Perlunya Pengaturan Giro Wajib Minimum Dalam Hukum Perbankan di Indonesia

C. Perlunya Pengaturan Giro Wajib Minimum Dalam Hukum Perbankan di Indonesia

1. GWM Diperlukan Guna Menjaga Stabilitas Moneter. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan

kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib

melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. 112 Bank Indonesia sebagai bank sentral sekaligus sebagai otoritas perbankan

berdasarkan ketentuan perundangan memiliki kewenangan untuk membuat dan menerapkan ketentuan perundangan (right to regulate) yang berkaitan dengan

kegiatan operasional sebuah bank, baik yang bersifat preventif maupun represif. 113 Kondisi perekonomian nasional yang stabil perlu tetap dijaga antara lain

melalui stabilitas moneter. Sasaran stabilitas moneter adalah tingkat inflasi yang cukup rendah diikuti dengan harga yang stabil, suku bunga positif sehingga memberi

111 Ibid. 112 Pasal 29 ayat (2) Undang-undang No. 10 tahun 1998 Tentang Perbankan.

113 Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2003), hlm. 29.

insentif bagi investasi, nilai tukar stabil dan mendorong gairah ekspor disamping menekan inflasi dari impor, dan mengendalikan uang beredar yang cukup bagi

perekonomian sehingga dapat dihindari tekanan inflasi dan spekulasi. 114 Stabilitas moneter dapat dicapai melalui pengendalian uang beredar yang

antara lain dilakukan melalui penetapan GWM. 115 Ada dua tujuan dari penetapan GWM tersebut, yakni:

1. Secara mikro, tersedianya dana siaga dari bank agar setiap waktu dapat membayar kewajibannya,

2. Secara makro, merupakan sarana pengawasan bank dan pengendalian moneter, yaitu untuk meredam ekses likuiditas yang berlebihan dari

perbankan yang dapat mendorong ekspansi berlebihan atau spekulasi. 116 Memperhatikan tujuan dari GWM tersebut di atas, pada umumnya bank

memelihara giro pada Bank Indonesia sedikit lebih besar dari GWM, dengan memperlihatkan kebiasaan penarikan dan penyetoran oleh nasabah bank serta berjaga-jaga dari hal-hal yang tidak terduga. Dari segi instrumen yang digunakan, warkat yang diperhitungkan dalam kliring mencakup Cheque, Bilyet Giro, Wesel Bank yang dipergunakan untuk transfer, Surat Bukti Penerimaan Transfer, Nota

114 HLB Hadori & Rekan, Studi Hukum ….. Op.cit., hlm. 45. 115 Baca Menimbang dalam PBI No. 6/15/PBI/2004 tentang GWM Bank Umum pada Bank

Indonesia dalam Rupiah Dan Valuta Asing. 116 HLB Hadori & Rekan, Op.cit., hlm. 52.

Debet dan Nota Kredit yang jenis, bentuk serta ciri-cirinya memenuhi persyaratan yang ditetapkan. 117

Pelaksanaan ketentuan dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter tersebut ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia. 118

2. GWM Memberikan Fleksibilitas Pengaturan Likuiditas Perbankan. Pengaturan mengenai GWM yang berlaku perlu disesuaikan dengan kondisi

likuiditas perbankan dari waktu ke waktu. Sehubungan dengan itu dipandang perlu untuk mengatur kembali ketentuan mengenai GWM pada Bank Indonesia dalam

rupiah dan valuta asing dalam suatu Peraturan Bank Indonesia. 119 Berdasarkan hal tersebut di atas, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan

Bank Indonesia yang mengatur tentang GWM, yaitu dalam Peraturan Bank Indonesia No. 6/15/PBI/2004 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing yang kemudian diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 7/29/PBI/2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 6/15/PBI/2004 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing dan diubah lagi dengan Peraturan Bank Indonesia No. 7/49/PBI/2005.

Dampak gejolak ekonomi dan keuangan global berpotensi mengurangi kecukupan likuiditas perbankan baik dalam rupiah maupun valuta asing. Bank

117 HLB Hadori & Rekan, Loc.cit 118 Pasal 10 ayat (3) Undang-undang No. 3 tahun 2004 Tentang Bank Indonesia. 119 Baca Menimbang dalam PBI No. 6/15/PBI/2004 tentang GWM Bank Umum pada Bank

Indonesia dalam Rupiah Dan Valuta Asing.

Indonesia memandang perlu untuk memberikan fleksibilitas pengaturan likuiditas antara lain melalui penetapan GWM untuk mengatasi dampak tersebut dan

meminimalkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas sistem perbankan. 120 Maka dikeluarkanlah Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/19/PBI/2008

Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing yang kemudian diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/25 /PBI/2008 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/19/PBI/2008 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing.

Perubahan peraturan ini dilatarbelakangi oleh gejolak ekonomi dan keuangan global yang semakin berpotensi mengurangi kecukupan likuiditas valuta asing dan rupiah perbankan. Maka untuk mengantisipasi hal dimaksud (pre-emptive action), Bank Indonesia menempuh kebijakan pelonggaran likuiditas untuk memberikan fleksibilitas kepada perbankan dalam mengelola likuiditasnya sehingga tidak terjadi keketatan likuiditas seperti yang dialami banyak negara lain dan meminimalkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas sistem perbankan, yaitu antara lain melalui

penurunan GWM. 121

120 Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia No. 10/25/PBI/2008”, http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Perbankan/ diakses tanggal 27 Pebruari 2009.

121 Bank Indonesia, http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/28792F55-50C7-4A34-BBF4- 0B58BB78094C/14797/Materi_Diseminasi_PBI_GWM.pdf diakses tanggal 27 Pebruari 2009. GWM

Rupiah diturunkan dari efektif sebesar 9,01 persen menjadi 7,5 persen. Penyederhanaan GWM Rupiah menjadi GWM utama dan GWM sekunder. GWM valas diturunkan dari 3 persen menjadi 1 persen. Kebijakan ini akan berpotensi menambah likuiditas perbankan dalam Rupiah sekitar Rp 50,0 triliun dan dalam valas sebesar US$ 721 juta. Pemenuhan GWM sekunder diberikan masa transisi 1 tahun

3. GWM Menentukan Besarnya Biaya Dana Bank. Biaya dana bank adalah sejumlah dana yang dikeluarkan bank untuk setiap

rupiah dana yang dihimpun dari berbagai sumber sebelum dikurangi dengan besarnya GWM. Sebagai lembaga yang berorientasi bisnis (memperoleh keuntungan), bank

perlu menghitung besarnya biaya dana (cost of fund) yang dikeluarkan. 122 Biaya dana merupakan biaya terbesar dari total biaya operasional bank.

Menurut George Hempel, ada beberapa alasan kenapa bank perlu menghitung biaya dana yang digunakannya:

1. Bank mencari kombinasi sumber dana dengan biaya terendah yang tersedia di pasar;

2. Perhitungan biaya dana yang akurat penting untuk menentukan besarnya keuntungan yang diperoleh atas aktiva produktifnya;

3. Jenis sumber dana yang dihimpun bank dan penggunaannya memiliki dampak terhadap likuiditas, risiko tingkat bunga dan risiko modal bank. 123

Dalam situasi bisnis perbankan yang semakin kompetitif, penentuan besarnya biaya dana merupakan aktivitas penting guna mengetahui besarnya keseimbangan antara keuntungan yang diharapkan dengan risiko yang mungkin dihadapi dalam operasional bank. Selain itu, dalam menghitung besarnya biaya dana bank perlu diperhatikan ketentuan cadangan wajib yang ditetapkan Bank Indonesia; mengingat

(paling lambat 24 Oktober 2009), guna memberi ruang bagi perbankan untuk melakukan penyesuaian terkait dengan aturan tersebut sehingga tidak memberikan tekanan di pasar uang. Ibid.

122 M. Faisal Abdullah, Op.cit., hlm. 37.

Dahlan Siamat, Op.cit., hlm. 122.

besarnya cadangan wajib akan mempengaruhi besarnya biaya dana. Semakin tinggi cadangan wajib maka semakin tinggi pula biaya dana bank. 124

PBI No. 6/15/PBI/2004 menyebutkan bahwa GWM dalam rupiah ditetapkan sebesar 5 persen dari DPK dalam rupiah. Selain itu, Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari Rp l triliun-10 triliun rupiah wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 1 persen dari DPK dalam rupiah. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari Rp 10 triliun-50 triliun wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 2 persen dari DPK dalam rupiah. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari Rp 50 triliun wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 3 persen dari DPK dalam rupiah. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah sampai dengan Rp l triliun tidak dikenakan kewajiban tambahan GWM. GWM dalam valuta asing ditetapkan sebesar 3 persen dari DPK

dalam valuta asing. 125 PBI No. 7/29/PBI/2005 menyebutkan bahwa GWM dalam rupiah ditetapkan

sebesar 5 persen dari DPK dalam rupiah. Selain itu, Bank wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah yang ditetapkan berdasarkan besarnya DPK dan LDR. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah sampai dengan Rp l triliun tambahan GWM dalam rupiah sebesar 0 persen dari DPK dalam rupiah. Bank yang memiliki DPK

124 M. Faisal Abdullah, Loc.cit. Pengertian biaya dana sering dicampurkan dengan istilah cost of fund, cost of loanable fund, cost of money. Ketiga istilah ini sebenarnya memiliki perbedaan satu

sama lain. Cost of fund dimaksudkan sebagai biaya yang dikeluarkan bank atas dana yang dihimpun sebelum diperhitungkan besarnya ketentuan GWM. Cost of loanable fund adalah biaya dana setelah dikurangi ketentuan reserve requirement. Cost of money merupakan penjumlah dari total cost of loanable fund dan biaya overhead. Dahlan Siamat, Loc.cit.

125 Pasal 3 dan 4 PBI No. 6/15/PBI/2004 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing.

dalam rupiah lebih dari Rp l triliun-Rp 10 triliun wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 1 persen dari DPK dalam rupiah. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih dari Rp 10 triliun-Rp 50 triliun wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 2 persen dari DPK dalam rupiah. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih dari Rp 50 triliun wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 3 persen dari DPK dalam rupiah. Kewajiban memelihara tambahan GWM dalam rupiah berdasarkan besarnya LDR ditetapkan sebagai berikut:

1. Bank yang memiliki LDR lebih dari 90 persen dikenakan tambahan GWM sebesar 0 persen dari DPK dalam rupiah;

2. Bank yang memiliki LDR lebih dari 75 persen – 90 persen wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 1 persen dari DPK dalam rupiah;

3. Bank yang memiliki LDR lebih dari 60 persen - 75 persen wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 2 persen dari DPK dalam rupiah;

4. Bank yang memiliki LDR lebih dari 50 persen - 60 persen wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 3 persen dari DPK dalam rupiah;

5. Bank yang memiliki LDR sebesar 40 persen - dengan 50 persen wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 4 persen dari DPK dalam rupiah;

6. Bank yang memiliki LDR kurang dari 40 persen wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 5 persen dari DPK dalam rupiah. 126

PBI No. 7/49/PBI/2005 menyebutkan bahwa Ketentuan Pasal 11 dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/15/PBI/2004 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4390) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/29/PBI/2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4529) diubah. Di PBI ini disebutkan bahwa Bank Indonesia memberikan jasa giro setiap hari kerja terhadap bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank yang diperuntukkan untuk pemenuhan kewajiban memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebagaimana dimaksud dalam PBI No. 7/29/PBI/2005 dengan tingkat bunga sebesar 6,5 persen pertahun. Kebijakan pemberian jasa giro dan atau persentase jasa giro dapat disesuaikan dari waktu ke waktu dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian dan arah kebijakan Bank Indonesia. Penentuan besarnya persentase jasa giro dilakukan dengan Surat Edaran

Bank Indonesia. 127

126 Pasal 3 PBI No. 7/29/PBI/2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 6/15/PBI/2004 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan

Valuta Asing. 127 Pasal 1 PBI No. 7/49/PBI/2005 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia

No. 6/15/PBI/2004 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing.

PBI No. 10/19/PBI/2008 menyebutkan bahwa GWM dalam rupiah ditetapkan sebesar 7,5 persen dari DPK dalam rupiah. GWM dalam valuta asing ditetapkan

sebesar 1 persen dari DPK dalam valuta asing. 128 PBI No. 10/25/PBI/2008 menyebutkan bahwa GWM dalam rupiah ditetapkan

sebesar 7,5 persen dari DPK dalam rupiah yang terdiri dari GWM Utama dan GWM Sekunder. GWM Utama dalam rupiah ditetapkan sebesar 5 persen dari DPK dalam rupiah dan GWM Sekunder dalam rupiah ditetapkan sebesar 2,5 persen dari DPK dalam rupiah. Pemenuhan GWM Utama dalam rupiah hanya dapat dilakukan dengan menggunakan saldo Rekening Giro Rupiah Bank pada Bank Indonesia sedangkan pemenuhan GWM Sekunder dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan

SBI, SUN dan/atau excess reserve. 129 Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman D. Hadad mengatakan, Bank

Indonesia memandang aturan GWM yang lama sangat kompleks karena perhitungannya dikaitkan dengan cash ratio ditambah dengan sejauh mana bank dapat memenuhi LDR. Jika LDR tinggi, tarif GWM akan rendah dan sebaliknya. Keterkaitan antara GWM dengan LDR tersebut dihilangkan dalam ketentuan GWM yang baru dan hanya ada dua komponen besar, yaitu cash ratio dan secondary reserve ratio. Direktur Utama PT BRI Tbk, Sofyan Basir, setuju jika aturan GWM yang baru tidak lagi menggunakan LDR sebagai acuannya. Pasalnya persentase

128 Pasal 3 dan 4 PBI No. 10/19/PBI/2008 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing.

129 Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia No. 10/25/PBI/2008 tentang Perubahan Atas PBI No. 10/19/PBI/2008 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam

Rupiah Dan Valuta Asing”, http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Perbankan/ diakses tanggal 27 Pebruari 2009.

penyaluran kredit rata-rata perbankan sudah mencapai 70 persen. Artinya, LDR sudah tidak relevan menjadi tolak ukur GWM. Alasan Bank Indonesia menggunakan landasan LDR sebagai aturan GWM dulu karena Bank Indonesia melihat penyaluran kredit di perbankan tidak maksimal. Oleh karena itu, Bank Indonesia menekan bank

agar menyalurkan kredit dengan menggunakan aturan GWM ini. 130 Terdapat perubahan-perubahan dalam PBI tentang GWM dalam ketentuan

Peraturan Bank Indonesia yang lama dan Peraturan Bank Indonesia yang baru. Pokok-pokok perubahan Peraturan Bank Indonesia tentang GWM tersebut dapat dilihat dari 3 hal, yaitu:

1. Dalam hal pemenuhan GWM

2. Dalam hal jasa giro

3. 131 Dalam hal pengenaan sanksi.

130 Kontan Online, “Aturan Baru GWM Berlaku Tahun Ini”, http://www.kontan.co.id/index.php/Keuangan diakses tanggal 28 Oktober 2008.

131 Bank Indonesia, “Pokok-Pokok Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 5/15/PBI/2004, PBI No. 7/29/PBI/2005, dan PBI No. 7/49/PBI/2005 menjadi PBI No. 10/19/PBI/2008

dan PBI No. 10/25/PBI/2008 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing” ,http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/28792F55-50C7-4A34-BBF4- 0B58BB78094C/14797/Materi_Diseminasi_PBI_GWM.pdf diakses tanggal 23 April 2009.

Ad. 1. Dalam Hal Pemenuhan GWM Tabel 1: Pokok-Pokok Perubahan Dalam Hal Pemenuhan GWM Ketentuan lama

Ketentuan baru

PBI No. 6/15/PBI/2004

PBI No. 10/19/PBI/2008

keterangan

PBI No. 7/29/PBI/2005

PBI No. 10/25/PBI/2008

PBI No. 7/49/PBI/2005 Pemenuhan GWM rupiah Pemenuhan GWM rupiah Penyederhanaan

terdiri 133 menjadi sebesar 7,5 persen perhitungan dari:

yang terdiri dari:

– 5 persen GWM utama, - 5 persen GWM utama ditambah

- 2,5 persen GWM

– besaran DPK (0-3 sekunder persen)

Dari total DPK dalam

– level LDR 132 (0-5 rupiah persen)

Dari total DPK dalam rupiah Berlaku untuk semua bank Berlaku untuk semua bank Equal treatment umum

umum

Pemenuhan GWM valas Pemenuhan GWM valas Menambah likuiditas sebesar 3 persen dari total menjadi sebesar 1 persen perbankan DPK valas

dari total DPK valas

Berlaku untuk bank umum Berlaku untuk bank umum devisa

devisa

Pemenuhan GWM rupiah Pemenuhan GWM rupiah GWM rupiah hanya menggunakan saldo menjadi:

memperhitungkan surat giro bank di Bank - 5 persen GWM utama berharga (SBI atau SUN) Indonesia

dipenuhi dengan saldo yang dimiliki bank. giro bank di Bank Indonesia

Pemenuhan GWM - 2,5 persen GWM sekunder diberikan masa sekunder dipenuhi transisi selama 1 tahun dengan SBI dan atau

atau paling lambat 1

132 LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam

membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Lukman Dendawijaya, Op.cit., hlm. 118.

133 Penyederhanaan perhitungan GWM rupiah, berlaku mulai 24 Oktober 2008 menjadi hanya dalam bentuk statutory reserves menjadi hanya 7,5 persen dari Dana Pihak Ketiga agar likuiditas

dalam sistem perbankan menjadi lebih memadai. Wahyu Daniel, “BI Keluarkan 5 Aturan Pelonggaran Likuid”, http://www.detikfinance.com/kanal/5/moneter diakses tanggal 20 Maret 2009.

SUN dan atau excess Oktober 2009. reserve

Dasar perhitungan DPK untuk pemenuhan GWM tidak mengalami perubahan.

Pemenuhan GWM valas Pemenuhan GWM valas menggunakan rekening menggunakan rekening giro valas pada Bank giro valas pada Bank Indonesia

Indonesia

Ketentuan PBI yang lama menyebutkan bahwa pemenuhan GWM rupiah terdiri dari 5 persen GWM utama ditambah dengan besaran DPK 0 – 3 persen dan level LDR 0–5 persen dimana pemenuhan GWM rupiah hanya menggunakan saldo giro bank di Bank Indonesia.

Ketentuan yang baru membuat penyederhanaan perhitungan dimana pemenuhan GWM rupiah sebesar 7,5 persen yang terdiri dari GWM primer dan GWM sekunder dimana pemenuhan GWM rupiah bukan hanya dengan saldo giro bank di Bank Indonesia tetapi juga dengan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan atau SUN (Surat Utang Negara) dan atau excess reserve.

Pemenuhan GWM valas dalam ketentuan PBI yang lama juga lebih besar, yaitu 3 persen, sedangkan dalam ketentuan PBI yang baru diturunkan menjadi hanya

1 persen. Kebijakan ini diharapkan dapat berpotensi menambah likuiditas perbankan dalam rupiah sekitar Rp 50 triliun dan dalam valas sebesar 721 juta dollar AS. Serta pemenuhan GWM sekunder diberikan masa transisi 1 tahun (paling lambat Oktober

2009) guna memberikan ruang bagi perbankan untuk melakukan penyesuaian terkait dengan aturan tersebut sehingga tidak memberikan tekanan di pasar uang. 134

Ad. 2. Dalam Hal Jasa Giro. Tabel 2: Pokok-Pokok Perubahan Dalam Hal Jasa Giro Ketentuan lama

Ketentuan baru

PBI No. 6/15/PBI/2004

keterangan PBI No. 7/29/PBI/2005

PBI No. 10/19/PBI/2008

PBI No. 10/25/PBI/2008

PBI No. 7/49/PBI/2005 Bank mendapat jasa giro Bank tidak mendapatkan Baik ketentuan lama atas bagian GWM yang jasa giro

ataupun baru tidak dikaitkan dengan besaran

memberikan jasa giro bagi DPK dan level LDR (bank

pemenuhan 5 persen dengan GWM efektif lebih

GWM

dari 5 persen)

Ketentuan yang lama menyebutkan bahwa bank mendapat jasa giro atas bagian GWM yang dikaitkan dengan besaran DPK dan level LDR (bank dengan GWM efektif lebih besar dari 5 persen). Ketentuan yang baru menyebutkan bahwa bank dengan tingkat DPK dan LDR efektif yang lebih besar dari 5 persen tidak mendapatkan jasa giro lagi. Namun baik dalam ketentuan yang lama dan ketentuan yang baru menyebutkan bahwa bank tidak mendapatkan jasa giro bila pemenuhan hanya 5 persen GWM.

134 Kompas.com., “BI: Pelonggaran Likuiditas Perbankan Antisipasi Gejolak Ekonomi”, http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/24/08421768/BI.Pelonggaran.Likuiditas.Perbankan.Antisip

asi.Gejolak.Ekonomi diakses tanggal 23 April 2009.

Ad. 3. Dalam Hal Pengenaan Sanksi. Tabel 3: Pokok-Pokok Perubahan Dalam Hal Pengenaan Sanksi Ketentuan lama

Ketentuan baru

PBI No. 6/15/PBI/2004

keterangan PBI No. 7/29/PBI/2005

PBI No. 10/19/PBI/2008

PBI No. 10/25/PBI/2008

PBI No. 7/49/PBI/2005 Sanksi dikenakan terhadap Sanksi dikenakan terhadap Sanksi pelanggaran GWM

kekurangan pemenuhan kekurangan pemenuhan utama dalam rupiah efektif GWM rupiah:

sejak 24 Oktober 2008. Kekurangan GWM rupiah Kekurangan GWM rupiah x 125 persen x suku bunga x 125 persen x suku bunga Sanksi pelanggaran GWM

GWM rupiah:

JIBOR 135 x hari kerja