Originating difference, yaitu Laba Kena Pajak (LKP) akan berbeda sementara waktu dengan Laba Akuntansi Sebelum Pajak.

a. Originating difference, yaitu Laba Kena Pajak (LKP) akan berbeda sementara waktu dengan Laba Akuntansi Sebelum Pajak.

b. Reversing difference, yaitu kejadian yang menyebabkan originating difference akan membalik sendiri.

c. Income tax allocation issue, yaitu permasalahan yang timbul karena originating dan reversing difference.

3. Tujuan akuntansi PPh adalah:

a. Untuk mengakui jumlah pajak terutang atau yang dapat diterima kembali dalam tahun berjalan.

b. Untuk mengakui konsekuensi pajak di masa yang akan datang karena perbedaaan temporer, kerugian bersih operasi (net operating loss) dan kredit pajak yang tidak digunakan (unused tax credit).

Perbedaan Permanen

1. Timbul karena:

a. Ada syarat-syarat tertentu dari IRC yang membebaskan jenis penghasilan tertentu dari pengenaan pajak, atau pengurangan jenis biaya tertentu dan yang memperbolehkan pengurangan beban dari penghasilan menurut GAAP tidak dapat dibebankan.

b. Akibat kebijakan ekonomi pemerintah.

2. Jenis-jenis perbedaan permanen:

a. Pendapatan yang diakui untuk tujuan laporan akuntansi keuangan yang tidak pernah dikenakan pajak.

b. Beban yang diakui untuk tujuan laporan akuntansi keuangan yang tidak dapat dikurangkan untuk tujuan PPh.

c. Beban yang diakui dan dapat dikurangkan untuk tujuan PPh, tapi tidak diakui sebagai beban menurut GAAP. Perbedaan Temporer

1. Timbul karena:

a. Perbedaan periode akuntansi mengenai pengakuan penghasilan, beban, keuntungan, atau kerugian luar biasa.

b. Adanya syarat-syarat tertentu dari IRC yang membuat dasar yang berbeda untuk penyusutan, pengakuan kerugian atau keuntungan luar biasa.

c. Adanya taxable amount, yaitu: reversing dan originating difference menyebabkan laporan keuangan tahun berjalan < LASP tahun berjalan, sehingga LKP masa datang > LASP masa datang.

d. Adanya deductible amount, yaitu : reversing dan originating difference menyebabkan LKP tahun berjalan > LASP tahun berjalan, sehingga LKP masa datang < LASP masa datang.

e. APB Opinion No.11 tentang Timing, Difference, yaitu : penghasilan kena pajak atau keuntungan atau kerugian luar biasa atau beban yang dapat dikurangkan diakui dalam satu periode untuk tujuan laporan akuntansi keuangan, dan diakui dalam periode lainnya untuk tujuan laporan pelaporan perpajakan.

Perbedaan waktu meliputi:

a. LAK pada tahun berjalan > LKP tahun berjalan, disebabkan: ö Penghasilan atau keuntungannya sudah termasuk dalam LAK tetapi belum waktunya termasuk dalam LKP. ö Beban atau kerugian sudah dikurangkan dari LKP, tapi belum waktunya dikurangkan dari LASP.

b. LAK pada tahun berjalan < LKP tahun berjalan, disebabkan: ö Penghasilan atau keuntungannya sudah termasuk dalam LKP, tapi belum waktunya termasuk dalam LAK. ö Beban atau kerugian sudah dikurangkan dari LKP, tapi belum waktunya dikurangkan dari LAK.

2. SFAS No.96 an No.109 menjelaskan mengenai kejadian yang menciptakan perbedaan antara: dasar aktiva dan hutang Vs jumlah untuk laporan keuuangannya. Perbedaan Temporer Lainnya:

a. Pengurangan terhadap DPP depreciable aset karena adanya kredit pajak. Misalnya IRC mengizinkan wajib pajak untuk mengurangi dasar depresiasi aset sebesar ½ dari jumlah kredit investasi pajak (ITC), sehingga LKP > LASP sebesar jumlah pengurangan DPP.

b. ITC diakuntansikan dengan metode penangguhan. Perlakuan istimewa akuntansi ITC adalah untuk mengurangi cost aset yang berhubungan sebesar jumlah ITC. Jika metode ini digunakan, jumlah yang diterima atas pemulihan di masa depan atas cost aset yang telah dikurangi tersebut akan lebih kecil dari DPP atas aset tersebut. perbedaannya akan mengurangi pajak ketika aset telah dipulihkan.

c. LAP perusahaan asing yang menggunakan mata uang asing.

d. Penambahan DPP karena inflasi berdasarkan peraturan pajak. Jumlah yang diterima atas pemulihan aset di masa depan yang dicatat untuk tujuan akuntansi < DPP atas aset, dan perbeaannya akan mengurangi pajak.

e. Bisnis kombinasi yang dicatat dengan menggunakan metode pembelian.

Kerugian bersih dari operasi (NOL)

a. Perusahaan yang mengalami kerugian diperbolehkan mengkompensasikan kerugian periode sekarang kepada periode-periode yang lalu, biasanya selama 3 tahun (carry back). Kompensasi ke periode sebelumnya menghasilkan restitusi pajak dan dicatat alam laporan keungan sebagai pengurangan rugi tahun berjalan.

b. Diperbolehkan dikompensasi ke masa depan (carry forward) selama 15 tahun. kompensasi ke masa depan tidak boleh diakui sebagai keuntungan potensial pajak.

Conceptual Issues

1. Terjadi perbedaan dalam mencatat perbedaan antara LKP dengan LASP.

2. Terjadi perbedaan pendapat apakah alokasi pajak interperiod diterapkan secara keseluruhan atau sebagian saja untuk yang diharapkan akan pulih di masa datang. Alokasi Vs Nonalokasi Yang mendukung tidak perlu alokasi interperiod berpendapat bahwa beban pajak yang dilaporkan dalam laporan laba rugi untuk tujuan pajak dan tujuan pelaporan harus sama. Yang berkata tidak perlu adanya alokasi berpendapat:

1. Pajak pengahsilannya hanya berasal dari LKP.

2. PPh berbeda dengan beban lainnya, sehingga tidak relevan jika diperlakukan sebagai beban lain-lain. Beban dihubungkan dengan usaha menghasilkan pendapatan sedangkan PPh tidak menghasilkan pendapatan (no future benefit).

3. PPh dihitung atas keseluruhan LKP, tidak secara individual atas item-item pendapatan dan beban.

4. Alokasi interperiod menyembunyikan perbedaan ekonomi antara perusahaan yang menggunakan strategi pajak untuk mengurangi pembayaran pajak Vs yang tidak menggunakan.

5. Pelaporan beban pajak atau hutang pajak periode berjalan memperbaiki prediksi arus kas masa depan.

6. Alokasi PPh memerlukan ramalan tersembunyi profit masa depan.

7. Tidak terdapat kewajiban pada saat ini atas konsekuensi pajak potensial dari transaksi saat ini atau sebelumnya karena tidak ada kewajiban yang sah untuk membayar pajak sampai laporan pajak mendatang secara aktual disiapkan.

8. Pembukuan atau prosedur alokasi pajak antar periode terlalu mahal dibandingkan manfaatnya. Pendukung yang menyatakan perlu adanya alokasi berpendapat:

1. PPh hanya didasarkan atas transaksi atau kejadian yang telah terjadi yang terdapat dalam laba akuntansi.

2. PPh merupakan biaya dalam menjalankan perusahaan, sehingga diperlakukan sama dengan biaya yang lain (konsep akrual).

3. Perbedaan waktu pengakuan pendapatan atau beban menghasilkan perbedaan sementara yang akan pulih dengan sendirinya.

4. Alokasi pajak antar period membuat net income perusahaan memberikan ukuran yang lebih bermanfaat atas kemampuan menghasilkan laba dan menghindarkan penyimpangan laba periodik akibat peraturan pajak.

5. Tidak adanya alokasi menyebabkan kesulitan dalam perkiraan kas masa datang.

6. PPh yang ditangguhkan nantinya akan tetap dibayar.

7. Perbedaan sementara menghasilkan konsekuensi pajak di masa depan. Alokasi menyeluruh Vs parsial Alokasi menyeluruh:

Beban PPh yang dilaporkan alam periode akuntansi dipengaruhi oleh semua transaksi dan peristiwa dalam LASP pada perioe tersebut. Transaksi dan peristiwa yang membuat perbedaan sementara mempengaruhi arus kas pada periode akuntansi ketika perbedaan original dibalik. Alokasi parsial:

a. Beban PPh yang dilaporkan dalam periode akuntansi tidak dipengaruhi oleh perbedaan temporer yang tidak diharapkan dibalik, pada masa datang.

b. Perbedaan temporer yang seperti ini lebih bersifat permanen.