Selain itu, UUPA juga menghendaki supaya hak atas tanah yang dipunyai oleh seseorang atau badan hukum tidak boleh dipergunakan semata-mata untuk
kepentingan pribadi dengan sewenang-wenang tanpa menghiraukan kepentingan masyarakat umum atau dengan kata lain semua hak atas tanah tersebut harus
mempunyai fungsi sosial sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UUPA yang menyatakan bahwa
“semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”. Pihak yang dapat mempunyai hak atas tanah diatur dalam Pasal 9 ayat 2
UUPA yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara Indonesia, baik laki-laki
maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah untuk mendapat manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun
keluarganya ”.
2. Macam-macam Hak atas Tanah
a. Hak atas Tanah Bersifat Tetap Hak atas tanah sebagai diatur dalam UUPA, yaitu:
1. Hak Milik Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 16.
49
2. Hak Guna Usaha Hak guna-usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang diknasai
langsung oleh Negara, dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam Pasal 29, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan.
50
49
Undang-Undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Pasal 20 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
3. Hak Guna Bangunan Hak
guna-bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah
yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun.
51
4. Hak Pakai Hak pakai adalah hak untuk menggunakan danatau memungut hasil dari
tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam
keputusan pemberiannya oleh penjabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian
sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini.
52
b. Hak atas Tanah Bersifat Sementara Hak atas tanah yang bersifat sementara diatur dalam Pasal 53 UUPA. Hak
tersebut dimaksudkan sebagai hak yang bersifat sementara karena pada suatu ketika hak tersebut akan dihapus. Hal tersebut dapat disebabkan karena
bertentangan dengan asas yang terdapat dalam Pasal 10 UUPA, yaitu:
53
“seseorang yang mempunyai suatu hak atas tanah pertanian diwajibkan mengerjakan sendiri secara aktif dengan mencegah cara-cara pemerasan,
namun sampai saat ini hakhak tersebut masih belum dihapus. ”
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan hak atas tanah yang bersifat sementara adalah:
50
Undang-Undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Pasal 28 ayat 1.
51
Undang-Undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Pasal 35 ayat 1
52
Undang-Undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Pasal 41 ayat 1.
53
Boedi Harsono, Op.cit., hal. 290.
Universitas Sumatera Utara
1. Hak gadai tanahjual gadaijual sende. Hak gadaijual gadaijual sende adalah menyerahkan tanah dengan
pembayaran sejumlah uang dengan ketentuan bahwa orang yang menyerahkan tanah mempunyai hak untuk meminta kembalinya tanah
tersebut dengan memberikan uang yang besarnya sama. 2. Hak Usaha Bagi Hasil.
Hak usaha bagi hasil merupakan hak seseorang atau badan hukum untuk menggarap di atas tanah pertanian orang lain dengan perjanjian bahwa
hasilnya akan dibagi diantara kedua belah pihak menurut perjanjian yang telah disetujui sebelumnya.
3. Hak Sewa Tanah Pertanian. Hak sewa tanah pertanian adalah penyerahan tanah pertanian kepada
orang lain yang memberi sejumlah uang kepada pemilik tanah dengan perjanjian bahwa setelah pihak yang memberi uang menguasai tanah
selama waktu tertentu, tanahnya akan dikembalikan kepada pemiliknya. 4. Hak menumpang.
Hak menumpang adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang untuk mendirikan dan menempati rumah di atas pekarangan orang lain.
Pemegang hak menumpang tidak wajib membayar sesuatu kepada yang empunya tanah, hubungan hukum dengan tanah tersebut bersifat sangat
lemah artinya sewaktu-waktu dapat diputuskan oleh yang empunya tanah
jika yang bersangkutan memerlukan sendiri tanah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
C. Pengaturan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum 1. Pengertian Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
Secara garis besar dikenal ada 2 dua jenis pengadaan tanah, pertama pengadaan tanah untuk kepentingan pemerintah yang terdiri dari kepentingan umum,
sedangkan yang kedua pengadaan tanah untuk kepentingan swasta yang
meliputi kepentingan komersial dan bukan komersial atau bukan sosial.
Menurut ketentuan Pasal 1 angka 3 Perpres Nomor 36 Tahun 2005 yang dimaksud dengan
Pengadaan Tanah
adalah: “Setiap kegiatan untuk mendapatkan
tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan
pencabutan hak atas tanah. ”
Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengadaan tanah menurut Perpres Nomor 36 Tahun 2005 dapat dilakukan selain dengan memberikan
ganti rugi juga dimungkinkan untuk dapat dilakukan dengan cara pencabutan hak atas tanah. Hal ini berarti adanya unsur pemaksaan kehendak untuk dilakukannya
pencabutan hak atas tanah untuk tanah yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan bagi kepentingan umum.
Peraturan Presiden tersebut berbeda dengan ketentuan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2006, tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum, menentukan pengertian pengadaan tanah adalah: “Setiap
kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau meyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang
berkaitan dengan tanah. ”
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pengertian pengadaan tanah menurut Pasal 1 angka 5 Rancangan Undang-undang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum adalah ”Pengadaan tanah adalah kegiatan untuk memperoleh
tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada pihak yang terkena pengadaan tanah untuk kegiatan pembangunan bagi kepentingan umum
”. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka dapat disimpulkan dengan berlakunya
ketentuan yang baru tersebut dalam pengadaan tanah tidak ada lagi istilah “pencabutan hak atas tanah”. Hal ini berarti tidak ada lagi unsur-unsur pemaksaan
kehendak untuk dilakukannya pencabutan hak atas tanah terhadap tanah yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan bagi kepentingan umum.
Sedangkan pengadaan tanah untuk kepentingan swasta sangat berbeda dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, baik secara peruntukannya
maupun dari segi kemanfaatannya, serta tata cara perolehan atas tanahnya. Hal tersebut dikarenakan pihak yang membutuhkan tanah bukan sebagai subyek yang
berhak untuk memiliki tanah dengan status yang sama dengan tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan bagi kepentingan umum, akan tetapi bertujuan untuk
memperoleh keuntungan semata. Oleh karena itu yang dimaksud dengan Pengadaan tanah untuk kepentingan
swasta adalah kepentingan yang diperuntukan memperoleh keuntungan semata, sehingga peruntukan dan kemanfaatannya hanya dinikmati oleh pihak-pihak
tertentu bukan masyarakat luas. Sebagai contoh untuk perumahan elit, kawasan industri, pariwisata, lapangan golf dan peruntukan lainnya yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan semata. Jadi tidak semua orang bisa memperoleh
Universitas Sumatera Utara
manfaat dari pembangunan tersebut, melainkan hanya orang-orang yang berkepentingan saja.
54
2. Pengertian Kepentingan Umum