Visiting Frequency of Weevil Pollinator Elaeidobius kamerunicus on Oil Palm’s Female Flowers in PTPN VIII Cimulang, Bogor.

FREKUENSI KUNJUNGAN KUMBANG PENYERBUK
Elaeidobius kamerunicus PADA BUNGA BETINA TANAMAN
KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PTPN VIII
CIMULANG, BOGOR

KOMAL

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ii

ABSTRAK
KOMAL. Frekuensi Kunjungan Kumbang Penyerbuk Elaeidobius kamerunicus Pada Bunga
Betina Tanaman Kelapa Sawit di Perkebunan PTPN VIII Cimulang, Bogor. Dibimbing oleh TRI
ATMOWIDI dan YANA KURNIAWAN.
Elaeidobius kamerunicus telah diketahui sebagai serangga yang penting dalam penyerbukan
tanaman kelapa sawit. Aplikasi kumbang ini dapat menaikkan produksi minyak dan peningkatan

pembentukan buah. Frekuensi kunjungan kumbang E. kamerunicus diketahui menentukan
penyerbukan pada kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan mempelajari frekuensi kunjungan
kumbang E. kamerunicus pada bunga betina tanaman kelapa sawit umur enam tahun. Pengamatan
frekuensi kunjungan kumbang dilakukan dengan pengamatan langsung selama 4x10 menit dengan
metode fix sample pada tiga blok waktu, yaitu pagi (09.00-10.00), siang (13.00-14.00), dan sore
(16.00-17.00). Pengamatan dilakukan selama 10 hari pada 10 pohon yang berbeda. Parameter
lingkungan yang diukur ialah suhu udara, kelembapan, kecepatan angin, dan intensitas cahaya.
Frekuensi kunjungan kumbang ke bunga betina tertinggi (130 kumbang/10 menit) terjadi pada
pagi hari. Kunjungan pada siang hari (28 kumbang/10 menit) dan sore hari (31 kumbang/10 menit)
lebih rendah dibandingkan pagi hari. Frekuensi kunjungan kumbang dipengaruhi secara signifikan
dengan suhu dan kelembapan.
Kata kunci: Frekuensi kunjungan, Elaeidobius kamerunicus, kelapa sawit, parameter lingkungan

ABSTRACT
KOMAL. Visiting Frequency of Weevil Pollinator Elaeidobius kamerunicus on Oil Palm’s Female
Flowers in PTPN VIII Cimulang, Bogor. Supervised by TRI ATMOWIDI and YANA
KURNIAWAN.
Elaeidobius kamerunicus had known as weevil pollinator which had important role in oil palm
pollination. Application of the weevil can increase of oil production and fruit set. Visiting
frequency of E. kamerunicus determine to pollination of palm oil. This study aimed to know

visiting frequency of E. kamerunicus on oil palm’s female flowers age six years. Visiting
frequency of E. kamerunicus was observed by fixed sample method in 4x10 minutes using three
time blocks, which is in the morning (09.00-10.00 am), afternoon (01.00-02.00 pm), and evening
(04.00-05.00 pm). Observations were conducted in 10 days on 10 different trees. Environment
parameters which were temperature, humidity, wind speed, and light intensity were measured. A
result showed that the highest weevil visitation frequent (130 weevils/10 minutes) to female
flowers occurred in the morning. Visiting frequency in afternoon (28 weevils/10 minutes) and in
evening (31 weevil/10 minutes) were lower than in the morning. The weevil’s visiting frequency
related significantly to temperature and humidity.
Key words: Visitation frequency, Elaeidobius kamerunicus, oil palm, environmental condition

iii

FREKUENSI KUNJUNGAN KUMBANG PENYERBUK
Elaeidobius kamerunicus PADA BUNGA BETINA TANAMAN
KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PTPN VIII
CIMULANG, BOGOR

KOMAL


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

iv

Judul

Nama
NIM

: Frekuensi Kunjungan Kumbang Penyerbuk Elaeidobius
kamerunicus pada Bunga Betina Tanaman Kelapa Sawit

di Perkebunan PTPN VIII Cimulang, Bogor
: Komal
: G34070099

Menyetujui,

Dr. Tri Atmowidi, M.Si.
Pembimbing I

Yana Kurniawan, M.Si.

Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


v

PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta
salam tak lupa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta pengikutpengikutnya hingga akhir zaman. Penelitian ini berjudul Frekuensi Kunjungan Kumbang
Penyerbuk Elaeidobius kamerunicus Pada Bunga Betina Tanaman Kelapa Sawit Di Perkebunan
PTPN VIII Cimulang, Bogor yang telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Juni
bertempat di perkebunan kelapa sawit PTPN VIII Cimulang, Bogor. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Tri Atmowidi, M.Si. dan Yana Kurniawan,
M.Si. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan doa dalam
pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ir. Agustin Wydia Gunawan, M.S. selaku dosen penguji yang telah banyak
memberi saran. Di samping itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Jimmy, Bapak
Agus, serta para staf pekerja PTPN VIII yang telah membantu penulis dalam hal pengamatan di
lapangan. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Aminah S.Si., Eva Brialin Agenginardi
S.Si., Ganisa Kusumawardani S.Si., Siti Nabilah S.Si., dan Nicky Jaka Perdana selaku tim
penelitian dengan tema kumbang, atas kerja sama dan semangat yang telah diberikan selama

penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua dan seluruh keluarga
penulis, serta keluarga besar Ibu Wita Sundari Setiawan, atas segala doa, dukungan, dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2011

Komal

vi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Mei 1989 dari Bapak Supardi dan Ibu Suryati
(Almh). Penulis merupakan putra keenam dari enam bersaudara. Penulis memulai pendidikan
formal pada tahun 1993 di TK Eldelweis, kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN 07 Pagi
Rawasari pada tahun 1995. Selanjutnya pada tahun 2001 penulis melanjutkan ke jenjang
menengah pertama di SLTPN 118 Jakarta, dan tahun 2004 melanjutkan ke jenjang menengah atas
di SMAN 30 Jakarta. Pada tahun 2007 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru sebagai mahasiswa mayor di Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan minor Gizi Masyarakat,

Fakultas Ekologi dan Manusia.
Selama mengikuti perkuliahan penulis telah mengikuti berbagai kegiatan organisasi di IPB
antara lain organisasi Koperasi Mahasiswa IPB pada tahun 2007-2008 dan organisasi Himpunan
Mahasiswa Biologi (Himabio). Penulis tergabung dalam Himabio di divisi kewirausahaan dan
sosial sebagai staf pada tahun 2008-2009 dan sebagai ketua divisi pada tahun 2009-2010. Penulis
juga mengikuti berbagai kepanitiaan acara antara lain, koordinator laboran MPD 45 tahun 2009,
staf logstran seminar nasional Revolusi Sains 2009, staf humas LCTB 2010, dan sebagai
penanggung jawab acara Bazaar Civitas Plus dalam rangkaian acara Biologi Interaktif pada tahun
2010. Penulis juga menjadi asisten praktikum Biologi Dasar pada tahun 2010-2011, Avertebrata
dan Struktur Hewan di tahun 2011. Penulis mengikuti Studi Lapangan di Wana Wisata Cangkuang
pada tahun 2009 dengan judul laporan “Ektoparasit pada Reptilia”. Selain itu, pengalaman dunia
kerja diperoleh dalam aktivitas Praktik Lapangan di Unit Peternakan Darul Fallah Ciampea,
Bogor, dengan judul laporan “Manajemen Produksi dan Analisis Kualitas Susu Sapi Perah di Unit
Peternakan Darul Fallah”.

vii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................


vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................................

vii

PENDAHULUAN ..................................................................................................................

1

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ..........................................................................................................
Bahan ..............................................................................................................................
Metode ............................................................................................................................


1
1
1

HASIL
Morfologi Kumbang .......................................................................................................
Frekuensi Kunjungan ......................................................................................................

2
2

PEMBAHASAN ....................................................................................................................

4

SIMPULAN ...........................................................................................................................

5

SARAN ..................................................................................................................................


5

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................

5

LAMPIRAN ...........................................................................................................................

7

viii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bunga betina reseptif kelapa sawit .....................................................................................
2 Elaeidobius kamerunicus: a, jantan dan b, betina ..............................................................
3 Hubungan antara frekuensi kunjungan Elaeidobius kamerunicus dengan suhu udara
dan kelembapan udara, kecepatan angin, dan intensitas cahaya .........................................


1
2
4

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Rata-rata frekuensi kunjungan kumbang di bunga betina pada waktu pagi hari, siang hari,
dan sore hari .......................................................................................................................
2 Nilai parameter lingkungan: suhu udara, kelembapan udara, kecepatan angin dan intensitas
cahaya pada pengamatan pagi hari, siang hari, dan sore hari ..............................................

3
3

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Peta Lokasi Penelitian ........................................................................................................

8

PENDAHULUAN
Elaeidobius kamerunicus merupakan
serangga penyerbuk yang penting dan efektif
dalam penyerbukan kelapa sawit. Pada tahun
1982, E. kamerunicus diintroduksi ke
Indonesia
dari
Afrika
Barat
untuk
menggantikan penyerbukan buatan oleh
manusia yang membutuhkan tenaga dan biaya
besar. Aplikasi kumbang ini pada tanaman
kelapa sawit diketahui dapat menaikkan
produksi minyak sebesar 20% dan kuantitas
(nilai fruit set) tandan mengalami peningkatan
dari 36,9% menjadi 78,3% (Ponnamma 1999).
Kunjungan E. kamerunicus ke bunga
betina disebabkan oleh adanya senyawa
volatil, yaitu estragole (p-metoksialilbenzena)
yang dihasilkan oleh bunga betina pada saat
tahap reseptif (Agus et al. 2007). Tandon et
al. (2001) melaporkan bunga betina reseptif
hanya berlangsung selama 3 hari. Bunga
betina yang memasuki tahap reseptif,
memiliki ciri-ciri: stigma terdiri atas tiga
bagian (lobus), terdapat papil pada setiap
lobus, dan terdapat cairan yang lengket.
Kunjungan kumbang juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor-faktor lain, yaitu musim
dan waktu. Kumbang lebih banyak
beraktivitas pada musim hujan dibandingkan
dengan musim kemarau (Prada et al. 1998).
Tandon et al. (2001) melaporkan kunjungan
E. kamerunicus ke bunga betina reseptif
dimulai sekitar pukul 07.00 sampai pukul
17.00, aktivitas kunjungan maksimal terjadi
pada
pukul
11.00-12.00.
Persentase
kunjungan kumbang E. kamerunicus pada
bunga betina didominasi oleh kumbang
betina, yaitu sebesar 72% (Prada et al. 1998).
Produksi tandan buah kelapa sawit dan
nilai fruit set (kuantitas pembentukan buah)
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
ialah populasi E. kamerunicus dan frekuensi
kunjungan E. kamerunicus ke bunga betina.
Pada saat populasi E. kamerunicus tinggi,
maka produksi tandan buah
tinggi.
Sebaliknya, produksi tandan buah kelapa
sawit rendah jika populasi E. kamerunicus
rendah. Diketahui pula bahwa E. kamerunicus
memiliki frekuensi kunjungan ke bunga betina
yang tinggi dibandingkan dengan serangga
penyerbuk lainnya yang berkunjung ke bunga
betina (Kurniawan 2010). Dari hasil tersebut
beberapa data belum berhasil diketahui seperti
frekuensi kunjungan E. kamerunicus ke bunga
betina dengan melihat berapa banyak
frekuensi E. kamerunicus yang datang ke
bunga betina dalam satu hari, oleh karena itu

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
berapa banyak frekuensi kunjungan E.
kamerunicus ke bunga betina kelapa sawit.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari sampai Juni 2011 di perkebunan
kelapa sawit PTPN VIII Cimulang, Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan ialah bunga betina
reseptif tanaman kelapa sawit dan E.
kamerunicus yang ada di perkebunan.
Penentuan bunga betina reseptif yang diamati
ialah bunga betina reseptif yang mekar hari
pertama, mengeluarkan aroma khas, dan
terdapat cairan lengket pada permukaan
bunga.
Metode
Morfologi Kumbang
Pengamatan morfologi kumbang jantan
dan kumbang betina, meliputi ciri-ciri khusus
yang terdapat pada kumbang jantan dan betina
seperti bentuk tubuh, ukuran tubuh, rambutrambut pada tubuh, dan sayap depan yang
tebal
(elytra).
Pengamatan
dilakukan
menggunakan kaca pembesar atau mikroskop
stereo.
Pengamatan Frekuensi Kunjungan
Frekuensi adalah kekerapan pada aktivitas
tertentu yang dilakukan secara berulang atau
berkelanjutan. Frekuensi kunjungan kumbang
yang datang pada bunga betina yang reseptif
(Gambar 1) dihitung dan diamati dengan
metode fixed sample (Dafni 1992).

Gambar 1 Bunga betina reseptif kelapa sawit.
Tanda
panah
menunjukkan
Elaeidobius kamerunicus.

2

Kumbang yang datang ke bunga betina
reseptif dihitung secara manual dengan
menggunakan alat hitung (counter). Kamera
video dan kamera digital digunakan untuk
merekam dan mendokumentasikan aktivitas
kumbang, seperti aktivitas terbang, hinggap,
dan mencari nektar pada bunga betina
reseptif.
Pengamatan dengan metode fixed sample
dilakukan selama 60 menit pada tiga blok
waktu pengamatan, yaitu pagi (pukul 09.0010.00), siang (pukul 13.00-14.00), dan sore
(pukul 16.00-17.00). Pengamatan dilakukan
dengan selang waktu 10 menit. Usai 10 menit
pengamatan, digunakan selang waktu 5 menit
untuk pencatatan data pada pengamatan 10
menit
sebelumnya.
Kegiatan
tersebut
dilakukan berulang selama 4 kali di setiap
blok waktu. Pengulangan dilakukan selama 10
hari yang berbeda pada 10 pohon yang
berbeda pula.
Pengukuran Parameter Lingkungan
Parameter lingkungan dilakukan di setiap
pengamatan pada tiap blok waktu.
Kelembapan dan suhu udara diukur dengan
termo higrometer, kecepatan angin diukur
dengan anemometer, dan intensitas cahaya
diukur dengan luksmeter.
Analisis Data
Data frekuensi kunjungan disajikan dalam
tabel. Kemudian data frekuensi kunjungan
dan data parameter lingkungan dianalisis
dengan scatter plot, regresi, dan nilai
probabilitas (p) menggunakan software
Sigmaplot 11.0. setelah itu, dilakukan
pengujian dengan uji korelasi Pearson antara
data frekuensi kunjungan dan data parameter
lingkungan.

HASIL
Morfologi Kumbang
Imago E. kamerunicus berukuran kecil
(1,8-4,0 mm), bentuk tubuhnya elips
memanjang dan berwarna cokelat kehitaman.
Tubuh E. kamerunicus terdiri atas tiga bagian,
yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada
toraks terdapat sepasang sayap depan yang
tebal (elytra) dan sepasang sayap belakang
tipis (membraneus). Memiliki tiga pasang
tungkai pada bagian toraks dan moncong di
bagian mulut. Kumbang jantan (Gambar 2a)
memiliki ukuran moncong lebih pendek dan
memiliki rambut-rambut yang lebih banyak
dibandingkan dengan kumbang betina

(Gambar 2b). Kumbang jantan memiliki ciri
spesifik yaitu memiliki tonjolan pada pangkal
elytra.
ii

iii

a

i

b
i

Gambar 2 Elaeidobius kamerunicus: a, jantan
dan b, betina. Tanda panah
menunjukan i, moncong; ii, elytra;
dan iii, rambut-rambut halus.
Frekuensi Kunjungan
Frekuensi kunjungan kumbang bervariasi
pada setiap pengamatan. Rata-rata kunjungan
tertinggi didapatkan pada waktu pagi hari
(130 kumbang/10 menit). Rata-rata kunjungan
pada waktu siang hari (28 kumbang/10 menit)
dan sore hari (31 kumbang/10 menit) lebih
rendah dibandingkan dengan kunjungan pada
waktu pagi hari (Tabel 1). Kunjungan
tertinggi E. kamerunicus pada suhu udara
26,5-31 °C, kelembapan udara 66-75%,
kecepatan angin 0-0,1 m/s, dan intensitas
cahaya 1000-4000 lux (Gambar 3).
Suhu udara pada waktu pengamatan
berkisar 26,5-43,3 °C, suhu udara minimum
didapatkan pada waktu pagi hari dan
maksimum didapatkan pada waktu siang hari.
Kelembapan udara pada waktu pengamatan
berkisar 39,1-88,7%, kelembapan udara
minimum didapatkan pada waktu siang hari
dan maksimum pada waktu pagi hari.
Kecepatan angin pada waktu pengamatan
berkisar 0-1 m/s, kecepatan angin minimum
didapatkan pada setiap waktu pengamatan
(pagi, siang, dan sore hari) dan maksimum
pada waktu siang hari. Intensitas cahaya pada

3

waktu pengamatan berkisar 137-19700,
intensitas cahaya minimum didapatkan pada
waktu sore hari dan maksimum pada waktu
siang hari (Tabel 2).
Frekuensi kunjungan kumbang E.
kamerunicus memiliki hubungan terhadap
suhu udara (p = 0,00924), semakin tinggi
suhu udara maka jumlah kunjungan kumbang
cenderung rendah. Sebaliknya, jumlah
kunjungan akan cenderung tinggi jika suhu
udara semakin rendah. Frekuensi kunjungan

kumbang E. kamerunicus memiliki hubungan
terhadap kelembapan udara (p = 0,0161),
semakin tinggi kelembapan udara maka
jumlah kunjungan kumbang cenderung tinggi.
Sebaliknya,
jumlah
kunjungan
akan
cenderung rendah jika kelembapan udara
semakin rendah. Frekuensi kunjungan
kumbang tidak memiliki hubungan terhadap
kecepatan angin (p = 0,0753) dan intensitas
cahaya (p = 0,693) (Gambar 3).

Tabel 1 Rata-rata frekuensi kunjungan kumbang di bunga betina reseptif pada waktu pagi hari,
siang hari, dan sore hari
Pengamatan
Frekuensi kunjungan kumbang/10 menit (individu)*
Pagi
Siang
Sore
Rata-rata
Pohon 1
333
26
71
143
(48-576)
(11-54)
(14-141)
Pohon 2
51
35
44
44
(13-129)
(20-61)
(19-68)
Pohon 3
98
30
27
51
(12-192)
(20-46)
(16-49)
Pohon 4
260
38
42
114
(124-476)
(18-78)
(8-109)
Pohon 5
143
39
17
66
(132-161)
(15-76)
(4-48)
Pohon 6
28
32
37
32
(16-43)
(12-61)
(23-69)
Pohon 7
115
7
8
43
(75-195)
(0-10)
(2-11)
Pohon 8
85
58
44
62
(46-111)
(35-78)
(16-81)
Pohon 9
158
8
13
60
(66-226)
(5-11)
(11-14)
Pohon 10
28
5
8
13
(19-35)
(1-6)
(6-11)
Rata-rata
130
28
31
63
*Rata-rata (kisaran minimum-maksimum)
Tabel 2 Nilai parameter lingkungan: Suhu udara, kelembapan udara, kecepatan angin, dan
intensitas cahaya pada pengamatan pagi hari, siang hari, dan sore hari

Waktu
Pagi

Suhu udara
(°C)

Parameter Lingkungan*
Kelembapan udara
Kecepatan Angin
(%)
(m/s)

29,41
71,15
(26,5-38,5)
(43,2-88,7)
Siang
32,95
58,80
(30,3-43,3)
(39,1-70,5)
Sore
29,84
70,83
(26,5-33,8)
(60,9-78,5)
*Rata-rata (kisaran minimum-maksimum)

0,01
(0-0,3)
0,14
(0-1)
0,06
(0-0,3)

Intensitas Cahaya
(lux)
4808,25
(577-15410)
6943,95
(703-19700)
1180,93
(137-3310)

4
700

700

600

600
500

Jumlah kunjungan

Jumlah kunjungan

500

y = -5,293x + 225,497
r = -0,237
r2 = 0,056
p = 0,00924

400
300
200

y = 1,267x - 21,964
r = 0,219
r2 = 0,047
p = 0,0161

400
300
200

100

100

0

0

-100
24

26

28

30

32

34

36

38

40

42

44

30

46

40

50

700

600

600

500

500

Jumlah kunjungan

Jumlah kunjungan

700

400
300

y = -68,254x + 67,529
r = -0,163
r2 = 0,026
p = 0,0753

200
100

60

70

80

90

100

Kelembapan udara (%)

Suhu udara (oC)

400

y = 0,00168x + 55,581
r = 0,0364
r2 = 0,001
p = 0,693

300
200
100

0

0

-100
0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.

Kecepatan angin (m/s)

0

5000

10000

15000

20000

Intensitas cahaya (lux)

Gambar 3 Hubungan antara frekuensi kunjungan Elaeidobius kamerunicus dengan suhu udara,
kelembapan udara, kecepatan angin, dan intensitas cahaya.

PEMBAHASAN
Imago E. kamerunicus memiliki ukuran
tubuh yang kecil dan terdapat beberapa ciri
khas yang membedakan antara kumbang
jantan dan kumbang betina. Kumbang jantan
memiliki tonjolan pada pangkal elytra,
sedangkan kumbang betina tidak memiliki
tonjolan pada pangkal elytra. Kumbang jantan
berukuran lebih besar dibandingkan dengan
kumbang betina. Kumbang jantan berukuran
3-4 mm, sedangkan kumbang betina
berukuran 1,8-3 mm. Kumbang jantan
memiliki lebih banyak rambut-rambut pada
tubuhnya dibandingkan dengan kumbang
betina. Polen dari bunga jantan lebih banyak
menempel pada rambut-rambut kumbang
jantan. Oleh karena itu, kumbang jantan
memiliki kemampuan yang lebih potensial
untuk penyerbukan dibandingkan dengan
kumbang betina (Agenginardi 2011; Nabilah
2011).
Salah satu faktor penarik serangga pada
bunga ialah kandungan nektar (Kearns &
Inouye 1997). Selain nektar, polen juga
merupakan faktor penarik bagi serangga

penyerbuk. Kemampuan serangga membawa
polen
yang
menempel
pada
tubuh
memungkinkan terjadinya penyerbukan silang
pada tumbuhan (Bolat & Pirlak 1999).
Ketertarikan E. kamerunicus terhadap
bunga betina reseptif disebabkan adanya
senyawa volatil yang disekresikan oleh bunga
betina pada saat mekar. Ketertarikan ini
disebabkan adanya kemoreseptor pada
kumbang, yaitu di bagian antena. Dengan
adanya kemoreseptor ini, kumbang dapat
menentukan arah dan keberadaan bunga
betina reseptif. Roeder (1952) melaporkan
permukaan antena serangga memiliki
kemampuan untuk menangkap sinyal alami di
lingkungan sekitar.
Frekuensi kunjungan tertinggi kumbang E.
kamerunicus ke bunga betina reseptif ialah
pada waktu pagi hari (130 kumbang/10
menit), diikuti sore hari (31 kumbang/10
menit), dan siang hari (28 kumbang/10
menit). Hal ini menunjukkan bahwa E.
kamerunicus lebih aktif beraktivitas pada pagi
hari dibandingkan dengan siang hari atau sore
hari.

25000

5

Pada bunga jantan kelapa sawit umur
enam tahun juga diketahui bahwa jumlah
individu kumbang tertinggi didapatkan pada
waktu pagi hari (pukul 08.00-10.00)
(Kurniawan 2010). Contoh serangga lain yang
beraktivitas lebih aktif berkunjung ke bunga
pada pagi hari (pukul 08.30-11.30) untuk
mencari nektar yaitu Apis cerana (Singh
2008).
Rata-rata frekuensi kunjungan kumbang
pada bunga betina reseptif ialah 63
kumbang/10 menit (Tabel 1). Dengan
diasumsikan bahwa E. kamerunicus aktif
melakukan penyerbukan selama 8 jam/hari,
maka kunjungan kumbang ke bunga betina
dalam satu hari ialah 3024 kumbang (60 menit
: 10 menit x 63 kumbang x 8 jam). Tandon et
al. (2001) melaporkan bahwa bunga betina
dalam satu tandan terdiri atas 900 bunga
betina. Syed dan Salleh (1987) melaporkan
dibutuhkan 1500 individu E. kamerunicus
dewasa untuk dapat menyerbuki bunga betina
hingga mencapai tingkat polinasi minimum
atau sekitar 50% hasil buah. Oleh karena itu,
penyerbukan yang dilakukan oleh 3024
individu E. kamerunicus cukup efektif untuk
penyerbukan terhadap satu tandan bunga
betina kelapa sawit.
Suhu udara berpengaruh signifikan (p =
0,00924)
terhadap
jumlah
kunjungan
kumbang. Hubungan antara frekuensi
kunjungan E. kamerunicus dengan suhu udara
memiliki korelasi yang rendah (r = -0,237).
Kurniawan (2010) melaporkan suhu udara
berkorelasi negatif dengan jumlah E.
kamerunicus pada bunga jantan tanaman
kelapa sawit umur enam tahun. Jumlah
kunjungan kumbang berpengaruh dengan
suhu udara dikarenakan aktivitas serangga
dipengaruhi oleh rendah atau tinggi suhu
udara. Menurut Speight et al. (1999), suhu
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan,
dan aktivitas serangga.
Kelembapan udara berpengaruh signifikan
(p = 0,0161) terhadap jumlah kunjungan
kumbang. Hubungan antara frekuensi
kunjungan
E.
kamerunicus
dengan
kelembapan udara memiliki korelasi yang
rendah (r = 0,219). Wibowo (2010)
melaporkan kelembapan udara berkorelasi
positif dengan populasi E. kamerunicus pada
bunga jantan.
Kecepatan angin tidak berpengaruh
signifikan (p = 0,0753) terhadap jumlah
kunjungan kumbang. Hubungan antara
frekuensi kunjungan E. kamerunicus dengan
kecepatan angin memiliki korelasi yang
rendah (r = -0,163). Pergerakan udara

merupakan salah satu faktor yang penting
dalam penyebaran kehidupan serangga.
Penyebab arah serangga terkadang mengikuti
arah angin berhembus.
Intensitas cahaya tidak berpengaruh
signifikan (p = 0,693) terhadap jumlah
kunjungan kumbang. Hubungan antara
frekuensi kunjungan E. kamerunicus dengan
intensitas cahaya memiliki korelasi yang
rendah (r = 0,0364). Cahaya mempengaruhi
aktivitas serangga, membantu mendapatkan
makan, dan untuk menentukan tempat tinggal.
Setiap serangga membutuhkan intensitas
cahaya yang berbeda untuk aktivitasnya.
Chasanah (2010) melaporkan jumlah individu
serangga tertinggi ditemukan pada intensitas
cahaya 3000 lux di tumbuhan Hoya
multiflora. Anendra (2010) juga melaporkan
intensitas cahaya berkorelasi positif dengan
aktivitas harian lebah Apis cerana.

SIMPULAN
Frekuensi
kunjungan
tertinggi
E.
kamerunicus ke bunga betina kelapa sawit
yang reseptif terjadi pada waktu pagi hari.
Jumlah kunjungan E. kamerunicus pada
bunga betina di kebun PTPN VIII Cimulang,
Bogor, telah mencukupi jumlah minimum
untuk dapat menyerbuki bunga betina. Jumlah
kunjungan
E.
kamerunicus
tertinggi
didapatkan pada kisaran suhu udara 26,5-31
°C, kelembapan udara 66-75%, kecepatan
angin 0-0,1 m/s, dan intensitas cahaya 10004000 lux.

SARAN
Perlu dilakukan pengamatan frekuensi
kunjungan kumbang dan aktivitas lama
kunjungan atau foraging time dari kumbang
E. kamerunicus di bunga betina kelapa sawit
dengan menggunakan metode kuadran agar
lebih mudah untuk mengamati kunjungan
kumbang.

DAFTAR PUSTAKA
Agenginardi EB. 2011. Jumlah polen kelapa
sawit dan viabilitasnya pada tubuh
kumbang betina Elaeidobius kamerunicus
Faust
[skripsi].
Bogor:
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.

6

Agus S, Roletha YP, Agus EP. 2007.
Elaeidobius
kamerunicus,
Serangga
Penyerbuk Kelapa Sawit. Medan: Pusat
Penelitian Kelapa Sawit.
Anendra YC. 2010. Aktivitas Apis cerana
mencari polen, identifikasi polen, dan
kompetisi menggunakan sumber pakan
dengan Apis mellifera [tesis]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Bolat I, Pirlak L. 1999. An investigation on
pollen viability, germination and tube
growth in some stone fruits. Turk J Agric
For 23:383-388.
Chasanah LR. 2010. Keanekaragaman dan
frekuensi kunjungan serangga penyerbuk
serta efektivitasnya dalam pembentukan
buah
Hoya
multiflora
Blume
(Asclepiadaceae) [tesis]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Dafni A. 1992. Pollination Ecology: A
Practical Approach. USA: Oxford
University Press.
Kearns CA, Inouye DW. 1997. Pollinator,
flowering plants and conservation biology.
Bioscience 47:297-307.
Kurniawan Y. 2010. Demografi dan populasi
kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust
(Coleoptera:
Curculionidae)
sebagai
penyerbuk kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq)
[tesis].
Bogor:
Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Nabilah S. 2011. Jumlah polen kelapa sawit
dan viabilitasnya pada tubuh kumbang
jantan Elaeidobius kamerunicus Faust
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.

Ponnamma KN. 1999. Diurnal variation in the
population of Elaeidobius kamerunicus on
the anthesising male inflorescences of oil
palm. Planter 75:405-410.
Prada M, Molina D, Villaroel D, Barios R,
Díaz A. 1998. Efectividad de dos species
del género Elaeidobius (Coleoptera:
Curculionidae) como polinizadores en
palma aceitera. Bioagro 10:3-10.
Roeder KD. 1952. Insects as experimental
material. Science 115:275-280
Singh MM. 2008. Foraging behavior of the
Himalayan honeybee (Apis cerana F.) on
flowers of Fagopyrum esculentum M. and
its impact on grain quality and yield.
Ecoprint 15:37-46.
Speight MR, Hunter MD, Watt AD. 1999.
Ecology of insect: Concepts and
Applications. London: Blackwell Science.
Syed RA, Salleh A. 1987. Population of
Elaeidobius kamerunicus in relation to
fruit set. Di dalam: Halim A, editor.
International Oil Palm Conference; Kuala
Lumpur, 23-26 Jun 1987. Kuala Lumpur:
Palm Oil Institute of Malaysia. hlm 535549.
Tandon R, Manohara TN, Nijalingappa BHM,
Shivanna KR. 2001. Pollination and
pollen-pistil interaction in oil palm, Elaeis
guineensis. Ann Bot 87:831-838.
Wibowo ES. 2010. Dinamika populasi
kumbang
Elaeidobius
kamerunicus
(Curculionidae:
Coleoptera)
sebagai
penyerbuk kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq) umur enam tahun [skripsi]. Bogor:
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.

LAMPIRAN

8

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian

Keterangan: Bagian yang diwarnai (blok 19, 20, dan 26) ialah blok-blok yang
digunakan untuk pengamatan frekuensi kunjungan kumbang
Elaeidobius kamerunicus.