Tablet Ekstraksi TINJAUAN PUSTAKA

gendong. Demi alasan kepraktisan, kini jamu juga diproduksi dalam kapsul dan dalam bentuk pil siap minum. Pada umumnya jamu dalam kelompok ini di racik berdasarkan resep peninggalan leluhur, yang belum diteliti secara ilmiah. Khasiat dan keamanannya dikenal secara empiris berdasarkan pengalaman turun temurun. 2. Herbal Terstandar Sedikit berbeda dengan jamu, herbal terstandar umumnya sudah mengalami pemrosesan, misalnya berupa ekstrak atau kapsul. Herbal yang sudah diekstrak tersebut sudah diteliti khasiat dan keamanannya melalui uji pra klinis terhadap hewan di laboraturium. Disebut herbal terstandar, karena dalam proses pengujiannya telah di terapkan standard kandungan bahan, proses pembuatan ekstrak, higenitas, serta uji toksisitas untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan racun dalam herbal tersebut. 3. Fitofarmaka Merupakan jamu dengan “kasta” tertinggi karena khasiat, keamanan serta standard proses pembuatan dan bahannya telah diuji secara klinis, jamu berstatus sebagai fitofarmaka juga di jual di apotek dan sering diresepkan oleh dokter Yuliarti, 2008.

2.2 Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat dengan cara kempa cetak dalam bentuk umumnya tabung pipih, permukaannya rata atau cembung, mengandung obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Obat tunggal atau campuran beberapa jenis obat, diramu dengan zat tambahan yang cocok, digranulasikan, jika Universitas Sumatera Utara perlu digunakan zat pembasah, kemudian dikempa cetak. Granulasi dilakukan dengan cara kering atau basah tergantung dari sifat obatnya Jas,A. 2007. Jenis-jenis tablet menurut Jas,A 2007: a. Tablet kempa compressi b. Tablet kunyah chewable tablet c. Tablet salut coated tablet, terdiri dari: - Tablet salut gula sugar coated tablet - Tablet salut tekan press coated tablet - Tablet salut film film coated tablet - Tablet bersalut enteric enteric coated tablet d. Tablet berlapis e. Tablet effervescent f. Tablet bukalsublingual g. Tablet hisap trochesci, lozenges, pastiles Bentuk-bentuk Tablet, antara lain: a. Bentuk bulat dan rata bikonvek b. Bentuk cembung bikonkaf c. Bentuk oval bulat telur d. Bentuk triangle segitiga, segi lima dan seterusnya e. Bentuk kapsul disebut kaplet Universitas Sumatera Utara

2.3 Batuk

Batuk hanya gejala dari penyakit yang mendasarinya. Penyakit-penyakit fisik dapat ringan, seperti radang tenggorokan dan dapat pula berat, misalnya kanker. Gangguan jiwapun dapat mengakibatkan batuk, yang secara tidak disadarinya merupakan cara untuk minta perhatian atau minta tolong Danusantoso,H. 1996.

2.3.1 Mekanisme Timbulnya Batuk

Pada hakekatnya proses batuk terdiri atas paling sedikit dua kadang-kadang tiga tahap. Tahap pertama dimulai dengan ditutupnya pita suara lalu tekanan dalam rongga dada ditingkatkan dengan amat segera yaitu dengan secara bersamaan mengempeskan dada dan menarik diagfragma ke atas akan menekan paru dari bawah ke atas serta dengan tenaga penuh, dengan demikian udara dalam paru dalam sekejap mata saja akan bertekanan sangat tinggi, untuk selanjutnya berlanjut dengan tahap kedua berupa membukanya pita suara dan dikeluarkannya udara bertekanan tinggi dari dalam paru tersebut dengan sekaligus. Akibatnya akan terjadi pergesekan hebat dengan pita suara dan akan timbul suara batuk. Kadang-kadang sebelum pita suara ditutup, dilakukan inspirasi yang dalam sekali, maka dalam hal ini proses batuk akan menjadi tiga tahap Danusantoso,H. 1996. Universitas Sumatera Utara

2.3 Bahan Pengawet 2.4.1 Definisi Bahan Pengawet

Bahan pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme PerMenkes No.722, 1988. Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan anorganik dalam bentuk asam dan garamnya. Aktivitas-aktifitas bahan pengawet tidaklah sama, misalnya ada yang efektif terhadap bakteri, khamir, ataupun kapang Cahyadi, 2009.

2.4.2 Jenis Bahan Pengawet 1. Zat Pengawet Organik

Zat pengawet organik lebih banyak dipakai daripadi zat pengawet anorganik karena bahan ini lebih mudah dibuat. Bahan organik digunakan baik dalam bentuk asam maupun dalam bentuk garamnya. Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet ialah asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat, dan epoksida Cahyadi, 2009.

2. Zat Pengawet Anorganik

Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hidrogen peroksida, nitrat, dan nitrit. Sulfit digunakan dalam bentuk gas SO 2 garam Na atau K sulfit, bisulfit, dan metasulfit. Bentuk efektifnya sebagai pengawet adalah asam sulfit yang tidak terdisosiasi dan terutama berbentuk pH di bawah 3. Garam nitrat dan nitrit umumnya digunakan pada proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan mikroba Cahyadi, 2009. Universitas Sumatera Utara

2.5 Asam Benzoat

Asam benzoat C 6 H 5 COOH merupakan bahan pengawet yang luas penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan yang asam. Bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif pada pH 2,5 – 4,0. Karena kelarutannya garamnya lebih besar, maka biasanya digunakan dalam bentuk garam Na-benzoat. Sedangkan dalam bahan, garam benzoat terurai menjadi bentuk efektif, yaitu bentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi Winarno, 1992. Di dalam tubuh, asam benzoat tidak akan mengalami penumpukan sehingga aman untuk dikonsumsi. Asam benzoat termasuk senyawa kimia pertama yang diizinkan untuk dimakanan. Pengawet ini mempunyai toksisitas sangat rendah terhadap hewan maupun manusia, karena hewan dan manusia mempunyai mekanisme detoksifikasi benzoat yang efisien Yuliarti, 2007.

2.5.1 Struktur kimia dan sifat-sifat asam benzoat

Rumus Bangun : COOH Rumus Empiris : C 7 H 6 O 2 Nama Kimia : Asam benzoat, benzoid acid, bensol carboxylid, asam carboxybenzene Berat Molekul : 122,12 Universitas Sumatera Utara Pemerian : Asam benzoat berbentuk hablur bentuk jarum atau sisik, putih, sedikit berbau, biasanya berbau benzaldehida atau benzoid. Agak mudah menguap pada suhu hangat. Mudah menguap dalam uap air. Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, kloroform, dan eter Ditjen POM, 1995.

2.5.2 Efek Asam Benzoat terhadap Manusia

Pada penderita asma dan orang yang menderita urticaria sangat sensitif terhadap asam benzoat, jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan mengiritasi lambung Cahyadi, 2009. Sampai saat ini asam benzoat tidak mempunyai efek teratogenik menyebabkan cacat bawaan jika dikonsumsi melalui mulut dan juga tidak mempunyai efek karsinogenik Yuliarti, 2007.

2.6 Ekstraksi

Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dalam perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan Universitas Sumatera Utara serta analisis pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk ion-ion logam bertindak sebagai pengotor dan ion-ion logam dalam jumlah makrogram Khopkar, 2008.

2.7 Mengidentifikasi Asam Benzoat secara Kromatografi Lapis Tipis KLT