Metode Analisa Data

E. Metode Analisa Data

1. Analisis Tipologi Daerah

Mengacu kepada modul PTKD, untuk menentukan tipologi satu kabupaten/kota dilakukan dengan membandingkan proporsi PDRB dan tenaga kerja kabupaten/kota dengan proporsi PDB dan tenaga kerja nasional di masing-masing sektor besar, yaitu pertanian, industri serta jasa. Sektor ekonomi yang berada disebaran kuadran I yang menunjukkan bahwa proporsi PDRB maupun daya serap tenaga kerjanya lebih besar dibandingkan proporsi nasional, dan sekaligus menunjukkan tipologi kabupaten/kota tersebut. Mengingat kemungkinan tidak adanya salah satu sektor besar yang dominan atau mutlak, maka diperlukan tambahan tipologi yaitu campuran. Dengan demikian tipologi kabupaten/kota menjadi empat buah.

Secara detail, langkah-langkah untuk menentukan tipologi suatu kabupaten/kota sesuai dengan modul PTKD adalah : Secara detail, langkah-langkah untuk menentukan tipologi suatu kabupaten/kota sesuai dengan modul PTKD adalah :

b. Menyiapkan proporsi PDB atas dasar harga berlaku dan proporsi jumlah tenaga kerja nasional menurut lapangan usaha sebagai dasar dalam penentuan titik koordinat.

c. Sebagai contoh, untuk menentukan tipologi pertanian, maka yang perlu diperhatikan adalah proporsi PDB/PDRB dan penyerapan tenaga kerja nasional maupun kabupaten/kota di sektor pertanian. Adapun caranya, yaitu :

1) Tentukan proporsi PDB dan proporsi tenaga kerja nasional, kemudian tarik garis lurus antara proporsi tenaga kerja dengan proporsi PDB nasional maka akan ditemukan titik koordinat/potong sebagai batas pengelompokan kuadran I, II,III dan IV.

Gambar 3.1

Kuadran dalam tipologi tenaga kerja

TK(%)

Kuadran

IV

Kuadran

II

Kuadran

Kuadran

III III

3) Sebaran dikuadran II menunjukkan proporsi PDRB lebih kecil dari nasional, sementara proporsi penyerapan tenaga keja lebih besar dari proporsi nasional.

4) Sebaran dikuadran III menunjukkan baik proporsi PDRB maupun proporsi penyerapan tenaga kerja lebih kecil dibandingkan proporsi nasional.

5) Sebaran di kuadran IV menunjukkan proporsi PDRB lebih besar dari pada nasional, sementara proporsi penyerapan tenaga kerja lebih kecil dari proporsi nasional.

d. Setelah patokan (titik koordinat/potong) untuk menentukan tipologi kabupaten/kota diketahui, kemudian tentukan proporsi PDRB maupun tenaga kerja di sektor pertanian untuk kabupaten/kota terpilih dan buatlah satu titik dengan menarik garis lurus antara proporsi PDRB dengan proporsi tenaga kerja di sektor pertanian.

e. Dari langkah d, maka akan diketahui tipologi dari kabupaten/kota

tersebut.

f. Untuk menentukan tipologi industri ataupun jasa, prosedurnya sama dengan menentukan tipologi pertanian (mulai dari langkah a hingga e).

untuk tipologi pertanian, industri maupun jasa, maka kabupaten/kota tersebut digolongkan bertipologi campur.

2. Metode Ekstrapolasi

Metode ini digunakan untuk menentukan penawaran tenaga kerja di Kabupaten Magetan dengan cara memperkirakan jumlah penduduk dan angkatan kerja di Kabupaten Magetan tahun 2011-2014. Adapun rumus tersebut (Simanjuntak, 1998:158) adalah :

P t =P o + (1 + r) t

Dimana : P t = jumlah penduduk /angkatan kerja di tahun t (suatu masa depan) P o = jumlah penduduk/angkatan kerja ditahun dasar r = angka pertumbuhan (dalam desimal) per tahun yang diasumsikan

konstan t = jarak waktu (tahun) dari P o ke P t.

3. Metode Simple E

Simple E adalah salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi. Aktivitas mulai dari persiapan data, spesifikasi model hingga proses simulasi dapat dilakukan secara otomatis dalam Software Excel.

Proyeksi kebutuhan tenaga kerja ini dilakukan dengan menggunakan metode regresi simultan dengan menggunakan model ekonometrik, simultan dan lag. Penyusunan model ini dimaksudkan Proyeksi kebutuhan tenaga kerja ini dilakukan dengan menggunakan metode regresi simultan dengan menggunakan model ekonometrik, simultan dan lag. Penyusunan model ini dimaksudkan

Simple E menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dalam melakukan pendugaan parameter. Setiap variabel time series ditulis dalam satu baris dan setiap pengamatan ditulis dalam satu kolom, sehingga program ini mampu menampung lebih dari 65.000 variabel atau model dan hampir 245 pengamatan.

a. Tahapan-Tahapan Proyeksi Kebutuhan Tenaga Kerja

Proyeksi dilakukan melalui tiga tahapan pokok, yakni melakukan terlebih dahulu prakiraan total PDRB berdasarkan asumsi total PDB Indonesia kemudian memperkirakan NTB kelompok lapangan usaha menurut tipologi kabupaten/kota terpilih dan tahapan terakhir adalah meramalkan kebutuhan tenaga kerja yang didasarkan pada nilai tambah kelompok lapangan usaha yang diperoleh dari tahap kedua.

Secara rinci, tiga tahapan pokok dalam melakukan proyeksi kebutuhan tenaga kerja adalah :

Untuk melakukan permodelan, digunakan data PDRB dan PDB yang dipublikasikan oleh BPS. PDRB diasumsikan merupakan fungsi dari PDB, sehingga dapat ditulis kedalam persamaan sebagai berikut :

PDRB = f (PDB)

Persamaan tersebut masih dapat diperluas dengan menggunakan variabel lain diluar PDB, termasuk PDRB itu sendiri. Model persamaan yang digunakan adalah yang paling fit, dalam arti telah mempertimbangkan variabel yang signifikan serta mempunyai hubungan yang kuat dengan PDRB atau prakiraan kesalahan yang kecil. PDB yang digunakan sebagai patokan dalam memperkirakan PDRB mengacu pada PDB yang telah digunakan dalam RTKN 2004-2009.

2) Prakiraan NTB Kelompok Lapangan Usaha

Sumber data yang digunakan selain data NTB dari sembilan lapangan usaha juga hasil perkiraan PDRB diatas. Selanjutnya, kesembilan lapangan usaha tersebut diagregasi menjadi tiga lapangan usaha yaitu pertanian, industri dan jasa. NTB kelompok lapangan usaha industri manufaktur dan jasa diasumsikan merupakan fungsi dari NTB sebelumnya, namun tidak menutup kemungkinan model dapat diperluas menggunakan PDRB hasil prakiraan PDRB digunakan untuk

NTB kelompok lapangan usaha pertanian merupakan selisih dari PDRB dengan nilai tambah kedua kelompok lapangan usaha tersebut. Adapun model dinyatakan dalam beberapa persamaan berikut :

a) NTB Lapangan Usaha Pertanian (Agriculture)

NTB a,t = PDRB – NTB m,t – NTB s,t

b) NTB Lapangan Usaha Industri (Industry/Manufacture)

NTB m,t = f(NTB m,t-1 )

c) NTB Lapangan Usaha Jasa (Service) NTB s,t = f(NTB s,t-1 ) Metode diatas digunakan untuk kabupaten/kota yang

bertipologi jasa. Sedangkan untuk kabupaten/kota yang bertipologi lain, NTB industri ditempatkan sebagai residual.

3) Proyeksi Kebutuhan Tenaga Kerja

Data yang digunakan dalam penyusunan model kebutuhan tenaga kerja juga berasal dari BPS, yakni statistik sosial dan kependudukan kabupaten Magetan hasil Susenas dan NTB. Jumlah tenaga kerja suatu sektor diasumsikan merupakan fungsi dari NTB dan jumlah tenaga kerja sebelumnya. (a) Tenaga Kerja Lapangan Usaha Pertanian (Agriculture)

L a,t = f(L a,t-1 , NTB a,t )

(Industry/Manufacture) L m,t = f(L m,t-1 , NTB m,t )

(c) Tenaga Kerja Lapangan Usaha Jasa (Service)

L s,t = f(L s,t-1 , NTBs ,t ) (d) Total Tenaga Kerja Lt = L a,t +L m,t +L s,t

Model diatas digunakan untuk semua tipologi kabupaten/kota, yaitu tipologi pertanian, industri, jasa dan campuran. Dalam prakteknya proses permodelan itu berlangsung secara berulang sampai diperoleh model yang dinilai paling sesuai.

4. Metode Geometri

Metode Geometris merupakan perbaikan dari metode Aritmatis. Metode geometri tidak mengasumsikan bahwa kenaikan absolute selalu sama dari tahun ke tahun. Metode ini mengasumsikan bahwa angka pertumbuhan tidak berubah dari tahun ke tahun. Asumsi metode ini seringkali lebih sesuai dengan kenyataan dibandingkan dengan asumsi metode Aritmatis. Adapun rumus Metode Geometris adalah sebagai berikut :

KK t = KK o (1+EKK) t

Dimana : KK t = kesempatan kerja di tahun t (suatu masa depan)

EKK = angka elastisitas kesempatan kerja yang diasumsikan konstan t = jarak waktu (tahun) dari KK o ke KK t.

5. Perkiraan Pengangguran

Pengangguran adalah masalah yang seringkali menghantui baik negara maju maupun negara berkembang. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi tidak hanya dapat mengganggu stabilitas keamanan, namun juga stabilitas politik dan juga ekonomi. Oleh karena itu, setiap pemerintah disemua negara selalu berusaha agar pengangguran terjadi berada pada tingkat yang wajar.

Perkiraan angka pengangguran dihitung secara sederhana sebagai selisih antara proyeksi angkatan kerja (sisi penawaran tenaga kerja) dan perkiraan jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh pertumbuhan ekonomi (sisi permintaan tenaga kerja) untuk tahun yang sama.