AKUNTANSI TINGKAT HARGA UMUM (GENERAL PRICE-LEVEL ACCOUNTING)

BAB XIII AKUNTANSI TINGKAT HARGA UMUM (GENERAL PRICE-LEVEL ACCOUNTING)

Akuntansi tingkat harga umum mencerminkan perubahan pada tingkat harga umum. Pada bab ini akan dianalisa ciri-ciri konseptual dan operasional dari informasi tingkat harga umum dan makna dari penyediaan informasi tersebut.

A. Pernyataan Kembali Tingkat Harga Umum dari Laporan Keuangan Kos Hitoris

Akuntansi kos historis mengasumsikan bahwa unit moneter stabil atau perubahan tidak material. Tetapi pada kenyataannya terjadi inflasi dan penurunan daya beli. Adanya hubungan terbalik yakni ketika terjadi kenaikan harga (inflasi) maka akan terjadi penurunan daya beli dan ketika terjadi penurunan harga (deflasi) maka akan meningkatkan daya beli. Karena akuntansi kos tidak mengakui perubahan daya beli uang maka neraca berisi aset dan utang yang berbeda-beda akibat tanggal yang berbeda-beda. Akuntansi tingkat harga umum mengoreksi keadaan ini.

Peubahan daya beli uang diukur dengan alat angka indeks. Indeks harga adalah rasio rata-rata sekelompok barang atau jasa pada tanggal tertentu dengan rata-rata sekelompok barang atau jasa pada tanggal teterntu lainnya, yang disebut dengan tahun dasar dengan indeks 100.

B. Penyesuaian Item-item Spesifik Akibat Perubahan Tingkat Harga Umum

1. Perlakuan Item-item Moneter

Penghitungan gain atau loss tingkat harga umum Akibat perubahan tingkat harga terjadi gain atau loss. Secara lebih spesifik, pada saat harga naik maka terjadi:

a. Lose daya beli dari aset moneter, diakui sebagai loss tingkat harga umum

b. Gain daya beli dari kewajiban moneter, diakui sebagai gain tingkat harga umum Selama periode penurunan harga-harga maka terjadi :

a. Gain daya beli dari aset moneter, diakui sebagai gain tingkat harga umum

b. Lose daya beli dari kewajiban moneter, diakui sebagai loss tingkat harga umum Gain atau loss tingkat harga umum dihitung dengan :

a. Menghitung posisi aset moneter neto pada awal periode.

b. Menyatakan kembali posisi aset moneter neto pada awal periode menurut daya beli uang pada akhir periode.

c. Menyatakan kembali seluruh penerimaan monete pada tahun tersebut dengan dasar suatu akhir tahun tersebut dengan dasar suatu akhir tahun tertentu dan tambahkan hasil yang diperoleh langkah 2

d. Menyatakan kembali seluruh pembayaran moneter pada tahun tersebut dengan dasar suatu akhir tertentu dan kurangkan dengan hasil dari langkah 3

e. Kurangi aset moneter neto aktual pada akhir periode dari perhitungan aset moneter neto pada akhir periode yang diperoleh dari langkah 4

Perlakuan gain atau loss tingkat harga umum Beberapa pendekatan yang diusulkan untuk gain tingkat harga umum dan loss tingkat harga umum antara lain:

a. Gain dan loss tingkat harga umum seharusnya termasuk dalam income kini

b. Hanya loss tingkat harga umum yang dimasukkan dalam income kini, sedangkan gain tingkat harga umum diperlakukan sebagai item modal

c. Baik gain maupun loss tingkat harga umum dimasukkan sebagai item modal

d. Baik gain maupun loss tingkat harga umum seharusnya termasuk dalam income kini, kecuali gain atau loss untuk utang jangka panjang

e. Semua gains dan losses tingkat harga umum seharusnya masuk dalam income kini , kecuali gain dan loss dari timbulnya item-item moneter dari pemegang saham

2. Perlakuan Item-item Nonmoneter dan Ekuitas Pemegang Saham

Item-item nonmoneter dinyatakan kembali menurut daya beli umum kini dengan menggandakan kos item yang dilaporkan pada laporan keuangan berbasis kos historis dengan faktor konversi berikut Indeks Tahun Kini / Indeks ketika item Nonmoneter Diperoleh Sedangkan pernyataan kembali ekuitas pemegang saham kecuali laba ditahan, serupa degan pernyataan kembali item-item nonmoneter . modal yang diinvestasikan mula-mula dikalikan faktor konversi sebagai berikut :

Indeks Tahun kini / Indeks Ketika Modal Diinvestasikan

C. Perbedaan Moneter-Nonmoneter

Pembedaan ini penting, karena item-item nonmoneter harus ditranslasikan ke nilai uang dengan daya beli yang sama pada akhie periode berjalan. Sebaliknya item-iten\m nonmoneter telah dinyatakan dalam nilai uang pada akhir periode berjalan dan gain dan lose daya beli sebagai hasil perubahan dalam tingkat harga umum.

Karena perubahan kondisi harga suatu item moneter menjadi tidak tetap secara permanen. Seperti item-item yang ditunjukkan sebagai berikut :

1. Saham-saham istimewa diklasifikasikan sebagai item-item nonmoneter

2. pajak-pajak tangguhan (deffered income taxes) diklasifikasikan sebagai item-item nonmoneter

3. mata uang asing yang dipegang, diklaim sebagai mata uang asing dan utang obligasi dalam mata uang asing diinterprestasikan sebagai item moneter maupun nonmoneter

4. utang jangka panjang dalam mata uang asing juga dapat diinterprestasikan sebagai aktiva moneter dan nonmoneter

5. utang yang dapat dikonversi dianggap mempunyai karakteristik moneter dan nonmoneter

D. Indeks-indeks Tingkat Harga

Indeks tingkat harga membandingkan perubahan harga umum atau khusus pada satu peiode dengan periode lainnya. Suatu indeks tingkat harga umum dapat didefinisi sebagai suatu serial pengukuran hubungan antara rata-rata harga sekelompok barang dan jasa pada suatu rangkaian tanggal dengan rata-rata harga sekelompok barang dan jasa serupa pada suatu tanggal tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam prosentase.

1. Rumus Indeks

a. Rumus Laspeyres

b. Rumus Paasche

c. Rumus terbobot tetap

d. Rumus Fischer

Dimana , p = harga komoditas atau jasa q = kuantitas komoditas atau jasa p 0 q

0 = harga dan kuantitas komoditas pada periode dasar p n q n = harga dan kuantitas komoditas pada periode berjalan

a = harga dan kuantitas komoditas pada beberapa rata-rata periode

2. Pemilihan Indeks Tingkat Harga Umum

Akuntansi tingkat harga umum menggunakan suatu faktor konversi yang didasarkan pada perubahan tingkat harga umum untuk mengubah uang pada suatu tanggal menjadi jumlah uang yang mempunyai daya beli sama pada tanggal yang lain. Konsep daya beli umum menyatakan penggunaan suatu indeks tingkat harga umum. Indeks tersebut antara lain :

a. Indeks Harga Konsumen

b. Indeks Harga Pedagang Pesar

c. Indeks Kos-Konstruksi Gabungan

d. Deflator Harga Implisit PNB Dua indeks yang paling sering digunakan adalah indeks harga konsumen dan deflator harga implisit.

E. Evaluasi Akuntansi Tingkat Harga Umum

Kontroversi mengenai relevansi akuntansi tingkat harga umum terus berlanjut. Beberapa alasan yang mendukung dan menolak akan disajikan sebagai berikut :

1. Alasan Yang mendukung Akuntansi Tingkat harga Umum

• Pertama, laporan keuangan yang tidak disesuaikan dengan perubahan tingkat harga umum, akan terdiri dari berbagai jenis aset dan klaim, yang disajikan dalam nilai uang dengan daya beli yang berbeda.

• Kedua, akuntansi kos historis konvensional tidak mengukur income secara memadai akibat penandingan nilai uang dari besar (size) yang berbeda pada laporan laba rugi.

• Ketiga, akuntansi tingkat harga umum relatif mudah untuk diterapkan. Akuntansi ini hanya menggunakan “rubber dollar” dengan “dated dollar”.

• Keempat, akuntansi tingkat harga umum memberikan informasi yang relevan untuk digunakan bagi manajemen dan untuk dievaluasi.

• Kelima , akuntansi tingkat harga umum menunjukkan dampak inflasi umum pada profit dan

memberikan tingkat kembalian investasi yang lebih realistis.

2. Alasan Yang Menolak Akuntansi Tingkat harga Umum

• Pertama, sebagian besar studi-studi empiris menunujukkan bahwa relevansi informasi tingkat harga umum itu lemah atau tidak berterima.

• Kedua, perubahan tingkat harga umum hanya menjelaskan perubahan pada tingkat harga umum dan tidak menjelaskan perubahan pada tingkat harga spesifik

• Ketiga, dampak inflasi akan berbeda bagi setiap perusahaan •

Keempat, kos untuk menerapkan akuntansi tingkat harga umum melebihi keuntungannya •

Kelima, beberapa masalah teknis yang menghadang antara lain :

a. Masalah pemilihan indeks tingkat harga umum yang memadai

b. Masalah kebutuhan aset-aset dan kewajiban yang diidentifikasikan sebagai item-item moneter dan nonmoneter.

c. Masalah penerapan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku dalam akuntansi konvensional.