manfaat  dari  pembangunan  tersebut,  melainkan  hanya  orang-orang  yang berkepentingan saja.
54
2. Pengertian Kepentingan Umum
Secara  sederhana  dapat  diartikan  bahwa  kepentingan  umum  dapat  saja dikatakan  untuk  keperluan,  kebutuhan  atau  kepentingan  orang  banyak  atau  tujuan
yang  luas.  Namun  demikian  rumusan  tersebut  terlalu  umum  dan  tidak  ada batasannya.
55
Kepentingan  dalam  arti  luas  diartikan  sebagai “public  benefit”  sedangkan
dalam  arti  sempit  public  use  diartikan  sebagai  public  access,  atau  apabila  public access tidak dimungkinkan, maka cukup
“if the entire public could use the product of the facility
”.
56
Menurut John Salindeho belum ada definisi yang sudah dikentalkan mengenai pengertian kepentingan umum,  namun cara  sederhana dapat ditarik kesimpulan atau
pengertian  bahwa  kepentingan  umum  dapat  saja  dikatakan  untuk  keperluan, kebutuhan atau kepentingan orang banyak atau tujuan sosial yang luas. Oleh Karena
itu  rumusan  demikian  terlalu  umum,  luas  dan  tak  ada  batasnya,  maka  untuk mendapatkan  rumusan  terhadapnya,  kiranya  dapat  dijadikan  pegangan  sambil
menanti  pengentalannya  yakni  kepentingan  umum  adalah  termasuk  kepentingan bangsa  dan  Negara  serta  kepentingan  bersama  dari  rakyat,  dengan  memperhatikan
54
John  Salindeho,  Masalah  Tanah  dalam  Pembangunan,  Cetakan  Kedua,  Jakarta,  Sinar Grafika, 1988, hal. 155.
55
Oloan  Sitorus  dan  Dayat  Limbong,  Pengadaan  Tanah  Untuk  Kepentingan  Umum, Yogyakarta, Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, 2004, hal. 6.
56
Maria  S.W.  Soemardjono,  Tanah  Dalam  Prespektif  Hak  Ekonomi  Sosial  Dan  Budaya, Op.cit., hal. 200.
Universitas Sumatera Utara
segi-segi sosial, politik, psikologis dan hankamnas atas dasar azas-azas Pembangunan Nasional dengan mengindahkan Ketahanan Nasional serta wawasan Nusantara.
57
Menurut pendapat Adrian Sutendi, prinsip-prinsip kriteria kepentingan umum dapat  diuraikan  lebih  rinci,  yakni  meliputi  sifat  kepentingan  umum,  bentuk
kepentingan  umum,  dan  ciri-ciri  kepentingan  umum.  Demikian  metode  penerapan tiga aspek tersebut sehingga kriteria kepentingan umum dapat diformulasikan secara
pasti, adil dan dapat diterima oleh masyarakat.
58
Berdasarkan  ketentuan  UUPA  kepentingan  umum  dinyatakan  dalam  arti peruntukannya,  yaitu  untuk  kepentingan  bangsa  dan  negara,  kepentingan  bersama
dari rakyat dan kepentingan pembangunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud  dengan  kepentingan  umum  adalah  kepentingan  tersebut  harus  memenuhi
peruntukkannya dan harus dirasakan kemanfaatannya, dalam arti dapat dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan dan atau secara langsung.
Dalam  Pasal  1  angka  3  Keppres  Nomor  55  Tahun  1993    yang  dimaksud dengan
”kepentingan  umum  adalah  kepentingan  seluruh  lapisan  masyarakat”. Pembangunan untuk kepentingan umum berdasarkan Keppres 55 tahun 1993 tersebut
dibatasi  untuk  kegiatan  pembangunan  yang  dilakukan  dan  selanjutnya  dimiliki  oleh pemerintah  serta  tidak  digunakan  untuk  mencari  keuntungan.  Selain  itu  terdapat  14
kegiatan yang masuk kategori kepentingan umum: a.  Jalan umum, saluran pembuangan air
b.  Waduk, bendungan, dan bangunan pengairan lainnya termasuk saluran irigasi c.  Rumah sakit umum dan pusat-pusat kesehatan masyarakat
d.  Pelabuhan atau Bandar udara atau terminal
57
John Salindeho, Op.cit., hal. 40
58
Adrian Sutedi, Op.cit., hal. 70.
Universitas Sumatera Utara
e.  Peribadatan f.  Pendidikan atau sekolah
g.  Pasar umum atau pasar inpres h.  Fasilitas pemakaman umum
i.  Fasilitas  keselamatan  umum  seperti  antara  lain  tanggul  penanggulangan
bahaya bandir, lahar, dan lain bencana j.  Pos dan telekomunikasi
k.  Sarana olah raga l.  Stasiun penyiaran radio, televise beserta sarana pendukungnya
m.  Kantor pemerintah n.  Fasilitas Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Berbeda  dengan  batasan  tentang  Kepentingan  Umum  dalam  berbagai
Peraturan  yang  dulu,  dalam  Perpres  Nomor  65  Tahun  2006  tersebut  dipilih pendekatan  berupa  penyebutan  Kepentingan  Umum  dalam  suatu  daftar  kegiatan
sebagaimana  dalam  Pasal  5  menyebutkan  definisi  kepentingan  umum,  yaitu terdiri dari:
a.   Jalan  umum  dan  jalan  tol,  rel  kereta  api  diatas,  diruang  atas  tanah,  ataupun diruang  bawah  tanah,  saluran  air  minumair  bersih,  saluran  pembuangan  air
dan sanitasi. b.   Waduk, bendungan irigasi dan pembangunan pengairan lainnya;
c.   Pelabuhan, bandara udara, stasiun kereta api dan terminal; d.   Fasilitas  keselamatan  umum,  seperti  tanggul  penanggulangan  bahaya  banjir,
lahar, dan lain-lain bencana; e.   Tempat pembuangan sampah;
f.   Cagar alam dan cagar budaya; g.   Pembangkit, transmisi, distibusi tenaga listrik.
Sedangkan katagori yang termasuk kepentingan umum menurut Pasal 6 ayat 2 Rancangan  Undang-undang  Pengadaan  Tanah  Bagi  Pembangunan  Untuk
Kepentingan Umum adalah: Pembangunan  untuk  kepentingan  umum  baik  yang  berada  di  atas  tanah,  di
ruang atas tanah, ataupun di ruang bawah tanah meliputi: a.   Jalan  umum  Jalan  non  tol  dan  jalan  tol,  rel  kereta  api  atau  sejenisnya,
saluran pembuangan air atau sanitasi; b.   Waduk, bendungan, bending irigasi, dan bangunan pengairan lainya;
Universitas Sumatera Utara
c.   Pelabuhan, Bandar udara, station kereta api dan terminal; d.   Tempat pembuangan sampah;
e.   Fasilitas  keselamatan  umum,  seperti  tanggul  penanggulangan  bahaya
banjir, lahar, dan lain-lain bencana; f.   Cagar alam dan cagar budaya;
g.   Pembangkit transmisi, gardu dan distribusi tenaga listrik; h.   Penyediaan perumahan untuk masyarakat miskin;
i.   Yang ditentukan dan ditetapkan presiden;
Apabila  dibandingkan  konsep  hukum  pengadaan  tanah  antara  Keputusan Presiden  Nomor  55  Tahun  1993  dengan  Peraturan  Presiden  Nomor  36  Tahun  2005
sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006,  maka seakan-akan nampak bahwa apa yang diatur dalam Peraturan Presiden 36 tahun 2005
lebih  luas  karena  dalam  definisinya  menyebutkan  macam-macam  benda  yang diberikan  ganti  rugi  yakni  diberikan  kepada  yang  melepaskan  atau  menyerahkan
tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Keputusan Presiden  Nomor  55  Tahun  1993  walaupun  dalam  definisinya  hanya  memberikan
ganti rugi terhadap tanah, namun dalam Pasal 12 menyebutkan bahwa ganti kerugian dalam  rangka  pengadaan  tanah  diberikan  untuk: hak  atas  tanah,  bangunan,  tanaman
dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah. Maria  S.W.  Sumarjono  dalam  uraiannya  mengenai  pengadaan  tanah
menyampaikan  bahwa  dalam  Keppres  ini,  kepentingan  umum  didefinisikan  sebagai kepentingan seluruh lapisan masyarakat, sedangkan mengenai kegiatan pembangunan
untuk  kepentingan  umum  dibatasi  pada  kegiatan  pembangunan  yang  dilakukan  dan selanjutnya  dimiliki  oleh  pemerintah,  serta  tidak  digunakan  untuk  mencari
Universitas Sumatera Utara
keuntungan.  Dengan  demikian  interpretasi  kegiatan  yang  termasuk  dalam  kategori kepentingan umum dibatasi pada terpenuhinya ketiga unsur tersebut.
59
Konsekuensi  dari  batasan  kriteria  tersebut  maka  walaupun  kegiatan  itu dilakukan  oleh  pemerintah  dan  selanjutnya  dimiliki  oleh  pemerintah,  akan  tetapi
untuk  mencari  keuntungan  maka  hal  ini  jelas  tidak  dapat  dikategorikan  sebagai kepentingan  umum.  Sebagaimana  diketahui  dalam  perkembangannya  banyak
kegiatan-kegiatan  yang  dilakukan  oleh  pemerintah  tetapi  juga  digunakan  untuk mencari  keuntungan.  Misalnya  kegiatan  pos  dan  telekomunikasi  dalam
perkembangannya  merupakan  kegiatan  yang  nyata-nyata  mencari  keuntungan. Oleh  karena  itu  sebenarnya  tidak  tepat  dimasukkan  dalam  pengertian  kepentingan
umum.
Kepentingan merupakan tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk  dipenuhi  dan  pada  hakekatnya  mengandung  kekuasaan  yang  dijamin  dan
dilindungi  oleh  hukum  dalam  melaksanakannya.  Di  dalam  masyarakat  terdapat banyak  sekali  kepentingan-kepentingan,  baik  perorangan  maupun  kelompok,  yang
tidak  dapat  dihitung  jumlahnya  maupun  jenisnya,  yang  kesemuanya  itu  harus dihormati  dan  dilindungi.  Dengan  demikian  wajarlah  kalau  setiap  orang  atau
kelompok  mengharapkan  atau  menuntut  kepentingan-kepentingannya  itu  dilindungi dan  dipenuhi,  yang  sudah  tentu  tidak  mungkin  dipenuhi  semua  sekaligus,
mengingat  bahwa  kepentingan-kepentingan  itu  banyak  pula  yang  bertentangan  satu
sama lain.
59
Maria S.W Sumardjono, Op.cit.,  hal. 73.
Universitas Sumatera Utara
3. Dasar Hukum Pengadaan Tanah