Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2013 15
sebesar 74,87, dengan rata-rata penggunaan obat generik sebesar 85,49.
4. Realokasi Dana Alokasi Khusus Subbidang Pelayanan Kefarmasian
Tahun 2013
Jumlah KabupatenKota yang mendapat Dana Alokasi Khusus DAK pada tahun 2013 sebanyak 442 kabupatenkota yang tersebar di
32 provinsi. Ada 1 provinsi yang tidak mendapatkan Dana Alokasi Khusus yaitu Provinsi DKI Jakarta. Sesuai dengan Petunjuk Teknis tentang Dana
Alokasi Khusus DAK Tahun 2013, kabupatenkota dapat mengajukan realokasi penggunaan Dana DAK untuk pembangunan baru, rehabilitasi
bangunan dan pengadaan sarana dan prasarana instalasi farmasi apabila tingkat kecukupan obat esensial generik di instalasi farmasinya sudah
terpenuhi selama 18 bulan. Pada tahun 2013, ada 50 kabupatenkota di Indonesia yang mengajukan realokasi DAK Pelayanan Kefarmasian,
23 kabupatenkota diantaranya mengajukan realokasi untuk rehabilitasi instalasi farmasi atau pembangunan baru instalasi farmasi
. Adapun rincian peruntukan realokasi DAK tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Bangun gudang : 4 kabupatenkota
Rehabilitasi dan perluasan IF : 19 kabupatenkota Sarana penyimpanan
: 29 kabupatenkota Sarana distribusi
: 17 kabupatenkota Sarana pengaman
: 18 kabupatenkota Sarana pengolah data
: 24 kabupatenkota Sarana komunikasi
: 3 kabupatenkota Dari data tersebut diatas diketahui bahwa realokasi penggunaan dana DAK
tahun 2013 Sub Bidang Pelayanan Kefarmasian yang paling banyak diusulkan oleh kabupatenkota adalah untuk sarana penyimpanan 58,00
sedangkan yang paling sedikit diusulkan adalah untuk sarana komunikasi 6,00. Tidak ada kabupatenkota yang menggunakan realokasi DAK untuk
pengadaan semua jenis sarana pendukung instalasi farmasi sekaligus. Bila dilihat dari nilai anggarannya, maka sarana pendukung instalasi farmasi
Profil Kefarmasian dan Alat KesehatanTahun 2013 16
menjadi prioritas kabupatenkota dalam melakukan realokasi penggunaan DAK tahun 2013, yaitu sebesar Rp. 12.708.435.540,- atau 1,15 dari alokasi
total. Rendahnya jumlah dan kualitas validitas laporan DAK yang masuk
menyebabkan sulitnya dilakukan evaluasi secara menyeluruh akan pelaksanaan dan realisasi DAK tahun 2013 sehingga perlu dipertimbangkan
adanya mekanisme reward and punishment bagi kabupatenkota yang akan diperhitungkan dalam formula perhitungan indeks teknis yang diharapkan
dapat meningkatkan kepatuhan pelaporan.
B. Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Penerapan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah membawa implikasi terhadap organisasi kesehatan baik di tingkat
pusat, provinsi, maupun kabupatenkota, dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Instalasi Farmasi di provinsikabkota. Sejalan dengan misi
Undang-Undang tersebut, KONAS Tahun 2006 menyebutkan bahwa keberadaan gudang farmasi kabupatenkota diubah namanya menjadi
Instalasi Farmasi KabupatenKota IFK. Untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan profesionalisme dalam
pengelolaan obat publik, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan merumuskan kebijakan satu pintu one gate policy bersama
para stakeholders. Untuk mendukung akselerasi kebijakan tersebut, perlu membentuk Tim Perencanaan Obat Terpadu di kabupatenkota. Adapun
fungsi yang harus dijalankan meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan, serta monitoring
dan evaluasi yang terintegrasi dengan unit kerja terkait. Pengelolaan mencakup seluruh obat publik dan perbekalan kesehatan termasuk vaksin
yang penyediaannya berasal dari berbagai sumber anggaran. Dari hasil pemantauan yang dilakukan sampai dengan tahun 2013,
dilakukan penilaian pengelolaan obat di kabupatenkota yang meliputi komponen sumber sumber daya manusia, sarana prasarana gudang sebagai