Penerapan Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Mahkamah
2. Penerapan Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Mahkamah
Agung dalam Putusan Kasasi Nomor: 311 K Pdt.Sus2009 Dalam pertimbangan hukumnya, hakim berpendapat bahwa Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Semarang sudah benar dalam menerapkan pertimbangan hukum yang menyatakan bahwa pemutusan hubungan kerja antara PT. Abadi Jaya Manunggal dengan Suprayitno adalah pemutusan hubungan kerja secara sepihak.
Berdasarkan analisis peneliti mengenai putusan hakim pada Tingkat Kasasi yang menguatkan putusan pada Tingkat Pengadilan Hubungan Industrial 125G2008PHI.Smg . sudah tepat, tetapi dengan perbaikan amar putusan dan tidak bertujuan untuk melindungi pihak yang lemah dalam hal ini pekerjaburuh. Dalam hal ini Suprayitno mengajukan gugatannya untuk menuntut uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak serta uang tunjangan hari raya, ini sesuai menurut ketentuan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Menurut peneliti dengan menguatkan Putusan pada Tingkat I sudah cukup tepat dan tidak merugikan pihak Termohon Kasasi, dimana dalam hal pemutusan hubungan kerja karena sakit yang telah diatur dalam UU Ketenagakerjaan sangat jelas bahwa PT. Abadi Jaya Manunggal melanggar beberapa Pasal yang terdapat di dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan. Peneliti berpendapat mengenai Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Semarang Nomor 125G2008PHI.Smg sudah merupakan pertimbangan hukum yang tepat dan benar. Dalam hal Pertimbangan Hakim pada Tingkat I merupakan pertimbangan yang mendasarkan atas kebiasaan, dan keadilan. Peneliti melihat Menurut peneliti dengan menguatkan Putusan pada Tingkat I sudah cukup tepat dan tidak merugikan pihak Termohon Kasasi, dimana dalam hal pemutusan hubungan kerja karena sakit yang telah diatur dalam UU Ketenagakerjaan sangat jelas bahwa PT. Abadi Jaya Manunggal melanggar beberapa Pasal yang terdapat di dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan. Peneliti berpendapat mengenai Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Semarang Nomor 125G2008PHI.Smg sudah merupakan pertimbangan hukum yang tepat dan benar. Dalam hal Pertimbangan Hakim pada Tingkat I merupakan pertimbangan yang mendasarkan atas kebiasaan, dan keadilan. Peneliti melihat
a. Gaji pokok adalah adalah imbalan dasar (basic salary) yang dibayarkan kepada pekerja menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
b. Tunjangan tetap adalah pembayaran kepada pekerja yang dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran pekerja atau pencapaian prestasi kerja tertentu ( Pasal 94 UU No. 132003).
c. Tunjangan Tidak Tetap adalah pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pekerja yang diberikan secara tidak tetap dan dibayarkan menurut satuan.
Adanya unsur Upah berdasarkan Pasal 1 ayat 30 menyatakan bahwa, “Upah adalah hak pekerjaburuh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerjaburuh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerjaburuh dan keluarganya atas suatu pekerjaan danjasa yang telah atau akan dilakukan”. Dari Adanya unsur Upah berdasarkan Pasal 1 ayat 30 menyatakan bahwa, “Upah adalah hak pekerjaburuh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerjaburuh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerjaburuh dan keluarganya atas suatu pekerjaan danjasa yang telah atau akan dilakukan”. Dari
1. Hak Pekerja
2. Sebagai imbalan
3. Untuk pekerjaburuh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerjaburuh dan keluarganya atas suatu pekerjaan danjasa yang telah atau akan dilakukan
Menurut Peneliti, upah merupakan salah satu hak normatif buruh. Upah yang diterima oleh buruh merupakan bentuk “prestasi” dari pengusaha ketika buruh itu sendiri telah memberikan “prestasi” pula kepada pengusaha yakni suatu pekerjaan danjasa yang telah atau akan dilakukan.
Pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat kasasi yang menyatakan bahwa perbaikan amar putusan adalah pertimbangan hukum yang tepat. Menurut peneliti pemberian upah tersebut Besaran pembayaran upah bagi buruh yang mengalami sakit, ditentukan dalam pasal 93 ayat (3) pada UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mana menyebutkan bahwa, Upah yang dibayarkan kepada pekerjaburuh yang sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sebagai berikut:
a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100 dari upah
b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75 dari upah;
c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50 dari upah
d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25 dari upah sebelum pemutusan hubungan
kerja dilakukan oleh pengusaha.
Dari ketentuan yang termuat dalam kedua pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengusaha hanya dapat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), apabila buruh mengalami sakit bukan akibat kecelakaan kerja, secara terus- menerus melampaui 12 bulan. Akan tetapi, UU Ketenagakerjaan tidak menyebutkan secara khusus tentang hak atas kompensasi, berupa uang pesangon dan lainnya, bagi buruh jika di-PHK akibat sakit berkepanjangan tersebut.