Alat dan Bahan Penelitian .1 Alat Penelitian : Prosedur Penelitian

4.7 Alat dan Bahan Penelitian 4.7.1 Alat Penelitian : - Tabung plastik 13 mm dan tinggi 17 mm - Pot akrilik - Spuit 5 ml untuk irigasi - Pus-pus untuk mengeringkan kavitas - Pinset, spatula semen, instrumen plastis, sonde lurus, semen stopper - Cotton pellet, wadah plastik - Mikromotor Strong, Korea - Mata bur polish - Halogen light curing unit SLC-III, Den-Tech, China. Panjang gelombang 380-510 nm - Alat uji tarik Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine - Tabung baja sebagai alat bantu uji tarik - Disc bur Jota - Paku beton ukuran 2 inchi untuk retensi - Penggaris - Jangka - Stopwatch

4.7.2 Bahan Penelitian -

32 buah gigi premolar bawah manusia yang telah dicabut untuk perawatan ortodonti Universitas Sumatera Utara - Resin komposit berbasis silorane Filtek ™ Silorane 3M ESPE - Sistem adhesif self-etch two-step Silorane System Adhesive 3M ESPE - Sistem adhesif self-etch two-step Adper SE Plus 3M ESPE - Self Curing acrylic - Saline untuk penyimpanan sampel penelitian - Vaseline -Aquadest Gambar 5. Bahan penelitian : A. bonding Silorane Bond, B. bahan etsa Silorane Etch, C. self curing acrylic Meliodent, D. bonding Adper SE Plus, E. bahan etsa Adper SE Plus, F. resin komposit silorane P90. Universitas Sumatera Utara Gambar 6. Alat Penelitian I : A. Spatula Semen, B. Sonde, C. Pinset, D. Instrumen Plastis, E. Pus-pus, F. Spuit 5 ml, G. Cawan Porselin, H. Wadah Plastik, I. Cotton Pellet, J. Disc Bur, K. Bur Diamond, L. Bur Polish, M. Brush, N. Paku, O. Semen Stoper, P. Tabung Plastik Gambar 7. Alat Penelitian II: Halogen Light Curing Unit SLC-III, DenTech Universitas Sumatera Utara Gambar 8. Alat Uji Tarik Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine 2tf “Senstar”, SC-2-DE, Tokyo-Japan

4.8 Prosedur Penelitian

a. Pembuatan sampel Sampel sebanyak 32 buah gigi premolar satu dan dua rahang bawah yang dikumpulkan dari gigi yang telah diekstrasi, dimasukkan ke dalam larutan saline. Kemudian sampel dikelompokkan menjadi 2 kelompok, masing masing kelompok berjumlah 16 sampel. Universitas Sumatera Utara Gambar 9. Penanaman sampel pada balok gips b. Perlakuan sampel penelitian 1. Preparasi sampel Outline form desain restorasi klas I digambar pada permukaan oklusal seluruh sampel dengan bantuan jangka dan mistar untuk mendapatkan ukuran yang akurat, dengan ukuran . Preparasi dilakukan dengan menggunakan diamond bur berkecepatan tinggi berbentuk pear. Mata bur ditandai terlebih dahulu untuk mendapatkan kedalaman preparasi sebesar 3 mm Gambar 10. Diagram preparasi klas I Universitas Sumatera Utara Gambar 11. Preparasi kavitas klas I gigi sampel. 2. Restorasi sampel Permukaan oklusal yang telah dipreparasi, dicuci dan dikeringkan. Kelompok I dilakukan pengetsaan dengan sistem adhesif self-etch two-step Silorane System Adhesive 3M ESPE, aplikasikan bahan etsa dan primer dengan menggunakan kuas selama 15 detik, dikeringkan dengan semprotan udara selama 10 detik, light cure selama 10 detik, selanjutnya aplikasikan bahan bonding menggunakan kuas, dikeringkan dengan semprotan udara selama 10 detik, lalu light cure selama 10 detik. Kelompok II dilakukan pengetsaan dengan sistem adhesif self-etch two-step Adper SE Plus 3M ESPE, etsa dan bahan primer diaplikasikan selama 20 detik, lalu dikeringkan dengan semprotan udara selama 10 detik, aplikasi resin bonding lalu dikeringkan dengan semprotan udara selama 10 detik dan light cure kembali selama 10 detik . Pada kelompok I dan kelompok II diaplikasikan resin komposit berbasis silorane Filtek ™ Silorane 3M ESPE ke dalam kavitas, dan disinari selama 40 Universitas Sumatera Utara detik. Penumpatan kavitas dengan resin komposit dibuat meninggi dari permukaan gigi ±1,5 mm kemudian restorasi dipolis dengan menggunakan bur polish. Gambar 12. Aplikasi bahan etsa selama 20 detik Gambar 13. Pengeringan bahan etsa selama 10 detik Universitas Sumatera Utara Gambar 14. Aplikasi resin komposit Gambar 15. Proses penyinaran 3. Proses Thermocycling Seluruh sampel yang telah direstorasi dimasukkan ke dalam larutan saline selama 24 jam. Setelah itu, dilakukan proses thermocycling sebanyak 200 putaran dengan waktu 30 detik pada setiap temperatur 5 o C dan 55 C. Universitas Sumatera Utara Gambar 16. Proses Thermocycling Gambar 17. Proses Thermocycling dalam suhu 5 C dalam suhu 55 O C 3. Pemotongan akar sampel Setelah seluruh sampel dipolis, sampel dipotong sampai 13 batas servikal dengan disc bur sehingga tinggal bagian mahkota sampai 13 akar 4. Pembuatan cetakan sampel Cetakan sampel dibuat dari tabung syringe plastik 5 ml yang dipotong dengan panjang 1,5 cm menggunakan disc bur. Cetakan tersebut dilubangi pada 13 panjang dengan paku yang dipanasi untuk tempat paku yang berfungsi sebagai retensi uji tarik. 5. Penanaman sampel ke dalam cetakan Ambil cetakan sampel yang telah dibuat, kemudian ambil paku ukuran 2 inchi, paku tersebut diolesi vaseline. Kemudian bubuk self curing acrylic dan liquid diaduk dengan perbandingan 2 : 1, dimasukkan ke dalam cetakan syringe. Sampel kemudian ditanam ke dalam cetakan syringe dengan permukaan palatal menghadap ke atas. Paku digerakkan keluar masuk lubang hingga akrilik mengeras agar paku dapat Universitas Sumatera Utara dilepas setelah akrilik mengeras, permukaan akrilik diolesi dengan vaseline tanpa mengenai permukaan gigi. 6. Pembuatan sampel antagonis Setelah sampel ditanam, maka dibuat sampel antagonis. Dibutuhkan cetakan yang sama seperti membuat cetakan sebelumnya tabung syringe plastik 5 ml. paku diolesi vaseline dan dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat pada cetakan syringe. Cetakan antagonis ini disatukan dengan cetakan gigi yang sudah jadi sebelumnya. Kemudian diisi akrilik dengan perbandingan antara liquid dan powder 1 : 2 sesuai petunjuk pabrik, sambil paku digerakkan keluar masuk lubang agar paku dapat dilepas setelah akrilik mengeras. Sampel dimasukkan dalam air selama 3 menit hingga akrilik mengeras. Sampel dimasukkan dalam air selama 3 menit hingga akrilik mengeras. Setelah akrilik mengeras, paku dicabut dari lubang. Gambar 18. Sampel yang sudah ditanam dalam akrilik 7. Pengukuran tensile bond strength Pengukuran tensile bond strength dilakukan pada Laboratorium Uji Mekanis Fakultas MIPA USU. Sampel dipasangkan pada tabung baja pembantu sedemikian Universitas Sumatera Utara rupa sehingga sampel dapat dipegang oleh grip alat uji tarik. Uji tarik menggunakan alat Torsee’s Universal Testing Machine dengan beban maksimal 200 kgf, dengan kecepatan tarik 1 mmdetik. Data yang diperoleh dipindahkan ke dalam satuan Newton. Gambar 19. Sampel yang dipasang pada alat uji tarik

4.9 Analisa Data

Dokumen yang terkait

Perbedaan Tensile Bond Strength pada Resin Komposit Nanohybrid Menggunakan Sistem Adhesif Total-Etch dan Self-Etch pada Restorasi Klas I (Penelitian In Vitro)

6 101 76

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) Sebagai Basis Restorasi Klas II dengan Sistem Adhesif Self-Etch One-Step Terhadap Tensile Bond Strength

2 58 76

Perbandingan Tensile Bond Strength Antara Resin Komposit Berbasis Methacrylate Dan Silorane Dengan Menggunakan Sistem Adhesif Yang Berbeda Pada Restorasi Klas I Insisivus

4 53 74

Perbedaan Kebocoran Mikro Resin Komposit Flowable dan Packable dengan Meggunakan Sistem Adhesif Total-Etch Two-Step dan Self-Etch One-Step pada Restorasi Klas V (PENELITIAN IN VITRO)

5 137 95

Perbedaan Pengaruh Waktu Pengeringan Bahan Adhesif Terhadap Shear Bond Strength Restorasi Klas I Resin Komposit

2 42 78

Penggunaan Bahan Tumpatan Resin Komposit Dengan Prosedur Etsa Asam

3 27 38

Kekuatan Tarik Perlekatan (Tensile Bond Strength) Antara Dentin Dan Komposit Resin Dengan Memakai Bahan Adhesif Yang Berbeda

0 38 76

Perbedaan Shear Bond Strength Bahan Adhesif Konvensional Dengan Self-Etching Primer/Adhesive Pada Bonding Breket Ortodonti

4 99 90

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perbedaan Tensile Bond Strength pada Resin Komposit Nanohybrid Menggunakan Sistem Adhesif Total-Etch dan Self-Etch pada Restorasi Klas I (Penelitian In Vitro)

0 0 17

Perbedaan Tensile Bond Strength pada Resin Komposit Nanohybrid Menggunakan Sistem Adhesif Total-Etch dan Self-Etch pada Restorasi Klas I (Penelitian In Vitro)

1 1 13