administratif dan pidana denda tidak ada sanksi hukum berupa perampasan kemerdekaan. Padahal persekongkolan dalam pengadaan barang dan jasa lebih sering dikarenakan adanya
perilaku korup para pejabat pemerintahan atau pegawai negeri. Pelaku persekongkolan didalam pengadaan barang dan jasa baik pihak penyedia atau
pengusaha maupun pihak pengguna atau pejabat yang terkait seharusnya dapat dijerat dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam undang-undang No. 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Karena memang perbuatan-perbuatan yang terjadi di dalam persengkongkolan di dalam pengadaan barang dan jasa juga diatur di dalam undang-
undang pemberantasan tindak pidana korupsi seperti perbuatan yang merugikan keuangan negara, pegawai negeri menerima hadiah, gratifikasi yang tidak dilaporkan, dan lain-lain.
Sehingga pelaku persekongkolan pengadaan barang dan jasa dapat dijerat dengan sanksi berupa pidana penjara sesuai dengan yang diatur dalam undang-undang No. 20 Tahun 2001
Tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Berdasarkan hal-hal yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis membuat sebuah
skripsi yang berjudul “PRAKTEK PERSEKONGKOLAN TIDAK SEHAT DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH DIKAITKAN DENGAN UNDANG-
UNDANG NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas, maka penulis dapat menarik beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini. Antara lain :
1. Bagaimanakah praktek persekongkolan tidak sehat dalam pengadaan barang dan atau
jasa Pemerintah dilihat dari UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimanakah praktek persekongkolan tidak sehat dalam pengadaan barang atau jasa
Pemerintah dilihat dari Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaturan hukum dan akibat hukum bagi para pelaku persekongkolan tidak sehat dalam pengadaan barang dan jasa menurut UU No 5
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
2. Untuk mengetahui Persekongkolan Tidak Sehat dalam pengadaan barang dan jasa
ditinjau dari Undang Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
2. Manfaat Penulisan a. Secara teoritis
Pembahasan terhadap permasalahan yang telah dirumuskan akan memberikan informasi dan gambaran tentang perkembangan penindakan hukum di bidang
persekongkolan tidak sehat dalam pengadaan barang dan jasa Pemerintah, yaitu mengenai siapa saja yang dapat dijerat akibat tindakan persekongkolan tidak sehat
dalam pengadaan barang dan jasa Pemerintah dan juga apa saja sanksi hukum yang dapat diberikan kepada pelaku persekongkolan tidak sehat dalam pengadaan barang dan
Universitas Sumatera Utara
jasa Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah persekongkolan yang tidak sehat dalam pengadaan barang dan jasa Pemerintah.
Selain itu, penulisan skripsi ini bermanfaat bagi kontribusi pemikiran dan pandangan yang baru mengenai hukum pidana di Indonesia, terutama bagi kalangan
akademisi di Perguruan Tinggi.
b. Secara Praktis
Pembahasan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca, khususnya bagi para pekerja di bidang pengadaan
barang dan jasa dan juga pemberantasan tindak pidana korupsi mengenai langkah hukum apa yang dapat diambil untuk mengatasi persekongkolan yang tidak sehat dalam
pengadaan barang dan jasa. Diharapkan penulisan skripsi ini memiliki manfaat bagi pemerintah untuk lebih
lagi meningkatkan pengawasan dan penindakan hukum terhadap pelaku persekongkolan yang tidak sehat dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah,
sehingga hal tersebut dapat mendukung upaya dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pengadaan barang dan jasa.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini merupakan hasil karya yang ditulis secara objektif, ilmiah melalui data-data referensi dari buku-buku, artikel, website, undang-undang, dan berbagai sumber
data. Skripsi ini juga bukan merupakan jiplakan atau merupakan judul skripsi yang pernah diangkat sebelumnya oleh orang lain. Jikalau pun memang ada, penulis yakin sudut
pembahasannya pasti berbeda. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Universitas Sumatera Utara
Bila ternyata terdapat judul serta permasalahan yang sama sebelum skripsi ini dibuat, maka saya bertanggung jawab sepenuhnya.
E. Tinjauan Pustaka
1.
Definisi Pengadaan Barang dan Jasa.
Sejarah mengenai pengadaan barang dan jasa oleh Pemerintah dimulai dari adanya transaksi pembelian atau penjualan barang di pasar secara langsung tunai. Kemudian
berkembang kearah pembelian berjangka waktu pembayaran, dengan membuat dokumen pertanggungjawaban antara pembeli dan penjual, dan pada akhirnya melalui pengadaan
dengan cara proses pelelangan. Dalam prosesnya, pengadaan barang dan jasa melibatkan beberapa pihak terkait sehingga perlu ada etika, norma dan prinsip pengadaan barang dan
jasa untuk dapat mengatur atau yang dijadikan dasar penetapan kebijakan pengadaan barang dan jasa.
12
Metode yang digunakan dalam pembelian di pasar adalah dengan cara tawar menawar secara langsung antara pihak pembeli pengguna dan pihak penjual penyedia
barang. Apabila proses tawar menawar telah mencapai kesepakatan harga maka dilanjutkan dengan transaksi jual-beli, yaitu dimana pihak penyedia barang menyerahkan
barang tersebut kepada pihak pembeli dan pihak pembeli membayar sesuai harga yang telah disepakati bersama. Jika dalam pemesanan ternyata pihak pembeli membutuhkan
jumlah dan jenis barang yang banyak, maka cara pembelian barang secara langsung dipasar akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Maka daripada itu biasanya pembeli
akan membuat daftar jumlah dan jenis barang yang dibutuhkannya, yang selanjutnya diserahkan kepada penyedia barang agar pihak penyedia mengajukan penawaran harga
secara tertulis pula. Daftar barang yang disusun secara tertulis tersebut merupakan asal
12
Andrian Sutedi. Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai Permasalahannya. Jakarta: Sinar Grafika. 2009. Hal. 1
Universitas Sumatera Utara
usul dokumen pembelian, sedangkan penawaran harga yang dilakukan secara tertulis oleh penyedia barang merupakan asal usul dari dokumen penawaran
13
“Pengadaan barang jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa yang dibiayai oleh APBN APBD baik yang dilaksanakan sendiri oleh pengguna barang jasa
atau pihak lain.” Seiring dengan perkembangannya, pihak pembeli pengguna tidak hanya
menyerahkan daftar pemesanan barangnya tidak hanya pada satu penyedia barang tetapi dengan beberapa penyedia barang. Dengan meminta penawaran dari beberapa penyedia
barang, pengguna atau pihak pembeli dapat memilih harga penawaran yang lebih murah dari setiap jenis barang yang akan dibeli. Cara demikian yang merupakan cikal bakal
pengadaan barang dengan cara lelang. Menurut Pasal 1 angka 1 Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa menyatakan bahwa:
14
Pengadaan barang dengan cara pemesanan ini ternyata sesuai dengan perkembangannya tidak hanya pemesanan pada benda bergerak, tetapi juga terhadap
benda tidak bergerak seperti rumah, bendungan, gedung, jembatan, dan lain-lain. Untuk Pembelian barang tidak terbatas pada barang yang memang sudah ada tersedia
dipasaran. Kadang kala pihak pengguna menginginkan barang yang tidak ada secara langsung dijual di pasar. Maka pembelian barang yang belum ada di pasar dilakukan
dengan cara pesanan. Agar barang yang dipesan dibuat seperti yang diinginkan, maka pihak pemesan pengguna menyusun nama, jenis, jumlah barang yang dipesan beserta
spesifikasinya secara tertulis dan menyerahkan kepada pihak penyedia barang. Dokumen ini selanjutnya disebut dokumen pemesanan barang yang menjadi cikal bakal dokumen
lelang.
13
Ibid
14
Pasal 1 Angka 1 KEPPRES No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
pemesanan barang berupa bangunan, pihak pengguna biasanya menyediakan gambar rencana atau gambar teknis dari bangunan yang dipesan. Pemesanan atau pengadaan
barang berupa bangunan tersebut merupakan asal usul pengadaan pekerjaan pemborongan yang kemudian disebut pengadaan jasa pemborongan.
Pengadaan barang sekarang ini tidak sebatas pada barang yang bergerak ataupun barang yang tidak bergerak. Tetapi barang yang tidak berwujud pun dapat dipesan oleh
pihak pengguna. Barang yang tidak berwujud umumnya adalah jasa, jasa pelayanan kesahatan, jasa pelayanan pendidikan, jasa konsultasi, jasa supervisi, jasa management,
dan lain-lain. Pengadaan barang yang tidak berwujud itu yang merupakan asal usul pengadaan jasa konsultasi dan jasa lainnya.
Pengadaan barang dan jasa sebenarnya pada hakikatnya merupakan upaya pihak pengguna untuk mendapatkan atau mewujudkan barang dan jasa yang diinginkannya,
dengan menggunakan metode dan proses tertentu agar dapat dicapai kesepakatan harga dan waktu.
Menurut Andrian Sutedi, yang dimaksud pengadaan barang dan jasa adalah : “Upaya untuk mendapatkan barang dan jasa yang diinginkan yang dilakukan atas
dasar pemikiran yang logis dan distematis the system of thought, mengikuti norma dan etika yang berlaku, bedasarkan metode dan proses pengadaan yang baku.”
15
2.
Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah.
Pengadaan barang dan jasa pemerintah yang dibiayai oleh APBN APBD dapat berjalan dengan efektif dan efisien dengan prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka,
dan perlakuan yang adil bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan, maupun manfaatnya maka
15
Adrian Sutedi. Op Cit. Hal. 3
Universitas Sumatera Utara
diperlukan payung hukum yang mengatur mengenai tata cara pengadaan barang dan jasa oleh Pemerintah.
Di Indonesia hal ini diatur dalam Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. Sesuai dengan Keppres
tersebut tata cara pengadaan barang dan jasa Pemerintah harus meliputi langkah-langkah antara lain :
a Perencanaan Pengadaan
Perencanaan pengadaan adalah tahap awal dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa Pemerintah yang bertujuan untuk membuat Rencana Pengadaan Procurement Plan yang
mempersiapkan dan mencantumkan secara rinci mengenai target, lingkup kerja, SDM, waktu, mutu, biaya, dan manfaat dari pengadaan barang jasa untuk keperluan
pemerintah, yang dibiayai dari dana APBN maupun BLN. Rencana Pengadaan akan menjadi acuan utama dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah per paket
pekerjaan.
16
b Pembentukan Panitia Lelang
Perencanaan pengadaan ini diatur dalam Pasal 9 ayat 3a Keppres No. 80 Tahun 2003, mengenai tugas pokok Pengguna barang dan jasa.
Panitia lelang adalah lembaga pelaksana pengadaan yang pertama- tama dibentuk dan ditunjuk oleh pemimpin proyek setelah seluruh persiapan administrasi pelaksanaan proyek
baku. Penunjukkan panitia sepatutnya bersandar pada prinsip profesionalisme, responsif, accountable, credible, dan mandiri. Berdasarkan Pasal 10 ayat 1 Keppres No. 80 Tahun
2003 ini panitia pengadaan dibentuk untuk semua pengadaan dengan nilai diatas lima puluh juta rupiah, berarti jika nilai pengadaan barang dan jasa tidak senilai lima puluh juta
atau lebih tidak perlu dibentuk panitia lelang.
16
Indonesia Procurement Watch. Tool Kit Anti Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Jakarta. Hlm. 16
Universitas Sumatera Utara
Panitia lelang memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:
17
a. Menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan;
b. Menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri HPS;
c. Menyiapkan dokumen pengadaan;
d. Mengumumkan pengadaan barang dan jasa melalui media cetak dan papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan jika memungkinkan melalui media elektronik;
e. Menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi;
f. Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;
g. Mengusulkan calon pemenang;
h. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada pengguna barang dan
jasa; i.
Menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dimulai.
Panitia pengadaan beranggotakan sekurang-kurangnya tiga orang yang memahami tata
cara pengadaan, substansi, pekerjaan kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur didalam maupun diluar instansi yang bersangkutan.
c Prakualifikasi Perusahaan
Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang dan jasa sebelum
memasukan penawaran.
18
17
Pasal 10 Ayat 5 KEPPRES No. 80 Tahun 2003.
Jadi prakualifikasi dapat dikatakan sebagai kegiatan penentuan syarat administratif, teknis, dan pengalaman serta seleksi dari perusahaan kontraktor
konsultan dan supplier, yang diperkirakan mampu untuk melaksanakan pekerjaan yang akan ditender atau dilelangkan. Prakualifikasi dilaksanakan sebelum tender dalam rangka
menjaring calon yang sanggup melaksanakan pekerjaan. Dalam tahap ini panitia menyusun kriteria kelulusan prakualifikasi dan mengumumkannya pada masyarakat.
Prioritas dalam prakualifikasi akan merujuk kepada sertifikasi, izin usaha, kemampuan keuangan, pengalaman yang sesuai, kepatuhan dalam perpajakan, pekerjaan yang sedang
dikelola, serta kinerja perusahaan. Sebagaimana tahap- tahap lainnya, pelaksanaan
18
http:www.pengadaan.infoindex.php?option=com_contentview=articleid=140Itemid=98
Universitas Sumatera Utara
prakualifikasi harus mengacu pada prinsip keterbukaan, kejujuran, transparansi, kemandirian, dan profesionalisme.
19
d Penyusunan Dokumen Lelang
Penyusunan dokumen lelang adalah kegiatan yang bertujuan menentukan secara teknis dan rinci dari pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh pihak penyedia jasa, mulai dari
lingkup pekerjaan, mutu, jumlah, ukuran, jenis, waktu pelaksanaan, dan metoda kerja dari keseluruhan pekerjaan yang akan dilelangkan. Hal- hal yang perlu diperhatikan adalah:
20
e Pengumuman Pelelangan
a. Dokumen disusun secara sederhana oleh panitia agar mudah dipahami dan menjadi pedoman baku bagi seluruh pihak.
b. Dokumen tersebut meliputi petunjuk kepada peserta lelang, syarat kontrak, syarat tekhnis, daftar pekerjaan yang akan dikontrakkkan, usulan perjanjian, serta gambar-
gambar dan referensi yang diperlukan oleh peserta tender
Pengumuman pelelangan dimaksudkan agar masyarakat mengetahui akan adanya pekerjaan yang diselenggarakan oleh pemerintah, oleh karena itu pengumuman tersebut
harus disebarluaskan melalui media massa. Pada dasarnya, pengumuman tersebut mewakili proses pendaftaran bagi perusahaan yang telah lulus kualifikasi untuk mengikuti
tender. Hal ini diatur pada Pasal 17 ayat 2 UU No. 80 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang dan jasa yang
dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang
berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
f Pengambilan Dokumen Lelang
19
Indonesia Procurement Watch, .op cit. Hal. 17
20
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan penyediaan dokumen pelelangan oleh Panitia Lelang kepada para peminat, secara lengkap dengan Cuma-cuma maupun dengan biaya yang telah ditentukan, dalam
waktu yang sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan oleh peraturan yang berlaku. Untuk mempermudah distribusi, dokumen lelang dapat dibagi menjadi dokumen tetap dan
tidak tetap. Isi dokumen adalah instruksi standar untuk bidder, syarat- syarat umum kontrak, spesifikasi teknis umum, contoh- contoh dokumen yang umum diberlakukan
seperti surat penawaran, bid bond guarantee, performance bond guarantee, dan surat usulan ajudicator.
21
g Penentuan Harga Perhitungan Sendiri HPS
Penentuan harga perhitungan sendiri HPS diatur pada Pasal 13 UU No. 80 Tahun 2003, yang berbunyi:
22
h Penjelasan Lelang.
1 Pengguna barang dan jasa wajib memiliki harga perkiraan sendiri HPS yang dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan. 2 HPS disusun oleh pamitia pejabat pengadaan dan ditetapkan oleh pengguna barang
jasa. 3 HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran harga penawaran termasuk
rinciannya dan untuk menetapkan besaran tambahan nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang dinilai terlalu rendah, tetapi tidak dapat dijadikan dasar untuk
menggugurkan penawaran.
4 Nilai total HPS terbuka dan tidak bersifat rahasia. 5 HPS merupakan salah satu acuan dalam menentukan tambahan nilai jaminan.
Aanwijzing adalah pertemuan penjelasan lisan dari pihak pemberi kerja, yang dalam hal ini diwakili oleh Panitia Pengadaan dihadap keseluruhan calon peserta pelelangan.
Penjelasan dan tanya jawab dilakukan tentang hal teknis maupun administrative, agar tidak terjadi perbedaan persepsi maupun kekeliruan dalam pengajuan penawarannya.
23
i Penyerahan Penawaran Harga dan Pembukaan Penawaran.
21
Indonesia Procurement Watch, .op cit. Hal. 18
22
Pasal 13 KEPPRES No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Barang Jasa Pemerintah.
23
http:idbunhalu.infoprojectportalindex2.php?option=com_contentdo_pdf=1id=359
Universitas Sumatera Utara
Penyerahan dokumen penawaran secara tepat waktu, lengkap dan memenuhi syarat administrative dan teknis, serta dialamatkan seperti yang telah ditentukan. Penyerahan
harus dapat dibuktikan dengan tanda terima dari petugas. Kegiatan ini antara lain meliputi; 1 Penyampaian penawaran oleh peserta dapat dilakukan segera setelah peserta
menerima addendum terakhir panitia; 2 Penyampaian dokumen diluar batas waktu tidak akan diterima;
3 Pembukaan, pemberian tanda, penelitian dokumen utama disaksikan oleh peserta; 4 Setelah berita acara pembukaan, panitia tidak diperkenankan lagi menerima dokumen
apapun; 5 Tidak ada peserta yang gugur sebelum dilakukan evaluasi terhadap dokumen
.
j Evaluasi Penawaran.
Kegiatan pemeriksaan, penelitian dan analisis dari keseluruhan usulan teknis dari peserta pelelangan, dalam rangka untuk memperoleh validasi atau pembuktian terhadap
harga penawaran yang benar, tidak terjadi kekeliruan sesuai dengan persyaratan teknis yang telah ditentukan. Adapun kegiatan itu adalah :
24
Dalam pemilihan penyedia barang dan jasa pemborongan atau jasa lainnya dapat dipilih salah satu dari tiga metode evaluasi penawaran berdasarkan jenis barang jasa yang
akan diadakan dan metode evaluasi penawaran tersebut harus dicantumkan dalam 1 Evaluasi penawaran meliputi evaluasi administrasi, evaluasi teknis, dan evaluasi
harga; 2 Evaluasi administrasi perlu mempertimbangkan factor redaksional, keabsahan,
jaminan penawaran, dan aritmatik; 3 Setelah lulus evaluasi administrasi, penawaran akan dikaji dari sisi teknis di mana
perusahaan yang mengikuti tender harus memiliki sertifikasi dari lembaga akreditas yang credible;
24
Indonesia Procurement Watch, .op cit. Hal. 20
Universitas Sumatera Utara
dokumen lelang, yang meliputi; Sistem gugur, Sistem nilai, dan Sistem penilaian biaya selama umur ekonomis.
k Pengumuman Calon Pemenang.
Kegiatan Pengumuman urutan calon Pemenang dilakukan setelah keseluruhan hasil penelitian dirumuskan oleh panitia pelelangan dinyatakan selesai. dan diusulkan atau
dipertanggungjawabkan kepada penanggungjawab alokasi dana atau pemilik proyek. Calon pemenang diurutan pertama akan disyahkan sebagai pemenang pelelangan, setelah
masa sanggah selesai dengan kegiatan sebagai berikut; 1 pengumuman dipasang di media massa dengan jangkauan yang luas sesuai besaran
kontrak, pengumuman ditempelkan pula di Kantor proyek; 2 pengumuman harus jelas dan rinci, sehingga sanggahan menjadi berkurang;
3 dilaksanakan dengan waktu yang cukup; 4 pelaksanaannya on time dan tidak ditunda- tunda.
l Sanggahan Peserta Lelang
Sanggahan yang dapat dilakukan peserta lelang terhadap pengumuman calon pemenang diatur pada Pasal 27 UU No.80 Tahun 2003, yang berbunyi Peserta pemilihan
penyedia barang jasa yang merasa dirugikan baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya, dapat mengajukan surat sanggahan kepada Pengguna barang dan
jasa apabila ditemukan :
25
1 Penyimpangan terhadapa ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam
dokumen pemilihan penyedia barang dan jasa. 2
Rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya persaingan yang sehat. 3
Penyalahgunaan wewenang oleh Panitia Pejabat pengadaan dan atau Pejabat yang berwenang lainnya.
4 Adanya unsur KKN di antara peserta pemilihan penyedia barang dan jasa.
5 Adanya unsur KKN antara peserta dengan anggota Panitia Pejabat Pengadaan dan
atau dengan pejabat yang berwenang lainnya.
25
Pasal 27 UU No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
m Penunjukan Pemenang Lelang
Setelah masa ‘sanggah’ berakhir maka, kepala instansi proyek wajib untuk mengeluarkan secara resmi surat penetapan pemenang pelelangan. Guna dapat diproses
didalam ikatan perjanjian kerja pelaksanaan pekerjaan atau Kontrak Kerja. Kegiatan tersebut meliputi;
1 Berita acara yang telah selesai lengkap dengan tanda tangan seluruh anggota panitia. 2 Catatan lengkap sanggahan dan jawaban merupakan kelengkapan data yang
diperlupkan untuk pengeluaran surat tersebut; 3 Catatan samping- side letter yang merupakan hasil kesepakatan antara panitia dan
mitra calon pemenang pada preaward meeting.
n Penandatangan Kontrak Perjanjian.
Kegiatan akhir dari proses pelelangan adalah penandatangan perjanjian kontrak pelaksanaan pekerjaan. Perjanjian tentang nilai harga pekerjaan, hak dan kewajiban kedua
belah pihak, serta waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditentukan secara pasti. Para pihak menandatangani kontrak selambat-lambatnya 14 empat belas hari kerja
terhitung sejak diterbitkannya surat keputusan penetapan penyedia barang dan jasa dan setelah penyedia barang dan jasa menyerahkan surat jaminan pelaksanaan sebesar 5
lima persen dari nilai kontrak kepada pengguna barang dan jasa. Untuk pekerjaan jasa konsultasi tidak diperlukan jaminan pelaksanaan.
o Penyerahan Barang Jasa Kepada Pengguna.
Penyerahan barang dan jasa dapat dilakukan secara bertahap atau menyeluruh. Barang yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi yang tertuang dalam dokumen lelang.
Penyerahan final dilakukan setelah masa pemeliharaan selesai. Setelah penyerahan final selesai, tanggung jawab penyedia jasa masih belum berakhir. Penyerahan barang dan jasa
dianggap memenhui aturan yang berlaku apabila dilaksanakan
Universitas Sumatera Utara
1 tepat waktu sesuai perjanjian; 2 tepat mutu sesuai yang dipersyaratkan;
3 Tepat volume sesuai yang dibutuhkan; dan 4 tepat biaya sesuai dalam isi kontrak
3.
Definisi Persekongkolan Tidak Sehat.
Persekongkolan adalah “konspirasi usaha “ yakni suatu bentuk kerjasama diantara pelaku usaha dengan maksud untuk menguasai pasar yang bersangkutan bagi kepentingan
pelaku usaha yang bersekongkol tersebut”.
26
Persekongkolan atau konspirasi usaha menurut Pasal 1 angka 8 Undang-undang No.5 Tahun 1999 Tentang larangan praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar
bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol.
27
4.
Definisi Korupsi
Karena itu, Undang-undang Anti Monopoli dengan tegas melarang terhadap setiap persekongkolan oleh pelaku usaha dengan pihak lain yang dibuat dengan tujuan untuk
menghambat produksi dan atau pemasaran suatu produk dari pelaku usaha pesaingnya dengan harapan agar produk yang dipasok atau ditawarkan tersebut menjadi kurang baik
dari segi kualitasnya, dari segi jumlahnya, maupun dari segi ketetapan waktu yang dipersyaratkan.
Korupsi adalah masalah yang tidak ada habis-habisnya di negara ini. Tindak pidana korupsi merupakan tindak pidana yang paling marak terjadi di negeri ini. Para pelakunya
26
Munir Fuady, Hukum Antimonopoli, Bandung : PT. Citra Aditnya Bakti, 2000.Hal. 82
27
Undang-undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Universitas Sumatera Utara
beragam-ragam, dari individu, Pejabat Negara, anggota legistalif, dan bahkan para penegak hukum yang seharusnya menegakan hukum tak luput dari tindak pidana ini. Hal
tersebutlah yang menyebabkan adanya pendapat bahwa korupsi sudah menjadi bagian dari negara ini, bahkan ada pula yang menyebut korupsi sebagai tradisi warga negara
Indonesia. Kata Korupsi berasal dari bahasa latin corruption dari kata kerja corrumpere yang
berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikan, menyogok. Menurut Transparancy Internasional korupsi ialah perilaku pejabat public, baik politikus maupun pegawai negeri,
yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka.
28
Agus Pramusinto dalam bukunya yang berjudul Paradoks-paradoks pemberantasan tindak pidana korupsi, yang dimaksud dengan korupsi adalah tindakan penyalahgunaan
kekuasaan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Korupsi tidak hanya dianggap sebagai penghambat kegiatan ekonomi tetapi juga akan merusak bangunan moral kemasyarakatan,
demokrasi dan tatanan kenegaraan. Berkembangnya korupsi selain disebabkan faktor internal juga faktor eksternal berupa perilaku suap-menyuap yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan multinasional terhadap pejabat lokal. Adapun fokus perhatian korupsi dan upaya-upaya penyelidikan di Indonesia masih terkonsentrasi pada perilaku
birokrat yang akhirnya menciptakan bias-bias penanganan korupsi.
29
Menurut Sudarsono, korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan sebagai tempat seseorang bekerja untuk keuntungan pribadi atau orang
lain. Sedangkan menurut World Bank atau Bank Dunia yang dimaksud dengan korupsi
28
http:id.wikipedia.orgwikiKorupsi. maret 2010
29
Agus Pramusinto. Paradoks-Paradoks Pemberantasan Korupsi. 2000. Perencanaan Pembangunan: Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
adalah tindakan penyalahgunakan dari kekuatan jabatan pemerintahan untuk keuntungan pribadi.
30
Evi Hartanti, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tindak pidana korupsi adalah suatu tindakan yang jahat, busuk, dan merusak. Korupsi menyangkut segi-segi
moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintahan, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, factor ekonomi dan politik,
serta penempatan keluarga atau golongan kedalam kedinasan dibawah kekuasaan jabatannya.
31
Masalah korupsi ini sebenarnya bukanlah masalah baru lagi di Indonesia, karena telah ada sejak era tahun 1950-an. Bahkan berbagai kalangan menilai bahwa korupsi telah
menjadi suatu sistem dan menyatu dengan pelanggaran pemerintahan negara. Keadaan yang demikian suka atau tidak suka akan mengoyahkan demokrasi sebagai sendi utama
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, melumpuhkan nilai-nilai keadilan dan kepastian hukum serta semakin jauh dari tujuan tercapainya masyarakat yang sejahtera.
32
Chaerudin, juga mengembangkan 7 tujuh Tipologi Korupsi, yaitu sebagai berikut :
33
1. Korupsi Transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan di antara
seorang donor dengan resipen untuk keuntungan kedua belah pihak. 2.
Korupsi Ekstortif, yaitu korupsi yang melibatkan penekanan dan pemaksaan untuk menghindari bahaya bagi mereka yang terlibat atau orang-orang yang
dekat dengan pelaku korupsi.
3. Korupsi Investif, yaitu korupsi yang berawal dari tawaran yang merupakan
investasi untuk mengantisipasi adanya keuntungan di masa datang. 4.
Korupsi Nepotistik, yaitu korupsi yang terjadi karena perlakuan khusus baik dalam pengangkatan kantor public maupun pemberian proyek-proyek bagi
keluarga dekat.
5. Korupsi Otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat
keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam insiders information tentang berbagai kebijakan public yang seharusnya dirahasiakan.
30
Sudarsono. Kamus Hukum. 2005. Rineka Cipta: Jakarta. Hal. 231
31
Evi Hartanti. Tindak Pidana Korupsi. 2005. Sinar Grafika: Semarang. Hal. 9
32
Chaerudin. dkk. Strategi Pencegahan dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi. 2008. Refika Aditama: Jakarta. Hal. 1
33
Ibid, Hal. 3
Universitas Sumatera Utara
6. Korupsi Supportif, yaitu perlindungan atau penguatan korupsi yang menjadi
intrik kekuasaan dan bahkan kekerasan. 7.
Korupsi Defensif, yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka mempertahankan diri dari pemerasan.
Secara Yuridis formil pengaturan mengenai masalah korupsi ini di Indonesia diatur menurut undang-undang No. 31 Tahun 1999 dan diperbaruhi oleh undang-undang No. 20
Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Menurut Pasal 2 ayat 1 UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 yang dimaksud dengan perbuatan korupsi
adalah jika “setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara”.
34
Berdasarkan ketentuan pasal ini yang dikatakan sebagai perbuatan korupsi harus memenuhi unsur-unsur antara lain setiap orang atau korporasi,
melawan hukum, memperkaya diri sendiri, orang lain dan korporasi, dan dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
35
F. Metode Penelitian.