk beralih pada pertanian organik. Petani berpendapat bahwa dari segi budidaya pertanian organik lebih rumit bila dibandingkan pertanian non organik.

Di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Serdang Bedagai petani padi menjual hasil panennya dalam bentuk gabah dan menjualnya kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul yang mengolah gabah, petani yang menggiling sendiri hasil panennya biasanya hanya dalam jumlah sedikit dan untuk dikonsumsi sendiri. Bila dibandingkan dari segi harga, harga gabah organik lebih tinggi dari harga gabah non organik. Pada tahun 2013 harga gabah organik berkisar Rp 4.500 – Rp 5.000/kg sedangkan harga gabah non organik hanya mencapai Rp 3.500 – Rp 4.000/kg.

Tabel 2. Perbandingan Harga Beras Organik dan Harga Beras Non Organik di Desa Lubuk Bayas

Tahun Perbandingan Harga

Beras Organik (Rp/ kg) Beras non organik (Rp/ kg)

2008 7.500 7.200

2009 8.000 7.500

2010 8.500 8.000

2011 9.500 8.200

2012 10.200 8.200

2013 10.500 8.500

Sumber : Kelompok Tani Subur, 2014

Hal yang sama juga terlihat pada tabel 2 terdapat perbedaan harga beras organik dan beras non organik. Beras organik juga memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan beras non organik. Perbandingan harga gabah dan harga


(19)

beras organik dengan beras non organik memiliki tren yang meningkat setiap tahunnya.

Hasil penelitian Zikrina (2010) penerimaan petani padi organik di Desa Lubuk Bayas mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, hal ini dapat dilihat dari jumlah penjualan beras organik dan harga beras organik yang lebih tinggi dari harga beras biasa.

Perkembangan usahatani padi organik mempunyai prospek yang cukup bagus, baik dari segi ekonomi maupun dari segi lingkungan. Peneliti merasa tertarik untuk meneliti usahatani padi organik terkait dengan biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan kelayakan serta break even point (titik impas) usahatani padi organik di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani padi

organik di daerah penelitian ?

2. Apakah usahatani padi organik layak diusahakan secara finansial di daerah penelitian ?

3. Bagaimana break even point (titik impas) usahatani padi organik di daerah penelitian ?


(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani padi organik di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis kelayakan usahatani padi organik secara finansial di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui break even point (titik impas) usahatani padi organik di daerah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti, sehingga menambah ilmu pengetahuan.

2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi petani dalam mengembangkan

usahatani padi organik yang diusahakan.

3. Sebagai informasi bagi pemerintah serta instansi terkait dalam melaksanakan pertanian organik yang berkelanjutan.

4. Sumber informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya serta bagi pihak yang membutuhkan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Pertanian Organik

Menurut Sriyanto (2010), pertanian organik adalah sistem pertanian yang dikelola agar mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan dengan prinsip tidak memakai atau membatasi penggunaan pupuk non organik. diperkirakan pertumbuhan pasar organik mencapai 20-30% setiap tahunnya, ini disebabkan semakin tinggi tingkat kesadaran konsumen yaitu masyarakat untuk menggunakan produk organik.

Beras organik merupakan salah satu produk dari pertanian organik. Menurut Andoko (2002), beras organik adalah beras yang berasal dari padi yang dibudidayakan secara organik atau tanpa penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Sehingga dapat dikatakan beras organik terbebas dari residu pupuk dan pestisida kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

Ada dua jenis beras organik yang dibudidayakan di Indonesia yakni jenis cintanur dan ciherang. Beras cintanur adalah beras varietas lokal yang dikembangkan lewat perkawinan silang secara alami dengan melibatkan bibit varietas lokal. Persilangan tersebut yaitu antara varietas pandan wangi dan lusi. Pandan wangi dengan aroma yang sangat khas dan lusi dengan sifat pulennya yang kentara. Sedangkan beras jenis ciherang adalah beras organik yang berbeda dengan varietas lain. Karakter khusus dari beras ciherang yaitu butir berasnya berbentuk panjang. Untuk aromanya, beras organik ciherang tidak wangi berbeda dengan beras organik pandan wangi. Dalam budidayanya, beras organik ciherang


(22)

dikenal karena mempunyai daya tahan yang kuat terhadap hama daripada beras organik varietas lain. Dalam produktivitasnya, beras organik ciherang dikenal lebih produktif dari beras organik varietas lain (Mulyawan, 2011).

Kelebihan beras organik dibandingkan dengan beras non organik yaitu beras organik produk pangan organik yang lebih sehat, aman dari bahan kimia, kandungan gizi dan komponen bioaktif lebih beragam serta untuk beberapa jenis bioaktif lebih tinggi kandungannya, rasanya yang lebih pulen, dihasilkan dari sistem pertanian yang sangat bersahabat dengan lingkungan dan sangat memperhatikan keberlanjutan ekologi, ekonomi dan sosial.

Manfaat lain beras organik yaitu mengurangi masukan bahan kimia beracun ke dalam tubuh, meningkatkan masukan nutrisi bermanfaat seperti vitamin, mineral, asam lemak esensial dan antioksidan, menurunkan risiko kanker, penyakit jantung, alergi serta hiperaktivitas pada anak-anak. Warna pada beras organik yang lebih putih dibandingkan dengan beras non organik serta nasi dari beras organik lebih bertahan lama (Isdiayanti, 2007).

Pengelolaan pertanian organik memberikan keuntungan yang layak bagi kehidupan petani. Dalam mengembangkan pengetahuan agar petani memiliki kebebasan untuk mengembangkan pertanian organik sesuai dengan tingkat pemahaman dan keterampilan yang dimiliki. Kemandirian petani agar mengurangi ketergantungan dari pihak luar baik secara ekonomi, politik, sosial dan budaya (Jaringan kerja Pertanian Organik, 2005).

Beras organik yang dihasilkan dari pertanian organik bersertifikat oleh lembaga sertifikat memiliki harga jual yang tinggi, sehingga para petani organik


(23)

mampu meraup pendapatan yang lebih besar. Kesejahteraan masyarakat di desa juga akan tercipta, sebab masyarakat desa merasakan keuntungan yang lebih dari pertanian organik (Sriyanto, 2010).

Sistem produksi yang banyak menggunakan tenaga kerja, produksi yang masih rendah, biaya logistik tinggi dan struktur pasar terbatas maka biaya pengawasan dan sertifikasi harus ditanggung oleh konsumen (Sutanto, 2002).

2.1.1 Sertifikasi Beras Organik

Lembaga sertifikasi adalah lembaga yang mempunyai tanggung jawab untuk memverifikasi bahwa produk yang dijual dan dilabel organik merupakan padi organik yang diproduksi, diolah dan dipersiapkan (Sriyanto, 2010).

Pengemasan produk yang bagus dan menarik akan menambah daya tarik serta minat pembeli. Kemasan produk yang khas memudahkan pembeli untuk mengingat produk. Fungsi dari pengepakan yaitu melindungi isi terhadap berbagai gangguan fisik maupun non fisik, penyok, busuk ataupun tumpah. Pengemasan juga mempermudah pengangkutan dan penyimpanan agar dapat meminimalkan kerugian produk kemasan. Pengepak berfungsi sebagai sarana daya tarik bagi penerima barang, pedagang perantara dan konsumen. Pengepakan juga dapat digunakan sebagai sarana promosi (Wibowo, 2007).

2.2 Landasan Teori

Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana

mengusahakan dan mengkoodinir faktor produksi seperti lahan dan alam sekitar sebagai modal agar memberikan manfaat yang baik (Suratiyah, 2009).


(24)

Usahatani bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan budidaya padi yang dilakukan dan sebagai bahan evaluasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan usaha (Sriyanto, 2010).

2.2.1 Produksi

Produksi merupakan kegiatan menambah kegunaan suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman sehingga tanaman mampu untuk tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi yaitu komoditi, luas lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, iklim dan faktor sosial-ekonomi produsen (Soekartawi, 2005).

Dalam suatu usaha untuk menghasilkan suatu produk memerlukan biaya, yaitu seluruh korbanan dalam proses produksi, dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Pengorbanan adalah faktor-faktor yang digunakan sebagai input, dinilai dalam bentuk uang menurut harga pasar menjadi biaya produksi (Sugiarto, dkk. 2000).

Biaya-biaya yang termasuk dalam usatahani yaitu biaya tetap (FC) merupakan biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan oleh perusahaan hingga tingkatan tertentu. Biaya variabel (VC) merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah output yang diproduksi oleh perusahaan, semakin besar jumlah output yang dihasilkan, akan semakin besar biaya variabel yang ditanggung perusahaan dan sebaliknya (Gilarso, 2003).


(25)

2.2.2 Penerimaan

Penerimaan dalam usahatani merupakan total produksi dikali harga produksi tersebut. Penerimaan tunai dalam usahatani merupakan nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani tidak mencakup pinjaman uang serta tidak dihitung nilai produk yang dikonsumsi sendiri (Soekartawi, 2011).

2.2.3 Pendapatan

Modal merupakan syarat mutlak untuk berlangsungnya suatu usaha. Dalam ekonomi perusahaan modal yaitu barang ekonomi yang dapat digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan. Pendapatan petani yaitu selisih penerimaan yang didapatkan dengan total biaya yang digunakan dalam usahatani (Suratiyah, 2009).

Pendapatan usahatani diperoleh apabila semua biaya yang telah dikeluarkan dapat ditutupi oleh hasil penjualan dari kegiatan produksi yang telah dilakukan (Soekartawi, 1998).

2.2.4 Analisis Finansial

Menurut Kadariah (1999), analisis finansial merupakan analisis suatu proyek yang dilihat dari sudut yang bersifat individual yaitu tidak perlu diperhatikan dampak dalam lingkup perekonomian yang lebih luas. Hasil total yang diperoleh dari seluruh sumber yang dipakai dalam proyek tersebut perlu diperhatikan dengan tidak melihat penyedia sumber dan siapa yang menerima hasil proyek.


(26)

Analisis finansial adalah studi yang bertujuan sebagai penilaian suatu kegiatan yang dilakukan layak atau tidak layak dilihat dari aspek finansial (Soekartawi, 2006).

2.2.5 Analisis Kelayakan

Analisis kelayakan merupakan penilaian sejauh mana manfaat yang di dapat dari suatu kegiatan usaha dengan tujuan sebagai pertimbangan usaha yang dilaksanakan diterima atau ditolak (Yacob I, 2009).

Kelayakan suatu usahatani yang sedang dilaksanakan dapat dikatakan layak atau tidak layak apabila syarat-syarat berikut ini terpenuhi, yaitu :

1. R/C > 1 2. B/C > 1

Apabila kriteria diatas sudah terpenuhi maka usaha tersebut layak untuk diusahakan (Jumingan, 2011).

Analisis finansial dalam suatu usahatani dapat dilihat dari kriteria perhitungan R/C ratio dan B/C ratio. Penjelasan dari kriteria yang akan digunakan yaitu sebagai berikut ini :

1. R/C ratio

R/C ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan seluruh biaya yang digunakan pada saat proses produksi sampai hasil. R/C ratio yang semakin besar akan memberikan keuntungan semakin besar juga kepada petani dalam melaksanakan usahataninya (Soekartawi, 2005).


(27)

2. B/C ratio

B/C ratio merupakan rasio perbandingan keuntungan dengan biaya-biaya yang digunakan dalam merealisasikan perencanaan pendirian dan mengoperasikan suatu usaha untuk melihat manfaat yang didapat oleh proyek dengan satu rupiah pengeluaran. Jika nilai B/C ratio lebih besar dari satu usaha menguntungkan dan layak untuk dikerjakan. Jika lebih kecil dari satu usaha tidak menguntungkan dan sebaiknya tidak dilanjutkan (Yacob, 2002).

2.2.6 Analisis Break Even Point (BEP)

Analisis BEP yaitu suatu keadaan perusahaan dalam melakukan kegiatan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugiaan atau keuntungan dan kerugiaan sama dengan nol (Hanafie, 2010).

Kriteria break even point usahatani padi organik : 1. Produksi (Kg) > BEP produksi (Kg)

2. Penerimaan (Rp) > BEP penerimaan (Rp) 3. Harga (Rp/kg) > BEP harga (Rp/kg)

(Suratiyah, 2009).

Menurut Muchtar (2010), manfaat analisis BEP membantu dalam pengambilan keputusan, antara lain :

1. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan sehingga tidak

mengalami kerugian.

2. Target penjualan yang harus dicapai guna memperoleh keuntungan tertentu. 3. Seberapa jauh berkurangnya penjualan agar tidak menderita kerugian.


(28)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Saihani (2012) berjudul “Analisis Finansial Usahatani Padi Ciherang Pada Tanaman Jajar Legowo di Kecamatan Sungai Tabukan Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan” diperoleh hasil yaitu usahatani pada sistem tanaman jajar legowo layak diusahakan dengan rata-rata kelayakan usahatani padi ciherang sebesar 1,12/usatahani yang diperoleh oleh petani. Titik impas usahatani tersebut selama musim tanam mencapai 1.253,83 kg dan dari hasil penjualan atau penerimaan petani yaitu Rp 4.420.547,93,-.

2.4 Kerangka Pemikiran

Usahatani padi organik saat ini mulai dikembangkan petani sebagai upaya dalam peningkatan produktivitas dengan dilihat dari sisi baik untuk kesehatan dan lingkungan hidup. Beras merupakan olahan dari padi organik sebagai makanan pokok menjadi pertimbangan untuk dikembangkan secara organik. Padi organik yang diusahakan tanpa menggunakan bahan-bahan kimia atau mengurangi penggunaan bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia dan lingkungan.

Proses produksi padi organik membutuhkan biaya-biaya input produksi yakni biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel). Biaya tetap usahatani padi organik yaitu biaya penyusutan alat pertanian, pengairan/irigasi dan pajak bumi dan bangunan. Biaya variabel yaitu biaya bibit, pupuk, pupuk organik cair dan tenaga kerja. Produksi padi organik dikali dengan harga jual padi organik merupakan penerimaan petani. Selisih dari total penerimaan petani dengan seluruh biaya yang digunakan dalam usahatani padi organik adalah pendapatan petani.


(29)

Usahatani padi organik dikatakan layak untuk diusahakan dapat dilihat secara finansial. Analisis yang digunakan yaitu dengan menghitung R/C ratio yaitu perbandingan antara penerimaan dengan biaya usahatani padi organik. B/C ratio yaitu keuntungan yang diperoleh dibagi dengan biaya produksi padi organik. Kriteria penilaian layak atau tidak layak usahatani padi organik yang yaitu R/C ratio lebih besar dari satu dikatakan layak. B/C ratio usahatani padi organik lebih besar dari satu dikatakan layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Selain itu analisis Break Even Point (BEP) yakni tingkat penerimaan, produksi dan harga usahatani padi organik berada pada titik impas atau tidak mendapatkan untung dan tidak mengalami kerugian. Kriteria perhitungannya yaitu break even point produksi lebih besar dari produksi, break even point penerimaan lebih besar dari penerimaan, break even point harga lebih besar dari harga jual padi organik maka usahatani padi organik sudah layak diusahakan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun suatu kerangka pemikiran yang disajikan pada gambar 1.


(30)

Keterangan:

: Menyatakan Adanya Pengaruh

: Menyatakan Adanya Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Usahatani Padi Organik

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Usahatani padi organik di daerah penelitian sudah layak secara finansial. 2. Break even point usahatani padi organik di daerah penelitian sudah tercapai.

Usahatani Padi Organik

Proses Produksi

Penerimaan

Pendapatan

Kelayakan Usahatani : 1. R/C ratio

2. B/C ratio

3. Break Even Point

Layak Tidak Layak


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive atau senggaja yaitu dilakukan secara sengaja sesuai dengan tujuan penelitian. Desa Lubuk Bayas merupakan lokasi dengan produksi padi organik terbesar binaan BITRA (Bina Keterampilan Desa) di Sumatera Utara. Perolehan data tentang luas lahan dan produksi padi organik belum terdapat di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, sehingga data yang diperoleh dari LSM BITRA (Lembaga Swadaya Masyarakat Bina Keterampilan Desa) yang merupakan institusi yang memberi binaan pertanian padi organik di Sumatera Utara.

Kabupaten Serdang Bedagai terdapat beberapa desa yang sudah mengusahakan lahan untuk tanaman padi organik dan semi organik binaan BITRA disajikan pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Luas Lahan Padi Organik dan Semi Organik di Kabupaten Serdang Bedagai, Tahun 2013

No Desa Kabupaten Luas Lahan (Ha)

Organik Semi Organik

1 Lubuk Bayas Serdang Bedagai 4,76 4,36

2 Pulau Gambar Serdang Bedagai 1,5

Jumlah 4,76 5,86


(32)

Pada tabel 3 menunjukkan jumlah luas lahan yang diusahakan secara organik yaitu 4,76 Ha yang berada di Desa Lubuk Bayas dan diusahakan secara semi organik yaitu 5,86 Ha.

3.2 Metode Penentuan Responden

Metode yang digunakan dalam penentuan responden adalah metode sensus. Menurut Singarimbun dan Efendi (1989) metode sensus, yakni semua populasi dicacah sebagai responden, dicacah artinya diselidiki atau diwawancarai. Responden dalam penelitian ini adalah petani padi organik. Petani yang mengusahakan padi secara organik dan semi organik di Desa Lubuk Bayas yaitu 17 petani. Petani yang telah menanam padi secara organik yaitu 9 petani dan semi organik yaitu 8 petani.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yakni melalui wawancara secara langsung kepada responden yakni petani padi organik di Lubuk Bayas menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) dan informasi dari Lembaga Swadaya Masyarakat BITRA Indonesia, Koperasi Serba Usaha Jaringan Pemasaran Pertanian Selaras Alam (KSU-JaPPSA) Medan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Data sekunder yang diperoleh seperti data dari Lembaga Swadaya Masyarakat BITRA seperti, luas lahan Kelompok Tani di Kabupaten Serdang Bedagai serta literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.


(33)

3.4 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menjawab identifikasi masalah 1 yaitu menganalisis biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani padi organik. Menurut Gilarso (2003) biaya total merupakan penjumlahan dari seluruh biaya yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan untuk menghasilkan output. Biaya produksi usahatani padi organik dihitung dengan rumus berikut ini :

TC = FC + VC Keterangan :

TC = Total Biaya (Rp)

FC = Biaya Tetap (Rp)

VC = Biaya Variabel (Rp)

Penerimaan usahatani padi organik yaitu jumlah produksi padi organik dikali dengan harga jual padi organik, dengan rumus sebagai berikut ini :

TR = Y . P

Keterangan :

TR = Total Penerimaan (Rp)

Y = Total Produksi (Kg)

P = Harga Jual Padi Organik (Rp/kg) (Suratiyah, 2009).


(34)

Pendapatan usahatani padi organik merupakan selisih penerimaan usahatani padi organik dengan seluruh biaya yang digunakan. Rumus pendapatan sebagai berikut :

Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan (Rp)

TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya (Rp) (Soekartawi, 1995).

Untuk menjawab identifikasi masalah 2 yaitu menganalisis kelayakan usahatani padi organik secara finansial di daerah penelitian. Metode yang digunakan yaitu, R/C ratio dan B/C ratio. Revenue Cost Ratio merupakan perbandingan antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani. Rumus yang digunakan :

R/C

=

����������

����������

Dengan konsep berikut ini : a = R/C

R = Py. Q C = FC + VC

a = {(Py.Y) / (FC+VC)}


(35)

R = Penerimaan (Rp)

C = Total Biaya (Rp)

Py = Harga Jual Padi Organik (Rp/kg) Y = Output (Kg)

FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp)

Usatahani yang dilaksanakan dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C ratio lebih besar dari satu. Jika R/C ratio usahatani lebih kecil dari satu maka usahatani tersebut dikatakan belum layak untuk diusahakan (Soekartawi, 1995).

B/C ratio adalah perbandingan keuntungan usahatani yang diperoleh dengan total biaya usahatani yang digunakan, dengan rumus berikut ini :

B/C

=

����������

����������

Analisis B/C ratio digunakan untuk melihat kelayakan dan manfaat dari usahatani yang dilaksanakan. Usahatani dikatakan layak jika nilai B/C ratio lebih besar dari satu. Nilai manfaat yang diperoleh dari usahatani semakin besar apabila nilai B/C semakin besar (Jumingan, 2011).

Untuk menjawab identifikasi masalah 3 yaitu Break Event Point (BEP) usahatani padi organik digunakan analisis BEP sebagai pengukuran untuk menentukan usahatani berada dalam keadaan impas, yaitu dicapai jika total penerimaan atau total revenue sama dengan total biaya atau total cost (TR=TC).


(36)

Konsep penerimaan (TR) = p.q dan jumlah biaya (TC) = a + bq. Sehingga dapat diselesaikan dengan cara berikut ini :

TR = p . q dan TC = a + bq BEP adalah p . q = a + bq p . q - bq = a q (p – b) = a

q = a

(p−b)

Keterangan :

q = Jumlah Produksi (Kg) p = Harga Jual (Rp) b = Biaya Variabel (Rp) a = Biaya Tetap (Rp) (Ibrahim, 2009).

Secara matematis penentuan BEP dengan rumus sebagai berikut :

BEP Penerimaan (Rp)

=

��

�−

��

Keterangan :

FC = Biaya Tetap Usahatani Padi Organik (Rp) VC = Biaya Variabel Usahatani Padi Organik (Rp)


(37)

Rumus BEP produksi, sebagai berikut :

BEP Y (Kg) =

��

�−���

Keterangan :

Y = Jumlah Produksi Usahatani Padi Organik (Kg) FC = Biaya Tetap Usahatani Padi Organik (Rp)

P = Harga Jual Padi Organik (Rp/kg)

AVC = Biaya Variabel Per Unit Usahatani Padi Organik (Rp)

Rumus BEP harga, sebagai berikut :

BEP P (Rp) =

��

Keterangan :

P = Harga Jual Padi Organik (Rp/kg)

TC = Total Biaya Usahatani Padi Organik (Rp) Y = Produksi Total Usahatani Padi Organik (Kg) (Suratiyah, 2009).

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka perlu adanya definisi dan batasan operasional sebagai berikut :


(38)

1. Bibit adalah bakal tanaman yang akan diusahakan secara organik oleh petani.

2. Pertanian organik adalah sistem pertanian yang dikelola tanpa

menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti pestisida kimia, pupuk kimia.

3. Padi organik adalah salah satu produk pertanian organik.

4. Produksi padi organik adalah hasil dari padi organik yang bernilai

ekonomis yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

5. TC (total cost) atau total biaya adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam usahatani padi organik atau jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap usahatani padi organik per musim tanam dinyatakan dalam rupiah (Rp).

6. FC (Fixed Cost) atau biaya tetap adalah biaya usahatani padi organik per musim tanam yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan dinyatakan dalam rupiah (Rp).

7. VC (variabel cost) atau biaya variabel adalah biaya usahatani padi organik per musim tanam yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan dinyatakan dalam rupiah (Rp).

8. Penerimaan usahatani padi organik adalah jumlah produksi padi organik dikali dengan harga jual padi organik yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

9. Pendapatan usahatani padi organik adalah selisih dari total penerimaan usahatani padi organik yang diperoleh dengan seluruh biaya yang


(39)

dikeluarkan oleh petani untuk usahatani padi organik yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

10. R/C ratio adalah perbandingan penerimaan usahatani padi organik dengan seluruh biaya yang dipakai pada usahatani padi organik selama proses produksi.

11. B/C ratio adalah perbandingan keuntungan usahatani padi organik dengan total biaya yang digunakan pada usahatani padi organik.

12. Break Even Point (BEP) usahatani padi organik adalah keadaan usahatani padi organik tidak mendapatkan keuntungan dan tidak menderita kerugian atau dalam keadaan impas.

3.5.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan,

Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Responden penelitian adalah petani padi organik di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.


(40)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Wilayah

4.1.1 Letak Geografi dan Luas Wilayah

Desa Lubuk Bayas terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 5-15 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar 30ºC dengan curah hujan rata-rata berkisar 200 mm/tahun. Tanah di desa ini termasuk tanah jenis aluvial dengan tekstur umumnya lembung berpasir.

Desa Lubuk Bayas terletak di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas wilayah 481 Ha, terletak 14 km dari Ibukota Kecamatan Perbaungan, ± 29 km dari Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai dan ± 52 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara.

Secara administrasi batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Naga Kisar, Pantai Cermin - Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Buluh

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Buluh, Sei Mengkudu - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanah Merah, Lubuk Rotan.

4.1.2 Tata Guna Lahan

Desa Lubuk Bayas mempunyai luas lahan 481 Ha. Lahan digunakan untuk pertanian sawah, pertanian bukan sawah, non pertanian dan pemukiman. Distribusi penggunaan lahan pada tabel 4.


(41)

Tabel 4. Distribusi Penggunaan Lahan, Tahun 2013

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Areal

(Ha) Persentase (%) 1 2 3 4

Pertanian Sawah (Irigasi dan Tadah Hujan) Pertanian Bukan Sawah

Non Pertanian Pemukiman 385 16 18 62 80,04 3,32 3,74 12,89

Jumlah 481 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2014

Pada tabel 4 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang paling luas digunakan untuk pertanian sawah yaitu 385 Ha (80,04%) dan untuk pemukiman yaitu 62 Ha (12,89%).

4.1.3Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Lubuk Bayas tahun 2014 terdiri dari 3072 jiwa dan terdapat 4 dusun. Berikut penjelasannya pada tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Lubuk Bayas, Tahun 2013

No. Dusun Jumlah Jiwa Laki - laki Perempuan

1 2 3 4 I II III IV 611 1131 915 522 277 525 477 158 288 501 338 364

Jumlah 3072 1437 1635

Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2014

Pada tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah di Dusun II. Berdasarkan jenis kelamin penduduk yang mendominasi adalah perempuan yaitu 1635 jiwa (53,2 %) sedangkan laki-laki 1437 jiwa (46,8 %).


(42)

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Lubuk Bayas, Tahun 2013 Kelompok umur (Tahun) Total (Laki-laki+Perempuan) Persentase (%) <1 7 – 15 15 – 44 45 – 64 >65 62 951 1029 910 120 2,02 30,96 33,50 29,62 3,90

Jumlah 3072 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2014

Pada tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar di Desa Lubuk Bayas adalah berumur 15 – 44 yaitu 1029 jiwa dengan persentase 33,50%.

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian, Tahun 2013

No. Mata Pencaharian Jumlah KK Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 7 Petani Buruh Tani Wiraswasta Pegawai Negeri Pengrajin Pedagang Dan lain-lain 487 121 93 10 15 215 94 47,06 11,69 8,96 0,97 1,45 20,78 9,09

Jumlah 1035 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas, 2014

Pada tabel 7 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Lubuk Bayas mata pencaharian yang utama sebagai petani yaitu 487 KK dengan persentase 47,06 %. Sedangkan penduduk yang bermatapencaharian sebagai pedagang yaitu 215 KK dengan persentase 20,78 %.


(43)

4.2 Karakter Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani padi organik di Desa Lubuk Bayas yang akan didaftarkan kepada pihak LSO (Lembaga Sertifikasi Organik). Berikut data mengenai usia petani responden disajikan pada tabel 8.

Tabel 8. Tingkat Usia Petani Responden, Tahun 2014

No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. ≤ 40 3 33,3

2. 41 – 50 3 33,3

3. 51 – 60 3 33,3

Jumlah 9 100

Sumber : Lampiran 1

Pada tabel 8 dapat diketahui jumlah petani padi organik adalah sembilan. Petani padi organik dengan usia ≤ 40 tahun dengan persentase 33,3 %, petani dengan usia 41–50 tahun dengan persentase 33,3 % dan petani dengan usia kisaran 51–60 tahun dengan persentase 33,3 % dengan masing-masing tiga orang petani.

Tingkat pendidikan para petani padi organik di Desa Lubuk Bayas. Berikut disajikan pada tabel 9.

Tabel 9. Tingkat Pendidikan Petani Responden, Tahun 2014

No Tingat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. SMP 5 55,6

2. SMA 4 44,4

Jumlah 9 100


(44)

Pada tabel 9 dapat diketahui jumlah petani responden memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar 55,5 % sedangkan petani padi organik lainnya memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu 4 orang dengan persentase sebesar 44,4 %.

Pengalaman bertani merupakan lamanya petani memulai usahatani padi. Berikut disajikan pada tabel 10 pengalaman para petani padi organik di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Tabel 10. Pengalaman Bertani Petani Responden, Tahun 2014

No Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 5 – 10 7 77,8

2. 11 – 20 1 11,1

3. 21 – 30 1 11,1

Jumlah 17 100

Sumber : Lampiran 1

Pada tabel 10 dapat diketahui lama petani responden berusahatani. Petani dengan pengalaman bertani 5–10 tahun sebanyak 7 orang dengan persentase 77,8 %, 11–20 tahun sebanyak 1 orang dan 21–30 tahun sebanyak 1 orang dengan masing-masing persentase 11,1 %.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui luas lahan padi yang diusahakan secara organik milik petani padi organik di Desa Lubuk Bayas. Berikut disajikan pada tabel 11.


(45)

Tabel 11. Luas Lahan Milik Petani Padi Organik, Tahun 2014

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. ≤ 1 8 88,9

2. 1 – 2 1 11,1

Jumlah 9 100

Sumber : Lampiran 1

Pada tabel 11 dapat diketahui luas lahan milik petani padi organik ≤ 1 Ha berjumlah 8 orang atau sebesar 88,9 % dan 1 – 2 Ha berjumlah 1 orang atau sebesar 11,1 %.

Tanggung keluarga adalah anggota keluarga yang tinggal secara bersama dengan petani padi organik. Biaya rumah tangga yang dikeluarkan ditanggung oleh kepala keluarga. Berikut disajikan data tentang jumlah tanggung petani padi organik sebagai kepala keluarga pada tabel 12.

Tabel 12. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Padi Organik, Tahun 2014

No Jumlah Tanggungan

(Orang)

Jumlah Petani (Orang)

Persentase (%)

1. 2 6 66,7

2. 3 2 22,2

3. 4 1 11,1

Jumlah 9 100

Sumber : Lampiran 1

Pada tabel 12 dapat diketahui jumlah tanggungan petani padi organik paling besar adalah 2 orang sebanyak 6 orang petani dengan persentase 66,7 %. Petani yang memiliki jumlah tanggungan 3 orang sebanyak 2 orang petani dengan persentase 22,2 %. Sedangkan petani dengan jumlah tanggungan 4 orang sebanyak 1 orang petani dengan persentase 11,1 %.


(46)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Usahatani Padi Organik

Usahatani padi organik di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dilaksanakan secara organik oleh petani sebagai bentuk kepedulian petani terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan. Selain itu bertujuan untuk mengurangi biaya produksi untuk meningkatkan pendapatan petani sehingga kesejahteraan petani menjadi lebih baik.

Proses produksi pada usahatani padi organik sampai hasil dimulai dari pelaksanaan pengolahan tanah (luku tanah, pembuatan tapak bibit, tabrak tanah), persemaian bibit, perbaikan benteng, cabut bibit, penanaman, pemeliharaan dan panen. Pengolahan tanah bertujuan agar mendapatkan struktur tanah yang baik untuk tanaman. Prosesnya dimulai dari luku tanah adalah pembalikan tanah pada petakan sawah. Pembuatan tapak bibit yaitu sebagian dari tanah yang telah dibalik dijadikan sebagai tempat penyemaian bibit padi organik. Tabrak tanah yakni setelah bibit disemaikan lanjut tanah yang sudah dibalik pada tahap pertama kemudian ditabrak atau diratakan kembali sehingga mudah dalam pengontrolan air. Proses tabrak tanah tidak dilakukan pada bagian tanah yang menjadi tempat penyemaian bibit. Persemaian bibit yaitu bibit padi yang akan ditanam, disemaikan pada bagian lahan sawah atau penamburan bibit padi pada tapak bibit. Perbaikan benteng atau kikis benteng yaitu bagian pinggir sawah yang menjadi batas-batas petakan sawah diperbaiki, pelaksanaannya setelah 10 hari bibit ditanam.


(47)

Selanjutnya cabut bibit yaitu bibit yang telah disemaikan dan menjadi bibit dicabut untuk selanjutnya ditanam. Penanaman bibit yaitu bibit yang dicabut ditanam pada tanah yang telah siap tanam. Satu hari sebelum bibit ditanam, air pada petakan sawah dikurangi. Panen yaitu mengambil atau pemotongan tanaman padi yang sudah cukup umur atau buah dan daun menguning yaitu pada usia enam bulan.

5.2 Biaya Produksi Usahatani Padi Organik

Pelaksanaan usahatani padi organik membutuhkan biaya-biaya dalam proses produksinya. Biaya produksi yaitu biaya yang digunakan atau dipakai oleh petani padi organik untuk melaksanakan usahataninya. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel). Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi organik yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi, seperti biaya penyusutan alat pertanian, biaya pengairan/irigasi dan biaya pajak bumi dan bangunan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi organik untuk satu kali produksi yang mempengaruhi jumlah produksi. Biaya variabel yaitu biaya saprodi (sarana produksi) dan biaya tenaga kerja. Jumlah biaya tetap dengan biaya variabel merupakan total biaya dari usahatani padi organik. Biaya tersebut dikeluarkan sesuai dengan tingkat biaya dari masing-masing proses produksi. Berikut penjelasan biaya produksi usahatani padi organik di Desa Lubuk Bayas.

A.Biaya Variabel Usahatani Padi Organik

Hasil pengamatan selama penelitian sarana produksi yang digunakan yakni bibit, pupuk organik, pupuk organik cair (poc) dan tenaga kerja. Ketersediaan


(48)

sarana produksi sesuai dengan kebutuhan memerlukan sejumlah biaya. Biaya tersebut merupakan biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani padi organik.

1) Biaya Bibit

Biaya bibit yang dikeluarkan oleh petani tidak sama. Harga bibit yang dibeli petani yaitu Rp 6.000 – Rp 10.000/kg. Kebutuhan bibit padi yaitu banyaknya bibit yang disemaikan untuk ditanam pada lahan. Petani menggunakan bibit padi sebanyak 1,5 kg/rante atau 37,5 kg/hektar sampai 2 kg/rante atau 50 kg/hektar. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 3. Berikut disajikan tabel 13 total biaya bibit :

Tabel 13. Total Biaya Bibit No. Sampel

Total Biaya (Rp)

1 462.000

2 75.000

3 48.000

4 250.000

5 200.000

6 48.000

7 200.000

8 72.000

9 240.000

Jumlah 1.595.000

Rata-rata 177.222

Sumber : Lampiran 3 (Diolah)

Berdasarkan tabel 13 diperoleh total biaya bibit usahatani padi organik adalah Rp 1.595.000 dengan biaya rata-rata Rp 172.222. Biaya bibit tertinggi yaitu Rp 462.000 dan biaya terendah Rp 48.000.


(49)

2) Biaya Pupuk

Biaya pupuk organik yang dikeluarkan oleh petani pada usahatani padi organik sama yaitu Rp 1.000/kg. Namun penggunaan pupuk organik masing-masing lahan milik petani berbeda. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 3. Berikut disajikan tabel 14 total biaya pupuk organik :

Tabel 14. Total Biaya Pupuk Organik No.

Sampel

Total Biaya (Rp)

1 2.640.000

2 200.000

3 150.000

4 2.000.000

5 1.000.000

6 150.000

7 800.000

8 360.000

9 1.000.000

Jumlah 8.300.000

Rata-rata 922.222

Sumber : Lampiran 3 (Diolah)

Berdasarkan tabel 14 diperoleh total biaya pupuk organik usahatani padi organik adalah Rp 8.300.000 dengan biaya rata-rata Rp 922.222. Biaya pupuk organik tertinggi yaitu Rp 2.640.000 dan biaya terendah Rp 150.000.

3) Biaya Pupuk Organik Cair (POC)

Biaya pupuk organik cair yaitu berkisar Rp 20.000 – Rp 25.000/liter. Penggunaan sesuai kebutuhan lahan milik petani. Dari hasil penelitian satu petani yang tidak menggunakan pupuk organik cair pada lahan miliknya. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 3. Berikut disajikan tabel 15 total biaya pupuk organik cair :


(50)

Tabel 15. Total Biaya Pupuk Organik Cair No.

Sampel

Total Biaya (Rp)

1 396.000

2 80.000

3 75.000

4 400.000

5 -

6 125.000

7 25.000

8 60.000

9 80.000

Jumlah 1.241.000

Rata-rata 155.125

Sumber : Lampiran 3 (Diolah)

Berdasarkan tabel 15 diperoleh total biaya pupuk organik cair usahatani padi organik adalah Rp 1.241.000 dengan biaya rata-rata Rp 155.125. Biaya pupuk organik cair tertinggi yaitu Rp 400.000 dan biaya terendah Rp 25.000.

4) Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja usahatani padi organik mulai dari pengolahan tanah, persemaian bibit, perbaikan benteng, cabut bibit, penanaman, pemeliharaan dan panen. Upah yang dibayar oleh petani menggunakan sistem borong. Harga ditentukan oleh pekerja yang diupah oleh petani. Biaya pengolahan tanah yaitu Rp 1.000.000 – Rp 1.250.000/hektar. Biaya persemaian bibit yaitu Rp 200.000 – Rp 300.000/hektar. Biaya perbaikan benteng yaitu Rp 300.000 – Rp 375.000/hektar. Biaya cabut bibit yaitu Rp 425.000 – Rp 875.000/hektar. Biaya penanaman yaitu Rp 700.000 – Rp 1.000.000/hektar. Biaya pemeliharaan yaitu Rp 375.000 – Rp 1.000.000/hektar. Biaya panen yang dikeluarkan petani yaitu Rp 400.000/ton. Penjelasan biaya tenaga kerja dapat dilihat pada lampiran 4. Berikut disajikan tabel 16 total biaya tenaga kerja :


(51)

Tabel 16. Total Biaya Tenaga Kerja No.

Sampel

Total Biaya (Rp)

1 9.306.000

2 1.220.000

3 1.245.000

4 7.850.000

5 2.470.000

6 1.265.000

7 2.380.000

8 1.506.000

9 4.460.000

Jumlah 31.702.000

Rata-rata 3.522.444

Sumber : Lampiran 4 (Diolah)

Berdasarkan tabel 16 diperoleh total biaya tenaga kerja usahatani padi organik adalah Rp 31.702.000 dengan biaya rata-rata Rp 3.522.444 . Biaya tenaga kerja tertinggi yaitu Rp 9.306.000 dan biaya terendah Rp 1.220.000.

5) Total Biaya Variabel

Total biaya variabel adalah total biaya bibit, pupuk organik, pupuk organik cair dan biaya tenaga kerja. Berikut disajikan pada taber 17 total biaya variabel : Tabel 17. Biaya Variabel Usahatani Padi Organik

No. Sampel

Total Biaya (Rp)

Biaya Variabel Per Luas Lahan (Rp)

1 12.804.000 9.700.000

2 1.575.000 7.875.000

3 1.518.000 7.590.000

4 10.500.000 10.500.000

5 3.670.000 9.175.000

6 1.588.000 7.940.000

7 3.405.000 8.512.500

8 1.998.000 8.325.000

9 5.780.000 7.225.000

Total 42.838.000 76.842.500

Rata-rata 4.759.778 8.538.056


(52)

Berdasarkan tabel 17 diperoleh total biaya variabel usahatani padi organik adalah Rp 42.838.000 dengan biaya rata-rata adalah Rp 4.759.778. Biaya variabel tertinggi yaitu Rp 12.804.000 dan biaya terendah yaitu Rp 1.518.000. Sedangkan biaya variabel per luas lahan tertinggi milik petani adalah Rp 10.500.000 dengan biaya terendah yaitu Rp 7.225.000.

B.Biaya Tetap Usahatani Padi Organik

Biaya tetap usahatani padi organik dari hasil penelitian adalah biaya penyusutan alat pertanian dan kendaraan, biaya pengairan/irigasi dan biaya pajak bumi dan bangunan.

1) Biaya Penyusutan Alat Pertanian

Proses produksi usahatani padi organik menggunakan alat-alat pertanian yang terdiri dari cangkul, penyemprot, parang, pisau, sabit, babat, garpu, gudang serta kendaraan yang dipakai untuk mendukung pengolahan dan hasil padi organik. Ketersediaan alat dan kendaraan yang digunakan bertujuan untuk memperoleh produksi. Alat-alat tersebut mengalami penurunan nilai yang disebut dengan biaya penyusutan. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 12. Berikut disajikan tabel 18 total biaya penyusutan alat pertanian :


(53)

Tabel 18. Total Biaya Penyusutan Alat Pertanian No.

Sampel

Total Biaya (Rp)

1 6.027.750

2 373.500

3 105.750

4 198.000

5 157.500

6 337.500

7 1.748.250

8 272.250

9 333.000

Total 9.553.500

Rata-rata 1.061.500

Sumber : Lampiran 12 (Diolah)

Berdasarkan tabel 18 diperoleh total biaya penyusutan alat pertanian usahatani padi organik adalah sebesar Rp 9.553.500 dengan biaya rata-rata yaitu Rp 1.061.500. Biaya penyusutan alat pertanian tertinggi yaitu Rp 6.027.750 dan biaya terendah yaitu Rp 105.750.

2) Biaya Pengairan/Irigasi

Lahan sawah yang akan ditanam padi organik menggunakan jasa pengairan/irigasi untuk memenuhi kebutuhan air. Pengaliran air pada setiap petakan sawah milik petani padi organik mengeluarkan biaya. Biaya pengairan dibayar petani kepada petugas pengairan. Pembayaran dilakukan pada saat musim panen dalam yakni dalam bentuk padi sebanyak 75 Kg/Ha. Semakin luas lahan yang dimiliki akan besar pula biaya yang dikeluarkan. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 13. Berikut disajikan tabel 19 total biaya penyusutan alat pertanian usahatani padi organik :


(54)

Tabel 19. Total Biaya Pengairan/Irigasi No.

Sampel

Total Biaya Pengairan (Rp)

1 435.600

2 58.500

3 63.000

4 315.000

5 115.500

6 63.000

7 127.500

8 68.400

9 234.000

Total 1.480.500

Rata-rata 164.500

Sumber : Lampiran 13 (Diolah)

Berdasarkan tabel 19 diperoleh total biaya pengairan/irigasi usahatani padi organik adalah Rp 1.480.500 dengan biaya rata-rata adalah Rp 164.500. Biaya pengairan/irigasi tertinggi yaitu Rp 435.600 dan biaya terendah yaitu Rp 58.500.

3) Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Penggunaan lahan sawah yang ditanami padi organik mengeluarkan biaya dalam bentuk pajak yang disebut dengan pajak bumi dan bangunan. Biaya tersebut merupakan ketentuan atas kepemilikan lahan yang dibayar secara berkala oleh petani kepada pemerintah. Pembayaran pajak pada tiap petani padi organik ada yang sama ada juga yang berbeda, hal ini berdasarkan luas lahan dan letak lahan yang dimiliki oleh petani padi organik. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 14. Berikut disajikan tabel 20 total biaya pajak bumi dan bangunan :


(55)

Tabel 20. Total Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) No.

Sampel

Total Biaya PBB (Rp)

1 198.000

2 25.000

3 30.000

4 125.000

5 60.000

6 30.000

7 40.000

8 28.800

9 115.000

Total 651.800

Rata-rata 72.422

Sumber : Lampiran 14 (Diolah)

Berdasarkan tabel 20 diperoleh total biaya pajak bumi dan bangunan usahatani padi organik adalah sebesar Rp 651.800 dengan biaya rata-rata adalah Rp 72.422. Biaya pengairan/irigasi tertinggi yaitu Rp 198.000 dan biaya terendah yaitu Rp 25.000.

4) Total Biaya Tetap

Biaya tetap usahatani padi organik dari hasil penelitian yaitu biaya penyusutan alat pertanian dan kendaraan, biaya pengairan/irigasi dan biaya pajak bumi dan bangunan. Berikut disajikan tabel 21 total biaya tetap usahatani padi organik :


(56)

Tabel 21. Total Biaya Tetap Usahatani Padi Organik

Sumber : Lampiran 15 (Diolah)

Berdasarkan tabel 21 diperoleh total biaya tetap usahatani padi organik adalah sebesar Rp 11.685.800 dengan biaya rata-rata adalah Rp 1.298.422. Biaya tetap tertinggi yaitu Rp 6.661.350 dan biaya terendah Rp 198.750. Biaya per luas lahan tertinggi adalah Rp 5.046.477 dan biaya per luas lahan terendah Rp 638.000.

C.Total Biaya Usahatani Padi Organik

Total biaya yang digunakan dalam proses produksi padi organik merupakan jumlah biaya variabel dan biaya tetap. Berikut disajikan tabel 22 total biaya usahatani padi organik :

No. Sampel

Total Biaya Tetap (Rp)

Biaya Tetap Per Luas Lahan (Rp

1 6.661.350 5.046.477

2 457.000 2.285.000

3 198.750 993.750

4 638.000 638.000

5 333.000 832.500

6 430.500 2.152.500

7 1.915.750 4.789.375

8 369.450 1.539.375

9 682.000 852.500

Jumlah 11.685.800 19.129.477


(57)

Tabel 22. Total Biaya Usahatani Padi Organik

Sumber : Lampiran 16 (Diolah)

Berdasarkan tabel 22 menunjukkan total biaya usahatani padi organik adalah Rp 54.523.800 biaya rata-rata Rp 6.058.200. Total biaya tertinggi adalah Rp 19.465.350 dan biaya terendah adalah Rp 1.716.750.

5.1.2 Penerimaan Usahatani Padi Organik

Penerimaan usahatani padi organik adalah total produksi padi organik dikali dengan harga jual padi organik. Petani padi organik menjual hasil produksinya dalam bentuk gabah. Petani lebih memilih menjual gabah basah karena tidak semua petani padi organik memiliki halaman atau tempat penjemuran gabah. Selain itu bila menjual dalam bentuk gabah kering petani tidak bisa menjamin kadar air gabah yang sudah jemur. Petani mengeluarkan biaya lagi untuk tenaga kerja penjemuran gabah dan faktor cuaca yang menjadi alasan petani untuk menjual hasil panen padi dalam bentuk gabah basah. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 17. Berikut disajikan tabel 23 total penerimaan usahatani padi organik :

No. Sampel

Total Biaya Variabel (Rp)

Total Biaya Tetap (Rp)

Total Biaya (Rp)

1 12.804.000 6.661.350 19.465.350

2 1.575.000 457.000 2.032.000

3 1.518.000 198.750 1.716.750

4 10.500.000 638.000 11.138.000

5 3.670.000 333.000 4.003.000

6 1.588.000 430.500 2.018.500

7 3.405.000 1.915.750 5.320.750

8 1.998.000 369.450 2.367.450

9 5.780.000 682.000 6.462.000

Jumlah 42.838.000 11.685.800 54.523.800


(58)

Tabel 23. Total Penerimaan Usahatani Padi Organik

Sumber : Lampiran 17 (Diolah)

Berdasarkan tabel 23 menunjukkan total penerimaan usahatani padi organik adalah Rp 135.752.500 dengan total produksi 32.575kg. Penerimaan rata-rata adalah Rp 15.083.611 dengan rata-rata-rata-rata produksi 3.619 kg. Penerimaan tertinggi adalah Rp 43.560.000 yaitu total produksi 9.900 kg dan terendah adalah Rp 4.387.500 dengan total produksi 1.125 kg.

5.1.3 Pendapatan Usahatani Padi Organik

Pendapatan usahatani padi organik adalah selisih dari total penerimaan dengan total biaya yang digunakan dalam proses produksi. Berikut disajikan tabel 24 total pendapatan usahatani padi organik :

No. Sampel

Jumlah Produksi (Kg)

Total Penerimaan (Rp)

1 9.900 43.560.000

2 1.125 4.387.500

3 1.200 5.040.000

4 8.000 33.600.000

5 2.800 10.780.000

6 1.200 5.040.000

7 2.700 11.475.000

8 1.650 6.270.000

9 4.000 15.600.000

Jumlah 32.575 135.752.500


(59)

Tabel 24. Total Pendapatan Usahatani Padi Organik

Sumber : Lampiran 18 (Diolah)

Berdasarkan tabel 24 menunjukkan total pendapatan usahatani padi organik adalah Rp 82.528.700 dengan total rata-rata Rp 9.169.856. Pendapatan tertinggi Rp 24.094.650 dan pendapatan terendah Rp 2.375.500.

5.3 Analisis Kelayakan Usahatani Padi Organik

Penilaian kelayakan suatu usaha adalah mengetahui usahatani tersebut layak atau tidak layak untuk diusahakan. Pada usahatani padi organik di Desa Lubuk Bayas analisis kelayakan usahatani padi organik menggunakan kriteria analisis R/C ratio, B/C ratio dan break even point atau titik impas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

5.3.1 Analisis R/C Ratio

Analisis R/C ratio merupakan gambaran tentang keberlanjutan usahatani padi organik yang dilakukan termasuk layak atau tidak layak. R/C adalah total penerimaan usahatani padi organik dibagi dengan seluruh biaya yang digunakan atau total pengeluaran. Berikut disajikan tabel 25 nilai R/C usahatani padi organik:

No. Sampel

Total Penerimaan (Rp)

Total Pengeluaran (Rp)

Total Pendapatan (Rp)

1 43.560.000 19.465.350 24.094.650

2 4.387.500 2.032.000 2.355.500

3 5.040.000 1.151.750 3.888.250

4 33.600.000 11.138.000 22.462.000

5 10.780.000 4.003.000 6.777.000

6 5.040.000 2.018.500 3.021.500

7 11.475.000 4.785.750 6.689.250

8 6.270.000 2.167.450 4.102.550

9 15.600.000 6.462.000 9.138.000

Jumlah 135.752.500 53.223.800 82.528.700


(60)

Tabel 25. Nilai R/C Usahatani Padi Organik

Sumber : Lampiran 20

Berdasarkan tabel 25 menunjukkan total penerimaan usahatani padi organik adalah Rp 135.752.500 dengan rata-rata Rp 15.083.611. Total pengeluaran Rp 54.523.800 dengan rata-rata Rp 6.058.211. Pada usahatani padi organik diperoleh rata-rata nilai R/C sebesar 2,48. Berdasarkan kriteria kelayakan usahatani padi organik dengan perhitungan R/C > 1 maka usahatani padi organik dikatakan layak untuk diusahakan.

5.3.2 Analisis B/C Ratio

Analisis B/C ratio adalah membandingkan keuntungan usahatani padi organik dengan total biaya yang digunakan. Berikut disajikan tabel 26 nilai B/C ratio usahatani padi organik :

No. Sampel

Total Penerimaan (Rp)

Total Pengeluaran (Rp)

R/C Layak/Tidak Layak

1 43.560.000 19.465.350 2,2378 Layak

2 4.387.500 2.032.000 2,1592 Layak

3 5.040.000 1.716.750 2,9358 Layak

4 33.600.000 11.138.000 3,0167 Layak

5 10.780.000 4.003.000 2,693 Layak

6 5.040.000 2.018.500 2,4969 Layak

7 11.475.000 5.320.750 2,1567 Layak

8 6.270.000 2.367.450 2,6484 Layak

9 15.600.000 6.462.000 2,4141 Layak

Jumlah 135.752.500 54.523.800 2,4898 Layak


(61)

Tabel 26. Nilai B/C Usahatani Padi Organik

Sumber : Lampiran 21

Berdasarkan tabel 26 menunjukkan keuntungan usahatani padi organik adalah Rp 81.228.700 dengan rata-rata Rp 9.025.411. Total pengeluaran petani padi organik Rp 54.523.800 dengan rata-rata Rp 6.058.200. Pada usahatani padi organik diperoleh rata-rata nilai B/C sebesar 1,48. Berdasarkan kriteria kelayakan usahatani padi organik dengan perhitungan B/C > 1 maka usahatani padi organik dikatakan layak untuk diusahakan.

5.4 Analisis BEP Usahatani Padi Organik

Break Even Point adalah nilai titik impas usahatani padi organik. BEP dapat terbagi atas titik impas penerimaan, produksi dan harga. Titik impas penerimaan yaitu penerimaan yang didapatkan oleh petani padi organik dengan tidak memperoleh keuntungan ataupun mengalami kerugian. Titik impas produksi adalah jumlah produksi dari usahatani padi organik pada saat tidak memproleh keuntungan ataupun menderita kerugian. Titik impas harga yaitu tingkat harga jual padi organik untuk menutupi biaya yang dikeluarkan petani dalam usahanya dengan tidak mendapatkan keuntungan ataupun mengalami kerugian. Berikut

No. Sampel

Keuntungan (Rp)

Total Pengeluaran (Rp)

B/C Layak/Tidak

Layak

1 24.094.650 19.465.350 1,2378 Layak

2 2.355.500 2.032.000 1,1592 Layak

3 3.323.250 1.716.750 1,9358 Layak

4 22.462.000 11.138.000 2,0167 Layak

5 6.777.000 4.003.000 1,693 Layak

6 3.021.500 2.018.500 1,4969 Layak

7 6.154.250 5.320.750 1,1567 Layak

8 3.902.550 2.367.450 1,6484 Layak

9 9.138.000 6.462.000 1,4141 Layak

Jumlah 81.228.700 54.523.800 1,4898 Layak


(62)

perhitungan masing-masing titik impas usahatani padi organik dari hasil penelitian.

BEP Penerimaan (Rp) = FC

1 – VC

S

Berikut disajikan pada tabel 27 perhitungan BEP penerimaan usahatani padi organik :

Tabel 27. Total BEP Penerimaan Usahatani Padi Organik No. Sampel Total Biaya Tetap (Rp) Total Biaya Variabel (Rp) Total Penerimaan (Rp) BEP Penerimaan (Rp)

1 6.661.350 12.804.000 43.560.000 9.434.444,6

2 457.000 1.575.000 4.387.500 712.919,6

3 198.750 1.518.000 5.040.000 284.412,07

4 638.000 10.500.000 33.600.000 928.000

5 333.000 3.670.000 10.780.000 504.885,87

6 430.500 1.588.000 5.040.000 628.539,64

7 1.915.750 3.405.000 11.475.000 2.724.261,67

8 369.450 1.998.000 6.270.000 542.168,67

9 682.000 5.780.000 15.600.000 1.083.421,9

Jumlah 11.685.800 42.838.000 135.752.500 16.843.054

Rata-rata 1.298.422 4.759.778 15.083.611 1.871.450

Sumber : Lampiran 23

Berdasarkan tabel 27 menunjukkan total BEP penerimaan usahatani padi organik adalah Rp 16.843.054 dengan rata-rata Rp 1.871.450 adalah keadaan usahatani padi impas atau tidak untung dan tidak rugi. Sedangkan hasil rata-rata penerimaan usahatani padi organik sudah lebih besar dari BEP penerimaan yaitu Rp 15.083.611 > Rp 1.871.450. Sehingga usahatani padi organik dikatakan layak untuk diusahakan.

Break Even Point produksi usahatani padi organik yaitu biaya tetap usahatani padi organik dibagi selisih harga jual dengan biaya variabel per unit.


(63)

BEP Produksi = FC

P − AVC

Berikut disajikan pada tabel 28 perhitungan BEP produksi usahatani padi organik :

Tabel 28. Total BEP Produksi Usahatani Padi Organik No. Sampel Total Biaya Tetap (Rp) Harga Jual (Rp/Kg) Biaya Variabel Per Unit (Rp) BEP Produksi (Rp) Produksi (Kg)

1 6.661.350 4.400 1293,3 2.144,2 9.900

2 457.000 3.900 1400 182,8 1.125

3 198.750 4.200 1265 67,717 1.200

4 638.000 4.200 1312,5 220,95 8.000

5 333.000 3.850 1310,7 131,14 2.800

6 430.500 4.200 1323,3 149,65 1.200

7 1.915.750 4.250 1261,1 640,95 2.700

8 369.450 3.800 1210,9 142,69 1.650

9 682.000 3.900 1.445 277,8 4.000

Jumlah 11.685.800 36.700 11.822 3.957,9 32.575

Rata-rata 1.298.422 4.078 1313,5 439,77 3.619

Sumber : Lampiran 24

Berdasarkan tabel 28 menunjukkan total BEP produksi usahatani padi organik adalah 3.957,9 kg dengan rata-rata 439,77 kg adalah keadaan usahatani padi impas atau tidak untung dan tidak rugi. Sedangkan hasil produksi rata-rata padi organik sudah lebih besar dari BEP produski yaitu 3.619 kg > 439,77 kg. Sehingga usahatani padi organik dikatakan layak untuk diusahakan.

Break Even Point harga usahatani padi organik yaitu biaya tetap usahatani padi organik dibagi selisih harga jual dengan biaya variabel per unit.

BEP Harga = TC


(64)

Berikut disajikan pada tabel 29 perhitungan BEP harga usahatani padi organik :

Tabel 29. Total BEP Harga Usahatani Padi Organik No.

Sampel

Total Biaya (Rp)

Produksi (Kg)

BEP Harga (Rp/Kg)

Harga Jual (Rp/Kg)

1 19.465.350 9.900 1.966 4.400

2 2.032.000 1.125 1.806 3.900

3 1.716.750 1.200 1.431 4.200

4 11.138.000 8.000 1.392 4.200

5 4.003.000 2.800 1.430 3.850

6 2.018.500 1.200 1.682 4.200

7 5.320.750 2.700 1.971 4.250

8 2.367.450 1.650 1.435 3.800

9 6.462.000 4.000 1.616 3.900

Jumlah 54.523.800 32.575 14.728 36.700

Rata-rata 6.058.200 3.619 1.636 4.078

Sumber : Lampiran 25

Berdasarkan tabel 29 menunjukkan total BEP harga usahatani padi organik adalah Rp 14.728 kg dengan rata-rata Rp 1.636 kg yaitu keadaan usahatani padi impas atau tidak untung dan tidak rugi. Sedangkan harga jual rata-rata padi organik sudah lebih besar dari BEP harga yaitu Rp 4.078/kg > Rp 1.636/kg, sehingga usahatani padi organik dikatakan layak untuk diusahakan.


(65)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Usahatani beras organik mengeluarkan total biaya produksi sebesar Rp 54.523.800 dengan total biaya rata-rata Rp 6.058.200. Biaya produksi yaitu total biaya variabel Rp 42.838.000 dengan biaya rata-rata Rp 4.759.778 dan biaya tetap Rp 11.685.800 dengan biaya rata-rata Rp 1.298.422. Total penerimaan Rp 135.752.500 dengan rata-rata Rp 15.083.611 dan total pendapatan Rp 82.528.700 dengan rata-rata Rp 9.169.856.

2. Usahatani beras organik sudah memenuhi kriteria kelayakan. Nilai rata-rata R/C usahatani beras organik yang diperoleh 2,48. Setiap biaya yang digunakan Rp 1 memberikan penerimaan sebesar Rp 2,48 artinya usahatani beras organik sudah layak untuk diusahakan. Sedangkan nilai rata-rata B/C usahatani beras organik yaitu 1,48. Setiap biaya yang digunakan Rp 1 memberikan pendapatan sebesar Rp 1,48 artinya usahatani beras organik sudah menguntungkan dan layak diusahakan.

3. Titik impas penerimaan rata-rata usahatani beras organik sebesar Rp 1.871.450. Titik impas produksi rata-rata usahatani beras organik sebesar 439,77 kg dan titik impas harga jual rata-rata Rp. 1.636/kg.


(66)

6.2 Saran

1. Kepada Petani Padi Organik Desa Lubuk Bayas

Diharapkan kepada petani padi organik dapat meningkatkan produktivitas dengan memperbaiki sistem usahatani padi organik. Memperhatikan mutu padi yang dihasilkan.

2. Kepada Pemerintah

Diharapkan untuk membantu kestabilan harga padi organik sehingga petani mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dan dapat terus mengusahakan tanaman padi secara organik.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan melakukan penelitian tentang tataniaga pemasaran beras organik.


(1)

Lampiran 20. Perhitungan R/C Usahatani Padi Organik

No. Sampel

Total Penerimaan (Rp)

Total Biaya (Rp)

R/C

1 43.560.000 19.465.350 2,2378

2 4.387.500 2.032.000 2,1592

3 5.040.000 1.716.750 2,9358

4 33.600.000 11.138.000 3,0167

5 10.780.000 4.003.000 2,693

6 5.040.000 2.018.500 2,4969

7 11.475.000 5.320.750 2,1567

8 6.270.000 2.367.450 2,6484

9 15.600.000 6.462.000 2,4141

Jumlah 135.752.500 54.523.800 2,4898


(2)

Lampiran 21. Perhitungan B/C Usahatani Padi Organik No.

Sampel

Keuntungan (Rp)

Total Biaya (Rp)

B/C

1 24.094.650 19.465.350 1,2378

2 2.355.500 2.032.000 1,1592

3 3.323.250 1.716.750 1,9358

4 22.462.000 11.138.000 2,0167

5 6.777.000 4.003.000 1,693

6 3.021.500 2.018.500 1,4969

7 6.154.250 5.320.750 1,1567

8 3.902.550 2.367.450 1,6484

9 9.138.000 6.462.000 1,4141

Jumlah 81.228.700 54.523.800 1,4898


(3)

Lampiran 22. Biaya Variabel Per Unit Usahatani Padi Organik No.

Sampel

Total Biaya Variabel (Rp)

Total Produksi (Kg)

Biaya Per Unit (Rp)

1 12.804.000 9.900 1.293,3

2 1.575.000 1.125 1.400

3 1.518.000 1.200 1.265

4 10.500.000 8.000 1.312,5

5 3.670.000 2.800 1.310,7

6 1.588.000 1.200 1.323,3

7 3.405.000 2.700 1.261,1

8 1.998.000 1.650 1.210,9

9 5.780.000 4.000 1.445

Jumlah 42.838.000 32.575 11.822


(4)

Lampiran 23. Total BEP Penerimaan Usahatani Padi Organik No.

Sampel

Total Biaya Tetap (Rp)

Total Biaya Variabel (Rp)

Total Penerimaan (Rp)

BEP Penerimaan (Rp)

1 6.661.350 12.804.000 43.560.000 9.434.444,6

2 457.000 1.575.000 4.387.500 712.919,6

3 198.750 1.518.000 5.040.000 284.412,07

4 638.000 10.500.000 33.600.000 928.000

5 333.000 3.670.000 10.780.000 504.885,87

6 430.500 1.588.000 5.040.000 628.539,64

7 1.915.750 3.405.000 11.475.000 2.724.261,67

8 369.450 1.998.000 6.270.000 542.168,67

9 682.000 5.780.000 15.600.000 1.083.421,9

Jumlah 11.685.800 42.838.000 135.752.500 16.843.054


(5)

Lampiran 24. Total BEP Produksi Usahatani Padi Organik No.

Sampel

Total Biaya Tetap (Rp)

Harga Jual (Rp/Kg)

Biaya Variabel Per Unit (Rp)

BEP Produksi (Rp)

Produksi (Kg)

1 6.661.350 4.400 1293,3 2144,2 9.900

2 457.000 3.900 1400 182,8 1.125

3 198.750 4.200 1265 67,717 1.200

4 638.000 4.200 1312,5 220,95 8.000

5 333.000 3.850 1310,7 131,14 2.800

6 430.500 4.200 1323,3 149,65 1.200

7 1.915.750 4.250 1261,1 640,95 2.700

8 369.450 3.800 1210,9 142,69 1.650

9 682.000 3.900 1.445 277,8 4.000

Jumlah 11.685.800 36.700 11.822 3957,9 32.575


(6)

Lampiran 25. Total BEP Harga Usahatani Padi Organik No.

Sampel

Total Biaya (Rp)

Produksi (Kg)

BEP Harga (Rp)

Harga Jual (Rp/Kg)

1 19.465.350 9.900 1.966 4.400

2 2.032.000 1.125 1.806 3.900

3 1.716.750 1.200 1.431 4.200

4 11.138.000 8.000 1.392 4.200

5 4.003.000 2.800 1.430 3.850

6 2.018.500 1.200 1.682 4.200

7 5.320.750 2.700 1.971 4.250

8 2.367.450 1.650 1.435 3.800

9 6.462.000 4.000 1.616 3.900

Jumlah 54.523.800 32.575 14.728 36.700