HASIL DAN PEMBAHASAN

SK SK SK SK SK SK SK SK SK SK SK SK SK SK SK SK SK

KKK

SK SK SK

KKKK

SK SK SK

KKKK

KKKK

SK SK

KKKKKK

SK

KKKK

KK

AK

KKKKKK

AK

KKK

AK AK AK AK

AK AK AK

KKK

AK AK AK AK

KK

AK AK AK AK AK

AK AK KONTROL

TA 5 SK

SK

K Ket : SK = Sangat Kasar K = Kasar AK = Agak Kasar

Dari Tabel 8 terlihat bahwa penguraian serat kayu pada tiap masa inkubasi adalah tidak sama. Pada masa inkubasi 5 hari semua perlakuan menunjukkan penguraian serat kayu yang masih sangat kasar. Pada masa inkubasi 10 hari semua perlakuan juga menunjukkan penguraian serat kayu yang masih sangat kasar. Pada masa inkubasi 15 hari tingkat penguraian sudah berbeda dimana ada sebagian perlakuan yang menunjukkan penguraian serat kayu menjadi kasar. Pada masa inkubasi 20 hari hampir sama dengan masa inkubasi 15 hari. Pada masa inkubasi 25 hari menunjukkan peningkatan penguraian serat dimana ada sebagian perlakuan yang menunjukkan penguraian serat menjadi agak kasar. Pada masa inkubasi 30 hari hampir sama dengan masa inkubasi 25 hari.

VI. Warna Kayu

Dari hasil uji potensi kuantitatif diambil isolat untuk diuji potensinya merubah warna kayu. Hasil dari perubahan warna kayu terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Perubahan Warna Kayu dari Berbagai Mikroorganisme

Selulolitik yang Diisolasi dari Kayu dan Tanah Gambut.

Kode

Warna Kayu

SUKJ 2 CM

SUKJ 5 CM

MUKJ 1 CM

CT CT SAGJ 1

MUKJ 9 CM

CT CT SAGJ 2

CT CK MAGJ 1

MAGJ 2 CM

SUKA 3 CM

CM

CT

CT

CK CK

SUKB 2 CM

SAGB 1 CM

CK CK KONTROL

CT CT Ket : CM = Coklat Muda CT = Coklat Tua

CK = Coklat Kehitaman

Dari Tabel 9 terlihat bahwa perubahan warna kayu pada tiap masa inkubasi adalah tidak sama. Pada masa inkubasi 5 hari semua perlakuan menunjukkan warna coklat muda. Pada masa inkubasi 10 hari semua perlakuan juga menunjukkan warna coklat muda. Pada masa inkubasi 15 hari semua perlakuan menunjukkan warna coklat muda. Pada masa inkubasi 20 hari semua perlakuan menunjukkan warna coklat muda. Pada masa inkubasi 25 hari ada beberapa perlakuan yang sudah menunjukkan warna coklat kehitaman. Pada masa inkubasi 30 hari juga ada beberapa perlakuan yang berwarna coklat tua berubah menjadi coklat kehitaman.

VII. Bau Kayu

Dari hasil uji potensi kuantitatif diambil isolat untuk diuji potensinya merubah bau kayu. Hasil dari perubahan bau kayu terlihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Perubahan Bau Kayu dari Berbagai Mikroorganisme

Selulolitik yang Diisolasi dari Kayu dan Tanah Gambut.

Kode

Bau Kayu

SUKJ 1 TB

TB TB SUKJ 2 TB

B TB

TB

TB TB SUKJ 5 TB

B TB

TB

TB TB MUKJ 1 TB

B TB

TB

TB TB MUKJ 9 TB

B TB

TB

TB TB SAGJ 1

B TB

TB

TB

B TB

TB

TB TB

TB TB MAGJ 1

SAGJ 2 TB

TB TB MAGJ 2 TB

B TB

TB

TB TB SUKA 3 TB

B TB

TB

TB TB SUKB 1

B TB

TB

TB TB SUKB 2 TB

TB TB SAGB 1 TB

TB TB KONTROL

TB TB Ket : TB = Tidak Bau

Dari Tabel 10 terlihat bahwa perubahan bau kayu pada tiap masa inkubasi adalah sama. Pada masa inkubasi 5 hari semua perlakuan tidak mengeluarkan bau. Pada masa inkubasi 10 hari semua perlakuan mengeluarkan bau. Pada masa 15,

20, 25 dan 30 hari semua perlakuan tidak mengeluarkan bau.

Pembahasan

I. Isolasi Mikroorganisme Selulolitik

Dari sampel kayu dan tanah gambut yang diuji, ditemukan mikroorganisme selulolitik sebanyak 33 isolat yaitu 26 isolat dari kayu ( 19 jamur,

3 aktinomicetes, 4 bakteri) dan 7 isolat dari tanah gambut ( 4 jamur, 1 aktinomicetes, 2 bakteri). Sutedjo dkk (1996) menyatakan bahwa proses mineralisasi dilakukan oleh berbagai mikroorganisme tanah (bakteri, cendawan, aktinomicetes). Perubahan secara fisik maupun kimiawi yang sederhana oleh mikroorganisme tanah tadi disebut proses dekomposisi (pembusukan/pelapukan) atau kadang-kadang disebut mineralisasi. Proses dekomposisi hasilnya sangat membantu tersedianya zat-zat yang merupakan hara bagi tanaman.

Jumlah isolat jamur yang ditemukan lebih banyak daripada bakteri dan aktinomicetes . Hal ini disebabkan pengaruh faktor lingkungan, kadar air, aerasi, pH, suhu dan lain-lain. Menurut Sutedjo (1996) cendawan atau jamur berkembang dalam tingkatan reaksi yang lebih luas yaitu pada pH 3,0-9,5 sedangkan bakteri berkembang pada pH 5,0-6,0 dan aktinomicetes berkembang pada pH 5,5-9,5.

II. Uji Potensi Mikroorganisme Selulolitik

1. Uji Potensi Pada Media Cair Selulosa Agar

a. Kualitatif

Dari hasil uji potensi secara kualitatif yang dilakukan dengan selulosa agar+CMC berdasarkan pembentukan gula reduksi secara kualitatif ditemukan bahwa semua isolat menunjukkan hasil positif atau menghasilkan gula reduksi. Dari hasil seleksi tersebut didapat 11 isolat yang berpotensi atau sangat banyak (+++) menghasilkan gula reduksi sedangkan yang lainnya menghasilkan gula

reduksi yang sedikit. Mikroorganisme yang menghasilkan gula reduksi disebabkan karena terjadinya pemecahan enzimatik selulosa yang sempurna sedangkan yang sedikit menghasilkan gula reduksi disebabkan karena isolat tersebut tidak terjadi pemecahan enzimatik selulosa yang sempurna dimana salah satunya tahapan enzim- enzim selulase terputus atau tidak menghasilkan enzim β glocosidase yang berperan penting dalam pemecahan rantai sellubiose menjadi glukosa. Isolat-isolat tersebut diperkirakan memecah selulosa bahan CMC hanya sampai pada tahap menghasilkan rantai-rantai pendek celobiose saja, yang bukan gula pereduksi. Hal ini didukung oleh pendapat Schuller (1980 dalam Cahyono danBachruddin, 1995) bahwa dalam proses perombakan secara enzimatis terjadi dengan adanya enzim selulase sebagai bahan perombak yang mempunyai sifat spesifik untuk menghidrolisis ikatan β (1,4)-glikosidik dari rantai selulosa dan derivatnya.

b. Kuantitatif

Pemberian isolat uji pada media Selulosa Agar setelah beberapa hari inkubasi yang ditentukan ditemukan bahwa sebagian besar isolat menghasilkan gula reduksi yang lebih besar dari kontrol yang dianggap mampu dan berpotensi, sebaliknya isolat-isolat yang menghasilkan gula reduksi lebih rendah tidak mampu dalam mendegradasi kayu. Rendahnya kadar gula reduksi yang dihasilkan oleh beberapa isolat uji ini, karena bahan selulosa bersifat kristalin sehingga sulit untuk diuraikan, disamping itu isolat-isolat tersebut tidak mmenghasilkan glukosa yang merupakan gula pereduksi sebagai hasil akhir dari degradasi selulosa.

Pada masa inkubasi 7 hari isolat telah menunjukkan gula reduksi yang lebih besar dari kontrol, hal ini disebabkan karena sel-sel isolat tersebut Pada masa inkubasi 7 hari isolat telah menunjukkan gula reduksi yang lebih besar dari kontrol, hal ini disebabkan karena sel-sel isolat tersebut

Pada masa inkubasi 14 hari, isolat menunjukkan peningkatan gula reduksi. Isolat-isolat yang menunjukkan peningkatan gula reduksi disebabkan karena sel- sel isolate memasuki pertumbuhan yang konstan. Hal tersebut yang disebabkan karena isolate-isolat tersebut memiliki sel-sel yang telah aktif membelah dan menyesuaikan diri terhadap kondisi pertumbuhan yang baru.

Dari semua inkubasi yang dilakukan tampak bahwa isolate-isolat jamur menghasilkan gula reduksi yang rata-rata lebih besar dari isolate bakteri dan aktinomicetes. Hal ini dapat disebabkan karena system enzim selulase pada jamur tidak sama dengan bakteri. Sistem enzim selulase pada jamur merupakan system enzim ekstra seluler yang terbentuk secara genetic, sedang pada bakteri merupakan system enzim periplamik yang terbentuk jika terdapat selulosa, sehingga aktivitas selulolitik dari isolate-isolat jamur lebih tinggi dari isolat bakteri.

III. Uji Potensi Pada Media Kayu

Inkubasi isolat-isolat diuji pada kayu yaitu dengan proses penguraian selama masa inkubasi yang telah ditentukan menunjukkan adanya penurunan C/N kayu yang nyata. Hal ini dikarenakan pemecahan polimer anhidroglukosa menjadi molekul sederhana yang menghasilkan oligosakarida, disakarida maupun monomer glukosa atau produk degradasi asam-asam organik ataupun alkohol atau terjadinya pemecahan rantai-rantai karbon dan senyawa-senyawa sederhana yang Inkubasi isolat-isolat diuji pada kayu yaitu dengan proses penguraian selama masa inkubasi yang telah ditentukan menunjukkan adanya penurunan C/N kayu yang nyata. Hal ini dikarenakan pemecahan polimer anhidroglukosa menjadi molekul sederhana yang menghasilkan oligosakarida, disakarida maupun monomer glukosa atau produk degradasi asam-asam organik ataupun alkohol atau terjadinya pemecahan rantai-rantai karbon dan senyawa-senyawa sederhana yang

Pada masa inkubasi 5 hari, nilai ratio C/N kayu yang diinokulasikan dengan isolat-isolat uji menunjukkan adanya penurunan dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena kecepatan atau tingkat aktivitas metabolisme selulosa masing-masing isolat tidak sama. Kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya yaitu faktor lingkungan, kondisi bahan metabolisme atau organisme itu sendiri. Menurut Team Redaksi Trubus ( 1981) proses pengomposan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti ukuran bahan, kadar air, aerasi, pH, suhu dan perbandingan C dengan N.

Pada masa inkubasi 10 hari menunjukkan peningkatan C/N dari inkubasi 5 hari. Hal ini disebabkan karena kelembaban kompos yang lebih dari 60 % sehingga terjadi proses denitrifikasi. Karena itu kadar N kompos menurun dan menyebabkan ratio C/N kayu 10 hari masa inkubasi lebih tinggi dari ratio C/N kayu 5 hari masa inkubasi.

Pada masa inkubasi 15 hari isolat uji menunjukkan penurunan C/N yang sangat nyata dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena pada hari ke

15 aktivitas mikroorganisme telah berjalan sempurna sehingga menunjukkan penurunan C/N yang sangat nyata. Hal ini berarti mengindikasikan tingkat dekomposisi kayu sudah sempurna. Berarti dalam hal ini kadar C organik kayu tersebut rendah dan N total kayu tinggi sehingga ratio C/N rendah. Hal ini didukung oleh literatur Lay dan Hastowo (1992) yang menyatakan bahwa dekomposisi selulosa dapat ditentukan berdasarkan perubahan nilai ratio C/N. Bahan organik tanaman segar pada umumnya memiliki nilai ratio C/N tinggi dan sebaliknya menjadi rendah setelah mengalami dekomposisi. Perubahan nilai ratio C/N suatu bahan organik dapat disebabkan karena adanya penurunan karbon (C) dan peningkatan kadar nitrogen (N).

Pada masa inkubasi 20 hari isolat uji menunjukkan penurunan C/N yang sangat nyata dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena pada hari ke

20 aktivitas mikroorganisme masih berjalan sempurna sehingga menunjukkan penurunan C/N yang sangat nyata. Pada masa inkubasi 25 dan 30 hari isolat uji masih menunjukkan penurunan C/N yang sangat nyata dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena pada hari ke 25 dan 30 aktivitas mikroorganisme masih berjalan sempurna sehingga menunjukkan penurunan C/N yang sangat nyata.

IV. Bobot Kayu

Pada masa inkubasi 5 hari dekomposisi kayu menghasilkan bobot kayu yang lebih besar dari awal pengomposan. Hal ini dikarenakan mikroorganisme masih pada fase penyesuaian diri dan penambahan air mengakibatkan bobot kompos lebih berat.

Pada masa inkubasi 10 hari dekomposisi kayu menghasilkan bobot kayu yang lebih kecil dari masa inkubasi 5 hari. Hal ini disebabkan mikroorganisme mulai beraktivitas tetapi masih dalam fase penyesuain diri. Hal ini terlihat dari bobot kayu pada masa inkubasi 5 hari yang tidak jauh berbeda dengan bobot kayu pada masa inkubasi 10 hari.

Pada masa inkubasi 15, 20, 25 dan 30 hari dekomposisi kayu menghasilkan bobot kayu yang lebih kecil dari hari sebelumnya pada masing- masing masa inkubasi. Hal ini menunjukkan aktivitas mikroorganisme sudah berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan literatur Murbandono (2006) yang menyatakan bahwa akibat perubahan hayati yang dilakukan oleh jasad-jasad renik adalah berat dan isi bahan kompos menjadi sangat berkurang.

V. Serat Kayu

Pada masa inkubasi 5 dan 10 hari dekomposisi kayu menunjukkan proses dekomposisi belum berjalan sempurna. Hal ini terlihat dari serat-serat kayu yang ukurannya masih sama dengan ukuran kayu pada awal dekomposisi.

Pada masa inkubasi 15 hari dekomposisi kayu menunjukkan tingkat aktivitas mikroorganisme yang berbeda. Hal ini terlihat dari bentuk serat-serat kayu yang sangat kasar atau masih seperti ukuran semula menjadi kasar.

Pada masa inkubasi 20 hari dekomposisi kayu menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan masa inkubasi 15 hari. Namun pada masa inkubasi 20 hari ini sampel yang berserat kasar semakin banyak dari masa inkubasi sebelumnya.

Pada masa inkubasi 25 hari dekomposisi kayu menunjukkan bahwa pada masa inkubasi ini ada beberapa sampel yang seratnya menjadi agak kasar. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mikroorganisme semakin tinggi.

Pada masa inkubasi 30 hari dekomposisi kayu menunjukkan hasil bahwa sampel yang berserat agak kasar semakin banyak. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mikroorganisme itu berbeda-beda pada setiap masa inkubasi. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil pada masa inkubasi 30 hari masa inkubasi

VI. Warna Kayu

Pada masa inkubasi 5 hari dekomposisi kayu menghasilkan warna yang sama pada tahap awal dekomposisi yaitu berwarna coklat muda. Hal ini disebabkan karena mikroorganisme masih dalam fase penyesuaian diri. Hal ini sesuai dengan literatur Lay dan Hastowo (1992) yang menyatakan bahwa suatu mikroorganisme yang dikultivasikan dalam suatu substrat akan mengalami bebrapa tahap pertumbuhan yaitu fase penyesuaian diri, fase logaritmik, fase stasioner dan fase kematian.

Pada masa inkubasi 10 hari dekomposisi kayu masih menghasilkan warna yang sama pada tahap dekomposisi 5 hari. Hal ini menunjukkan bahwa mikroorganisme masih dalam fase penyesuaian diri.

Pada masa inkubasi 15 dan 20 hari dekomposisi kayu menghasilkan warna yang sudah berbeda yaitu coklat tua. Hal ini menunjukkan aktivitas mikroorganisme mulai meningkat dari hari-hari sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh faktor air yang tidak lebih dari 60%. Hal ini sesuai dengan literatur Murbandono (2006) yang menyatakan bahwa penguraian bahan organic Pada masa inkubasi 15 dan 20 hari dekomposisi kayu menghasilkan warna yang sudah berbeda yaitu coklat tua. Hal ini menunjukkan aktivitas mikroorganisme mulai meningkat dari hari-hari sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh faktor air yang tidak lebih dari 60%. Hal ini sesuai dengan literatur Murbandono (2006) yang menyatakan bahwa penguraian bahan organic

Pada masa inkubasi 25 hari dekomposisi kayu menghasilkan warna yang berbeda antara sampel. Hal ini disebabkan karena aktivitas mikroorganisme berbeda-beda. Pada masa inkubasi ini sudah ada isolat yang menunjukkan aktivitasnya yang tinggi dari pada isolat yang lainnya. Hal ini terlihat dari perubahan warna coklat tua menjadi coklat kehitaman.

Pada masa inkubasi 30 hari dekomposisi kayu menghasilkan warna yang berbeda antara sampel. Pada masa inkubasi ini telah banyak isolat yang menunjukkan aktivitas yang tinggi. Hal ini terlihat pada warna kayu yang coklat kehitaman. Semakin lama masa pengomposan maka warna dari bahan kompos akan berubah menjadi kehitaman. Hal ini sesuai dengan literatur Yuwono (2006) bahwa hasil akhir dari pengomposan adalah seperti tanah berwarna hitam kecoklatan dan gembur.

VII. Bau Kayu

Pada masa inkubasi 5 hari dekomposisi kayu tidak mengeluarkan bau atau tidak berbau. Hal ini sesuai dengan literatur Yuwono (2006) yang menyatakan bahwa pengomposan aerobik memang tidak mengeluarkan bau.

Pada masa inkubasi 10 hari dekomposisi kayu mengeluarkan bau. Hal ini dikarenakan kelembaban bahan kompos mencapai lebih dari 60%. Hal ini menyebabkan keadaan menjadi anaerobik. Menurut Yuwono (2006) bahwa pengomposan secara aerobik menghasilkan gas ammonia, gas nitrogen, dan gas metan.

Pada masa inkubasi 15, 20, 25 dan 30 hari dekomposisi kayu kembali tidak mengeluarkan bau karena keadaan kompos sudah kembali menjadi aerobik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada kayu dan tanah gambut terdapat mikroorganisme selulolitik. Dari hasil

isolasi mikroorganisme selulolitik pada kayu diperoleh 19 isolat jamur, 4 isolat bakteri dan 3 isolat aktinomicetes sedangkan pada tanah gambut diperoleh 4 isolat jamur, 2 isolat bakteri dan 1 isolat aktinomicetes.

2. Dari hasil uji potensi mikroorganisme selulolitik secara kualitatif berbagai isolat mikroorganisme selulolitik yang diisolasi dari kayu diperoleh isolat

yang berpotensi adalah SUKJ I 1, SUKJ I 2 , SUKJ I 11 , MUKJ I 5 , MUKJ I 6 ,

SAGJ I 2 , SUKB I 3 , SAGB I 1 , H 34, PH 12 , H 27.

3. Dari hasil uji potensi secara kuantitatif berbagai isolat mikroorganisme selulolitik yang diisolasi dari kayu dan tanah gambut yang menghasilkan gula reduksi tertinggi secara nyata adalah PH 12 pada masa inkubasi 14 hari.

4. Dari hasil uji potensi pada media kayu yang paling berpotensi menurunkan C/N dan menurunkan bobot kayu secara nyata adalah SUKJ I 5 pada setiap hari pengamatan.

Saran

Perlu dilakukan uji potensi mikroorganisme selulolitik dalam jangka waktu yang lebih lama untuk mendekomposisikan kayu.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. 2005. Meningkatkan Kualitas Infrastruktur Bidang Pemukiman Melalui Pengembangan Teknologi Tepat

Guna.http://www.pu.go.id/public/produk/Seminar/Kolokium2005/Kolokiu m20050pdf#Search=jamur%20pelapuk%20kayu.

Anonim. 2002. Gejala Pelapukan Untuk Proses Industri.

http://www.Kompas.com/ Kompas-cetak/0509/15/humaniora/2051536.htm.

Aaronson, S. 1970. Experimental Microbial Ecology. Academic Press, New York San Fransisco, London.

Azhari. 2000. Pengaruh Penggunan Mikroorganisme Selulolitik Terhadap

PengomposanTandan Kosong Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Blanchard, R. O and T. A Thompson, 2006. Selective Isolation of

Basidiomycetes In Felled Wood and Contiguous Soil. Plant Biology, University of New Hampshire, Durham, NH, USA.http://www.bssp.org. Uk/icpp98/3.7/10.html.

Cahyono, W.W dan Z. Bacharuddin. 1995. Pengaruh Pakan Serat Kasar dari

Jerami Padi Terhadap Aktivitas Enzim Selulase dan Hemiselulase Cairan Rumen

Ternak Ruminansia. Berkala Penelitian Pasca Sarjana UGM Vol. 8 Yogyakarta.

Djuarnani, N., Kristian dan B. S. Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta

Dwijoseputro. D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.

Heddy, S., W. H. Sutanto dan M. Kurniati. 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Pangan Pasca Panen. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Lay. B. W dan S. Sastowo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Press. Jakarta

Magdalena, M. 2003. Alam Menginspirasi Teknologi Ramah Lingkungan.http:// www.sinarharapan.co.id/berita/0509/19/iptol/html .

Moat, A. G., and J. W. Foster. 1988. Microbial Physiology. Second Edition. Jhon Wiley & Son Inc. New York.

Murbandono, L. 2006. membuat Kompos> Penebar Swadaya. Jakarta. Norkrans, B. 1967. Cellulose and Cellulolysis. Advance in Applied Microbiology

Vol. 9. Academic Press. New York.

Rao, S. 1982. Biofertilizer In Agriculture. Oxford and IBM Publishing Co. New

Delhi. Bombay. Calcutta.

. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Salle, A. J. 1984. Fundamental Principless of Bacteriology. Tata Mac Graw-Hill Publishing Company Ltd. New Delhi.

Schlegel, H. G dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi Ke Enam. UGM

Press. Yogyakarta.

Susanti, U. 2005. Isolasi dan Uji Potensi Mikroorganisme Selulolitik Dalam

Dekomposisi Sisa Tanaman Tembakau Deli PTPN II Kebun Sampali Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. USU Medan.

Sutedjo, M. M., A. G. Kartasapoetra, dan R. D. S. Sastroatmodjo. 1996. Mikrobiologi

Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.

Team Redaksi Trubus. 1981. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yuwono, D. 2006. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lampiran 1. Gula Reduksi Media Selulosa Cair Beberapa Isolat Uji Pada Pengamatan 7 Hari Setelah Inkubasi Kode Isolat

Ulangan

Total Rataan

I II

SUKJ 1 20 17 37 18,5 SUKJ 2 19 18 37 18,5

3,4 MUKJ 9 15 13 28 14 MUKJ 10 10 13 23 11,5

3,1 SAGJ 2 19 18 37 18,5 MAGJ 1 13 13 26 13 MAGJ 2 14 15 29 14,5

SUKA 1 5,7

SUKA 2 2,1

SUKA 3 4,7

7,15 SUKB 1 12 12 24 12

SUKB 2 7,6

SUKB 3 7,6

MUKB 1 2,1

SAGB 1 9,6

SAGB 2 3,1

SAGA 1 2,1

14 15 29 14,5 BB 31

H 34

17 17 34 17 PH 12

15 13 28 14 TA 5

H 27

12 12 24 12 KONTROL

Total 340.1

341.5 Rataan

Analisis Sidik Ragam Gula Reduksi 7 Hari Setelah Inkubasi SK db

JK

KT

Fh F 0,05

F 0,01

Perlakuan 38 ** 2498,77 65,76 50,20 1,52 1,83 Galat 39

KK = 13,05% FK = 5998,15

Lampiran 2. Gula Reduksi Media Selulosa Cair Beberapa Isolat uji Pada Pengamatan 14 Hari Setelah Inkubasi Kode Isolat

SUKJ 1 42 40 82 41 SUKJ 2 38 39 77 38,5 SUKJ 4 27 26 53 26,5 SUKJ 5 35 35 70 35 SUKJ 7 25 24 49 24,5 SUKJ 8 22 21 43 21,5 SUKJ 9 26 24 50 25 SUKJ 10 28 26 54 27 SUKJ 11 35 28 63 31,5 SUKJ 12 26 25 51 25,5 MUKJ 1 35 33 68 34 MUKJ 2 24 22 46 23 MUKJ 3 21 21 42 21 MUKJ 5 28 28 56 28 MUKJ 6 24 23 47 23,5 MUKJ 7 35 35 70 35 MUKJ 8 26 26 52 26 MUKJ 9 38 35 73 36,5 MUKJ 10 35 32 67 33,5 SAGJ 1 24 24 48 24 SAGJ 2 40 39 79 39,5 MAGJ 1 35 34 69 34,5 MAGJ 2 38 35 73 36,5 SUKA 1 24 26 50 25 SUKA 2 24 24 48 24 SUKA 3 28 28 56 28 SUKB 1 33 32 65 32,5 SUKB 2 22 22 44 22 SUKB 3 28 28 56 28 MUKB 1 21 22 43 21,5 SAGB 1 28 26 54 27 SAGB 2 24 28 52 26 SAGA 1 24 28 52 26

38 38 76 38 BB 31

H 34

42 40 82 41 PH 12

35 34 69 34,5 TA 5

H 27

33 35 68 34 KONTROL

Total 1155.18

1143.62 Rataan

Analisis Sidik Ragam Gula Reduksi 14 Hari Setelah Inkubasi SK db

JK

KT

Fh F 0,05

F 0,01

Perlakuan 38 ** 3040,88 80,023 4,44 1,52 1,83 Galat 39

KK = 14,47% FK = 67070,09

Lampiran 3. Nilai C/N Yang Diinokulasikan Beberapa Isolat Uji Pada Pengamatan 5 Hari Setelah Inkubasi Kode Isolat

Ulangan

Total Rataan

I II

SUKJ 1 49.26 49.32 48.58 49.29 SUKJ 2 43.64 51.14 94.78 47.39 SUKJ 5 45.5 45.5 91 45.5

50.36 SAGJ 1 42 50.28 92.28 46.14 SAGJ 2 43.64 51.14 94.78 47.39 MAGJ 1 48.28 45.5 93.78 46.89 MAGJ 2 48.17 49.26 97.43 48.71 SUKA 3 46.42 46.46 92.88 46.44 SUKB 1 48.86 44.12 92.98 46.49 SUKB 2 45.1 51.14 96.24 48.12 SAGB 1 53.7 42 95.7 47.85

Analisis Sidik Ragam Ratio C/N 5 Hari Setelah Inkubasi SK db

JK

KT

Fh F 0,05

F 0,01

Perlakuan 18 tn 111.1 6.17 0.34 2.18 3.06 Galat

FK = 87114.78 KK = 8.89%

Lampiran 4. Nilai C/N Yang Diinokulasikan Beberapa Isolat Uji Pada Pengamatan 10 Hari Setelah Inkubasi Kode Isolat

Ulangan

Total Rataan

Analisis Sidik Ragam Ratio C/N 10 Hari Setelah Inkubasi SK db

JK

KT

Fh F 0,05

F 0,01

Perlakuan 18 ** 2648.44 147.14 6.44 2.18 3.06 Galat 19

FK = 185165.44 KK = 6.84%

Lampiran 5. Nilai C/N Yang Diinokulasikan Beberapa Isolat Uji Pada Pengamatan 15 Hari Setelah Inkubasi Kode Isolat

Ulangan

Total Rataan

I II

SUKJ 1 47.8 48.28 96.08 48.04 SUKJ 2 44.27 42.32 86.59 43.29 SUKJ 5 41.51 41.43 82.94 41.47 MUKJ 1 51.1 46.31 97.41 48.7 MUKJ 9 45.8 48.91 94.71 47.35 SAGJ 1 46.8 44.03 90.83 45.41 SAGJ 2 44.03 46.22 90.25 45.12 MAGJ 1 45.15 46.8 91.95 45.97 MAGJ 2 46.31 46.8 93.11 46.55 SUKA 3 47.66 49.32 96.98 48.49 SUKB 1 47.04 51.14 98.18 49.09 SUKB 2 47.91 42.44 90.35 45.17 SAGB 1 45.6 45.09 90.69 45.34

Analisis Sidik Ragam Ratio C/N 15 Hari Setelah Inkubasi SK db

JK

KT

Fh F 0,05

F 0,01

Perlakuan 18 ** 276.84 15.38 4.99 2.18 3.06 Galat 19

FK = 78695.89 KK = 3.85%

Lampiran 6. Nilai C/N Yang Diinokulasikan Beberapa Isolat Uji Pada Pengamatan 20 Hari Setelah Inkubasi Kode Isolat

Ulangan

Total Rataan

I II

SUKJ 1 43.07 42.95 86.02 43.01 SUKJ 2 38.5 37.94 76.44 38.22 SUKJ 5 37.35 35.75 73.1 36.55 MUKJ 1 44.75 41.91 86.66 43.33 MUKJ 9 40.14 42.09 82.23 41.11 SAGJ 1 40.18 38.41 78.59 39.29 SAGJ 2 39.58 39 78.58 39.29 MAGJ 1 38.4 40.3 78.7 39.35 MAGJ 2 40.69 41.74 52.43 41.21 SUKA 3 41.53 41.67 83.2 41.6 SUKB 1 41.82 43.8 85.65 42.81 SUKB 2 40.02 38.45 78.47 39.23 SAGB 1 38.45 40.69 79.14 39.57

Analisis Sidik Ragam Ratio C/N 20 Hari Setelah Inkubasi SK db

JK

KT

Fh F 0,05

F 0,01

Perlakuan 18 ** 222.54 12.63 8.95 2.18 3.06 Galat 19

FK = 60681.65 KK = 2.94%

Lampiran 7. Nilai C/N Yang Diinokulasikan Beberapa Isolat Uji Pada Pengamatan 25 Hari Setelah Inkubasi Kode Isolat

Ulangan

Total Rataan

I II

SUKJ 1 37.39 39 76.39 38.19 SUKJ 2 34.87 34.12 68.99 34.49

SUKJ 5 32.84 31.4 64.24 32.12 MUKJ 1 38.41 37.91 76.32 38.16 MUKJ 9 35.36 37.3 72.66 36.33 SAGJ 1 34.19 34.05 68.24 34.12 SAGJ 2 34.32 33.26 67.58 33.79 MAGJ 1 33.42 37.2 70.62 35.31 MAGJ 2 35.92 37.48 73.4 36.7 SUKA 3 35.28 36.53 71.81 35.9 SUKB 1 36.4 37.05 73.45 36.72 SUKB 2 34.66 34.44 69.1 34.55 SAGB 1 33 36.4 69.4 34.7

Analisis Sidik Ragam Ratio C/N 25 Hari Setelah Inkubasi SK db

JK

KT

Fh F 0,05

F 0,01

Perlakuan 18 ** 146.88 8.16 6.08 2.18 3.06 Galat 19

FK = 46813.57 KK = 3.29%

Lampiran 8. Nilai C/N Yang Diinokulasikan Beberapa Isolat Uji PadaPengamatan 30 Hari Setelah Inkubasi Kode Isolat

Ulangan

Total Rataan

I II

SUKJ 1 32.58 32.74 65.32 32.66 SUKJ 2 30 29.93 59.93 29.96 SUKJ 5 27.58 27.85 55.43 27.71 MUKJ 1 33.28 33.42 66.7 33.35 MUKJ 9 30.81 31.2 62.01 31 SAGJ 1 29 28.27 57.27 28.63 SAGJ 2 28.53 28.16 56.69 28.34 MAGJ 1 28.73 31.85 60.58 30.29 MAGJ 2 31.39 29.79 61.18 30.59 SUKA 3 29.67 30.28 59.95 29.97 SUKB 1 31.2 32.11 63.31 31.65 SUKB 2 30.48 29.71 60.19 30.09 SAGB 1 28.19 31.39 59.58 29.79

Analisis Sidik Ragam Ratio C/N 30 Hari Setelah Inkubasi SK db

JK

KT

Fh F 0,05

F 0,01

Perlakuan 18 ** 119.81 6.65 5.93 2.18 3.06 Galat 19

FK = 34135.23 KK = 3.53%

Lampiran 9. Bobot Kayu Yang Diinokulasikan Beberapa Isolat Uji Pada Pengamatan 5 Hari Setelah Inkubasi (g) Kode Isolat

Ulangan

Total Rataan

Analisis Sidik Ragam Bobot Kayu 5 Hari Setelah Inkubasi SK db

JK

KT

Fh F 0,05

F 0,01

Perlakuan 18 tn 37.6 2.09 0.0038 2.18 3.06 Galat 19

FK = 408018.3 KK = 22.58%

Lampiran 10. Bobot Kayu Yang Diinokulasikan Beberapa Isolat Uji Pada Pengamatan 10 Hari Setelah Inkubasi (g) Kode Isolat

Ulangan

Total Rataan

Analisis Sidik Ragam Bobot Kayu 10 Hari Setelah Inkubasi SK db

JK

KT

Fh F 0,05

F 0,01

Perlakuan 18 tn 41.38 2.30 0.0044 2.18 3.06 Galat 19

FK = 377404.4 KK = 22.88%

Lampiran 11. Bobot Kayu Yang Diinokulasikan Beberapa Isolat Uji Pada Pengamatan 15 Hari Setelah Inkubasi (g) Kode Isolat

Ulangan

Total Rataan

Analisis Sidik Ragam Bobot Kayu 15 Hari Setelah Inkubasi SK db

JK

KT

Fh F 0,05

F 0,01

Perlakuan 18 tn 29.48 1.64 0.0032 2.18 3.06 Galat 19

FK = 369217.6 KK = 22.93%

Lampiran 12. Bobot Kayu Yang Diinokulasikan Beberapa Isolat Uji Pada Pengamatan 20 Hari Setelah Inkubasi (g) Kode Isolat

Ulangan

Total Rataan

Analisis Sidik Ragam Bobot Kayu 20 Hari Setelah Inkubasi SK db

JK

KT

Fh F 0,05

F 0,01

Perlakuan 18 tn 30.12 1.67 0.0034 2.18 3.06 Galat 19

FK = 361062 KK = 22.62%

Lampiran 13. Bobot Kayu Yang Diinokulasikan Beberapa Isolat Uji Pada Pengamatan 25 Hari Setelah Inkubasi (g) Kode Isolat

Ulangan

Total Rataan

Analisis Sidik Ragam Bobot Kayu 25 Hari Setelah Inkubasi SK db

JK

KT

Fh F 0,05

F 0,01

Perlakuan 18 tn 36.4 2.02 0.0042 2.18 3.06 Galat 19

FK = 354270.9 KK = 22.62%

Lampiran 14. Bobot Kayu Yang Diinokulasikan Beberapa Isolat Uji Pada Pengamatan 30 Hari Setelah Inkubasi (g) Kode Isolat

Ulangan

Total Rataan

Analisis Sidik Ragam Bobot Kayu 30 Hari Setelah Inkubasi SK db

JK

KT

Fh F 0,05

F 0,01

Perlakuan 18 tn 53.71 2.98 0.0064 2.18 3.06 Galat 19

FK = 342722 KK = 22.73%

Lampiran 15. Data Serat Kayu 5-30 Hari Setelah Inkubasi Kode Isolat

SUKJ 1 SUKJ 2 SUKJ 5

MUKJ 1 MUKJ 9

SAGJ 1 SAGJ 2

MAGJ 1 MAGJ 2 SUKA 3

SUKB 1 SUKB 2 SAGB 1

H 34 BB 31 PH 12

H 27 TA 5 KONTROL

Kode Isolat

SUKJ 1 SUKJ 2 SUKJ 5

MUKJ 1 MUKJ 9

SAGJ 1 SAGJ 2

MAGJ 1 MAGJ 2 SUKA 3

SUKB 1 SUKB 2 SAGB 1

H 34 BB 31 PH 12

H 27 TA 5 KONTROL

SK KKKKK

K Ket : SK = Sangat Kasar K = Kasar

AK = Agak Kasar

Lampiran 16. Data Warna Kayu 5-30 Hari Setelah Inkubasi Kode Isolat

SUKJ 1 SUKJ 2 SUKJ 5

MUKJ 1 MUKJ 9

SAGJ 1 SAGJ 2

MAGJ 1 MAGJ 2 SUKA 3

SUKB 1 SUKB 2 SAGB 1

H 34 BB 31 PH 12

H 27 TA 5 KONTROL

Kode Isolat

SUKJ 1 SUKJ 2 SUKJ 5

MUKJ 1 MUKJ 9

SAGJ 1 SAGJ 2

MAGJ 1 MAGJ 2 SUKA 3

SUKB 1 SUKB 2 SAGB 1

H 34 BB 31 PH 12

H 27 TA 5 KONTROL

CT Ket : CM = Coklat Muda

CT = Coklat Tua CK = Coklat Kehitaman

Lampiran 17. Data Bau Kayu 5-30 Hari Setelah Inkubasi Kode Isolat

SUKJ 1 SUKJ 2 SUKJ 5

MUKJ 1 MUKJ 9

SAGJ 1 SAGJ 2

MAGJ 1 MAGJ 2 SUKA 3

SUKB 1 SUKB 2 SAGB 1

H 34 BB 31 PH 12

H 27 TA 5 KONTROL

Kode Isolat

SUKJ 1 SUKJ 2 SUKJ 5

MUKJ 1 MUKJ 9

SAGJ 1 SAGJ 2

MAGJ 1 MAGJ 2 SUKA 3

SUKB 1 SUKB 2 SAGB 1

H 34 BB 31 PH 12

H 27 TA 5 KONTROL

Ket : TB = Tidak Bau

B = Bau

Lampiran 18. Data C-Organik Kayu 5-30 Hari Setelah Inkubasi Kode Isolat

SUKJ 1 SUKJ 2 SUKJ 5

MUKJ 1 MUKJ 9

SAGJ 1 SAGJ 2

MAGJ 1 MAGJ 2 SUKA 3

SUKB 1 SUKB 2 SAGB 1

H 34 BB 31 PH 12

H 27 TA 5 KONTROL

Kode Isolat

SUKJ 1 SUKJ 2 SUKJ 5

MUKJ 1 MUKJ 9

SAGJ 1 SAGJ 2

MAGJ 1 MAGJ 2 SUKA 3

SUKB 1 SUKB 2 SAGB 1

H 34 BB 31 PH 12

H 27 TA 5 KONTROL

Lampiran 19. Data N-Total Kayu 5-30 Hari Setelah Inkubasi Kode Isolat

SUKJ 1 SUKJ 2 SUKJ 5

MUKJ 1 MUKJ 9

SAGJ 1 SAGJ 2

MAGJ 1 MAGJ 2 SUKA 3

SUKB 1 SUKB 2 SAGB 1

H 34 BB 31 PH 12

H 27 TA 5 KONTROL

Kode Isolat

SUKJ 1 SUKJ 2 SUKJ 5

MUKJ 1 MUKJ 9

SAGJ 1 SAGJ 2

MAGJ 1 MAGJ 2 SUKA 3

SUKB 1 SUKB 2 SAGB 1

H 34 BB 31 PH 12

H 27 TA 5 KONTROL

Lampiran 20. Cara Perhitungan Kadar Gula Reduksi

Data Kalibrasi Larutan Glukosa Standar

2 NO 2 Xi Yi Xi Yi XiYi

2,327238 0,59514 Keterangan : Xi : konsentrasi glukosa standart Yi : Absorbansi pada panjang gelombang = 541 dan n = 10

Dibuat persamaan regresi dengan memakai data-data tersebut : Y = a + bx, sehingga diperoleh Y = 0,1125 + 3,061x, dengan r = 0,997

dimana : Y = Absorbansi, x = konsentrasi gula reduksi (mg/mL). Setelah diketahui nilai x, kemudian disubsitusikan pada persamaan :

Kadar gula reduksi (%) = A x FP x 100%

Dengan :

A = Konsentrasi gula reduksi dari perhitungan persamaan regresi (mg/mL) FP = Faktor pengenceran S = Berat sampel kering (mg) Contoh perhitungan :

Absorbansi dari suatu pengukuran adalah 0,85 dengan faktor pengenceran

1 dan berat sampel yang digunakan adalah 1 gram, maka kadar gula reduksinya:

0,85 = 0,1125 + 3,061 X

X = 0,75/3,061

= 0,24175 mg/mL Kadar gula reduksi (%) = 0,24175 mg/mL x 1 mL x 100%

1000 mg

= 0,024175 %

Lampiran 21. Penetapan Kadar C-Organik ( Metode Walkley and Black )

- Diovenkan kayu kemudian di ayak - Ditimbang 0,1 gr kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer 500 cc.

- Ditambahkan 5 mL K 2 Cr 2 O 7 1 N (pergunakan pipet) guncang dengan tangan - Ditambahkan 10 mL H 2 SO 4 pekat, kemudian guncang 3-4 menit selanjutnya diamkan selama 30 menit. - Ditambahkan 100 mL air suling dan 5 mL H 3 PO 4 85%, NaF 4% 2,5 mL, kemudian tambahkan 5 tetes diphenylamine, guncang, larutan berwarna biru tua kehijauan kotor.

- Dititrasikan dengan Fe(NH 4 ) 2 (SO 4 ) 2 0,5 N dari buret hingga warna berubah menjadi hijau terang. - Dilakukan kerja diatas tanpa kayu untuk mendapatkan volume titrasi

Fe(NH 4 ) 2 (SO 4 ) 2 0,5 N untuk blanko

Perhitungan : C-Organik : 5 (1- T/S) 15,6

Dimana: T = Volume titrasi Fe(NH 4 ) 2 (SO 4 ) 2 0,5 N dengan tanah S = Volume titrasi Fe(NH 4 ) 2 (SO 4 ) 2 0,5 N blanko

Lampiran 22. Komposisi Media

Asparagine ( Jamur )

NO Jenis Bahan/Zat Jumlah (g/L)

5 MgSO 4 7H 2 O

6 CaCl 2 0,1

7 Yeast Extract 0,25

Sumber : Rao, 1994

Hans ( Bakteri)

NO Jenis Bahan/Zat Jumlah (g/L)

5 MgSO 4 7H 2 O

6 CaCl 2 0,1

7 Yeast Extract

Sumber: Rao, 1994

Ken Knight (aktinomicetes)

NO Jenis Bahan/Zat Jumlah (g/L)

4 MgSO 4 7H 2 O 0,1

8 pH 7,0-7,2 Sumber: Rao, 1994

Selulosa Agar

NO Jenis Bahan/Zat Jumlah (g/L)

4 MgSO 4 7H 2 O 0,9

5 KCl 0,5

6 Yeast Extract 0,5

7 Casein Hydrolysat 0,5

8 Agar 10,0

9 Aquadest 1,0

10 pH 6,8 Sumber : Aaronson, 1970

MYA (Malt Yeast Extarct)

NO Jenis Bahan/Zat Jumlah (g/L)

10

1 Malt Extract

2 Yeast Extract

20

3 Agar

4 Aquadest 1,0

Gambar 1. Hasil Uji Potensi Mikrooganisme Selulolitik Secara Kualitatif

Gambar 2. Isolat Koleksi

Gambar 3. Hasil Isolasi Mikroorganisme Selulolitik

Gambar 7. Hasil Pengomposan Kayu 30 Hari Setelah Inkubasi

TA 5 (2)

TA 5 (1)

KONTROL (2)

KONTROL (1)

PH 12 (1)

PH 12 (2)

H 27 (1)

H 27 (2)

BB 31 (1)

BB 31 (2)

H 34 (1)

H 34 (2)

SUKJ 1 (1)

SUKJ 1 (2)

SUKJ 2 (2)

SUKJ 2 (1)

SUKJ 5 (1)

SUKJ 5 (2)

MUKJ 1 (1)

MUKJ 1 (2)

MUKJ 9 (1)

MUKJ 9 (2)

SAGJ 1 (1)

SAGJ 1 (2)

SAGJ 2 (1)

SAGJ 2 (2)

MAGJ 1 (1)

MAGJ 1 (2)

MAGJ 2 (1)

MAGJ 2 (2)

SUKA 3 (1)

SUKA 3 (2)

SUKB 1 (1)

SUKB 1 (2)

SUKB 2 (1)

SUKB 2 (2)

SAGB 1 (1)

SAGB 1 (2)