Compound Senyawa KESIMPULAN DAN SARAN 35

Indeks warnaLovibond, maks. - - 6 - - - - ASH-T maks. 8 8 - - - - - Sari aseton - 6 - 8 - - - - - Warna kode Hijau Hijau Hijau Hijau Coklat Merah Kuning Dengan demikian hingga saat ini, semua karet remah SIR yang diekspor harus memiliki persyaratan mutu seperti yang ditetapkan dalam surat keputusan Menpardag tersebut. Untuk mengamankan kualitas SIR, suatu produk SIR harus mendapat pengawasan 4 macam laboratorium, yaitu laboratorium standard, laboratorium control, laboratorium komersial, dan laboratorium pabrik. Semua sarana penentu kualitas ini dimaksudkan agar SIR dapat bersaing dengan produk karet bongkah yang berasal dari Negara produsen karet bongkah selain Indonesia yang memiliki standar sendir-sendiri, seperti Standard Malaysian Rubber SMR dari Malaysia, Standard Singapore Rubber SSR dari Singapura, dan sebagainya Djoehana Setyamidjaja.,1993.

2.5. Compound Senyawa

Dalam menyusun formula atau rancangan compound yang spesifikasi teknisnya ditentukan oleh konsumen, selain harus memperhatikan sifat-sifat vulkanisat yang harus memenuhi persyaratan juga perlu memperhatikan biaya compound dan tahan pengolahannya. Umumnya compound dibuat dari bahan-bahan berikut, karet alam, karet sintetis, atau campuran 2 atau lebih elastomer, bahan pencepat reaksi ikat silang, aktivator dan penghambat vulkanisasi, antidegradasi oksidasi, bahan pengisi, penguat, bahan penolongprocessing acid, pengencer, bahan pewarna dan bahan tambahan lain yang khusus, misalnya blowing agent, serat, dan lain-lain Suharto,H.,1993. Secara umum bahan-bahan compound, terdiri dari :

1. Karet alam

Tingkat kualitas karet alam dan beragam jenis masing-masing terdaftar dalam “Green Book Of Rubber”.

2. Karet sintetis

Selama pengembangan karet alam pada perang duni II, sejumlah sistem digunakan pemerintah untuk mengidentifikasi karet Styrena Butadiene Rubber SBR.

3. Plasticizer Pelunak

Beberapa karet, khususnya karet alam dan karet sintetis viskositasnya tinggi, memerlukan massa perombakan awal selama pencampuran untuk melunakkan material untuk proses atau meningkatkan kekuatan struktur setelah compounding. Efek pelunakan ini dapat dikatalisis dengan penambahan sejumlah kecil plasticizer yang membantu mengendalikan jumlah dan kecepatan perombakan dan membantu pendispersian bahan-bahan yang lain. Plasticizer yang normal digunakan dengan karet alam dan karet Styrene Butadiene Rubber SBR adalah xylil mercaptan, asam sulfonat larut minyak, garam seng dari pentaklorotiofenol, pentaklorotiofenol, 2-naftalentiol, dan garam fenilhidrazin.

4. Vulkanisator

Seperti yang dinyatakan sebelumnya, zat kimia ini dibutuhkan untuk membentuk ikatan silang pada rantai karet ke dalam jaringan yang memberikan sifat-sifat yang diinginkan pada produk akhir. a. Sulfur Zat yang paling umum digunakan adalah sulfur, yang terlibat dalam reaksi dengan mayoritas karet tak jenuh untuk membentuk vulkanisat. Sebagai tambahan, dua unsur lain, yaitu selenium dan Tellurium dapat juga digunakan dalam vulkanisasi. b. Vulkanisasi Non-Sulfur Vulkanisasi non-sulfur terbagi menjadi tiga golongan yaitu : 1 logam oksidasi, 2 difungsional compound, atau 3 peroksida.

5. Akselerator

Sebagaimana yang dinyatakan sebelumnya, alasan utama menggunakan akselerator adalah untuk membantu mengendalikan waktu atau temperatur yang dibutuhkan untuk vulkanisasi dan dengan demikian meningkatkan sifat dari vulkanisat. Pengurangan waktu vulkanisasi tercapai dengan mengganti jumlah atau jenis akselerator yang digunakan. Golongan akselerator antara lain : a. Aldehid-Amin, contohnya : Butiraldehid-Anilin. b. Amin, contohnya : Heksametilen Tetramin. c. Guanidin, contohnya : Difenil Guanidin. d. Tiourea, contohnya : Etilentiourea. e. Tiazol, contohnya : Benzotiazol Disulfida. f. Tiuram, contohnya : Tetrametil Tiuram Disulfida. g. Sulfenamid, contohnya : N-Sikloheksil-2-Benzotiazil-Sulfenamid. h. Ditiokarbamat, contohnya : Zink Dimetilditiokarbamat. i. Xanthate, contohnya : Zink Isopropil Xanthate.

6. Akselator-Aktivator

Aktivator digunakan untuk meningkatkan vukanisasi dengan mengaktifkan akselator sehingga berperan lebih efektif. Dipercaya bahwa mereka bereaksi dengan beberapa cara untuk membentuk senyawa kompleks antara dengan akselator. Jadi senyawa kompleks yang dibentuk lebih efektif mengaktifkan sulfur dalam campuran sehingga meningkatkan nilai pematangan. Golongan akselator-aktivator antara lain : a. Senyawa organik terutama logam oksidasi, seperti : Zink Oksida, kapur terhidrasi, timbal magnesium oksida, alkali karbonat, dan hidroksida. b. Asam-asam organik, seperti asam stearat, oleat, laurat, palmitat, dan miristat, serta minyak terhidrogenasi dari kelapa, ikan, dan biji-bijian. c. Golongan alkalin, seperti amonia, amin, garam amin dengan asam lemah.

7. Antidegranat

Kehilangan sifat-sifat fisika karena proses penuaan disebabkan oleh pemotongan rantai silang, atau perubahan kimia pada rantai polimer. Konsekuensinya, anti- penuaan harus dapat bereaksi dengan zat menyebabkan penuaan ozon, oksigen, peroksida, panas, cahaya, cuaca, dan radiasi untuk mencengah atau memperlambat perusakan polimer. Golongan antidegranat antara lain : phenol, amino phenol, hidroquinon, phosphit, difenilamin, alkadiamin, phenilendiamin.

8. Pelunak Physical Plasticizer

Pelunak tidak bereaksi secara kimia dengan karet, tetapi berfungsi merubah sifat-sifat fisik dari compound karet atau vulkanisat. Jenis-jenis dari physical plasticizers ialah : extender oil, naphtenis, aromatic, miniral rubber, castor oil, miniral oil, ester gum dan lain-lain.

9. Pengisi Fillers

Dua jenis utama yang digunakan adalah carbon black dan channel black. Sedangkan nonblack fillers terdiri dari clays, kalsium karbonat, presipitatilika, dan titanium dioksida. Pemilihan pada filler khusus untuk compound akan berpengaruh pada karakteristik proses dan sifat-sifat fisik yang diinginkan, harga, dan penampilan produk akhir Morton,M.,1987.

2.6. Proses Vulkanisasi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Variasi Karbon Sebagai Bahan Pengisi pada Proses Pengolahan Senyawa Terhadap Kekeran (Hardness) pada Proses pembuatan Dock Fender di PT. Industri Karet Nusantara

4 66 54

Pengaruh Penambahan Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Pada Proses Pengolahan Compound Terhadap Kekerasan (Hardness) Pada Proses Pembuatan Packing Pintu Rebusan Di PT. Industri Karet Nusantara

3 56 38

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

6 66 53

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 1

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 13

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 2

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 3

Pengaruh Carbon Black Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Kekerasan (Hardness) Kompon Pada Proses Pembuatan Ban Berjalan (Conveyor Belt) Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 21

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Variasi Karbon Sebagai Bahan Pengisi pada Proses Pengolahan Senyawa Terhadap Kekeran (Hardness) pada Proses pembuatan Dock Fender di PT. Industri Karet Nusantara

0 1 24

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Variasi Karbon Sebagai Bahan Pengisi Pada Proses Pengolahan Senyawa Terhadap Kekerasan (Hardness) Pada Proses Pembuatan Dock Fender Di PT. Industri Karet Nusantara

0 0 24