Muhammad Alfi Syahrin, 2015 STUDY ETHNOMATHEMATICS PADA KALENDER ABOGE ALIF, REBO, WAGE SEBAGAI PENENTU
WAKTU HARI
– HARI BESAR ISLAM DAN UPACARA ADAT DI KERATON KASEPUHAN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Sedangkan Danim 2003, hlm. 252 memberikan penjelasan beberapa alasan mengapa manusia sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif
yakni sebagi berikut: 1
Peneliti sebagi instrumen dapat berinteraksi dengan responden dan lingkungan yang ada, memiliki kepekaan dan dapat bereaksi terhadap segala
stimulus yang diperkirakan bermakna bagi penelitian. 2
Peneliti sebagai instrumen dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat memahami situasi dalam segala seluk
– beluknya. Sebagai instrumen utama, peneliti dapat mengumpulkan aneka ragam data
pada berbagai jenis dan tingkatan karena sifat holistik penelitian kualitatif menuntut kemampuan menangkap fenomena dan segala konteksnya secara
simultan. 3
Peneliti sebagai instrument dapat merasakan, memahami dan menghayati secara kompeten dan simultan atas aneka fenomena yang muncul secara
kontekstual atau melalui proses interaksi. Bersamaan dengan itu, peneliti dapat menganalisis, menafsirkan, dan merumuskan kesimpulan sementara
dalam menentukan arah wawancara dengan pengamatan selanjutnya terhadap responden untuk memperdalam atau memperjelas temuan
penelitian. 4
Dengan adanya peneliti sebagai instrumen utama memungkinkan fenomena dan respon yang aneh dan menyimpang, bahkan bertentangan, dapat digali
lebih jauh dan mendalam.
E. Teknik Pengumpulan Data
Ethnomathematics mempunyai kaitan yang sama dengan ethnography dalam hal teknik lapangan yakni mengalami, bertanya dan memeriksa Wolcott
1992, hlm. 21. Mengalami yang dimaksud dalam skripsi ini yakni terjun langsung ke lokasi agar memperoleh kondisi yang tepat sebagai suatu studi
lapangan. Bertanya yang dimaksudkan dalam skripsi ini yakni melakukukan pengumpulan data berupa observasi dan wawancara secara mendalam agar data
yang diperoleh lebih akurat. Memeriksa yang dimaksudkan dalam skripsi ini
Muhammad Alfi Syahrin, 2015 STUDY ETHNOMATHEMATICS PADA KALENDER ABOGE ALIF, REBO, WAGE SEBAGAI PENENTU
WAKTU HARI
– HARI BESAR ISLAM DAN UPACARA ADAT DI KERATON KASEPUHAN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
yakni meminta bukti – bukti berupa dokumen atau naskah yang berkaitan
dengan tujuan penelitian. Peneliti terlebih dahulu melakukan studi pendahuluan,ke tempat penelitian
untuk mengetahui apakah penelitian dapat dilakukan. Studi pendahuluan sangat penting untuk dilakukan sebagai acuan untuk melaksanakan langkah penelitian
selanjutnya. Studi pendahuluan dapat dilakukan dengan observasi atau wawancara. Terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang dalam penelitian
kualitatif antara lain:. 1
Wawancara Moleong 2010, hlm. 186 menyatakan bahwa “wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln Gunawan, 2013, hlm. 161
mengatakan bahwa “wawancara merupakan suatu percakapan, seni mengajukan
pertanyaan dan mendengarkan. Wawancara bukan merupakan suatu hal yang netral, melainkan pewawancara menciptakan kondisi nyata sehingga tanya
jawab dapat dilakukan dan jawaban dapat diperoleh. Wawancara menghasilkan pemahaman situasi berdasarkan peristiwa-peristiwa dari interaksi tertentu.
Metode ini dipengaruhi oleh karakteristik personal pewawancara, meliputi ras, kelas, suku, dan gender.
” Menurut Stainback Sugiyono, 2009, hlm. 72
bahwa “dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang bagaimana
partisipan menginterpretasikan suatu situasi dan peristiwa yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melaui observasi
”. Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk menggali informasi lebih mendalam dari narasumber di
Keraton Kasepuhan Cirebon, sehingga peneliti memperoleh hasil yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini wawancara data primer dilakukan kepada
orang – orang yang di tunjuk oleh Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon. Secara
garis besar, tahapan wawancara mendalam dalam penelitian ini, yaitu:
Muhammad Alfi Syahrin, 2015 STUDY ETHNOMATHEMATICS PADA KALENDER ABOGE ALIF, REBO, WAGE SEBAGAI PENENTU
WAKTU HARI
– HARI BESAR ISLAM DAN UPACARA ADAT DI KERATON KASEPUHAN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
1. Menyiapkan pokok masalah yang akan menjadi bahan untuk
dilakukannya wawancara. 2.
Menemui narasumber yang akan diwawancarai yang telah ditunjuk oleh Sultan keraton Kasepuhan Cirebon.
3. Memulai wawancara.
4. Memverifikasi hasil wawancara dan mengakhiri wawancara.
5. Menuliskan hasil wawancara ke dalam bentuk catatan lapangan.
6. Mengidentifikasi dan menganalisa hasil wawancara yang telah
diperoleh. Secara praktik dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara
tidak terstruktur. Daymond dan Holloway 2007, hlm. 264 menjelaskan bahwa “dalam wawancara tak terstruktur, tidak ada pertanyaan yang ditentukan
sebelumnya kecuali pada tahapan sangat awal, yakni ketika memulai wawancara dengan melontarkan pertanyaan umum dalam area studi. Menurut
Endraswara 2006, hlm.166, wawancara tak terstruktur digunakan pada keadaan sebagai berikut:
1. Bila pewawancara berhubungan dengan orang penting
2. Ingin menanyakan secara mendalam tentang subjek penelitian
3. Apabila penelitian bersifat discovery penemuan
4. Jika tertarik untuk berhubungan langsung dengan informan
5. Apabila hendak mengungkapkan peristiwa, situasi yang bersifat khusus.
Wawancara berfungsi untuk memperoleh data berupa dialog lisan dengan narasumber dan memberikan informasi yang lebih mendalam terkait bahan
yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini. Waktu untuk melakukan wawancara dengan narasumber sendiri dapat dikatakan fleksibel mengingat
bisa dilakukan pagi, siang, maupun sore hari. Pertanyaan – pertanyaan yang
ditunjukkan narasumber bisa juga spontanitas dalam bentuk konfirmasi kepada narasumber. Dalam melakukan wawancara dapat digunakan media alat bantu
lain seperti alamat perekam percakan, gambar maupun video dan juga catatan –
catatan kecil.
Muhammad Alfi Syahrin, 2015 STUDY ETHNOMATHEMATICS PADA KALENDER ABOGE ALIF, REBO, WAGE SEBAGAI PENENTU
WAKTU HARI
– HARI BESAR ISLAM DAN UPACARA ADAT DI KERATON KASEPUHAN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
2 Observasi
Menurut Arikunto dalam Gunawan, 2013, hlm. 143 mengatakan bahwa “observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara melakukan penelitian secara teliti dan pengamatan secara sistematis. Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial
dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. ” Sedangkan
menurut Purwanto dalam Basrowi Suwandi, 2008, hlm. 93, mengatakan bahwa
“observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung. Observasi digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti
memperoleh gambaran yang lebih luas mengenai permasalahan yang diteliti.” Guba dan Lincoln dalam Gunawan, 2013, hlm. 144 menyatakan bahwa
alasan dilakukan observasi dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut. 1.
Observasi merupakan pengalaman langsung yang merupakan cara ampuh untuk memperoleh kebenaran.
2. Melalui observasi peneliti dapat melihat dan mengamati sendiri dan
mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang sebenarnya. 3.
Observasi memungkinkan peneliti mencatat peristiwa yang berkaitan dengan pengetahuan yang relevan maupun pengetahuan yang diperoleh
dari data penelitian. 4.
Observasi dapat menghilangkan bias atau penyimpangan informasi atau data yang telah diperoleh.
5. Observasi memungkinkan peneliti untuk memahami situasi dan
perilaku kompleks. 6.
Observasi bisa dilakukan pada kasus-kasus tertentu yang tidak bisa tidak dapat dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi
lainnya. 3
Studi Dokumentasi Menurut Cresswell 2009, hlm. 180 dokumen yang dimaksud dapat
berupa dokumen pribadi seperti jurnal, diari atau surat atau dokumen publik seperti risalah rapat atau koran yang peneliti dapatkan dari tempat
Muhammad Alfi Syahrin, 2015 STUDY ETHNOMATHEMATICS PADA KALENDER ABOGE ALIF, REBO, WAGE SEBAGAI PENENTU
WAKTU HARI
– HARI BESAR ISLAM DAN UPACARA ADAT DI KERATON KASEPUHAN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
penelitian atau berasal dari partisipan saat penelitian dilakukan. Dokumentasi merupakan pelengkap daripengunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
4 Catatan Lapangan Field Notes
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Gunawan, 2013, hlm. 184, catatan lapangan adalah tulisan-tulisan atau catatan-catatan mengenai
segala sesuatu yang didengar, dilihat, dialami, dan bahkan dipikirkan oleh peneliti selama kegiatan mengumpulkan dan merefleksikan data dalam
kajian penelitiannya. Catatan lapangan harus dikerjakan segera setelah peneliti melakukan pengamatan observasi, wawancara, atau kegiatan yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Keberhasilan memperoleh data penelitian sangat ditentukan oleh kerincian, ketepatan, keakuratan, dan
keekstensifan catatan lapangan yang ditulis. Peneliti dalam mengerjakan catatan lapangan menurut Williams
dalam Gunawan, 2013, hlm. 186, harus memperhatikan beberapa hal, yaitu pengambilan catatan lapangan yang dilakukan secara teratur, dimana
di dalamnya diperlukan kreativitas, merupakan cara yang paling utama dari setiap peneliti kualitatif untuk memelihara alur dari sesuatu yang dilihatnya,
didengarnya, dipikirkannya, dirasakannya, dipelajarinya, dan berbagai hal lainnya. Jadi catatan lapangan yang baik dapat memberikan kontribusi yang
baik bagi penelitian ini. 5
Rekaman Suara Peneliti menggunakan akat perekam suara bertujuan untuk
melengkapi catatan lapangan dan mengabadikan hasil wawancara agar dapat diputar berulang
– ulang liputan wawancara dengan narasumber. Ary et al
2006, hlm, 439 mengatakan bahwa “salah satu cara yang paling efisien untuk mengkoleksi data adalah menggunakan rekaman suara.
Dengan menggunakan rekaman suara akan lebih fokus dibandingkan dengan menggunakan catatan, dan juga dapat menyajikan respon perkata.
Muhammad Alfi Syahrin, 2015 STUDY ETHNOMATHEMATICS PADA KALENDER ABOGE ALIF, REBO, WAGE SEBAGAI PENENTU
WAKTU HARI
– HARI BESAR ISLAM DAN UPACARA ADAT DI KERATON KASEPUHAN CIREBON
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
6 Rekaman Video
Perekam video hampir memiliki kegunaan yang sama dengan perakam suara. Berfungsi sebgai pelengkap dan juga untuk mengabadikan
momen wawancara dengan narasumber. Baik rekaman video maupun suara mempunyai keunggulan dan kekuranggannya masing
– masing. Perekam suara cenderung fleksibel tetapi tidak dapat menampilkan bentuk visual
ketika wawancara sedang berlangsung. Menurut Ary et al 2006: 439, rekaman video dapat digunakan untuk mengkoleksi data wawancara.
Berdasarkan penjelasan – penjelasan tersebut maka teknik pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi, catatan lapangan, rekaman audio dan rekaman video.
F. Teknik Analisis Data