Mean atau rata-rata Teori Koefisien Korelasi Berdasarkan Rank Teori tentang Korelasi

Sedangkan kekurangan dari penggunaan prosedur model statistik non parametrik adalah: 1. Penggunaan statistik non parametrik akan menjadi penghamburan data jika data memenuhi syarat model statistik parametrik. 2. Belum ada satupun dalam metode statistik non parametrik untuk mengukur interaksi-interaksi dalam model analisis varian. 3. Penggunanaan statistik non parametrik memerlukan banyak tenaga serta menjemukan. Penjelasan yang diberikan oleh Setiawan 2005 diatas, dapat memberikan gambaran keuntungan dan kerugian penggunaan statistik non parametrik. Namun, peneliti berpedoman kepada Ballistic Reserach Labolatory BRL seperti penjelasan pada Bab II. 2.5.1 tentang alasan digunakan statistik non parametrik.

2.6 Teori Analisis yang digunakan

Penelitian ini membahas beberapa teori analisis yang digunakan dalam penyelesaian masalah yang terjadi tentang faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek jembatan di Sumatera Utara dan Aceh, diantaranya adalah:

2.6.1 Mean atau rata-rata

Nazir 1999 menyatakan bahwa mean rata-rata, yang sering digunakan adalah rata-rata hitung arithmetic mean. Rata-rata hitung untuk data kuantitatif yang terdapat dalam sebuah sampel dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data oleh UNIVERSITAS SUMATRA UTARA banyak data. Jika X 1, X 2 , …………….X n adalah n buah pengamatan, maka mean dicari dengan rumus: Mean n x f x n i i i ∑ = = 1 _ 2.1 Dimana: = Nilai rata-rata mean value dari data kuesioner n = Jumlah observasi data Kuesioner pada setiap faktorvariabel 61 X i = Skala scoring scoring scale 1,2,3,4,5 f i = frekuensi dari setiap observasi kuesioner dari setiap factor Penentuan nilai rata-rata mean rank terendah terkecil diambil referensi oleh peneliti menurut Widhiawati 2009.

2.6.2 Teori Koefisien Korelasi Berdasarkan Rank

Suatu himpunan data tertentu, dengan pengukuran atau anggapan normalitas untuk r tidak terpenuhi, maka digunakan koefisien korelasi non parametrik. Seperti diketahui bahwa korelasi adalah hubungan keterkaitan antara dua atau lebih variabel. Angka koefisien korelasi r terpenuhi sekitar -1 = r = +1. Untuk menentukan koefisien korelasi dengan metode non parameterik, maka digunakan koefisien korelasi rank spearman dan koefisien korelasi rank konkordansi Kendall. Koefisien korelasi berdasarkan rank adalah ukuran asosiasi yang menuntut kedua variabel diukur sekurang-kurangnya dalam skala ordinal sehingga objek-objek UNIVERSITAS SUMATRA UTARA yang dipelajari dapat di rangking dalam rangkaian berurut Conover dalam Khotimah, 2007.

2.6.3 Teori tentang Korelasi

Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel dan Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi hubungan measures of association.. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 sd -1. Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi, meliputi: pertama, melihat kekuatan hubungan dua variabel; kedua, melihat signifikansi hubungan; dan ketiga, melihat arah hubungan. Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: 1. Jika angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan. 2. Jika angka koefesien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat. 3. Jika angka koefesien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah. 4. Jika angka koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 5. Jika angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif.

2.6.4 Teori tentang Koefisien Korelasi Rank Spearman

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi Jembatan di Wilayah Sumatera Utara dan Aceh

12 127 172

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI PROPINSI D.I. YOGYAKARTA DAN PAPUA.

0 4 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI PEMERINTAH DAN SWASTA DI TIMOR LESTE.

0 4 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI TIMOR LESTE.

0 3 13

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI PROVINSI JATENG DAN DIY.

0 2 13

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Konstruksi di Kabupaten Buleleng.

0 3 59

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterlambatan Proyek - Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi Jembatan Di Sumatera Utara Dan Aceh

1 11 56

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI JEMBATAN DI WILAYAH SUMATERA UTARA DAN ACEH TESIS

1 5 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterlambatan Proyek - Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi Jembatan di Wilayah Sumatera Utara dan Aceh

0 4 56

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI JEMBATAN DI WILAYAH SUMATERA UTARA DAN ACEH TESIS

0 0 15