Analisis Kasus

D. Analisis Kasus

1. Kasus

No. Perkara : 28 / Pdt.G/2003/ PN. DPS

Penggugat : Juli Christina (31 tahun), Kristen, Wiraswasta, Alamat; JL Buana Kubu Gg Asem XIV B/3 Dps.

Penggugat ; Bambang Santoso (28 tahun), Wiraswata, Alamat sama.

Selanjutnya disebul Penggugat I dan Penggugat II melawan;

Tergugat :

I Gusti Ayu- Suniti; Bidan pada Rumah Bersalin Ikatan Bidan Bali, Jl. Buana Kubu No; 51 Dps, selanjutnya disebut tergugat I

I Gusti Rai Widiasih : Pimpinan Runah Bersalin Ikatan Bali, Jl. Buana Kubu No. 51 Dps, selanjutnya disebut tergugat II

Ni Wayan Suri, SKm : Ketua Yayasan Buah Delima, Jl. Buana Kubu No. 51 Dps, selanjutnya disebut tergugat III

Kasus Posisi:

Bahwa Penggugat I dan 2 adalah suami istri. Dari hasil perkawinan tersebut penggugat I mulai mengandung anak pertama. Dari pemeriksaan di Rumah Bersalin Ikatan Bidan Bali tersebut, selalu dinyatakan kandungan penggugat I dalam keadaan normal dan kondisi bayi serta Ibu sehat- sehat, tidak ada kelainan apapun. Dari pemeriksaan itu juga diawasi oleh dokter Made Suyasa Jaya, Sp OG. Pada tanggal 11 Agustus 2002, jam 20.00 wita, perut penggugat I terasa sakit ( gejala mau melahirkan), kemudian diajak oleh penggugat II ke RB Ikatan Bidan Bali untuk melakukan persalinan.Dan pada jam 21.00 wita, Bidan I Gusti Ayu Suniti (tergugat I) mulai memeriksa kandungan penggugat 11, dan memberikan petunjuk kepada penggugat I mengenai cara bemafas saat mau melahirkan ; Tergugat I juga melakukan pemeriksaan detak jantung bayi dalam kandungan. Paca jam 21.30 wita terjadi kecelakaan lalu-lintas di depan RB tersebut, kemudian tergugat I keluar dari ruangan dan meninggalkan pengugat I dan I. Pada jam 22.15 wita, tergugat baru lagi ke kamar periksa. Selanjutnya tergugat I melakukan pemecahan ketuban penggugat I. Dan saat ketuban penggugat I telah dipecahkan. oleh tergugat I, seketika itu tergugat I tampak kaget, panik serta kebingungan. Setelah itu tergugat I langsung menyuruh penggugat II untuk membawa penggugat I ke RSUP Sanglah Dps. Atas furuhan tergugat I, penggugat II mengantar pengguggat I ke RSUP Sanglah Dps dengan mempergunakan kendaraan Mobil Bix milik penggugat II tanpa ditemani tergugat I. Pada jam 22.45 penggugat I dan II sampai di RSUP Sanglah, langsung dibawa ke IRD RSUP Sanglah Dps. Tergugat I tiba di RSUP Sanglah pada jam 22.55 dengan mengendarai mobil sendiri. Pada saat itu penggugat I sedang ditangani oleh tim medis RSUP Sanglah, dan tanggal 11 Agustus 2002 jam 23.10 wita, penggugat I melahirkan, namun bayi tersebut lahir dalam keadaan meninggal.

Bahwa sesuai dengan keterangan pihak RSUP Sangah tanggal 30 agustus 2002, penyebab kematian bayi adalah Prolaps Tali Pusat dan kematian sudah dalam kandungan. Karena akibat tidak seriusnya dan tidak hati-hatinya tergugat I di dalam menangani persalinan penggugat I, serta tidak lengkapnya sarana yang dimiliki oleh RB tersebut, sehingga dari perbuatan itu telah mengakibatkan meninggalnya bayi pertama dan satu-saturiya dari penggugat I dan penggugat II. Tergugat II adalah pimpinan dari Rumah Bersalin tersebut di atas, bertanggung jawab penuh atas aktifitas dari RB tersebut, mengawasi semua staf yang ada di rumah bersalin, termasuk terhadap tindakan yang dilakukan tergugat I. Bahwa tergugat III adalah pimpinan Yayasan Buah Delima yang memiliki Rumah beralin tersebut. Sebagai ketua yayasan, tergugat III bertanggung jawab pula terhadap keberadaan dari rumah bersalin, termasuk terhadap pimpinan rumah bersalin tersebut yaitu tergugat II.

Sesuai dengan UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan serta pasal 1365 dan pasal 136j6 KUH Perdata. Perbuatan Tergugat I, II, III adalah perbuatan melawan hukum, maka para penggugat berhak menuntut ganti rugi kepada tergugat I, II, III.

Adapun tuntutan ganti rugi dari penggugat yaitu:

- Ganti Rugi Materiil ; biaya pemeriksaan kandungan, susu untuk ibu, obat- obatan, biaya ambulan, sewa tempat, biaya pemakaman, biaya lain-lain. Kerugian materiil seluruhnya sebesar Rp. 23.035.000 ( dua puluh juta tiga pulu lima ribu rupiah).

- Ganti Rugi Moril ; sebesar Rp. 1.000.000.000 (satu miyar rupiah) mengingat betapa besar rasa duka, sedih kecewa akibat meninggalnya bayi pertama yang sangat di dambakan oleh penggugat.

Dalam perkara perdata/tentang gugatan ganti rugi;

1. mengabulkan gugatan para pengugat seluruhnya,

2. menyatakan sah dan berharaga sita jaminan dalam perkara ini,

3. menyatakan perbuatan para tergugat dalam perkara ini adalah sebagai perbuatan melawan hukum,

4. menghukum para tergugat secara tanggung renteng untuk membayar ganti kerugian kepada para pengguagt berupa kerugia materi sebesar 23.035.000 (dua puluh tiga juta tiga puluh lima ribu rupiah) yang harus dibayar secara seketika dan sekaligus,

5. menghukum para tergugat untuk membayar ganti rugi kepada penggugat secara tanggung renteng akibat kerugian moril yang dinilai dengan uang berjumlah 1.000.000.000 (satu miliyar rupiah) atau sejumlah yang dianggap pantas dan adil menurut hukum yang harus dibayar secara seketika dan sekaligus,

6. menghukum para tergugat membayar biaya perkara, atau mohon keputusan yang seadil-adilnya;

Putusan Hakim:

Dengan melihat bukti baik yang diajukan oleh para penggugat dan mendengarkan keterangan dari para saksi maupun dari keterangan para tergugat, serta dengan beberapa pertimbangan hakim akhimya Majelis hakim Pengadilan Negeri Denpasar memutuskan;

- menolak gugatan para penggugat seluruhnya,

- menghukum para penggugat untuk membayar biaya perkara yang berjumlah Rp 309.000,- (tiga ratus sembilan ribu rupiah);

Demikianlah dipiraiskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada hari; selasa 27 Mei 2003, oleh; I Wayan Sugawa, SH sebagai Ketua Majelis, I Gusti Lanang Dauh, SH dan Arifin,SH masing-masing sebagai hakim anggota berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Denpasar tanggal 06 Pebruari 2003 No. 28/ Pdt/ G/ 2003/ PN. Dps putusan mana diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umuin pada hari ini juga oleh Ketua Majelis dan hakim-hakim anggota tersebut dengan dibantu oleh Ni Ketut Sri Menawati, SH Panitera pengganti serta dihadiri pula oleh kuasa para penggugat dan para tergugat. Catatan : bahwa dari pihak para penggugat mengajukan banding.

2. Analisa Kasus

Dari Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No. 28/Pdt.G/2003/PN.Dps, yang menjadi perhatian penulis adalah mengenai Perlindungan Pasien sebagai konsumen Jasa Pelayanan Medis dari kasus di atas.

Dilihat dari ketentuan pasal 54 (2) UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan; penentuan ada tidaknya kesalahan atau sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan dan di dalam penjelasannya pasal tersebut maksud dari ayat (2) adalah untuk memberikan perlindungan yang seimbang dan obyektif baik kepada tenaga kesehatan maupun pihak penerima pelayanan kesehatan. Peitimbangan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian atas penerapan standar profesi dilakukan oleh suatu Majelis. Majelis ini tidak hanya terdiri dari tenaga kesehatan saja, tetapi juga tenaga bidang lain yang berkaitan seperti ahli hukum, ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli agama. Berdasarkan pasal 55 ayat (1) UU No.23 Tahun 1992 berbunyi; Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan, dalam penjelasan UU tersebut dimaksud pemberian hak atas ganti rugi merupakan suatu upaya untuk memberikan perlindungan kepada setiap orang atas suatu akibat yang timbul, baik fisik maupun non fisik karena kesalahan atau kelalaian tenaga kesehatan.

Dari kasus di atas, berdasarkan surat-surat bukti dan keterangan saksi penggugat I dan tergugat, bayi dari penggugat I dan II lahir di RS Sanglah dalam keadaan mati yang disebabkan oleh Prolaps Tali Pusar.

Penulis berpendapat, bahwa bidan (tergugat I) telah melakukan pertolongan dengan baik, dari pemeriksaan, maupun pemberian petunjuk saat mau melahirkan. Tetapi pada waktu ketub?n penggugat pecah, bidan langsung menyuruh penggugat II (suami penggugat I) untuk segera membawa penggugat I ke RS Sanglah. Pada saat penggugat II membawa penggugat I ke RS, bidan seharusnya mendampingi penggugat I langsung ke rumah sakit. Jika melihat kondisi dari penggugat I sudah mau melahirkan, seharusnya bidan ada dan menberikan petunjuk ataupun bantuan lain guna membantu memperingan penderitaan pasien.

BAB IV