Penelitian Terdahulu

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern sudah banyak sekali dilakukan, baik di dalam maupun di luar negeri. Berbagai variabel sudah sering diteliti dan diuji terkait hubungannya dengan penerimaan opini audit going concern. Perbedaan diantara berbagai penelitian tersebut sebagian besar terletak pada tahun obyek penelitian yang dilakukan. Tetapi penelitian di Indonesia yang menjadikan keragaman gender pada dewan direksi maupun komite audit sebagai variabel masih sangat jarang dilakukan.

Chapple et al (2012) membahas tentang hubungan antara keragaman gender pada dewan direksi dan komite audit dengan kemungkinan perusahaan dalam menerima opini audit going concern. Chapple et al (2012) melakukan penelitian dengan sampel perusahaan di Australia pada tahun 2008 sebanyak 1.182 perusahaan. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, matriks korelasi, uji statistik univariat, dan analisis regresi logisitik.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dewan direksi dengan setidaknya mempunyai satu orang wanita dalam strukturnya cenderung tidak menerima opini audit going concern. Keberadaan komite audit dalam perusahaan juga meningkatkan kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern karena peran komite audit dalam memastikan integritas dari laporan keuangan. Tetapi hubungan antara komite audit dengan penerimaan opini going concern tidak diperkuat dengan keberadaan wanita dalam komite audit.

Di Indonesia, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern diantaranya dilakukan oleh Ramadhany (2004), dimana ia menguji peran komisaris independen pada komite audit dalam melindungi independensi auditor eksternal, terutama dalam pengeluaran opini going concern . Sampel yang digunakan adalah laporan keuangan dari 86 perusahaan industri manufaktur yang mengalami kesulitan keuangan yang terdaftar di BEJ (sekarang BEI) tahun 2002. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa default hutang, kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap Di Indonesia, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern diantaranya dilakukan oleh Ramadhany (2004), dimana ia menguji peran komisaris independen pada komite audit dalam melindungi independensi auditor eksternal, terutama dalam pengeluaran opini going concern . Sampel yang digunakan adalah laporan keuangan dari 86 perusahaan industri manufaktur yang mengalami kesulitan keuangan yang terdaftar di BEJ (sekarang BEI) tahun 2002. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa default hutang, kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap

Fanny dan Saputra (2005) meneliti tentang hubungan antara model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan dan reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 93 laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan mengacu pada perusahaan manufaktur yang termuat di Capital Market Directory Indonesia dari tahun 1998 sampai 2002. Metode analisis yang digunakan adalah uji kualitas data, analisis univariat, dan analisis multivariate. Berdasarkan studi tersebut, dapat disimpulkan bahwa model prediksi kebengkrutan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan pertumbuhan perusahaan dan reputasi KAP tidak mempunyai pengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.

Setyarno et al (2006) melakukan penelitian untuk melihat apakah kualitas audit meningkatkan kemungkinan sebuah perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) menerima pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) untuk kelangsungan usahanya (going concern). Setyarno et al menggunakan kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya serta pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independennya, sedangkan variabel dependennya adalah opini audit going concern. Penelitian Setyarno et al (2006) melakukan penelitian untuk melihat apakah kualitas audit meningkatkan kemungkinan sebuah perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) menerima pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) untuk kelangsungan usahanya (going concern). Setyarno et al menggunakan kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya serta pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independennya, sedangkan variabel dependennya adalah opini audit going concern. Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) menguji hubungan antara kondisi keuangan perusahaan, debt default, ukuran perusahaan, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, audit client tenure, kualitas audit, opinion shopping, serta kepemilikan manajerial dan institusional dengan kemungkinan penerimaan opini audit going concern oleh perusahaan. Sampel yang digunakan adalah auditee manufaktur yang tercatat di BEI tahun 1997 sampai 2006 dengan beberapa ketentuan dengan menggunakan analisis regresi logistik.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi pemberian opini audit going concern adalah variabel default, ln sales (size ), lamanya perikatan (audit client tenure), opini tahun sebelumnya dan kualitas auditor, sedangkan variabel financial distress meskipun signifikan tetapi arah tandanya berkebalikan dengan yang dihipotesakan. Variabel yang tidak mempengaruhi pemberian opini going concern adalah audit lag, opinion shopping , kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

Tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Indira Januarti, Susanto (2009) melakukan penelitian terkait penerimaan opini audit going Tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Indira Januarti, Susanto (2009) melakukan penelitian terkait penerimaan opini audit going

Dewayanto (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh kondisi keuangan perusahaan, ukuran perusahaan, opini audit sebelumnya, auditor client tenure, opinion shopping dan kualitas auditor terhadap probabilitas penerimaan opini going concern. Penelitian ini menggunakan 28 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI antara tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Metode sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling. Data penelitian dianalisa dengan analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini adalah ukuran perusahaan, auditor client tenure , opinion shopping dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Sedangkan kondisi keuangan perusahaan dan opini audit sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern dapat diringkas pada table 2.1.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern

Hasil Penelitian (Tahun)

Peneliti Variabel Penelitian

Alat Analisis

Chapple et Variabel Dependen: - Analisis Dewan direksi dengan al (2012)

Opini going concern statistik setidaknya mempunyai

satu orang wanita dalam Variabel

deskriptif

strukturnya cenderung Independen:

- Matriks

tidak menerima opini - Keragaman gender - Uji statistik

korelasi

audit going concern. pada dewan direksi

Sedangkan keberadaan - Keragaman gender - Analisis

univariat

wanita dalam komite pada komite audit

regresi logisitik audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan Variabel Kontrol:

opini going concern. - Pengalaman anggota dewan - Karakteristik keuangan - Corporate governance - Komite audit - Kepemilikan saham - Pergantian CEO - Industri

Ramadhany Variabel Dependen: Analisis statistik Default hutang, kondisi (2004)

Opini going concern deskriptif keuangan perusahaan dan opini audit tahun

Variabel sebelumnya mempunyai Independen:

pengaruh yang signifikan - Komisaris

secara statistik terhadap independen komite

kemungkinan audit

penerimaan opini audit - Default hutang

going concern pada - Kondisi keuangan

perusahaan. Walaupoun - Opini tahun

demikian, penelitian ini sebelumnya

tidak berhasil

- Ukuran perusahaan menjelaskan keberadaan - Skala auditor

komisaris independen pada komite audit dalam membantu auditor mengeluarkan keputusan opini audit going concern .

Fanny dan Variabel Dependen: - Uji normalitas Model prediksi Saputra

Opini going concern - Analisis kebengkrutan (2005)

mempunyai pengaruh Variabel

regresi logistic

yang positif terhadap Independen:

penerimaan opini audit - Model prediksi

going concern , kebangkrutan

sedangkan pertumbuhan - Pertumbuhan

perusahaan dan reputasi perusahaan

KAP tidak mempunyai - Reputasi KAP

pengeruh terhadap pemberian opini audit going concern .

Setyarno et Variabel Dependen: Analisis regresi Variabel kondisi al (2006)

Opini going concern logistic keuangan perusahaan dan opini audit tahun

Variabel sebelumnya berpengaruh Independen:

signifikan terhadap - Kualitas audit

penerimaan opini audit - Kondisi keuangan

going concern. Untuk - Opini tahun

variabel kualitas audit sebelumnya

dan pertumbuhan - Pertumbuhan

perusahaan tidak perusahaan

menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern .

Januarti Variabel Dependen: Analisis regresi Variabel yang (2009)

Opini going concern logistik mempengaruhi pemberian opini audit going concern adalah

Variabel variabel default, ln sales Independen:

(size ), lamanya perikatan - Kondisi keuangan

(audit client tenure),

- Debt default opini tahun sebelumnya - Ukuran perusahaan

dan kualitas auditor, - Opini tahun

sedangkan variabel sebelumnya