Keadaan Alam

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif Kabupaten Sleman merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di wilayah paling utara. Luas wilayah Kabupaten Sleman yaitu 574,82 km 2 atau seluas 18% dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan ketinggian antara 100-2500 m dpl. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak antara110 o 13’00” sampai 110 o 33’00” Bujur Timur (BT) dan 7 o 34’51” sampai 7 o 47’03” Lintang Selatan (LS). Jarak terjauh utara- selatan wilayah Kabupaten Sleman adalah 32 km, sedangkan jarak terjauh timur-barat yaitu sejauh 35 km. Berdasarkan jalur lalu lintas antar daerah, kondisi wilayah Kabupaten Sleman dilewati jalur jalan negara yang merupakan jalur ekonomi yang menghubungkan Sleman dengan kota-kota pelabuhan utama (Semarang, Surabaya, dan Jakarta).

Secara administratif Kabupaten Sleman terbagi dalam 17 kecamatan dengan 86 desa dan 1.212 dusun. Kecamatan tersebut yaitu meliputi Moyudan, Minggir, Seyegan, Godean, Gamping, Mlati, Depok Berbah, Prambanan, Kalasan, Ngemplak, Ngaglik, Sleman, Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Adapun batas wilayah Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut : Sebelah Utara

: Kabupaten Boyolali

Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta Sebelah Barat

: Kabupaten Kulon Progodan Kabupaten Magelang Sebelah Timur

: Kabupaten Klaten

2. Topografi Daerah Secara umum gambaran dari hamparan wilayah Kabupaten Sleman adalah dataran rendah subur yang terletak di wilayah bagian selatan, sedangkan di bagian utara sebagian besar merupakan tanah kering yang berupa ladang dan pekarangan, serta memiliki permukaan yang agak

commit to user

miring ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi. Apabila dilihat bentang alamnya, wilayah Kabupaten Sleman ketinggian wilayahnya berkisar antara 100-2.500 m dpl. Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi empat kelas yaitu ketinggian < 100 m, 100-499 m, 500-999 m dan > 1000 m dari permukaan laut. Ketinggian < 100 m dpl seluas 6.203 Ha atau 10,79 % dari luas wilayah terdapat di Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean, Prambanan, Gamping dan Berbah. Ketinggian > 100- 499 m dari permukaan laut seluas 43.246 ha atau 75,32 % dari luas wilayah, terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian > 500 – 999 m dari permukaan laut meliputi luas 6.538 Ha atau 11,38 % dari luas wilayah, meliputi Kecamatan Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan. Ketinggian > 1000 m dari permukaan laut seluas 1.495 Ha atau 2,60 % dari luas wilayah meliputi Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan.

Kabupaten Sleman memiliki mata air sejumlah 54 buah yang tersebar di Kecamatan Cangkringan, Depok, Kaliurang, Mlati, Pakem, Seyegan, Sleman dan Kecamatan Turi. Dari 54 mata air tersebut, 21 mata air mempunyai debit musim penghujan lebih besar dari 10 l/dt. Mata air yang mempunyai debit musim penghujan terbesar adalah mata air Umbul Wadon dengan debit 170 l/dt. Namun pada musim kemarau, mata air yang mempunyai debit lebih besar dari 10 l/dt hanya 11 mata air. Mata air yang mempunyai debit terbesar di musim kemarau adalah mata air Jangkang dengan debit sebesar 29 l/dt. Kabupaten Sleman juga memiliki air tanah Merapi yang mengalir di bawah permukaan secara rembesan bergerak menuju daerah yang lebih rendah terpotong oleh topografi. Di Kabupaten Sleman terdapat empat jalur mata air (springbelt) yaitu jalur mata air Bebeng, jalur mata air Sleman-Cangkringan, jalur mata air Ngaglik dan jalur mata air Yogyakarta. Mata air ini telah banyak dimanfaatkan untuk sumber air bersih maupun irigasi.

Keadaan geografis di Kabupaten Sleman cocok untuk pengembangan sektor pertanian, mulai dari subsektor tanaman pangan maupun subsektor pertanian lainnya. Banyak komoditi tanaman pangan

commit to user

yang dibudidayakan di Kabupaten Sleman yang meliputi tanaman bahan pangan utama, sayur-sayuran dan buah-buahan. Di wilayah Kabupaten Sleman bagian utara yang merupakan daerah lereng Gunung Merapi merupakan wilayah yang banyak dibudidayakan tanaman salak pondoh. Tanaman salak pondoh tumbuh subur di wilayah tersebut karena kondisi geografis yang sangat mendukung sehingga salak pondoh menjadi buah khas Kabupaten Sleman.

3. Jenis Tanah Wilayah Kabupaten Sleman merupakan tanah endapan/aluvial yang merupakan lapukan dari batuan induk. Daerah lereng dan kaki gunung merupakan tanah endapan vulkanis. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batuan vulkanik, baik dari lava/batu yang yang telah membeku maupun dari abu vulkanik yang telah membeku. Contoh tanah vulkanik yaitu tanah tuff yang terbentuk dari abu gunung api, yang bersifat sangat subur karena mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah akan berpengaruh terhadap keragaman komoditi pertanian yang diusahakan. Suatu komoditi pertanian tertentu hanya dapat tumbuh dengan baik pada jenis dan kondisi tanah tertentu pula. Tanah endapan vulkanis yang mengandung zat hara tinggi ini sangat berpotensi digunakan untuk lahan pertanian. Oleh karena itu wilayah Kabupaten Sleman banyak menghasilkan komoditi pertanian, termasuk tanaman salak pondoh yang merupakan tanaman khas dari Kabupaten Sleman.

4. Keadaan Iklim Iklim merupakan faktor penting dalam pengelolaan usahatani. Keadaan iklim di suatu tempat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, suhu, ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan musim. Keadaan iklim Kabupaten Sleman termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun. Musim kemarau di Kabupaten Sleman biasanya pada bulan Mei sampai Oktober sedangkan musim hujan terjadi bulan November sampai April. Di Kabupaten Sleman rata-rata curah hujan per bulan adalah 512,3 mm dan hari hujan 17 hari perbulan.

commit to user

Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 658 mm dan terendah pada bulan Agustus yaitu 12 mm. Kecepatan angin maksimum 47 knots dan minimum 0 knots. Kelembaban nisbi udara tertinggi 97% dan terendah 41%, sementara temperatur udara tertinggi 24% dan yang terendah 21,8%.